Anda di halaman 1dari 7

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN SERABUT KELAPA BERKARET Oleh : Tim Baristand Industri Palembang Abstract Equipment for

rubberized coconut fiber is consist of holding device of coconut fiber and sprayer. The purpose of this research is to design the equipment which has Ringkasan

Alat pembuat serabut kelapa berkaret pada prinsipnya terdiri dari alat pemegang serabut dan alat penyemprot lateks. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain alat pembuat serabut kelapa berkaret yang lebih tepat dan berhasil guna dibandingkan dengan cara konvensional yang hasilnya kurang merata dan memerlukan waktu yang lebih lama. Prinsip kerja alat ini dengan pengaturan jarak alat semprot yang dapat diatur sesuai dengan jarak yang diinginkan. Alat semprot dapat berjalan secara otomatis dengan arah gerakan vertikal dan horisontal secara terus menerus, sedangkan alat pemegang serabut kelapa bersifat statis. Dengan desain ini akan menghasilkan pelapisan karet yang merata pada serabut yang disemprot dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan secara konvensional.

PENDAHULUAN Serabut kelapa merupakan sampingan dari tanaman kelapa yang sampai saat ini baru digunakan untuk penggunaan yang bersifat sederhana, misalnya untuk pembuatan keset kaki, sikat dan tali. Selain untuk penggunaan tersebut, sebenarnya serabut kelapa bisa digunakan untuk pembuatan barang jadi yang lebih tinggi nilainya antara lain serabut kelapa berkaret, yaitu hasil yang terbuat dari campuran serabut kelapa dengan lateks. Serabut kelapa berkaret ini penggunaannya antara lain untuk mengisi jok - jok kursi , pengisi kasur tidur dan pembungkus dalam pengiriman alat alat berharga. Hal yang menarik dalam penggunaan serabut kelapa berkaret adalah sifat yang dimiliki antara lain berpegas, dapat menghisap getaran, ringan dan mudah diatur.

Untuk mendapatkan hasil yang baik berbagai penelitian telah dilakukan untuk menuju kesempurnaan. Hasil yang didapat dipengaruhi oleh bahan baku, bahan pembantu dan proses pembuatannya. Untuk memperoleh Serabut Kelapa berkaret tersebut telah dilakukan rekayasa peralatan untuk membuat Serabut Kelapa Berkaret yang mempunyai efisiensi dan hasil semprotan yang merata.

Kelapa dan Serabut Kelapa Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) termasuk species cocos, famili palmae, ordo areacales, klas monocotyledonae. Tanaman ini mulai berbuah pada umur 6-7 tahun , tetapi di beberapa daerah kelapa sudah mulai berbuah pada umur 5 tahun. Produksi penuh pada umur 10 tahun dan keadaan ini berlangsung sampai umur 50 tahun dan biasanya akan mati pada umur 100 tahun (Djatmiko dan Ketaren , 1981). Buah kelapa terdiri dari serabut (epicarp dan mesocarp), tempurung

(endocarp), daging buah (endosperm) dan air kelapa. Komposisi buah kelapa dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi Buah Kelapa

Bagian Buah (buah tua)

Jumlah Berat (%)

Serabut Tempurung Daging buah Air Buah

35 12 28 25

Sumber : Aten et al , 1956 dalam Djatmiko dkk, (1981). Sabutt kelapa (eksocarp) terdiri dari dua bagian yaitu kulit luar (epicarp) dan bagian yang berserat (mesocarp). Epicarp merupakan kulit yang keras , sedangkan mesocarp terdiri dari serat-serat vaskuler yang disebut coir. Bagian ini melekat pada jaringan parenchimatis , (Thampan, 1981). bukan serat (gabus) yang dikenal dengan inti atau pith

Serabut kelapa (coir fibre) diperoleh dari bagian sabut kelapa (exocarp) yang terdiri dari 3 tipe yaitu. Serat Mat / Yarn fibre, yaitu serat-serat panjang dan halus dipergunakan untuk bahan tikar dan tali. Serat bristal (bristile fibre), yaitu serat kasar. Serat ini sering dipergunakan untuk pembuatan sapu dan sikat Serat matres (mattress fibre) yaitu serat yang ukurannya agak pendek-pendek dan halus. Serat ini digunakan untuk bahan pengisi kasur. Selain ke tiga tipe serat tersebut , mesih ada tiga serat tersebut , masih ada type serat yang dikenal dengan curted fibre yang merupakan campuran antara serat bristle dan serat matres. Serat inilah yang biasanya digunakan untuk pembuatan serat / serabut kelapa berkaret. Menurut Thampan (1981), cara pembuatan serat serabut kelapa dapat dibedakan atas 3 metoda , yaitu metode tradisional, metoda semi mekanis dan metoda mekanis

Latek Pekat dan Pembuatannya Lateks adalah cairan kental (getah) yang dihasilkan oleh pohon karet (Havea brasiliensis) bagian kulit, daun dan biji karet. Lateks yang umum digunakan adalah yang didapat dari penyadapan batang (kulit) pohon karet. Sebagai petunjuk awal untuk mengatahui mutu lateks, biasanya dengan menentukan niai kadar karet kering dari lateks tersebut. Kadar karet kering dari lateks (berat karet dalam lateks) dikenal juga dengan KKK. Besarnya nilai Kadar Karet Kering ini tergantung dari beberapa faktor antara lain jenis klon, umur pohon, waktu

penyadapan dan musim, suhu udara dan ketinggian pohon dari permukaan laut (Goutara dkk. 1981). Dalam perdagangan dikenal 2 macam lateks, yaitu lateks kebun dan lateks pekat. Lateks kebun mempunyai nilai KKK yang bervariasi antara 20 40 % . Lateks kebun ini dapat dipakai untuk pembuatan barang barang karet, tetapi kurang disenangi karena kadar kaet terlalu berbeda beda dan terlalu encer. Hal ini akan mempengaruhi hasil selanjutnya.

Umumnya untuk pembuatan barang jadi karet digunakan lateks pekat. Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan sampai mengandung sekurang kurangnya 60 % kadar jumlah padatan (Triwiyoso, 1975). Proses pemekatan lateks ada 4 macam yaitu pemusingan, pendadihan , penguapan dan dekantasi listrik. - Pemusingan (Centrifuging) Pemusingan dilakukan dengan menggunakan alat pemusingan. Lateks kebun yang telah diberi ammonia dipusingkan dengan kecepatan 6000 7000 putaran per menit (rpm). Lateks pekat yang didapat dikenal dengan lateks pusingan , dan lateks ini sangat banyak digunakan orang dalam pembuatan barang jadi karet. - Pendadihan (creaming). Pendadihan merupakan satu satunya cara pemekatan yang paling dahulu dilakukan diantara tiga pemekatan lainnya. Dalam cara ini dibubuhkan bahan pendadih ke dalam lateks kebun yang telah diawetkan dengan ammonia. - Penguapan Pada dasarnya cara pemekatan ini adalah menguapkan air yang ada di dalam lateks kebun. Sebagai bahan pemantap dan pengawet digunakan KOH. Lateks hasil pemekatan dengan cara ini sangat jarang digunakan dalam praktek. - Dekantasi Listrik Pemekatan dengan cara dekantasi terjadi karena pengaruh medan listrik yang diberikan diantara elektroda yang yang dimasukkan ke dalam lateks.

Kompon Lateks untuk Serabut Kelapa Berkaret. Serabut Kelapa berkaret (Rubberized Coir) adalah barang jadi yang terbuat dari campuran serabut kelapa dengan kompon lateks. Kegunaan serabut kelapa berkaret ini adalah untuk pengisi jok kursi, pengisi kasur tidur dan untuk melapisi barang barang dalam pengiriman. Dalam pembuatan barang jadi, lateks pekat harus dijadikan kompon terlebih dahulu. Kompon lateks ialah lateks yang telah dicampur dengan berbagai bahan kimia pembantu, Bahan-bahan kimia tersebut sebelum dicampurkan ke dalam lateks pekat harus didespersikan dahulu dalam gilingan peluru. (Apriana dkk, 1985)

Menurut Triwiyoso (1973), resep kompon lateks untuk serat berkaret adalah seperti pada tabel 2. Pencampuran dispersi ke dalam lateks pekat harus dilakukan dengan hati hati. Untuk mendapatkan hasil yang mempunyai sifat baik, kompon lateks harus diperam terlebih dahulu selama 2 3 hari sebelum dipergunakan. Selama pemeraman harus dilakukan dengan pengadukan secara perlahan lahan setiap hari kira-kira 3 menit. Pengadukan ini bertujuan untuk mencegah pengendapan.

Tabel 2. Resep Karet Untuk Serat Berkaret. Bahan Lateks Pekat 60 % KKK Larutan borak Kasein 10 % Dispersi belerang 50 % Larutan KOH 10 % Dispersi dietil-ditiokarbamat seng 50 % Dispersi oksida seng 50 % Dispersi 2,6 ditertier-butil 4 metilpenol 50 % Dispersi merkapto benzotiazol seng 50 % Larutan Emulvin W 10 % Dispersi kaolin 40 % Air Pengencer Sumber Menara Perk, 1973 2 20 50-60 Jika perlu. Persen Berat 167 5 6 5 2 10 2

KERANGKA PEMIKIRAN Karet dan kelapa merupakan potensi sumber daya alam yang cukup besar di Sumatera Selatan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2005) produksi karet sebesar 688.400 ton/per tahun dan kelapa 67.220 ton per tahun. Sabut kelapa merupakan bagian dari buah kelapa, menurut Aten et al. (1956) dalam Djatmiko (1981) kandungan sabut

dalam per butir buah kelapa adalah sebesar 35%, hal ini berarti di Sumatera Selatan untuk setiap tahunnya terdapat produksi sabut kelapa sebesar 23.527 ton. Sampai saat ini pemanfaatan sabut kelapa belum maksimal dan sebagian masih merupakan limbah, sebagian pemanfaatannya masih terbatas untuk keset, sikat dan tali. Sedangkan di satu sisi permintaan sabut kelapa dalam bentuk barang sangat tinggi. Salah satu pemanfaatan sabut kelapa yang mempunyai nilai jual dan permintaan yang tinggi adalah serabut berkaret dengan jumlah ..... dan nilai jual ..... per tahun. Dalam pelaksanaan pembuatan serabut berkaret secara konvensional mempunyai beberapa kendala diantaranya adalah jarak semprot lateks ke serabut yang selalu berubah-ubah sehingga mutu serabut berkaret yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan. Dari permasalahan tersebut diatas, maka dibuat desain peralatan teknologi tepat guna pembuatan serabut berkaret.

METODOLOGI Metodologi dari penelitian ini terdiri dari desain, konstruksi dan uji coba pembuatan serabut berkaret. Selanjutnya dilakukan perhitungan tekno ekonomi alat yang meliputi produktifitas dari alat, waktu proses, jumlah pekerja dan biaya bahan. Prinsip operasional alat serabut berkaret adalah menyusun serabut pada cetakan kemudian dilakukan penyemprotan lateks pekat pada kedua sisinya hingga merata. Serabut kelapa yang telah terlapisi oleh lateks, kemudian dikeringkan dengan cara menjemur. Setelah itu produk diuji diuji apanya???

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA - Apriana, N dan Sudibyo, A, 1985. Penelitian dan Pengembangan Pembuatan Serabut Berkaret dari dari Serabut Kelapa, BBIHP, Bogor

-Badan Pusat Statistik, 2005. asumatera Selatan Dalam Angka 2005/2006. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, Palembang. - Djatmiko, B dan S. Ketaren, 1977. Pemanfaatan dan Pengolahan Kelapa. Lokakarya Perkelapaan, Departemen Perdagangan. - Djatmiko, B. dan S. Ketaren, 1981. Daya Guna Hasil Kelapa. Jurusan Teknologi Industri. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. - Goutara, Djatmiko, B dan Irawadi, 1981. Pengolahan Kelapa.I. Jurusan Teknologi Industri , Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. - Ranasinghe, T.K.G, 1980. Coconut Processing Technology Information Documents Part 6 of 7. Asian and Pacific Coconut Community, UNIDO - Thampan, P.K. 1981. Hand Book of Coconut Palm, Oxford dan IBH Publishing Co, New Delhi. - Triwiyoso, SU, 1973. Serabut Kelapa Berkaret dan Cara Pembuatannya. Menara Perkebunan 41 (4). Bogor. - Triwiyoso, S.U. 1975. Tinjauan Spesifikasi Lateks Pekat dan Pengujiannya. Menara Perkebunan 43 (1), Bogor

Anda mungkin juga menyukai