Anda di halaman 1dari 15

Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Penawaran Pinjaman Perbankan Konvensional dan Penawaran Pembiayaan Perbankan Syariah

Periode 2008.1 2011.12


PROPOSAL SKRIPSI

Oleh: Salim Adi Wijaya (142080085)

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Bank Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu bank syariah dan bank konvensional. Menurut UU RI No.7 Tahun 1992 Bab I pasal 1 ayat 1, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkaan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem perbankan syariah ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami, dll), dimana hal ini tidak dijamin oleh sistem perbankan konvensional. Dalam sistem bank konvensional, bank menerima deposito dan memberikan pinjaman dan memperoleh keuntungan dari perbedaan suku bunga dibayarkan dan dibebankan, masing-masing. Berbeda dengan cara mendapatkan keuntungan dalam perbankan konvensiona,. perbankan syariah mendapatkan keuntungan dari berbagai penyaluran dana yang dilakukannya antara lain berasal dari marjin pembiayaan murabahah (jual beli) dan sewamenyewa, bagi hasil pembiayaan mudharabah (bank sebagai pemilik seluruh modal) dan musyarakah (bank berkongsi modal), serta berbagai fee layanan (ujrah).

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa bank mendapatkan keuntungan dari kelebihan tingkat suku bunga pinjaman dibandingkan dengan tingkat suku bunga tabungan, maka bank akan senantiasa menawarkan pinjaman. Sesuai dengan teori saluran mekanisme transmisi moneter melalui jalur kredit, bahwa banyaknya penawaran pinjaman yang dilakukan perbankan akan berdampak terhadap suku bunga pinjaman. Saat bank sentral membeli surat-surat berharga pemerintah dari publik, maka akun cadangan bank-bank umum dikredit oleh bank sentral. Jika cadangan yang ada jauh di atas cadangan minimum yang dilegalkan bank sentral, maka perbankan secara keseluruhan harus menambah deposito yang dipunyainya, sehingga penawaran pinjaman perbankan pun harus ditambah. Hal ini akan menurunkan tingkat suku bunga pinjaman yang artinya biaya untuk meminjam dari bank juga akan menurun. Begitu pula sebaliknya bila bank mempunyai cadangan berlebih, maka bank akan mengurangi penawaran pinjamannya, sehingga tingkat suku bunga pinjaman pun meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat apakah tingkat suku bunga mempunyai hubungan dengan penawaran pinjaman perbankan yang ada di Indonesia, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah serta sistem perbankan manakah yang sekiranya lebih sensitif terhadap pergerakan tingkat suku bunga tersebut. untuk itu penulis mengambil judul :

Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Penawaran Pinjaman Perbankan Konvensional dan Penawaran Pembiayaan Perbankan Syariah Periode 2008.1 2011.12
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan yang telah penulis paparkan dalam latar belakang, maka penulis menyimpulkan beberapa masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini : 1. Apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh terhadap perubahan penawaran pinjaman perbankan konvensional atau tidak, ataukah sebaliknya ? 2. Apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh terhadap perubahan penawaran pembiayaan perbankan syariah atau tidak, ataukah sebaliknya ? 3. Sistem perbankan manakah yang sekiranya lebih sensitif terhadap pergerakan tingkat suku bunga ini ? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada identifikasi masalah, maka penulis mencoba mencari jawaban atas hal tersebut di atas yaitu : 1. Mengetahui apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh terhadap perubahan penawaran pinjaman perbankan konvensional atau tidak, atau sebaliknya. 2. Mengetahui apakah perubahan pada tingkat suku bunga berpengaruh terhadap perubahan penawaran pembiayaan perbankan syariah atau tidak, atau sebaliknya. 3. Mengetahui sistem perbankan manakah yang sekiranya lebih sensitif terhadap pergerakan tingkat suku bunga ini.

D.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pembuat kebijakan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memahami lebih mendalam tentang pengaruh tingkat suku bunga dengan JIBOR (Jakarta Interbank Offered Rate) terhadap penawaran pinjaman di bank syariah maupun konvensional. Yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan rujukan dalam mengevaluasi kebijakan yang telah diterapkan dan atau untuk merumuskan kebijakan baru 2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut di kemudian hari, serta dapat memacu motivasi kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang lain ataupun menambah jumlah yang diteliti.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Kashmir (2004) menyatakan bahwa bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvesial kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) atau harga yang harus dibayaroleh nasabah kepada bank (nasabah memperoleh pinjaman) Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: 1. Bunga Simpanan Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. 2. Bunga Pinjaman Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik da demikian pula sebaliknya.

Pada kondisi normal, kenaikan suku bunga simpanan akan diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman sehingga pada akhirnya suku bunga pinjaman lebih tinggi daripada suku bunga simpanan yang nantinya menyebabkan bank memperoleh laba dari kegiatan tersebut (Sri Susilo, et. Al,2000). Tingkat suku bunga berfungsi menarik minat masyarakat untuk melakukan kredit pada bank, juga sebagai patokan masyarakat untuk memperoleh bunga deposito. Tingkat suku bunga merupakan bahan pertimbangan masyarakat dalam permintaan kredit bank. Bila tingkat suku bunga kredit meningkat maka permintaan kredit akan menurun dan sebaliknya, bila tingkat suku bunga kredit menurun maka permintaan kredit akan meningkat (Reed and Gill, 1995). Keynes dalam teorinya Liquidity Preference menyebutkan bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini, ada tiga motif mengapa seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjagajaga, dan spekulasi (Budiono,1982). Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang diberi istilah liquidity preference, artinya permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Keynes ragu-ragu terhadap kemanjuran suku bunga dalam mempengaruhi volume tabungan. Dengan tegas dikemukakannya bahwa sebenarnya volume tabungan tergantung pada volume investasi yang dilakukan oleh masyarakat bisnis. Suku bunga yang tinggi cenderung mengurangi volume investasi dari masyarakat bisnis. Mekanisme penghimpunan serta penyaluran dana dalam perbankan konvensional berdasarkan mekanisme bunga, sedangkan dalam perbankan syariah berdasarkan prinsip

bagi hasil, jual beli, serta sewa. Keduanya ini mempunyai prinsip yang amat berbeda. Tapi bisa dikatakan keduanya amatlah rentan terhadap pergerakan tingkat suku bunga, baik tingkat suku bunga tabungan maupun pinjaman, dalam penetapan besarnya bunga / bagi hasil yang akan dikenakan oleh peminjam, serta bunga yang akan diberikan untuk penabung. Tingkat suku bunga yang semakin tinggi, kaitannya terhadap jumlah volume kredit secara teoritis berdampak langsung dalam bentuk menurunnya volume kredit. Sebaliknya, disaat suku bunga turun maka volume kredit akan meningkat.

B.

Pengertian Kredit dan Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Dalam bahasa latin kredit disebut credere yang artinya percaya. Pengertian

kredit menurut Undang Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya ( Suseno dan Piter A., 2003:6 ). Sementara itu pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat. Lebih lanjut Melitz dan Pardue ( 1973 ) dalam

Insukindro ( 1995 ) merumuskan model penawaran kredit oleh sistem perbankan sebagai berikut: SK = g( S, ic, ib, BD ) Keterangan: SK = jumlah kredit yang ditawarkan oleh bank S = kendala-kendala yang dihadapi bank seperti tingkat cadangan bank atau ketentuan mengenai nisbah cadangan wajib ic = tingkat suku bunga kredit bank ib = biaya oportunitas meminjamkan uang BD = biaya deposito bank

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Ruang Lingkup Penelitian Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan penelitian ini dengan menggunakan

data kuartalan yang berada dalam rentang waktu 2008.1 2011.12 Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melalui data sekunder dengan jenis data time series. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari : 1. Statistik Perbankan Syariah 2. Web Site Bank Indonesia : www.bi.go.id B. Analisis Penelitian Analisis berupa analisis deskriptif dan kuantitatif. Untuk analisis deskriptif disusun berdasarkan data sekunder, jurnal, buku serta artikel-artikel. Untuk analisis kuantitatif penulis menggunakan metode error correction model. Dengan menggunakan alat Bantu ekonometrika E-Views 4.1 dan Microsoft excel. C. Model Ekonometrik Pinjt = t-k + (JIBOR) + ECT + t Spesifikasi Data Dan Variabel Pinjt : Pertumbuhan pinjaman / pembiayaan pada waktu t

Dalam perbankan konvensional disebut sebagai penawaran pinjaman, sedangkan dalam perbankan syariah dikenal sebagai penawaran pembiayaan. Akan digunakan dua variabel dependen secara terpisah yaitu pinjaman perbankan konvensional serta pembiayaan perbankan syariah. JIBOR : Pertumbuhan Jakarta Interbank Offered Rate

Sebagai proksi dari tingkat suku bunga pinjaman. JIBOR itu sendiri bermakna interbank rates for short term financing (overnight to 12 month), fixed by taking the weighted average of quotes contributed by 18 bank members (4 state banks, 7 local private bonds, and 7 foreign banks) operating in Indonesia. Akan digunakan dua variabel independent secara terpisah yaitu JIBOR jangka waktu 1 (satu) dan 3 (tiga) bulan. ECT D. : Koreksi kesalahan

Pengujian Statistik 1. Uji akar-akar unit (Unit Root Test) Uji akar unit dilakukan melalui uji Augmented Dickey Fuller (ADF test) untuk

mengetahui apakah data time series yang digunakan memiliki masalah akar unit atau data tidak stasioner. Jika suatu data tidak stasioner pada order nol, I(0), maka stasionaritas data tersebut bisa dicari melalui berbagai order sehingga diperoleh tingkat stasionaritas pada order ke n, I(n). Uji ini perlu dilakukan agar uji t dan F statistik tidak salah persepsi. Yt = Yt 1 + jYt j + t
j =1

(ADF test)

H0 : = 0 (terdapat unit root test, variabel Y tidak stasioner) H1 : 0 (tidak terdapat unit root test, variabel Y stasioner)

2. Uji t-statistik Uji t- statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel variabel independen terhadap variabel dependennya. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis:

H0 : i = 0, variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas H1 : i 0, variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya Dengan menguji dua arah dalam signifikansi , dan derajat kebebasan (degree of freedom, df ) = n k (n = jumlah observasi dan k = jumlah parameter termasuk konstanta), maka hasil pengujian akan menunjukkan : H0 : diterima bila t-stat < t-tabel H1 : ditolak bila t-stat> t-tabel 3. Uji F-statistik Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah secara keseluruhan koefisien regresi signifikan dalam menentukan nilai variabel dependen. Hipotesis untuk uji F statistik : H0 : semua variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen H1 : semua variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen Degree of freedomnya : Df untuk pembilang, N1 = k 1. Df untuk penyebut, N2 = n k,

dengan k adalah banyaknya parameter, dan n adalah banyaknya observasi. Jika nilai dari F tabel > F hitung, maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen, dan jika F tabel < F hitung, yang berlaku adalah sebaliknya.

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukkan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabelvariabel bebasnya. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 < R <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya 5. Pairwise Granger Causality test Pengujian dengan menggunakan metode granger adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang secara teori memiliki hubungan. Dengan tes ini akan diketahui variabel mana yang menjadi variabel independent atau bebas dan variabel mana yang menjadi variabel tidak bebas atau dependent. Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model kausalitas granger yang digunakan oleh Liza Marwati, Aisyah Abdul rahman, dan Norazlan Alias (2001) dalam penelitiannya mengenai hubungan kausalitas antara tingkat suku bunga (diproksi dengan KLIBOR-Kuala Lumpur Interbank Offered Rate-) dengan penawaran pinjaman perbankan syariah dan perbankan konvensional. Jika dalam suatu penelitian ada dua variabel yang akan diteliti hubungannya yaitu Yt dan Xt, maka dengan menggunakan tes kausalitas sederhana Granger akan diketahui apakah variabel Xt yang ditentukan oleh variabel Yt atau sebaliknya, atau bahkan kedua variabel tersebut saling menentukan atau saling mempengaruhi. E. Pengujian Masalah Dalam Regresi Linear 1. Masalah Multikolinier

Multikolinear menunjukkan gejala adanya hubungan linear atau hubungan yang pasti diantara explanatory variabel (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukkan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar explanatory variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel . Karena pengukuran besarnya R2 dan jumlah t-stat signifikan bersifat relatif, maka dilakukan pengujian tambahan dengan memperhatikan korelasi parsial diantara regresor dalam bentuk matriks. Rule of Thumb dari pengukuran ini adalah semakin tingginya nilai korelasi parsial sepasang regresor, maka terdapat multikolinearitas . 2. Masalah Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi diantara anggota observasi. Masalah autokorelasi dalam model menunjukkan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena beberapa faktor : 1. Inersia, data observasi dipengaruhi oleh data sebelumnya. Misalnya data observasi saat terjadi kelesuan ekonomi sehingga data time series berikutnya dipengaruhi data sebelumnya walaupun perekonomian sudah membaik. 2. Bias spesifikasi dengan mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak mendukung. 3. Bias spesifikasi berupa bentuk model yang tidak tepat

4.

Manipulasi data akibat data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang diharapkan, seperti penggunaan interpolasi, ekstrapolasi, dan transformasi data.

5. Non stasioneritas pada data time series yang digunakan. Gejala ini dapat terdeteksi melalui graphical method dengan mem-plot waktu dan residual. Sedangkan Uji formal yang dapat dilakukan adalah uji The Breusch-Godfrey (BG) test

Anda mungkin juga menyukai