Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Megah marvia: 07.70.0063 Pembimbing Dr. Novemi E.Sp.THT NIP: 140 240 675
Anatomi
Anatomi hidung luar :
Anatomi hidung luar dibagi 3 : 1. Paling atas : kubah tulang yang tidak dapat digerakkan. 2. Dibawahnya : kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan. 3. Paling bawah : lobulus hidung yang mudah digerakkan. Belahan bawah apertura piriformis hanya kerangka tulangnya saja, memisahkan hidung luar dengan hidung dalam.
dari nasofaring. 3. Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi organ menjadi dua hidung. 4. Selanjutnya, pada dinding lateral hidung terdapat pula konka dengan rongga udara yang tak teratur diantaranya, meatus superior, media dan inferior.
Histologi
Mukosa pernapasan hidung : Mukosa pada ujung anterior
konka & septum sedikit melampaui os internum masih dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa silia, lanjutan epitel kulit vestibulum nasi. Sepanjang jalur utama arus inspirasi epitel menjadi thoraks; silia pendek & agak irreguler. Silia Area olfaktorius Suplai darah Sistem limfatik Suplai saraf
Fisiologi
Penghiduan : inspeksi celah olfaktorius dengan
spekulum hidung, atau untuk alasan yang sama, lengkung aliran udara inspirasi normalnya tidak cukup tinggi untuk mencapai celah tersebut agar bau dapat terhirup, kecuali bau tersebut sangat kuat.
Tahanan jalan napas : Hidung dengan berbagai katub inspirasi dan ekspirasi, serta kerja mirip katub dari jaringan erektil konka dan septum.menghaluskan dan membentuk aliran udara, mengatur volume dan tekanan udara yang lewat, dan menjalankan berbagai aktivitas penyesuaian udara (filtrasi, pengaturan suhu dan kelembaban udara).
Penyesuaian udara
Purifikasi udara Fungsi dan transport mukosiliar : Merupakan
Sinus Maksilaris
Sinus maksila atau Antrum Highmore, merupakan sinus paranasal yang terbesar. Merupakan sinus pertama yang terbentuk, diperkirakan pembentukan sinus tersebut terjadi pada hari ke 70 masa kehamilan. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, yang kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal yaitu 15 ml pada saat dewasa.
Sinus Frontalis
Sinus Frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke emapat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Bentuk dan ukuran sinus frontal sangat bervariasi , dan seringkali juga sangat berbeda bentuk dan ukurannya dari sinus dan pasangannya, kadang-kadang juga ada sinus yang rudimenter.
Sinus Etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinussinus lainnya. Sel-sel etmoid, mula-mula terbentuk pada janin berusia 4 bulan, berasal dari meatus superior dan suprema yang membentuk kelompok selsel etmoid anterior dan posterior. Sinus etmoid sudah ada pada waktu bayi lahir kemudian berkembang sesuai dengan bertambahnya usia sampai mencapai masa pubertas.
Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm, dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior, volume sinus kira-kira 14 ml. Sinus etmoid berongga rongga terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita.
Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius, dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior.
Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal.
Sinus Sfenoid
Sinus Sfenoid terbentuk pada janin berumur 3 bulan sebagai pasangan evaginasi mukosa di bagian posterior superior kavum nasi. Perkembangannya berjalan lambat, sampai pada waktu lahir evaginasi mukosa ini belum tampak berhubungan dengan kartilago nasalis posterior maupun os sfenoid. Sebelum anak berusia 3 tahun sinus sfenoid masih kecil, namun telah berkembang sempurna pada usia 12 sampai 15 tahun. Letaknya di dalam korpus os etmoid dan ukuran serta bentuknya bervariasi.
Definisi
atau inflamasi pada mukosa sinus maksilaris yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Yang disertai dengan perubahan histologik pada mukosa, yakni edema, fibrosis, atau metaplasi mukosa.
Etiologi
Rhinogenik
: Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan septum deviasi. Dentogenik : pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri penyebabnya : Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus.
Patogenesis
Infeksi
Terjadi edema di kompleks ostiomeatal Terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dlm sinus Lendir yg kental-media pertumbuhan bakteri patogen
Sumbatan terus menerus menyebabkan hipoksia dan retensi lendir sehingga terjadi infeksi bakteria anaerob
kekuning-kuningan Tenggorok berlendir Nyeri pipi Sakit kepala pada sisi yang sakit
Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan pipi
Rinoskopi Anterior : konka tampak hiperemis
dan edema, selain itu tampak mukopus atau nanah di meatus media. Pada Rinoskopi Posterior : tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tranluminasi, sinus yang sakit
akan terlihat suram atau gelap Pemeriksaan radiologi, foto Waters, PA, dan lateral akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau air- fluid level pada sinus yang sakit.
unggul karena dapat menganalisis dengan baik masing-masing sinus & tes yang paling sensitif dalam mengungkapkan kelainan anatomis selain melihat adanya cairan dalam sinus Pemeriksaan kultur, sampel diambil dari sekret dari meatus medius atau meatus superior.
Gambar. CT-SCAN
Diagnosis banding
Karsinoma sinusitis maksilaris
Ozaena Benda asing dalam rongga hidung.
Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
100
Vasokonstriktor lokal dan dekongestan lokal Solusio efedrin 1-2% tetes hidung
2) Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi. 3) Diatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus. 4) Pungsi & irigasi sinus dilakukan 2 kali seminggu. Jika lebih 5-6 kali namun masih belum ada perbaikan maka mukosa sinus maksilaris tidak dapat lagi kembali normal.
5) Tindakan pembedahan
membuat drainase sinus yang terkena. Tipe pembedahan yang dilakukan adalah antrostomi intra nasal dan operasi Caldwell-Luc.
Endoskopi Fungsional (BSEF), Prinsip BSEF membuka dan membersihkan daerah ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi hingga ventilasi dan drainase menjadi lancar kembali. Tingkat keberhasilan mencapai 90% dengan tanpa meninggalkan jaringan parut.
Komplikasi
1) Komplikasi orbita
Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab
komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita.
2) Mukokel
dalam sinus. Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, disebut kista retensi mukus. Biasanya tidak berbahaya. Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.
Komplikasi Intra Kranial a)Meningitis akut (komplikasi sinusitis yang terberat). b) Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.
3)
Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid. Gejala yang timbul sama dengan abses dura. d) Abses otak, setelah sistem vena, mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.
c)
4) OMA
OMA (otitis media akut) merupakan komplikasi sinusitis maksilaris kronik dikarenakan mukosa saluran pernapasan atas juga sama dengan mukosa tuba eustachius serta terjadi sumbatan tuba eustachius akibat dari infeksi serta gangguan drainase dari sinus maksilaris.
Kesimpulan
Sinusitis terjadi jika ada gangguan drenase dan
ventilasi di dalam sinus. Bila terjadi edema di kompleks ostio-meatal, mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Akibatnya lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.
mekanik, seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor dalam rongga hidung. Selain itu rinitis kronis serta rinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus serta menghasilkan lendir yang banyak, yang merupakan media untuk tumbuhnya bakteri.
lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering, yang dapat mengakibatkan perubahan mukosa serta kerusakan silia.