Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN Indonesia kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah hutan.

Hutan tropis di Indonesia memiliki keragaman jenis yang melimpah, di mana tiap jenis memiliki peranannya masing-masing. Sayangnya, penggunaan hutan secara tidak tepat membuat luasan hutan menjadi semakin berkurang. Laju kerusakan hutan semakin meningkat tiap tahunnya akibat pertambangan dan juga penggunaan hutan menjadi lahan pertanian. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah konservasi hutan. Metode yang cukup menjadi perhatian adalah dengan memanfaatkan peranan mikoriza. Profesor Dr. J. M. Janse (1897) telah melaporkan bahwa banyak temuan tentang peranan mikoriza pada jenis-jenis pohon hutan yang ada di Cibodas, Gunung Pangrango (Jawa Barat). Hasil temuannya mengindikasikan, mikoriza berperan dalam rantai makanan di rizosfer akar dan memacu pertumbuhan hampir semua jenis pohon di tropika Indonesia. Teknologi mikoriza dapat memberikan andil dalam mempercepat pertumbuhan pohon dan merehabilitasi lahan hutan terdegradasi akibat pembukaan hutan untuk pertambangan, penebangan kayu ilegal, dan kebakaran hutan. Simbiosi mutualisme antara tanaman hutan dengan mikoriza merupakan dasar pokok dalam mengembangkan bioteknologi mikoriza. Tanaman mendapatkan bantuan dalam penyerapan secara lebih luas dari organ-organ mikoriza pada sistem perakaran. Hasil fotosintat dari reaksi fotosintesis tanaman sebagian akan didistribusikan pula ke akar dimana mikoriza berkembangbiak. Dari kegiatan barter ini maka proses simbiosis mutulistis berlangsung terus menerus dan saling menguntungkan. Jenis mikoriza di alam cukup banyak, karena itu kita perlu menyeleksi jenis mikoriza yang efektif dan cocok dengan tanaman inang (tanaman hutan). Sebagai contoh, tanaman pinus (Pinus merkusii) sangat cocok dengan cendawan ektomikoriza Pisolthus arhizus. Selain itu, diperoleh juga jenis-jenis cendawan endomikoriza untuk jenis-jenis hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah.

ISI Aplikasi mikoriza dimungkinkan dengan cara memanfaatkan cendawan mikoriza lokal yang cocok dengan tanaman inang yang akan diintroduksi dalam skala besar. Pohon yang akan digunakan sebagai tanaman inang adalah pohon pinus. Untuk ukuran tanaman pohon, pinus merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh yang pertumbuhannya sangat memerlukan mikoriza, maka untuk meningkatkan keberhasilan penanaman pinus di lapangan, dibutuhkan bibit dengan mikoriza pada perakarannya. Beberapa tahapan penting dalam proses pemanfaatan mikoriza berupa teknik sterilisasi dan teknik inokulasi pada persemaian. 1. Teknik sterilisasi media dan benih a. Sterilisasi media Sterilisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tingkat kolonisasi mikoriza (>80%) yang akan diinokulasi di persemaian. Cendawan mikoriza umumnya pertumbuhannya agak lambat dibandingkan dengan cendawan penyebab penyakit. Dengan demikian, sterilisasi media masih diperlukan untuk mengurangi tingkat persaingan cendawan/bakteri yang menghambat proses kolonisasi ektomikoriza, seperti cendawan Pythlum sp dan Rhizoctonia sp, penyebab dumping off di persemaian. Untuk daerah tropis di Indonesia, dapat memanfaatkan keberadaan sinar matahari sebagai cara untuk mematikan cendawan penyebab penyakit. Caranya, dengan menyediakan tempat penjemuran berupa seng dan dibuat menyungkup. Peningkatan suhu yang dapat dicapai sekitar 50-600 C selama lima jam. Ketika musim penghujan, dapat memakai teknik penggorengan media. Penggorengan dilakukan di atas api selama tiga jam. b. Sterilisasi permukaan benih Untuk mengurangi persaingan dengan cendawan lain maka perlu dilakukan juga sterilisasi terhadap permukaan benih sebelum ditaburkan di media steril. Bahan sterilant yang biasa digunakan adalah Sodium hypochlorit 5 % ataupun Hidrogen peroksida 30%. Benih yang akan diaplikasin pada persemaian dicelupkan dulu pada sterilant selama 10 menit (bila menggunakan Sodium hypochlorit) atau 5 menit (bila menggunakan Hidrogen peroksida). Selanjutnya benih dibilas dengan air sampai bersih.

2. Teknik inokulasi Inokulasi cendawan ektomikoriza ke tanaman inang dapat dilakukan dengan penularan secara alami ataupun penularan secara buatan. a. Penularan secara alami Secara alami dengan penanaman pohon induk bermikoriza (mother trees). Di bedeng persemaian ukuran 1x5 m, sebelum bibit ditanam terlebih dahulu ditanam pohon induk yang telah terkolonisasi ektomikoriza. Kemudian baru dilakukan penanaman bibit di bedeng semai di antara pohon induk bermikoriza. Bibit-bibit pinus yang masih kecil-kecil ditanam di bedeng-bedeng persemaian yang sebelumnya telah ditanam bibit pinus bermikoriza berukuran 30-40 cm. Penanaman secara berdekatan ini diharapkan dapat menyebabkan terjadinya penularan secara alamiah yang akhirnya akan diperoleh bibit tanaman bermikoriza dalam kurun waktu 10-12 bulan. b. Penularan secara buatan Penularan secara buatan dapat menggunakan metode tablet spora. Tablet diberikan ketika pinus telah berkotiledon, berbentuk seperti pentol korek. Satu tablet untuk satu satu bibit dan letaknya berada di dekat sistem perakaran.

PENUTUP Sebelum ada kata terlambat dan kita bakal didahului oleh negara lain yang akan mengekspor mikoriza eksotik ke Indonesia, dan belum tentu kompatibel dengan jenis komoditi tanaman hutan tropis Indonesia, sebaiknya kita harus mengambil langkah-langkah nyata untuk segera mengaplikasikan mikoriza asli dari hutan tropis Indonesia, yang jelas mampu beradaptasi dengan kondisi lokal. Mikoriza super strain dapat melawan dan meminimasi laju kerusakan hutan yang meningkat setiap tahunnya, dengan cara membantu pertumbuhan tanaman yang telah bermikoriza pada lahan-lahan hutan yang terdegradasi di bekas areal pertambangan, padang alang-alang, dan lahan rawa-gambut dengan pola partisipatif dari masyarakat sekitar hutan. Diharapkan dengan input teknologi ini, lahan hutan terdegradasi akan menciut dan ekosistem hutan tropis menjadi pulih kembali, sehingga keterpurukan ekonomi Indonesia dan bencana-bencana alam yang datang silih berganti dapat berhenti sampai di sini saja. Selanjutnya perekonomian kita bangkit kembali khususnya ekspor legal komoditi kehutanan Indonesia kembali berjaya di perdagangan internasional. Kita harus berani mempromosikan dan menjual produk hasil hutan kayu maupun bukan kayu yang berasal dari input teknologi mikoriza yang ramah lingkungan dan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.

DAFTAR PUSTAKA Santoso, Erdy, Maman Turjaman, dan Ragil SB Irianto. 2006. Aplikasi Mikoriza untuk Meningkatkan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terdegradasi. Makalah utama pada Ekspose hasil hasil pertanian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006.

Anda mungkin juga menyukai