Anda di halaman 1dari 12

KOMANDO DAERAH MILITER XVI/PATTIMURA PERHUBUNGAN

PERENCANAAN PENGEREMAN ABS MEKANIK VIBRATOR PADA KENDARAAN KIJANG

SISTEM DENGAN

Ambon,

Mei 2011

KOMANDO DAERAH MILITER XVI/PATTIMURA PERHUBUNGAN

PERENCANAAN SISTEM ABS MEKANIK DENGAN VIBRATOR PADA KENDARAAN

Pendahuluan 1. Kendaraan merupakan suatu fasilitas yang sangat penting dalam kehidupan

manusia dewasa ini yang berfungsi sebagai alat transportasi yang juga merupakan sarana penunjang kehidupan yang diperlukan manusia untuk dapat berpindah dari suatu tempat ketempat lain. Sarana transportasi terbesar yang digunakan saat ini adalah transportasi darat. Pengembangan teknologi kendaraan bermotor menuntutsemua industry otomotif untuk bersaing dalam memproduksi kendaraan bermotor yang praktis, ekonomis dan selalu memperhatikan keamanan serta kenyamanan berkendaraan. 2. Sistem pengereman merupakan salah satu bagian kendaraan yang

membutuhkan perhatian lebih dari produsen maupun pemilik kendaraan bermotor dengan maksud untuk mendapatkan kenyamanan bahkan keselamatan pengemudi dan penumpang, hal ini dapat kita ketahui bahwa sering terjadinya kecelakaan lalulintas yang disebabkan oleh sistem pengereman yang kurang sempurna. Oleh karena itu hal tersebut harus dapat kita minimalisir dengan menggunakan sistem pengereman yang baik dan aman. 3. Agar sistem pengereman dapat berfungsi dengan baik adalah pengereman

yang tidak mengakibatkan terkuncinya roda-roda belakang pada waktu dilakukan pengereman tiba-tiba dan juga mampu mengontrol roda-roda depan agar kendaraan tidak berputar (slip), sehingga pengendalian kemudi dapat terjaga dengan baik. Dalam hal ini sistem pengereman yang baik yang dikenal dengan sistem pengereman ABS (Anti Lock Brake System). 4. Maksud dan tujuan. Maksud penulisan naskah ini adalah untuk memberikan

masukan tentang pemasangan Vibrator pada system pengereman kendaraan dengan tujuan untuk mendapatkan system pengereman yang baik, aman dan ekonomis. 5. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup penulisan naskah ini meliputi

latar belakang masalah yang berkaitan dengan kondisi sistem pengereman kendaraan saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi, kondisi sistem pengereman

yang diharapkan pada masa mendatang dikaitkan dengan upaya-upaya realistis dan aplikatif yang dapat dilaksanakan dan ditutup oleh kesimpulan dan saran dengan tata urut sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. 6. Pendahuluan. Kondisi Sistem Pengereman Kendaraan Saat Ini. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Kondisi Sistem Pengereman Kendaraan Yang Diharapkan. Upaya-upaya Untuk Mencapai Sistem Pengereman Kendaraan Yang Kesimpulan dan Saran. Penutup.

Diharapkan.

Pengertian pengertian. a. Sistem Pengereman. Adalah salah satu komponen kendaraan

yang digunakan untuk mengurangi laju dan menghentikan kendaraan pada saat bergerak. b. ABS. Adalah sistem pengereman yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya penguncian roda-roda dan juga mengontrol roda-roda agar tidak terjadi slip pada saat kendaraan di rem secara mendadak.. c. Vibrator. Adalah alat yang digunakan untuk menimbulkan getaran

pada sistem pengereman ABS mekanik. d. Stoping Distance. Adalah jarak yang ditempuh kendaraan

ketika dilaksanakan pengereman. e. Stoping Time. Adalah waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan

untuk berhenti setelah dilakukan pengereman. Kondisi Sistem Pengereman Kendaraan Saat Ini

7.

Rem

dirancang

untuk

mengurangi

kecepatan

(perlambatan)

dan

menghentikan kendaraan atau untuk memungkinkan parkir pada tempat yang menurun. Dewasa ini para ahli permobilan, rem merupakan peralatan penting untuk keamanan berkendaraan sehingga kendaraan dapat berhenti di tempat maupun dan dalam berbagai kondisi dan berfungsi dengan baik dan aman.

Gambar 1 Sistem Pengereman Konvensional

8.

Jika kita ingin menghentikan putaran roda, maka kita akan menginjak pedal

rem. Suatu injakan yang lemah akan menghasilkan gaya gesek antara pada rem dan disk rotor kecil, sehingga jarak pengereman menjadi panjang. Pada kondisi jalan yang bebas rintangan hal tersebut masih layak untuk dilakukan, namun pada kondisi jalan ramai dan dilakukan pengereman secara mendadak, maka kita akan menginjak pedal rem dengan kuat dimaksudkan agar mendapatkan jarak pengereman yang diinginkan, ternyata hasil yang diperoleh berbeda dengan keinginan, sehingga roda kendaraaan akan terkunci dan selanjutnya akan tergelincir dijalan. 9. Sistem pengereman konvensional tidak menggunakan elemen statis yang

berfungsi untuk menghasilkan efek ABS, sehingga akan terjadinya lock pada sistem ini pada saat kendaraan direm secara mendadak dan terjadi slip pada kendaraan tidak dapat dihindari.

Gambar 2 Prinsip Kerja Sistem Pengereman Konvensional Sistem pengereman secara konvensional prinsip kerjanya berdasarkan gaya penekanan pedal rem yang dirubah menjadi gaya mekanis pada batang pendorong piston boster rem, didalam boster rem gaya pengereman ditingkatkan dan kemudian mendorong batang piston silinder master sehingga menimbulkan gaya tekan fluida (hidraulis) yang diteruskan ke kaliper, di dalam kaliper fluida mendorong piston caliper dan pad rem yang mencengkeram disk rotor, gaya cengkeram ini disebut dengan gaya pengereman. Faktor faktor yang mempengaruhi 11. Saat pengereman dilakukan, maka terjadi gesekan antara dua permukaan

yang berlawanan baik gesekan antara permukaan roda dan permukaan jalan maupun antara permukaan pad dan permukaan disk rotor/tromol. Diantara gesekangesekan tersebut memiliki nilai koefisien gerak yang berbeda berdasarkan kekasaran/kehalusan permukaan kedua benda yang bergerak. Hasil studi baru tentang karakteristik adhesi antara roda dan jalan terbesar terjadi pada saat roda belum lock, hal ini berarti bahwa jika pada pengereman, roda dapat dipertahankan sedemikian rupa (tidak lock) dan pada desirable range (20%) maka diharapkan jarak

pengereman menjadi lebih pendek. Hal ini menggambarkan bahwa roda dalam keadaan lock tidak mampu menahan gaya kesamping, kondisi ini sangat berbahaya pada saat kendaraan berbelok ada roda yang lock. 12. Slip ratio. Kendaraan yang dijalankan pada kecepatan yang tetap, maka

kecepatan bodi kendaraaan dengan kecepatan roda-rodanya sama. Akan tetapi bila terjadi pengereman yang memperlambat kendaraan, maka kecepatan roda-rodanya akan berangsur-angsur berkurang dan tidak lagi sama dengan kecepatan bodi kendaraan yang melaju dalam kelambanan sendiri yang memungkinkan terjadinya slip antara roda dan permukaan jalan. 13. Pegas. Suatu pegas dengan ujung polos (plain ends) mempunyai suatu

gulungan ulir yang tak terganggu, ujungnya sama seperti suatu pegas panjang yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian.

Gambar 4 Pegas tekan Pegas dibuat baik melalui proses perlakuan panas atau dingin tergantung pada ukuran dari bahan pegas tersebut, indeks pegas dan sifat-sifat yang diinginkan. Pada umumnya kawat yang diberi perkerasan hendaknya jangan dipakai jika D/d > 4 atau d > in. Penggulungan pegas menimbulkan tegangan-tegangan sisa melalui lenturan, tetapi hal ini tegak lurus terhadap arah dari tegangan kerja puntir pada suatu pegas bergulung.

Kondisi Kemampuan Binter TNI AD Yang Diharapkan.

14.

Pemasangan Vibrator pada sistem pengereman konvensional (setelah

modifikasi) dapat dilakukan dengan dipasang antara master silinder dan kaliper sehingga getaran yang dihasilkan oleh vibrator dapat menggetarkan pada rem dalam kaliper. Untuk pemasangannya tiap kaliper dilayani oleh satu kaliper.

Gambar 3 Pemasangan Vibrator pada Sistem Pengereman Konvensional Prinsip kerja pengereman ABS mekanik sama dengan sistem pengereman konvensional, namun pada saat rem digunakan diharapkan terjadi efek ABS yaitu getaran yang dihasilkan oleh Vibrator.

Upaya-upaya Untuk Mencapai Sistem Pengereman Kendaraan Yang Diharapkan. 15. Sistem pengereman Elektrik banyak digunakan pada kendaraan mewah,

namun untuk kendaraan biasa dapat kita modifikasi sistem pengeremannya dengan menggunakan vibrator sehingga lebih sederhana disbanding dengan sistem pengereman ABS elektrik. Sistem pemgereman ABS mekanik dengan menggunakan vibrator memakai elemen elastis pada sistem rem sehingga

menghasilkan tekanan fluida pada sistem re mini akan berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan agar roda tidak lock saat kendaraan direm secara tiba-tiba tetap stabil. Berdasarkan perencanaan, didapat rancangan vibrator seperti pada gambar berikut :

Gambar 4 Rancangan Vibrator 16. Dalam menganalisa getaran yang terjadi pada rem sangat perlu untuk

memodelkan sistem dengan tujuan untuk menyederhanakan sistem.

Gambar 5 Pemodelan getaran sistem rem dan vibrator Keterangan gambar : m1 m2 c1 c2 c3 c4 k1 k2 F1 F2 Z : Massa pluger dan minyak rem. : Massa piston dan pad. : Konstanta redaman pegas. : Konstanta redaman plunger. : Konstanta redaman minyak rem. : Konstanta redaman pad. : Konstanta kekakuan pegas. : Konstanta kekakuan minyak rem. : Gaya tekan minyak rem pada vibrator. : Gaya tekan minyak rem pada pad. : Profil disk rotor. Sehingga fluktuasi gaya rem akibat adanya spring plunger dapat dianalisa yaitu gaya (F1 dan F2) yang bekerja pada massa (m1 dan m2 ) kekakuan pegas yang sesuai untuk sistem rem ini. 17. Untuk melaksanakan suatu modifikasi terlebih dahulu melaksanakan agar dapat memilih

perhitungan-perhitungan yang didukung oleh teori-teori yang sesuai, sehingga ditemukan suatu hasil yang memenuhi syarat, agar alat yang direncanakan dapat bekerja sesuai dengan beban yang diterima. Dalam perhitungan ini dititik beratkan pada vibrator (penghasil getaran) dan tekanan yang dihasilkan oleh sistem rem tersebut. Untuk mengetahui nilai kekakuan pegas, maka sebelumnya perlu diketahui nilai tekanan dan gaya pada sistem rem tanpa dan dengan vibrator. a. Perhitungan gaya tanpa Vibrator. Fm = dimana : K = =

Maka Fm =

Kesimpulan dan Saran. 16. Kesimpulan. Dari uraian yang telah disampaikan di atas dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut. a. Pemberdayaan wilayah pertahanan dapat diselenggarakan melalui

Binter dengan kegiatan Bakti TNI. Kegiatan ini merupakan dilaksanakan untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat melalui kegiatan yang bercorak lintas satuan. b. Semua sasaran yang ingin tercapai belum menemui hasil yang sektoral dan melibatkan seluruh komponen bangsa dengan mengedepankan kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan kesiapan

memuaskan hal ini dapat terlihat dari sasaran fisik dan non fisik yang masih belum optimal dilaksanakan karena beberapa hal yaitu kurangnya rasa kebersamaan, kebangsaan, pemahaman penyelenggaraan pertahanan negara, kerjasama, serta pemilihan sasaran yang tidak tepat. c. Upaya yang dapat dilakukan dalam penyelenggaraan melalui Bakti TNI

melalui satkowil diantaranya dengan cara membantu program pemerintah dalam meningkatkan Sarpras kehidupan masyarakat, membantu program pemerintah dalam meningkatkan produktifitas lahan pertanian masyarakat. d. Upaya yang dapat dilakukan dalam penyelenggaraan melalui Bakti TNI

melalui satnonkowil diantaranya dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesadaran berbangsa dan bernegara, kesadaran bela negara, persatuan dan kesatuan bangsa serta cinta tanah air kepada masyarakat di sekitar lingkungan satuan, meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan dan pertanian di sekitar lingkungan satuan, meningkatkan pengetahuan satuan. / 20. Saran.. 14 Hansip dan Wanra tentang keamanan disekitar lingkungan

20.

Saran.

Mengingat perkembangan kondisi wilayah setempat serta

kemampuan Satkowil dan Satnonkowil diantaranya sering terjadi tumpang tindih sasaran pembinaan, terdapat kondisi yang berbeda, target sasaran menjadi tidak realistic maka perlunya revisi Buku Petunjuk Teknik Bintertas serta buku pedoman mengenai Binter sehingga pemberdayaan wilayah akan terwujud dengan optimal.

Penutup. 21. Demikian naskah karangan militer ini disampaikan dengan harapan dapat

dijadikan sebagai bahan masukan kepada pimpinan untuk menentukan kebijakan lebih lanjut dalam rangka meningkatkan peningkatan pemberdayaan wilayah melalui Binter untuk penyiapan potensi nasional dengan metode Bakti TNI dihadapkan pada keterbatasan-keterbatasan yang ada.

Ambon,

Mei 2011 Penulis

Adi Wahyu Pribadi, S.Kom Lettu Chb NRP 11080099011085

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Pangkat/NRP Tempat, Tanggal Lahir Jabatan Satuan Pendidikan Formal Pendidikan Militer

: Adi Wahyu Pribadi,S.Kom : Lettu Chb / 11080099011085 : Tangerang, 15 Oktober 1985 : Dantim DF Subdenpernika Denhubdam : Hubdam XVI/ Pattimura : S1 Teknik Informatika : 1. 2. 3. Semapa PK TNI 2008 Sesarcabhub 2009 Suspanik Ambon, Mei 2011 Penulis

Adi Wahyu Pribadi, S.Kom Lettu Chb NRP 11080099011085

Anda mungkin juga menyukai