Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolak ukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan adanya evaluasi.

Evaluasi pendidikan sering diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar mengajar, padahal antara keduanya mempunyai arti yang berbeda meskipun saling berhubungan. Mengukur bersifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif.

Sebagai calon seorang guru tentu harus menguasai prosedur evaluasi dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir yang dicapai dari kegiatan belajar mengajar. Pada kali ini bahasan yang akan diuraikan adalah mengenai Pendekatan Penilaian dan Pengujian Kualitas Tes.

Seorang calon guru harus mengetahui berbagai pendekatan dalam penilain agar kelak nanti apabila menjadi guru bisa diaplikasikan dalam proses pengajaran, agar penilaian yang dilakukan bervariasi (tidak monoton) disesuaikan dengan kebutuhan atau keadaan.

Begitu pun dalam pengujian kualitas tes akan diketahui apakah soal (sebagai alat evaluasi) yang dibuat berkualitas atau tidak, layak diujikan atau tidak.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka laporan kali ini dibuat untuk mengkaji lebih detail mengenai Pendekatan Penilain dan Kualitas Tes.

B.

Tujuan Pembuatan Laporan Tujuan pembuatan laporan adalah sebagai berikut : 1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Evaluasi pembelajaran. 2. Mengetahui dan memahami macam-macam Pendekatan Penilaian. 3. Menguji kualitas tes suatu soal, untuk dianalisis lebih lanjut, dan menyimpulkan kualitas dari soal tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendekatan dalam Penilaian 1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced

Evaluation)/Absolut yaitu pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan batas lulus yang telah ditetapkan.

Sebelum melakukan penilaian dilakukan terlebih dahulu penetapan patokan yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu. Patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu biasanya disebut batas lulus atau tingkat penguasaan minimum. Patokan yang digunakan bersifat tetap. Skala Penilaian terdiri dari : a) Skala lima ( 0, 1, 2, 3, dan 4 / E, D, C, B dan A) b) Skala sembilan (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9) c) Skala sebelas ( 0 10) d) Skala seratus (1 100) e) Skala Z skor Skala 5 a) Pembagian tingkatan yang terbagi dalam lima katagori b) Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma patokan adalah didasarkan atas tingkat penguasaan terhadap bahan yang diberikan c) Tingkat penguasaan tersebut akan tercermin dari tinggi rendahnya skor mentah yang dicapai.

Pedoman konversi skala 5 A M + 1,5 SD = B M + 0,5 SD = C M 0,5 SD = D M 1,5 SD = E

Berdasarkan Tingkat Penguasaan :

Tingkat Penguasaan

Skor Standar

90% - 100% 80% - 89% 65% - 79% 55% - 64% 0% - 54%

A B C D E

Skala 9 Pedoman konversi skala 9 9 M + 1,75 SD = 8 M + 1,25 SD = 7 M + 0,75 SD = 6 M + 0,25 SD = 5 M - 0,25 SD = 4 M 0,75 SD = 3 M 1,25 SD = 2 M 1,75 SD = 1

Berdasarkan Tingkat Penguasaan : Tingkat Penguasaan Skor Standar

85 - 100% 75% - 84% 65% - 74% 55% - 64% 45% - 54% 35% - 44% 25% - 34% 15% - 24% 0% - 14%

9 8 7 6 5 4 3 2 1

Skala 11 Pedoman konversi skala 11 10 M + 2,25 SD = 9 M + 1,75 SD = 8 M + 1,25 SD = 7 M + 0,75 SD = 6 M + 0,25 SD = 5 M 0,25 SD = 4 M 0,75 SD = 3 M - 0,75 SD = 2 M - 1,25 SD = 1 M 1,75 SD = 0

Skala 100 Skala seratus adalah suatu skala yang bergerak antara nol sampai seratus. Mengkonversi skor mentah menjadi skor standar dengan norma patokan skala seratus dipergunakan rumus T score. T = 50 + X M x 10 SD Z skor Z-skor adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya penyimpangan suatu skor terhadap angka rata-rata skor dalam kelompok tersebut, dalam satuan deviasi standar. Rumus dalam mencari Z skor : Z= XM SD

2. Penilaian Acuan Normal (PAN) Pendekatan Penilaian Acuan Normal (Norm-Referenced Evaluation)/Relatif yaitu pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang-orang lain dalam kelompoknya. Evaluasi Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan apa adanya. Tidak sama sekali dikaitkan dengan ukuran-ukuran ataupun patokan yang terletak diluar hasil-hasil pengukuran sekelompok mahasiswa. Pada dasarnya mempergunakan kurve normal dengan menafsirkan angka ratarata (mean) dan angka simbangan baku (standard deviation). Patokan penilaian ini bersifat relatif, dapat bergeser ke atas atau ke bawah. Skala penilain yang digunakan sama hal nya dengan PAP, yaitu skala 5, skala 9, skala 11, skala 100 dan Z skor.

3. Penilaian gabungan PAN dan PAP (Kombinasi) Norma absolut dan norma relatif mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-masing. Norma absolut baik dipergunakan apabila derajat kesukaran tes yang digunakan telah memenuhi syarat tes yang baik. Norma relatif baik dipergunakan apabila distribusi kecakapan kelompok anak mengikuti hukum kurve normal. Norma kombinasi yaitu suatu norma yang didasarkan atas kombinasi antara norma absolut dan norma relatif. Langkah-langkah dalam mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar skala lima, sembilan , sebelas dan seratus : Mencari angka rata-rata kombinasi (Mk) Mk = (Mi + Ma) Mencari standar deviasi kombinasi (SDk) SDk = (SDi + SDa) Membuat pedoman konversi

B. Kualitas Tes Ada beberapa aspek yang dinilai dalam kualitas tes, yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas. Untuk lebih jelasnya, diuraikan di bawah ini : 1. Tingkat kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty indeks). Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut :

P=B JS

Dimana : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering

diklasifikasikan sebagai berikut : Soal dengan P 1,00 0,30 = soal sukar Soal dengan P 0,30 0,70 = soal sedang Soal dengan P 0,70 1,00 = soal mudah

2. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang bodoh (lower group). Angka yang menunjukan besarnya day pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa- siswa yang pandai saja. Langkah pertama untuk menganalisis daya pembeda, adalah dengan mengelompokan seluruh peserta tes menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pandai (upper group) dan kelompok bodoh (lower group).

Untuk mencari indeks diskriminasi (D) digunakn rumus berikut : D = BA - BB = PA -PP JA JB

Dimana : J JA JB BA BB PA PB = jumlah peserta tes = banyak peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar Klasifikasi daya pembeda D : 0,00 0,20 = jelek D : 0,20 0,40 = cukup D : 0,40 0,70 = baik D : 0,70 1,00 = baik sekali

3. Validitas Dalam evaluasi pembelajaran validitas dibagi menjadi dua, yaitu validitas menyangkut soal secara kesuluruhan dan validitas menyangkut butir soal atau item dan validitas faktor yang menyangkut materi.

Pada kali ini validitas yang akan diujikan adalah validitas butir soal atau item. Sebuah tes dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain sebuah item mempunyai validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total.

Perhitungan validitas dilakukan dengan rumus korelasi product moment, yaitu dengan perhitungan angka kasar.

Rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagi berikut :

NXY (X) (Y) rxy = { NX2 (X2)} {NY2 (Y)2}

Koefisien untuk menentukan besarnya koefisien korelasi, yaitu : 0,800 1,00 = sangat tinggi 0,600 0,800 = tinggi 0,400 0,600 = cukup 0,200 0,400 = rendah 0,00 0,200 = sanagt rendah

4. Reliabilitas Reliabilitas tes adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Ada tiga metode yang digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas, yaitu metode bentuk parallel (equivalent), metode tes ulang (test-retest method) dan metode belah dua (split-half method).

Dalam pengujian reliabilitas kali ini metode yang digunakan adalah metode belah dua adalah dengan cara pembelahan ganjil-genap. Perhitungan yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi product moment reliabilitas disebut koefisien reliabilitas separo tes. dalam

Hasil perhitungan dengan korelasi product moment

dimasukan ke dalam

rumus di bawah ini, untuk mengetahui tinggi rendahnya koefisien tersebut : 2r r 11 = (1 + r )

10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Materi Soal yang Diujikan Soal yang dianalisis pada kesempatan kali ini adalah soal ujian mata pelajaran PKN kelas X. tepatnya kelas X.5 di SMA N 2 Ciamis dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Adapun materi dari mata pelajaran PKN tersebut sebagi berikut : Bab 1. Hakikat Bangsa dan Negara A. Pendahuluan B. Hakikat Bangsa C. Negara : 1. Hakikat Negara 2. Unsur-unsur terbentuknya Negara 3. Asal Mula Negara 4. Bentuk kenegaraan 5. Pengertian, fungsi dan tujuan negara kesatuan Republik Indonesia D. Semangat Kebangsaan 1. Makna Nasionalisme 2. Makna Patriotisme 3. Penerapan Prinsip Patriotisme 4. Nasionalisme dan Patriotisme diantara paham-paham lain Bab 2. Sistem Hukum dan Peradilan A. Pendahuluan B. Sistem Hukum Nasional 1. Konsep tentang Hukum 2. System Hukum Nasional

11

C. Sistem Peradilan Sosial 1. Pengertian 2. Kekuasaan yang merdeka 3. Lembaga-lembaga peradilan di Indonesia D. Bersikap sesuai Hukum yang Berlaku 1. Pengembangan Budaya Hukum 2. Budaya (sadar) Hukum E. Pemebrantasan Korupsi di Indonesia 1. Pengertian dan sebab-sebab korupsi 2. Upaya dan kendala pemberantasan korupsi 3. Berperan serta dalam pemberantasan korupsi di Indonesia Bab 3. Hak Asasi Manusia A. Pendahuluan B. Pemahaman konseptual tentang Ham 1. Pengertian Hak 2. Pengertian HAM 3. Macam-macam HAM C. Instrument Hukum HAM Nasional dan Internasional 1. Instrument hukum HAM Nasional 2. Instrument hukum HAM Nasional D. Upaya Penegakan HAM di Indonesia 1. Sejarah singkat penegakan HAM di Indonesia 2. Upaya-upaya Penegakan HAM 3. KOMNAS HAM dan peranannya 4. Pengadilan HAM di Indonesia 5. Penanganan beberapa kasus HAM di Indonesia 6. Tantangan dalam penegakan HAM di Indonesia

12

E. Berperan serta dalam penegakan HAM 1. Peran serta Individual 2. Peran serta Organisasional F. Dimensi Internasional HAM 1. Bila Negar tidak Menegakan HAM 2. Peradilan Internasional HAM Bab 4. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi A. Pendahuluan B. Dasar Negara : Pengertian, Substansi dan Fungsinya 1. Pengertian dasar Negara 2. Subsatnsi dasar Negara 3. Fungsi dasar Negara C. Konstitusi : pengertian, kedudukan, sifat, fungsi dan substansinya 1. Pengertian konstitusi 2. Kedudukan konstitusi 3. Sifat konstitusi 4. Fungsi konstitusi 5. Substansi/isi konstitusi D. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi 1. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi di Indonesia 2. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi di Negara Lioberal (Amerika Serikat) 3. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi di Negara komunis (Uni Soviet) E. Pembukaan UUD 1945 : isi dan kedudukannya 1. Isi pembukaan UUD 1945 2. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 F. Tanggung Jawab Negara terhadap Konstitusi Negara dan Dasar Negara

13

Bab 5. Persamaan Kedudukan Warga Negara A. Pendahuluan B. Kedudukan Warga Negara dan Pewarganegaraan 1. Pengertian Warga Negara 2. Asas Kewarganegaraa 3. Pewarganegaraan 4. Masalah Kewarganegaraan C. Warga Negara menurut Hukum Kewarganegaraan Indonesia 1. Menurut Hukum Kewarganegaraan Indonesia 2. Memperoleh Kewarganegaraan RI 3. Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia 4. Hak dan Kewajiban Negara RI D. Persamaan Kedudukan Warga Negara 1. Pengertian Persamaan Kedudukan Warga Negara 2. Alasan Perlunya Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara E. Prinsip Persamaan Kedudukan Warga Negara Diberbagai bidang F. Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara Bab 6. Sistem Politik di Indonesia A. Pendahuluan B. Pengertian Sistem Politik 1. Pengertian Sistem 2. Pengertian Politik 3. Sistem Politik C. Struktur Politik di Indonesia 1. Sistem Poilitik di Indonesia Berdasarkan pancasila 2. Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia D. Macam-macam politik 1. Demokrasi 2. Kediktatoran

14

E. Partisipasi dalam Sistem Politik di Indonesia 1. Partisipasi Konvensional 2. Partisipasi Non Konvensional

B. Pendekatan Penilaian Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala 5 Berdasarkan penghitungan konversi skala 5 dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut : NO. 1 2 3 4 5 KRITERIA > 74 (A) 58 - 74 (B) 42 - 57 ( C ) 25 - 41 (D) < 25 (E) Jumlah 36 Table 1. PAP skala 5 Dari tiga puluh enam siswa satu orang mendapat skor A, duapuluh dua orang mendapat skor B, dua belas orang mendapat skor C dan satu orang mendapat skor D. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 5 berada pada skor standar D. Skala 9 Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut : 100 FREK 1 22 12 1 % 2.777778 61.11111 33.33333 2.777778

15

NO. 1 >78 (9)

KRITERIA

FREK

2 71 - 78 (8) 3 62.5 - 70 (7) 4 54 - 62 (6) 5 45 - 53 (5) 6 37.5 - 44 (4) 7 29 - 37 (3) 8 21- 28 (2) 9 < 21 (1) Jumlah

2 10 19 2 3

5.555556 27.77778 52.77778 5.555556 8.333333

36 Table 2. PAP skala 9

100

Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor 8, sepuluh orang mendapat skor 7, Sembilan belas orang mendapat skor 6, dua orang mendapat skor 5 dan tiga orang anak mendapat skor 4. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 9 berada pada skor standar 6. Skala 11 Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut : NO. 1 > 87 (10) 2 79 87 (9) 3 71 - 78 (8) 4 62.5 70 (7) 5 54 - 62 (6) 6 46 53 (5) 2 10 19 2 5.555556 27.77778 52.77778 5.555556 KRITERIA FREK %

16

7 37.5 45 (4) 8 29 37 (3) 9 21 - 28 (2) 10 12.5 20 (1) 11 < 12.5 (0) Jumlah

8.333333

36 Table 3. PAP skala 11

100

Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor 8, sepuluh orang mendapat skor 7, Sembilan belas orang mendapat skor 6, dua orang mendapat skor 5 dan tiga orang anak mendapat skor 4. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 5 berada pada skor standar 6. Skala 100 Berdasarkan perhitungan konversi skala 100 dengan menggunakan T score, skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 65 dan skor terendanhnya 44.6. Ratarata skor yang diperoleh siswa berdasarkan skala 100 adalah 55.73. (Pada lampiran Table 1. Penilaian Acuan Patokan). Z Skor Berdasarkan perhitungan konversi pada Z Skor terdapat 33 orang siswa yang memiliki Z skor positif, artinya berada di atas rataan kelas. 3 orang siswa lainya memiliki nilai Z skor negative (di bawah rataan kelas). (Pada lampiran Table1. Penilaian Acuan Patokan)

Penilaian Acuan Normal (PAN) Skala 5 Berdasarkan penghitungan konversi skala 5 dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut :

17

NO. 1 2 3 4 5

KRITERIA A= > 69 B= 63 -69 C= 56 - 62 D= 49 - 55 E= < 49 Jumlah

FREK 2 10 17 5 2 36

% 5.55555556 27.7777778 47.2222222 13.8888889 5.55555556 100

Table 4. PAN skala 5 Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor A, sepuluh dua orang mendapat skor B, tujuh belas orang mendapat skor C dan lima orang mendapat skor D dan dua orang mendapat skor E. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 5 berada pada skor standar D. Skala 9 Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut : NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KRITERIA 9= > 71 8= 68 - 71 7= 65 - 67 6= 61 - 64 5= 58 - 60 4= 54 - 57 3= 50 - 53 2= 47 - 59 1= < 47 Jumlah FREK 2 1 6 7 7 9 1 3 36 Table 5. PAN skala 9 % 5.555556 2.777778 16.66667 19.44444 19.44444 25 2.777778 8.333333 100

Dari tiga puluh enam siswa dua orang mendapat skor 9, satu orang mendapat skor 8, enam orang mendapat skor 7, tujuh orang mendapat skor 6, tujuh orang

18

anak mendapat skor 5, sembilan orang mendapat skor 4, satu orang mendapat skor 3 dan satu orang mendapat skor 1. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 9 berada pada skor standar 6. Skala 11 Berdasarkan penghitungan konversi skala 9 dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut : NO. 1 10= >74 2 9= 71 - 74 3 8= 68 - 70 4 7= 65 - 67 5 6= 61 - 64 6 5= 58 - 60 7 4= 54 - 57 8 3= 51 - 53 9 2= 47 - 50 10 1= 43 - 46 11 0= < 43 Jumlah 1 2 36 Table 6. PAN skala 11 Dari tiga puluh enam siswa satu orang mendapat skor 10, satu orang mendapat skor 9, satu orang mendapat skor 8, enam orang mendapat skor 7, tujuh orang anak mendapat skor 6, tujuh orang mendapat skor 5, delapan orang mendapat skor 4, dua orang mendapat skor 3, satu orang mendapat skor 1, dan dua orang berada di bawah skor 1. 2.777778 5.555556 100 KRITERIA FREK 1 1 1 6 7 7 8 2 % 2.777778 2.777778 2.777778 16.66667 19.44444 19.44444 22.22222 5.555556

19

Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %), tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 11 berada pada skor standar 6. Skala 100 Berdasarkan perhitungan konversi skala 100 dengan menggunakan T score, skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 72.11 dan skor terendanhnya 23.44. Ratarata skor yang diperoleh siswa berdasarkan skala 100 adalah 47.01. (Pada lampiran Table 2. Penilaian Acuan Normal). Z Skor Berdasarkan perhitungan konversi pada Z Skor terdapat 20 orang siswa yang memiliki Z skor positif, artinya berada di atas rataan kelas. 16 orang siswa lainya memiliki nilai Z skor negative (di bawah rataan kelas). (Pada lampiran Table 2. Penilaian Acuan Normal).

Penilaian Gabungan PAP dan PAN (Kombinasi) Skala kombinasi yang digunakan adalah Skala 5. Berdasarkan penghitungan konversi skala 5 kombinasi, dari 36 orang siswa diperoleh data sebagai berikut : NO. 1 2 3 4 5 KRITERIA A= > 71 B= 61 - 71 C= 49 - 60 D= 37 - 48 E= < 37 Jumlah 36 Table 7. PAN skala 5 100 FREK 1 15 17 3 % 2.777778 41.66667 47.22222 8.333333

Dari tiga puluh enam siswa satu orang mendapat skor A, lima belas orang mendapat skor B, tujuh belas orang mendapat skor C, dan tiga orang mendapat skor D. Berdasarkan skor yang diperolah siswa apabila dirata-ratakan (59.55 %),
20

tingkat penguasaan siswa pada konversi skala 5 berada pada skor standar D. (pada Lampiran 3. Tabel Kombinasi) Pendekatan penilaian yang cocok digunakan untuk mengukur skor siswa (ujian PKN) adalah Penilain Acuan Normal (PAN). Hal ini karena dengan nilai yang diperoleh siswa reltif rendah. Selain itu denagn menggunakan PAN skor yang diperoleh siswa lebih beragam. Apabila menggunakan pendekatan PAP skor yang diperoleh siswa terpusat pada skor tertentu. Begitu pun jika menggunakan Pendekatan Kombinasi. C. Kualitas Tes 1. Tingkat Kesukaran Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran diperoleh data sebagai berikut : NO. TINGKAT KESUKARAN 1 2 3 Sukar Sedang Mudah Jumlah FREK 7 16 17 40 Table 8. Tingkat Kesukaran Pendistribusian tingkat kesukaran pada soal berdasarkan tabel di atas kurang proporsional. Terlihat dari proporsi pada tingkat sukar sebanyak 17.5 %, sedang 40 % dan mudah 42.5 %. Perbandingan antara soal mudah dan sedang hamper sama. Meskipun proporsi soal lebih banyak pada tingkat mudah dan sedang, nilai yang diperoleh siswa dalam satu kelas relative kecil. Harus dilakukan diagnosis untuk mengetahui penyebab rendahnya nilai siswa dalam kelas tersebut. Selain itu semua butir soal harus diuji kembali secara validitas agar di ketahui tingkat validitasnya (kesesuain dengan materi). % 17.5 40 42.5 100

21

2. Daya Beda Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran diperoleh data sebagai berikut : NO. 1 2 3 4 5 KRITERIA Sangat Jelek Jelek Cukup Baik Baik Sekali Jumlah 40 Table 9. Daya Beda Berdasarkan tabel di atas, soal yang diujikan memiliki daya beda yang jelek terlihat dari jumlah presentase soal jelek sebanyak 55%. Artinya soal yang dibuat tidak bisa membedakan kelompok siswa pandai (upper group) dan kelompok siswa bodoh (lower group). 3. Validitas Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran diperoleh data sebagai berikut : NO. 1 2 3 4 5 6 KRITERIA Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah Tidak Valid Jumlah 8 2 10 Table 10. Validitas Butir Soal Berdasarkan tabel di atas, dari sepuluh butir soal 20 % butir soal tidak valid dan 80 % butir soal memiliki validitas sangat rendah. Hal ini berdasarkan 80 20 100 FREK % 100 FREK 8 22 10 % 20 55 25

22

hasil pengujian validitas butir soal dengan product moment angka kasar (pada lampiran Table 6. Validitas Butir Soal). Hasil analisis menunjukan bahwa sepuluh butir soal pertama berhubungan dengan Bab.4 Hubungan Dasar Negara dan Konstitusi dan kesepuluh butir soal tersebut sesuai dengan sub bab yang disajikan. 4. Reliabilitas Butir Soal Hasil perhitungan dengan rumus product moment (pada lampiran Tabel 7. Reliabilitas Butir Soal),diperoleh angka berikut : rxy = -0.004612898. dilanjutkan dengan perhitungan reliabilitas r11 0.00926855 Hasil perhitungan (r11) minus (-) menunjukan bahwa butir soal tidak reliable. Artinya butir soal tersebut tidak boleh digunakan untuk tes berikutnya.
=

23

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan uraian di atas, simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan Penilain yang cocok untuk digunakan dalam menskor soal PKN yang diujikan adalah dengan menggunakan Penilaian Acuan Normal (PAN). 2. Berdasarkan Kualitas tes : Tingkat kesukaran soal lebih banyak pada proporsi mudah dan sedang. Soal yang diujikan memiliki daya beda yang jelek. Dari sepuluh butir soal 80% soal memiliki validitas yang rendah dan 20 % soal tidak valid. Dari sepuluh butir soal menunjukan bahwa soal tersebut tidak reliabel (tidad layak digunakan untuk tes selanjutnya).

B. Saran Dari simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan sebagi berikut : 1. Sebagai calon seorang guru harus terus berlatih membuat soal yang baik agar memenuhi kriteria kualitas tes yang baik. 2. Terkait dengan soal PKN yang diujikan, harus didiagnosis kembali penyebab rendahnya nilai siswa dalam kelas tersebut, baik kaitannya dengan materi yang diujikan ataupun dengan pembelajaran yang diberikan.

24

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta : 2009.

25

Anda mungkin juga menyukai