Anda di halaman 1dari 2

Nama NPM

: Nadia Istiqomah : 2501 2011 0525

Mata Kuliah : Kebijakan dan Pembangunan Perdesaan (Rural Development and Policy) Dosen : Prof. Dede Mariana

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Padjadjaran Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebijakan dan Pembangunan Perdesaan (Rural Development and Policy)

PEMBANGUNAN PERDESAAN UNTUK SIAPA?

Kehidupan perdesaan identik dengan sumber daya alam yang berlimpah namun di sisi lain juga tak lepas dengan isu kemiskinan. Tak bisa dipungkiri, kehidupan masyarakat perkotaan di suplai dari hasil bumi yang dikelola oleh masyarakat desa, seperti misalnya bahan pangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Saling ketergantungan antara masyarakat kota dan desa dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari seharusnya juga ikut memakmurkan kehidupan masyarakat perdesaan. Masyarakat desa tidak seharusnya berpendapatan rendah dan menjadi kaum yang termarginalkan. Bahkan, seringkali masyarakat perdesaan memiliki keterbatasan akses untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Dari segi pendapatan, mayoritas masyarakat perdesaan memiliki pendapatan yang jauh lebih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan. Umumnya, banyak ditemui golongan masyarakat yang berada dalam kategori rakyat miskin dijumpai di perdesaan. Kemiskinan ini didefinisikan sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar untuk mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan yang bermartabat (BAPPENAS, 2004). Kebutuhan dasar yang dimaksud termasuk pangan, kesehatan, pendidikan, rasa aman, dan kualitas lingkungan yang baik. Keterbatasan akses terhadap salah satu kebutuhan dasar tersebut, dapat menjadi indikator kemiskinan suatu kelompok masyarakat. Selain dari segi pendapatan, masyarakat perdesaan umumnya memiliki akses terhadap pendidikan yang terbatas. Untuk menjangkau sekolah, terkadang harus melalui medan yang cukup berbahaya. Menyeberangi sungai dengan menaiki perahu atau melalui jembatan yang sudah rapuh sebagaimana yang pernah dirasakan oleh masyarakat di Desa Lebak, Banten. Sangat kontras jika disandingkan dengan kehidupan perkotaan yang seolah memiliki akses tak berbatas terhadap pendidikan.

Kehidupan di perdesaan dan perkotaan seharusnya tidak menjadi sebuah dikhotomi satu sama lain. Idealnya, desa dan kota dapat saling melengkapi dan hidup berdampingan tanpa ada yang dirugikan atau ditinggalkan. Baik desa maupun kota sejatinya masingmasing memiliki kekuatan dan peran yang berbeda, dan tidak bisa saling mensubstitusi. Peran desa tidak dapat dikesampingkan dari kehidupan perkotaan bahkan kehidupan negara. Indonesia, sebagai negara agraris, harus mengakui bahwa kehidupan perdesaan yang didominasi oleh kegiatan pertanian memiliki peran strategis dalam kemajuan bangsa. Perdesaan seharusnya memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk merasakan dan memperoleh hasil dari sebuah pembangunan. Tidak hanya pembangunan yang mengeksploitasi perdesaan, tetapi juga pembangunan yang menyeluruh dan komprehensif, terutama mengenai pemberdayaan masyarakat perdesaan. Pembangunan desa yang umumnya terjadi seolah merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan pembangunan perkotaan. Ketidakseimbangan hak yang diperoleh dari pembangunan yang terjadi menjadikan pembangunan perdesaan tetap memarginalkan masyarakatnya dan tidak mengubah status desa sebagai kantong-kantong kemiskinan di Indonesia. Pembangunan perdesaan telah lama dilakukan di Indonesia, namun hingga saat ini pembangunan tersebut tidak juga membawa perubahan yang berarti bagi perdesaan. Pada zaman Orde Baru, misalnya, pembangunan perdesaan yang meliputi penyediaan infrastruktur telah dilakukan, namun pembangunan tersebut baru sebatas pembangunan fisik di perdesaan. Pemberdayaan masyarakat perdesaan belum menjadi sasaran yang disertakan dalam pembangunan pada saat itu sehingga kemajuan infrastruktur fisik yang dilakukan tidak disertai dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Menurut Zen (1999), setidaknya terdapat tiga aspek penting yang harus diperhatikan dalam sebuah pembangunan, yaitu sumber daya alam, manusia, dan teknologi. Manusia menjadi bagian yang diperhitungkan dalam sebuah pembangunan diluar faktor pembangunan fisik. Mengingat permasalahan diatas, maka pembangunan perdesaan yang dilakukan ternyata belum sepenuhnya optimal. Perkotaan dan perdesaan, keduanya memiliki kekuatan masing-masing, dan tidak seharusnya saling mengeksploitasi. Untuk itu, diperlukan keseriusan pemerintah melalui kebijakan dan implementasinya, serta identifikasi permasalahan yang ada di perdesaan secara menyeluruh sehingga dapat membangun perdesaan sebagai salah satu cara untuk mencapai pemerataan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai