Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN LAJUR KHUSUS SEPEDA UNTUK MERANGANGSANG

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan sistem transportasi yang diiringi dengan perkembangan iptek yang semakin pesat, sangat besar perananya dalam membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan, hal ini terlihat sangat jelas terlihat pengaruhnya pada bidang perekonomian, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan yang secara langsung dipengaruhi oleh dampak perkembangan sistem transportasi.

Pembangunan sektor ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah daerah sangat terkait dengan penyelenggaraan pembangunan dibidang transportasi. Transportasi merupakan salah satu unsur yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan social suatu wilayah,serta mempengaruhi mobilitas informasi dan penduduk antar wilayah.sektor transportasi memegang peranan vital dalam pembangunan dan perekonomian sebuah Negara,terlebih lagi Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia Pembangunan transportasi di Kota Surakarta diarahkan pada peningkatan ketersediaan dan kualitas pelayanan agar tercapai suatu sistem transportasi yang baik serta menciptakan sistem transportasi yang sustainable. Hal ini tercantum dalam Grand Design perencanaan pengembangan system transportasi kota Surakarta, dalam pengembangan sustainable

transport system, dimana salah satu program utamanya adalah


pengembangan angkutan umum masal dan penerapan unmotorized transport.

skripsiku

Saat ini kota Surakarta telah melucurkan berbagai program dalam mengembangkan angkutan umum masal yang saling terintegrasi antaralain pengoperasian Batik Solo Trans, kereta api prameks, Rail Bus, dan peningkatan prasarana pendukung angkutan masal. Namun saat ini belum ada upaya yang memfasilitasi terwujudnya program unmotorized transportation. Secara historis, masyarakat Surakarta pada awalnya banyak

menggunakan sepeda dalam melakukan kegiatan transportasi karena selain luas wilayahnya yang kecil sehingga bisa sangat mudah dijangkau dengan menggunakan sepeda, , namun seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotorPembangunan jalur khusus untuk sepeda merupakan salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemacetan yang ada di Solo. Pemerintah pada saat ini juga sedang memikirkan bagaimana membuat jalur khusus yang efektif dan efisien. Pada saat ini pengguna sepeda seperti di daerah Solo jumlahnya sudah semakin banyak.inilah saatnya pemerintah memikirkan jalur yang aman dan nyaman bagi pengguna sepeda agar semakin banyak yang beralih menggunakan sepeda dengan demikian Solo bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya untuk jadi lebih baik.karena sepeda juga tidak menghasilkan gas-gas yang berbahaya yang mengakibatkan polusi udara beracun selain itu sepeda merupakan salah satu budaya sejak zaman dulu.

1.

Identifikasi masalah

2. Ruang Lingkup Penelitian a. Batasan Masalah

skripsiku

b.

Rumusan Masalah

B. Tujuan Dan manfaat Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah : 1. perencanaan ini dapat menjawab permasalahan yang tercantum pada identifikasi masalah.

C. Tinjauan Pustaka Untuk menunjang penelitian ini, maka diperlukan kajian secara landasan hokum dan teoritis yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Adapun aspek landasan hokum yang digunakan : 1. Landasan Hukum a. Undang- Undang No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 1). Bab X Pasal 137 ayat (2) : Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang, atau bus. 2). Pasal 138 ayat : a) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman dan terjangkau. b) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 3). Pasal 139 a) ayat (3) :

skripsiku

Pemerintah

Daerah

kabupaten/kota

wajib

menjamin

tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota. b) Ayat (4) : Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4). Pasal 141 ayat (1) : Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi : a) Keamanan; b) Keselamatan; c) Kenyamanan; d) Keterjangkauan; e) Kesetaraan; dan f) Keteraturan.

5). Pasal 143 : Kriteria pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 140 huruf a harus : a) memiliki rute tetap dan teratur; b) terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikan atau menurunkan penumpang di terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas negara; dan c) menaikan dan menurunkan penumpang pada tempat yang di tentukan untuk angkutan perkotaan dan perdesaaan.

skripsiku

b. Peraturan

pemerintah

Nomor

41Tahun

1993

Tentang

Angkutan Jalan. 1). Pasal 6 dan butir (c) Berkaitan dengan pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur, dilakukan dalam jaringan trayek kota, yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II atau dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2). Pasal 8 butir (3) Trayek Kota terdiri dari : a) Trayek ranting diselenggarakan dengan ciri ciri pelayanan: (1) (2) (3) (4) (5) Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman Dilayani dengan mobil bus umum dan atau mobil penumpang umum Pelayanan lambat Jarak pendek Melalui tempat tempat yang telah ditetapkan hanya untuk menaikan dan menurunkan penumpang. 3) Pasal 28 ayat (1) Pembukaan trayek baru dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a) Adanya permintaan angkutan yang potensial, dengan

perkiraan factor muatan diatas 70% ( tujuh puluh persen ) kecuali angkutan perintis b) Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai. c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993

skripsiku

1) Pasal 14 : Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan faktor-faktor berikut : a) Kebutuhan trayek angkutan; jumlah permintaan yang membutuhkan kendaraan umum harus diperkirakan dengan teliti agar dapat dilayani dengan jumlah kendaraan dan moda yang sesuai. b) Kelas jalan yang sama dan/atau lebih tinggi; pemahaman kelas jalan pada jaringan jalan yang ada sangat diperlukan dalam menentukan jenis pelayanan dan moda yang melayani. c) Tipe terminal yang sama dan/atau lebih; keterpaduan fasilitas terminal d) Tingkat sesuai dengan jalan; fungsinya harus diperhatikan trayek dalam harus penentuan lintasan trayek. pelayanan penentuan lintasan memperhatikan tingkat pelayanan jalan agar tidak terjadi penurunan kinerja operasional dan pelayanan jaringan. e) Jenis pelayanan angkutan; pelayanan angkutan berkaitan dengan moda yang melayani pada lintasan tertentu. f) Rencana umum tata ruang; perencanaan jaringan trayek harus memperhatikan rencana tata ruang guna menciptakan tingkat kemudahan pelayanan yang memadai sesuai dengan kondisi tata ruang yang ada yang akan berkembang. g) Kelestarian lingkungan; kebijakan dan rencana pengoperasian kendaraan umum sedapat mungkin tidak mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. a. Keputusan Mentri Perhubungan No.KM.35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. 1) Pasal 2 : Kegiatan perencanaan kebutuhan angkutan meliputi :

skripsiku

a) penetapan jaringan trayek kebutuhan trayek dan kebutuhan kendaraan; b) penetapan wilayah operasi taxi c) penetapan kebutuhan kendaraan tidak dalam trayek d) komposisi pelayanan angkutan 2) Pasal 3 Penetapan jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dilakukan berdasarkan jaringan transportasi jalan dengan mempertimbangkan : a) b) c) d) bangkitan dan tarikan perjalanan pada daerah asal jenis pelayanan angkutan; hirarki kelas jalan yang sama dan/ atau yang lebih tipe terminal yang sesuai dengan jenis pelayanan

dan tujuan;

tinggi sesuai ketentuan kelas jalan yang berlaku dan simpul transportasi lainya, yang meliputi Bandar udara, pelabuhan, dan stasiun kereta api; e) tingkat pelayanan jalan yang berupa perbandingan antara kapasitas jalan dan volume lalu lintas. 3) Pasal 4 Kriteria penetapan jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, meliputi : a. titik asal dan tujuan merupakan titik terjauh; b. berawal dan berakhir pada tipe terminal yang sesuai dengan jenis pelayananya c. lintasan yang dilalui tetap dan sesuai dengan kelas jalan.

skripsiku

4) Pasal 5 Tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk penetapan jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 3huruf a, sekurang kurangnya meliputi : a) b) c) d) e) f) g) h) i) melaskukan penelitian asal dan tujuan perjalanan menentukan variable yang berpengaruh terhadap menghitung bangkitan dan tarikan perjalan untuk menentukan model distribusi perjalann menghitung menentukan distribusi model perjalanan perhitungan untuk kondisi

orang menurut zona jenis pelayanan angkutan; bangkitan dan tarikan perjalanan; kondisi sekarang dan tahun perencanaan

sekarang dan tahun perencanaan pembebanan perjalanan / jalan jalan yang dilalui; menghitung pembebabanan perjalanan utnuk kondisi konversi jumlah perjalanan orang menjadi jumlah jumlah frekwensi; sekarang dan tahun perencananaan. kendaraan, dengan mempertimbangkan : j) factor muatan 70%; k) kapasitas kendaraan yang akan melayani. 5) Pasal 6 (1) Untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan pelayanan angkutan, dan

mengantisipasi

jumlah

penduduk

perkembangan wilayah, dilakuakn evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan pada tiap tiap trayek. (2) evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kegitanan untuk

skripsiku

menentukan jumlah kendaraan pada trayek yang terbuka atau tertutup untuk penambahan kendaraan pada setiap trayek. (3) evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan : (a) jumlah perjalanan pergi pulang per hari rata rata dan tertinggi; (b) jumlah rata rata tempat duduk kendaraan (c) laporan reliasasi factor muatan; (d) factor muatan 70% (e) tersedianya fasilitas terminal yang sesuai; (f) tingkat pelayanan jalan. 6) Pasal 7 Penetapan jaringan trayek, kebutuhan kendaraan dan evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan utnuk pelayanan angkutan dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6, dilakukan oleh : a) Menteri Perhubungan atau pejabat yang ditunjuk,

untuk jaringan trayek lintas batas negate sesuai dengan perjanjian antar Negara; b) c) d) e) Direktur Jenderal, untuk jaringan trayek yang melalui Gubernur, untuk jaringan trayek yang melalui antar Bupati, untuk jaringan trayek yang seluruhnya Walikota, utuk jaringan taryek yang seluruhnya lebih dari satu daerah propinsi; daerah Kabupaten/Kota dalam satu daerah propinsi; berada dalam daerah kabupaten; berada dalam daerah Kota.

skripsiku

2. Landasan Teori a. Kinerja angkutan Kota Iskandar Abubakar,MSc (1995) menyatakan bahwa konsep kinerja mencakup dua arti, yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas meliputi penilaian terhadap hasil dari suatu sistem pelayanan, sedangkan efisiensi merupakan ukuran penilaian terhadap cara/alat untuk mencapai hasil tersebut. Ukuran efektivitas digunakan untuk membandingkan hasil akhir dan dampak pelayanan terhadap obyektif yang telah ditetapkan. Sedangkan ukuran efisiensi digunakan untuk mengevaluasi suatu sistem dengan cara membandingkan hasil dengan usaha yang dilakukan untuk memperoleh hasil tersebut. Pada dasarnya peningkatan efisiensi dapat diartikan sebagai cara untuk meminimasi biaya. Dalam mengevaluasi kinerja angkutan kota disamping pemenuhan standard pelayanan minimal secara teknis juga dibutuhkan indikator kinerja yang berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan kualitas objek yang akan dievaluasi.

b. Trayek Angkutan Kota Hutchinson dalam Lall & Khisty (2006:111) telah mengklasifikasikan kebutuhan akan perjalanan menjadi lima kategori utama, yaitu sebagai berikut : a) Perjalanan di sepanjang rute melingkar yang difokuskan di kawasan perdagangan utama (CBD), b) Perjalanan di sepanjang rute melingkar, c) Perjalanan di antara di dalam kawasan setempat, d) Perjalanan di dalam CBD, e) Perjalanan yang menghubungkan pusat kegiatan utama.

skripsiku

10

Berbagai kebutuhan perjalanan tersebut mendorong dibentuknya suatu jaringan rute angkutan kota sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan berikut : a) Rute tetap Rute tetap (tidak ada penyimpangan) digunakan apabila pelayanannya tetap, baik itu dalam hal waktu maupun ruang dan apabila dibutuhkan kapasitas tinggi. Rute-rute tetap dengan penyimpangan keperluan khusus digunakan apabila pengemudi diperbolehkan menyimpang untuk menjemput kelompok penumpang tertentu, seperti lansia dan penyandang cacat. Penyimpangan tidak diperbolehkan selama jam-jam sibuk. perjalanannya dengan baik. Berdasarkan jenis pelayanannya, rute dapat terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sebagai

b) Rute berdasarkan permintaan Rute berdasarkan permintaan (penyimpangan penuh) dapat dilayani apabila tidak ada tugas untuk menjalani rute resmi, pengemudi dapat menanggapi permintaan ini di sepanjang lintasannya. Penggunaan kendaraan yang rendah dan biaya yang tinggi merupakan salah satu ciri dari rute jenis ini. (Khisty & Lall, 2006:135)

D. Gambaran umum 1. Kondisi letak Geografis

Secara geografis kota Surakarta terletak pada posisi 1100 46' 49"1100 51' 30" Bujur Timur dan antara 70 31' 43"70 35' 28" Lintang Selatan. Luas daerah administrasi kurang lebih 44,06 km.

skripsiku

11

Kota Surakarta merupakan salah satu kota di pulau Jawa yang memiliki aktifitas sangat tinggi. Dengan statusnya sebagai kota Budaya dan kota Pelajar, surakarta menjadi salah satu pusat tarikan bagi daerah lainya terutama yang berada di Pulau Jawa. Batas-batas administrasi dari wilayah kota Surakarta dan sekitarnya : Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten SukoharjoKota

2.

Kondisi Angkutan Umum

Kota Surakarta saat ini memiliki beberapa fasilitas transportasi sesuai dengan jenis kendaraan/angkutan yang ada, meliputi: Terminal bis yang berada di kelurahan Tirtonadi; Terminal angkutan kota yang berada di kawasan Pasar Klewer; Stasiun Kereta Api yang meliputi Stasiun Surakarta Balapan, Stasiun Purwosari, Stasiun Surakarta Jebres dan Stasiun Surakarta Kota; Tempat pemberhentian bis antar kota; Tempat pemberhentian angkutan dalam kota.

Rencana pengembangan fasilitas transportasi Kota Surakarta menurut RTRW Kota Surakarta 2007-2026 adalah sebagai berikut: Terminal bis ; dalam jangka pendek masih tetap dipertahankan di Tirtonadi, dalam jangka panjang perlu adanya pemindahan terminal ke pinggiran kota untuk menghindarkan lalu lintas antar kota bercampur dengan lalu lintas dalam kota.

skripsiku

12

Tempat pemberhentian bus antar kota; Berdasarkan karakteristik pola jaringan jalanyang ada, tempat pemberhentian bus antar kota direncanakan beradapada simpul - simpul jalan yang berada di pinggiran kota dari empat arah, yaitu: Pertigaan Kerten, Pertigaan Palur, kawasan Kelurahan Joyosuran/Danukusuman, dan Kelurahan Kadipiro.

3.

Kondisi Jalan Di Kota Surakarta

Jalan di Kota Surakarta memiliki kondisi yang cukup baik, karena hampir di setiap jalan telah diperkeras ( diaspal). Dan juga volume kendaraan yang melewati ruas jalan Kota Surakarta dapat di tampung oleh ruas jalan yang ada. E. Metodologi penelitian Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka langkah- langkah yang dilakukan adalah :

1.

Studi Literatur

Mengumpulkan bahan-bahan dan teori-teori serta data-data yang dapat menunjang perencanaan yang akan dibuat. Dalam hal ini penulisan melakukan penelaahan buku-buku dan literature yang ada hubungannya dengan angkutan jalan, guna memperoleh data yang diperlukan dan bahan referensi sebagai landasan berpikir dalam menganalisa permasalahan.

skripsiku

13

2.

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan dalam rangka menetapkan rencana pelaksanaan survey yang berkaitan dengan lokasi maupun waktu pelaksanaan. 3. Pengumpulan Data Primer Pada pendekatan ini, penulis melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari hasi survey dan pengamatan di lapangan serta mengadakan Tanya jawab langsung kepada pihak yang terkait. 4. Pengumpulan Data Sekunder Dalam hal ini penulis melakukan pengumpulan data yang ada kaitannya dengan objek penulisan, melalui laporan- laporan dan data yang diperoleh dari berbagai instansi, kemudian meringkas, mengolah, mengkaji, dan menjabarkan data tersebut menjadi suatu data yang baku.

skripsiku

14

F. BAGAN ALIR PERENCANAAN KORIDOR 2 & 3 SEBAGAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN BATIK SOLO TRANS
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Pelayanan Angkutan umum yang buruk Hanya tersedia satu koridor pelayanan BST sebagai angkutan umum yang dapat di andalkan. Perlu penambahan pelayanan pada koridor baru yang saling terintegrasi PEMECAHAN MASALAH Penambahan rute pelayanan BST Pemilihan jenis dan jumlah moda yang tepat DATA PRIMER Manajemen pengoperasian yang tepat Data Home Interview, meliputi: PENGUMPULAN DATA Hasil Penelitian asal tujuan perjalanan di Kota Surakarta
Frekuensi Angkutan Kota Jumlah Kendaraan Operasi Load Factor Angkot Rata-Rata Panjang Perjalanan Penumpang Waktu Tempuh Perjalanan Survey wawancara penumpang

KOMPILASI DATA

Matriks asal tujuan perjalanan Garis keinginan perjalanan orang Potensi demand penumpang Menentukan wilayah bangkitan PEMBEBANAN RUAS JALAN dan tarikan DENGAN SOFTWARE CONTRAM/TRANPLAN Kodifikasi jaringan jalan Penentuan Koridor Jenis armada Jumlah Armada

DATA SEKUNDER Data Jaringan Jalan Kota surakarta Data Jaringan Trayek Data Trayek Angkutan Kota ANALISA

REKOMENDASI DAN APLIKASI ANALISA DATA

skripsiku

15

G.

Sistematika penulisan laporan PENDAHULUAN

BAB I

Dalam bab ini mencakup pembahasan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam menganalisa baik secara teknis maupun legalitasnya. BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menguraikan mengenai daerah studi, diantaranya mencakup kondisi sekarang seperti geografis, kondisi tata guna lahan sosio ekonomi daerah studi dan gambaran umum pusat kegiatan yang ada. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan mengenai cara penulis mengumpulkan data primer maupun sekunder serta alur pikir penelitian. BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

Dalam bab kelima melakukan analisis data terhadap tingkat pemahaman pejalan kaki berdasarkan data-data yang ada. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab keenam yang merupakan penutup ini akan menyimpulkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran pemecahanya yang sebaiknya dilakukan.

skripsiku

16

skripsiku

17

Anda mungkin juga menyukai