Anda di halaman 1dari 49

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan merupakan tujuan utama pembangunan nasional. Salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia adalah gizi. (Depkes RI, 2002) Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. (Kementerian Kesehatan RI, 2012) Status gizi merupakan salah satu determinan utama status kesehatan penduduk. Salah satu indikator status gizi penduduk yang rendah adalah tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak bawah lima tahun (balita) yang didasarkan pada berat badan menurut umur (BB/U). Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan (RR) program. Dari laporan yang ada dapat dijelaskan keadaan gizi masyarakat Jawa Tengah yang tercermin dalam hasil penimbangan balita adalah sebagai berikut yaitu dari data 2008 di mana jumlah balita yang di timbang sebesar 76,47%, yang naik berat badannya (N) sebesar 74,95% dan masih ditemukan balita yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) sebesar 2,99%. Pada tahun 2008, jumlah balita di Semarang yang di timbang di posyandu dari seluruh balita yang ada (117.119 anak) yaitu sejumlah 93.272

anak (79,64%) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak 74.775 anak (80,17%), Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 897 anak (0,97%), tercatat kasus gizi kurang sebanyak 245 anak (13, 82%), dan kasus gizi buruk sebanyak 30 anak (1,69%). (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009). Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bappenas, 2010). Pencapaian target MDGs belum maksimal dan belum merata di setiap provinsi. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010, secara nasional prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9 persen dan kekurangan gizi 17,9 persen. Krisis yang melanda perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah berpengaruh negatif terhadap kondisi perekonomian secara menyeluruh dan khususnya terhadap kesejahteraan penduduk. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu mengakses pangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keadaan gizi terutama anak balita serta ibu hamil dan ibu menyusui. Di negara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi. Dengan demikian status gizi balita perlu dipertahankan dalam status gizi baik, dengan cara memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan. (Supariasa, 2001) Status gizi kurang sampai gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.

Balita BGM memang bukan menunjukkan keadaan gizi buruk, tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut, karena apabila balita BGM tidak segera ditangani, maka ditakutkan akan jatuh ke dalam keadaan gizi buruk. Bila hal tersebut tidak segera ditindak lanjut, maka akan semakin memperburuk kesehatan balita tersebut sehingga bisa menimbulkan kematian balita. Secara rata-rata di provinsi Jawa Tengah, cakupan Balita BGM berfluktuasi dari tahun 2004 sebesar 1,95 % menjadi 1,68 % pada tahun 2005 dan 1,97 % di tahun 2006, tahun 2007 turun menjadi 1,52%, dan tahun 2008 naik menjadi 2,99%. (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009). Di Indonesia sendiri, angka kematian balita masih cukup tinggi. Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika (Anonim, 2006). Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa 54 persen kematian bayi dan anak dilatarbelakangi keadaan gizi yang buruk sedangkan masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011). Angka Kematian Balita di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 11,60% per 1000 kelahiran hidup, cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 10,12 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita tertinggi adalah di kota Semarang sebesar 23,50% per 1000 kelahiran hidup, dengan cakupan yang diharapkan dalam MDGs (Millenium Development Goals) ke4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup. (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009). Di Puskesmas Borobudur masalah balita BGM juga merupakan salah satu program gizi yang harus ditangani oleh petugas kesehatan. Berdasarkan hasil SPM bulan Januari -

Mei tahun 2012 didapatkan hasil cakupan balita BGM sebesar 2,29%, dengan pencapaian sebesar 65,45%, hal ini menjadi suatu masalah karena target yang ditetapkan adalah < 1,5%. Kemudian dari 20 desa yang ada di wilayah Puskesmas Borobudur, salah satu pencapaian yang rendah ditemukan di desa Giritengah yaitu dari 228 balita yang ditimbang, terdapat 7 balita yang berada di Bawah Garis Merah. Dari hasil data SPM didapatkan hasil cakupan balita Bawah Garis Merah di desa Giritengah pada bulan Januari Mei 2012 sebesar 3,07% dan pencapaiannya sebesar 48,85%. Karena target SPM yang diharapkan adalah < 1,5 %, maka hal ini menjadi suatu masalah. Dari 7 balita BGM yang berasal dari 6 dusun yang ada di Giritengah, yaitu Mijil, Gedang Sambu, Kalitengah, Onggosoro, Ngaglik dan Kamal, di dusun Gedangsambu paling banyak terdapat balita BGM yaitu sebanyak 3 balita. Berdasarkan data tersebut di atas, maka penulis ingin mengevaluasi mengapa angka balita BGM masih tinggi di Desa Giritengah, khususnya di dusun Gedang Sambu.

B. PERUMUSAN MASALAH Setelah menganalisa penatalaksanaan program Gizi dengan indikator status gizi balita usia 0 5 tahun Bawah Garis Merah yang ditangani selama periode bulan Januari Mei 2012, kenapa pada cakupan balita Bawah Garis Merah masih tinggi, apa yang menjadi faktor penyebabnya dan bagaimana pemecahan masalah tersebut.

C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui mengapa pencapaian balita Bawah Garis Merah (BGM) rendah. 2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya penyebab banyaknya balita BGM di dusun Gedang Sambu,

desa Giritengah.
2. Diketahuinya pemecahan masalah balita BGM di Dusun Gedangsambu,

Desa Giritengah. 3. Diketahuinya prioritas pemecahan masalah balita BGM di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah.

D. MANFAAT 1. Bagi Penulis Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang pendataan dan penatalaksanaan balita BGM di Puskesmas Borobudur di Dusun Gedang Sambu, Desa Giritengah, Kabupaten Magelang. 2. Bagi Puskesmas
i. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi pada

saat melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu guna meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan pengubahan perilaku untuk lebih memperhatikan asupan gizi anak balita mereka, dan khususnya bagi ibu yang memiliki balita BGM.

ii.

Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk dapat meningkatkan upaya penanganan balita BGM.

iii. Dapat memberikan masukan bagi petugas gizi dalam rangka merencanakan gizi di masa mendatang. 3. Bagi Masyarakat Dari hasil laporan ini diharapkan pengetahuan masyarakat dapat bertambah terutama bagi ibu- ibu bahwa balita BGM merupakan suatu kondisi yang harus diperhatikan sehingga tidak sampai jatuh ke arah gizi buruk.

E. DEFINISI OPERASIONAL BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.

F. BATASAN JUDUL % BGM (cakupan BGM) = Jumlah balita BGM Jumlah seluruh balita yang ditimbang x 100%

Di Desa Giritengah pada bulan Januari Mei 2012 didapatkan jumlah balita BGM sebanyak 7 balita dan jumlah balita yang datang dan ditimbang sebanyak 228 balita, sehingga di Desa Giritengah didapatkan cakupan Balita BGM sebesar 3,07%. Hal ini melebihi dari target yang ditetapkan yaitu < 1,5 %. Di dusun Gedangsambu sendiri didapatkan jumlah balita BGM sebanyak 3 balita dan jumlah balita yang datang dan ditimbang sebanyak 49 balita, sehingga di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah

didapatkan cakupan balita BGM sebesar 6,12%. Hal ini melebihi dari target yang hanya < 1,5%. Oleh karena itu penulis memilih judul tentang Rencana Peningkatan Program Gizi Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Dusun Gedangsambu Desa Giritengah Wilayah Puskesmas Borobudur Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Evaluasi Manajemen Puskesmas Borobudur Periode Januari Mei 2012

G. METODOLOGI PENELITIAN Survei dilakukan di Dusun Gedang Sambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang pada tanggal 21 Juni 2012 responden diambil secara acak dan terkumpul perwakilan 30 orang sebagai responden, dimana 3 diantaranya merupakan ibu dari balita BGM dan 1 ibu dari balita BGT di dusun Gedang Sambu. Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara wawancara terpimpin, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan yang terdapat pada Bidan desa, kader, koordinator program gizi Puskesmas Borobudur, Kepala Dusun Gedang Sambu, dan dari Kepala Desa Giritengah.
a. Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian pertanyaan tersebut ditanyakan kepada ibu yang memilki balita BGM di Dusun Gedang Sambu, Desa Giritengah yang sekaligus menjadi wilayah kerja Puskesmas Borobudur.
b. Data sekunder, berupa pengumpulan data-data dari Bidan desa, kader, koordinator

program gizi Puskesmas Borobudur, Kepala Dusun Gedang Sambu, dan dari Kepala Desa Giritengah.

c. Data yang terkumpul diolah untuk selanjutnya dilakukan analisis masalah secara

deskriptif dengan metode pendekatan sistem, dengan melihat ketiga fungsi manajemen baik P1, P2, P3 (P1/perencanaan, P2/pelaksanaan dan pengendalian, P3/pengawasan dan pertanggungjawaban). Untuk selanjutnya dicari kemungkinan penyebabnya dengan mempergunakan diagram fish bone. Kemudian penyebab masalah dikonfirmasi kepada koordinator program untuk mencari penyebab masalah yang paling mungkin. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah dengan kriteria matriks dengan rumus (m x I x v) / C. Setelah di dapatkan pemecahan masalah lalu dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang terpilih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita Bawah Garis Merah Menurut Departemen Kesehatan (2005) Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Berat badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut. Hal ini tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya sudah berada dibawah garis merah. B. Status Gizi Menurut Beck, status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Menurut Supariasa dkk (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Sedangkan menurut Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

C. Kartu Menuju Sehat (KMS)

Berdasarkan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (2009), KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan

normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisisan KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Manfaat KMS-Balita adalah : Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

Gambar 1. Contoh Kartu Menuju Sehat (2009) untuk Perempuan

10

Gambar 2. Contoh Kartu Menuju Sehat (2009) untuk Laki-Laki

11

D. Cara Memantau Pertumbuhan Balita Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.
1. Balita naik berat badannya bila :

Balita naik (N) bila: a. Grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau,

12

b. Kenaikan berat badan sama dengan KBM (Kenaikan berat badan minimal) atau lebih.

Tabel 1. KBM untuk laki-laki

Usia 1 bulan Usia 2 bulan Usia 3 bulan Usia 4 bulan Usia 5 bulan Usia 6 dan 7 bulan Usia 8-11 bulan Usia 12-60 bulan

800 gram 900 gram 800 gram 600 gram 500 gram 400 gram 300 gram 200 gram

13

Tabel 2. KBM untuk Perempuan

Usia 1 bulan Usia 2 bulan Usia 3 bulan Usia 4 bulan Usia 5 bulan Usia 6 bulan Usia 7-10 bulan Usia 11-60 bulan

800 gram 900 gram 800 gram 600 gram 500 gram 400 gram 300 gram 200 gram

14

Gambar 3. Indikator KMS bila balita naik berat badannya 2. Balita tidak naik berat badannya (T) bila : a. Garis pertumbuhannya mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan

dibawahnya, atau, b. Kenaikan berat badan kurang dari KBM (Kenaikan Berat Badan Minimal).

Gambar 4. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya 3. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, dimana berat badan balita dibawah garis merah KMS sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan

15

berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.

Gambar 5. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah 4. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik, artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 6. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil 5. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

16

Gambar 7. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan 6. Balita sehat, bila: Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 8. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat

Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola pertumbuhan berat badan balita bukan Berat Badan per Umur. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya, tetapi perlu diingat tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Naik-turunya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada KMS. Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita serta promosinya, bukan untuk

17

penilaian status gizi. Hasil penimbangan balita di Posyandu hanya dapat dimanfaatkan atau digunakan untuk: 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan individu balita dengan melihat berat badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau BGM 2. Perkiraan perkembangan dan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan melihat persentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga persentase balita yang BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D). 3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.
4. Pembinaan kegiatan Posyandu dengan menilai cakupan program dan partisipasi

masyarakat dalam kegiatan posyandu.

E. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

1. Pendapatan Keluarga Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik juga. Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur

18

dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas. (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006) 2. Tingkat Pengetahuan Gizi ibu Menurut Achmad Djaeni dalam penelitian Lailatul memyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006). 3. Tingkat Pendidikan Ibu Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, higiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan, perumahan dan tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga,

19

pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006) 4. Akses Kesehatan Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan anakanak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses kesehatan yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006). 5. Status Kesehatan Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama, dan bila bekerja bersamasama akan memberikan prognosis yang lebih buruk dibandingkan bila kedua faktor tersebut masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang tidak terlalu berbahaya pada anak-anak dengan gizi baik, akan bisa menyebabkan kematian pada anak-anak dengan gizi buruk. Gangguan gizi dan rawan infeksi merupakan suatu pasangan yang erat. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu: mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare atau muntahmuntah, atau mempengaruhi metabolisme dan banyak cara lagi (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006).

20

Faktor-faktor yang mempenaruhi status gizi yang telah dijelaskan diatas dapat digambarkan melalui skema yang terdapat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Pendapatan Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Budaya Setempat Pengetahuan Gizi Ibu

Pemilihan Bahan Makanan Pada Balita Pemberian Makanan Pada Balita Genetik

Pola Makan:
Karbohidrat Protein Vitamin A

Status Gizi

Penyakit Infeksi Pendidikan Ibu Pelayanan Kesehatan

Sumber : Penelitian Lailatul Munawaroh tahun 2006. Gambar 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Dari Gambar 9 dapat dijelaskan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu yang memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung. Faktor yang memberikan pengaruh langsung adalah konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi atau tidak. Sedangka faktor yang memberikan pengaruh tidak langsung adalah daya beli keluarga, ketersediaan pangan, pola konsumsi, pola distribusi, perilaku hidup sehat dan bersih, akses ke pelayanan kesehatan (man, money, material, mechine, methode, P1, P2,

21

dan P3). Keadaan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga tentang gizi, keadaan sosial, budaya, dan ekonomi.

STATUS GIZI

Konsumsi makanan

Pengukuran Antropometri (BB/U) Penyuluhan gizi/peran serta masyarakat

Penyakit infeksi dan parasit

Daya beli Ketersediaan pangan di keluarga & masyarakat Pola konsumsi Pola distribusi

Perilaku hidup bersih dan sehat

Tersedia & terjangkaunya pelayanan kesehatan dan gizi (5M, P1-5)

Tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan gizi

Sosial-Budaya-Ekonomi

SUMBER DAYA

Gambar 10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi.

22

F. STATUS GIZI dan KARTU MENUJU SEHAT Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, tidak benar apabila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi Buruk, karena 1. Kartu Menuju Sehat (KMS) hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM. Sementara Penentuan status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi seseorang dengan menggunakan tabel antropometri, walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk. 2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS. 3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan Berat Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan

23

BAB III DATA UMUM & DATA KHUSUS

A. Program-program Puskesmas 1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah: 1. KIA dan KB 2. Gizi 3. Kesehatan lingkungan 4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) 5. Promosi Kesehatan 6. Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas antara lain : 1. Upaya Kesehatan Sekolah 2. Upaya Kesehatan Jiwa 3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut 4. Upaya Perawatan Masyarakat

B. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Penanggulangan 4 masalah gizi utama yaitu :

24

1. Kurang Kalori Protein 2. Kurang Vitamin A 3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) 4. Anemia Gizi Tujuan : Menurunnya angka penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan wanita. Sasaran : a. Penurunan prevalensi KKP pada balita b. Penurunan prevalensi kurang vit. A di daerah rawan c. Penurunan prevalensi gangguan akibat kekurangan iodium d. Penurunan prevalensi anemi gizi pada ibu hamil e. Adanya perubahan pola konsumsi pangan yg makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu gizi. Pokok-pokok program perbaikan gizi :

1. Usaha perbaikan gizi keluarga 2. Usaha perbaikan gizi institusi 3. Pencegahan dan Penanggulangan gondok endemik 4. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vit.A 5. Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi 6. Sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) 7. Perbaikan makanan bayi dan anak

25

Tabel 3. Program Kesehatan Dasar di Puskesmas Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Jenis Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Balita

Indikator 1. 2. 3. Balita yg datang & ditimbang (D/S) Balita yg naik berat badannya (N/D) Balita BGM

Pelayanan Gizi

Cakupan bayi (6-11bln) dpt kapsul vit A 1x 5. Cakupan anak balita (12-59 bln) dpt vit A 2x/th 6. Cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe 7. Balita gizi buruk mendapat perawatan 8. Cakupan pemberian MP ASI pd bayi BGM dari gakin 9. Cakupan WUS yg mendapatkan kapsul yodium di daerah endemis GAKI 10. Desa dengan garam beryodium (dinkes) 11. Kecamatan bebas rawan gizi (dinkes) 12. Cakupan bufas yg dapat kapsul vit A
4.

Peran Puskesmas dalam Penanganan Balita BGM : Pelaksanaan kegiatan Posyandu setiap bulan guna memantau pertumbuhan dan perkembangan balita Penyuluhan atau edukasi yang dilakukan oleh bidan desa atau para kader Posyandu Kunjungan rumah balita BGM pada waktu-waktu dan kondisi tertentu Pemberian PMT/MP-ASI pada balita BGM dari warga miskin dengan kondisi tertentu
26

C. Data Umum Desa Giritengah 1.

Keadaan Geografis

a. Batas Wilayah Desa Giritengah terletak di wilayah Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah dengan batas batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat

: Desa Karanganyar : Daerah Istimewa Yogyakarta : Desa Tanjungsari : Desa Ngadiharjo

Dusun-dusun yang terdapat di Desa Giritengah ada 6 dusun yaitu Dusun Kalitengah, Dusun Gedangsambu, Dusun Kamal, Dusun Ngaglik, Dusun Mijil, Dusun Onggosoro. b. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Luas wilayah Desa Giritengah berdasarkan data statistik tahun 2012 adalah 364 hektar.

27

MAND I PE D S IR R E AAN

Ds. Karanganyar

D S GIR E E A IT NGAH 2012 P T D S GIR E E A E A IT NGAH KETERANGAN:

D . Ng diha s a rjo
D n. Mijil s

Dsn Kaliten ah . g
Posmati

D . T njung a s a s ri

bukit limasan

Secang
D n. K m l s a a

Dsn Ged g. s . an
SPP

Ds O g oro n. ng os Ds N a lik n. g g

: Jalan Desa : Batas Desa : Batas Dusun : Jalan Dusun : Masjid : Sekolahan : Kantor Desa : Polindes : Sub Terminal : Persawahan : Jembatan : Posmati ( Potensi wisata desa ) : Suroloyo : TK & RA : Poskamling : Bukit Limasan ( Sun Rise )
SPP

D .G s iripurno

SPP

Suroloyo
Pegunungan Menoreh Daerah Istim ewa Yogyakarta

Di Buat Ketua TPK KPMD

Suharnanto

Maschur s

Gambar 11. Peta Wilayah Desa Giritengah

2. Keadaan Demografis a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Desa Giritengah pada tahun 2012 berdasarkan data statistik balai desa Giritengah adalah 3.342 jiwa. b. Data Penduduk Jumlah penduduk Desa Giritengah tahun 2012 yaitu proporsi laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuaan yaitu 1.703 jiwa, sedangkan perempuan 1.639 jiwa. Jumlah penduduk miskin di Desa Giritengah sebanyak 1.500 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 951 KK, dengan jumlah KK miskin sebanyak 700 KK.

28

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Giritengah tahun 2012. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jumlah 1.703 1.639 3.342 Sumber : Profil Desa Giritengah tahun 2012 Persentase 50,95% 49,04% 100%

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kategori Usia Desa Giritengah tahun 2012. Kategori Usia Jumlah Usia 0-14 tahun 1.030 Usia 15-49 tahun 1.799 Usia 50 tahun ke atas 513 Total 3.342 Sumber : Profil Desa Giritengah tahun 2012 Persentase 30,81% 53,83% 15,35% 100%

c. Tingkat Pendidikan Penduduk sebagai berikut: Tabel 6. Tingkat Pendidikan di Wilayah Desa Giritengah Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Jumlah 4 103 1.516 455 Persentase 0,16% 4,26% 62,80% 18,84%

29

Tamat SLTA/Sederajat 288 Diploma (D1/D2/D3) 5 Sarjana (S1/S2) 16 Pendidikan Pesantren 27 Total 2.414 Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012 d. Mata pencaharian

11,93% 0,20% 0,66% 1,11% 100%

Tabel 7. Mata Pencaharian di Wilayah Desa Giritengah Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Buruh Bangunan PNS/TNI/Polri Pedagang Lain-lain Total Jumlah Persentase 1.667 54,40% 45 1,46% 67 2,18% 21 0,68% 79 2,57% 1.185 38,67% 3.064 100% Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012

e. Agama Penduduk Desa Giritengah Tabel 8. Agama Penduduk di Wilayah Desa Giritengah Agama Islam Katolik Penghayat Total Jumlah Persentase 3.173 94,94% 10 0,29% 159 4,75% 3342 100% Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012

3. Sarana dan Prasarana Desa Giritengah

30

a. Bidang Kesehatan Desa Giritengah tahun 2012 : Bidan : 1 orang Dukun Terlatih : 5 orang Kader Posyandu : 30 orang Posyandu : 7 buah Polindes : 1 buah b. Fasilitas Pendidikan Desa Giritengah tahun 2012: TPQ/TPA : 8 buah TK/PAUD : 2 buah SD/MI : 3 buah SLTP/MTs : 0 buah SLTA : 0 buah

4. Kondisi Jalan
Jalan tanah : 2.000 m Jalan telasah/telfort/perkerasan : 1.000 m Jalan beton : 1.000 m

Jalan aspal : 6.000 m


31

5. Akses Jarak Desa ke Kecamatan : 5,5 km Waktu tempuh ke Kecamatan : 0,3 jam Waktu tempuh ke pusat fasilitas terdekat (pasar, kesehatan, pemerintahan) : 0,25 jam Ketersediaan angkutan umum : 0,35 per jam

D. Profil Dusun Gedangsambu Jumlah Penduduk Dusun Gedungsambu : 535 jiwa Nama Kepala Dusun Gedungsambu : Parmanto Jumlah RT : 5 RT Jumlah KK : 160 KK

Tabel 9. Jumlah KK dan Jumlah Balita di Dusun Gedangsambu RT RT I RT II Nama Ketua RT Sudiman Supadi Jumlah KK 33 KK 32 KK Jumlah Balita 13 10

32

RT III RT IV RT V Total

Sukir Kadir Saleh

27 KK 24 KK 44 KK 160 KK

7 10 20 60

E. Data Khusus Tabel 10. Hasil Cakupan Balita BGM di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur Periode Januari Mei 2012
Sasaran Dusun (Jumlah Balita yang Ditimbang) 49 Jan 4 Feb 4 Mar 3 Apr 3 Mei 3 Kunjungan BGM (0-5 Tahun) Hasil Akhir 3 Cakupan (%) 6,12 Pencapaian (%) 24,5

Gedangsambu

Tabel 11. Daftar Balita BGM dan BGT di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur Bulan Mei 2012
Tanggal Lahir 8-10-11 Nama Orangtua Kamsiyah/ Sutarno Ngadiyah/ Waliyono Etik/ Henityo Rowiyah/ Anto Berat badan lahir (g) 3000 BB Bulan Mei 2012 Tidak menimba ng 7,8 7,8 9,5

No 1.

Nama Anak Febri Rahmawati Septiansa Atilah Ade Septiyano Ridho Setiawan

JK P

Umur 8 bln

Kelompok BGM

3. 4. 2.

P L L

21-9-10 17-9-10 27-2-10

1 thn 9 bln 1 thn 9 bln 23 bln

1800 2200 3500

BGM BGM BGT

BAB IV ANALISA MASALAH

A. Indikator Program Puskesmas yang Bermasalah

33

Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan/menggambarkan keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan. Dalam pelaksanaan kegiatan programnya Puskesmas Borobudur masih ada beberapa cakupan kegiatan yang belum mencapai target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Hal ini tentu masih menjadi masalah yang harus dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya. Pada Puskesmas Borobudur di desa Giritengah, ditemukan masalah yaitu didapatkan pada laporan cakupan balita BGM (Bawah Garis Merah) yang lebih tinggi dari target. Salah satu indikator keberhasilan kegiatan gizi adalah balita BGM yang ditangani. Penanggulangan balita BGM menjadi fokus kegiatan, program kegiatan gizi. Indikator dari program Gizi di Puskesmas Borobudur adalah cakupan balita dengan pertumbuhan dibawah garis merah yang ditangani dari bulan Januari - Mei 2012 sebanyak 2,29%, sehingga masih menjadi masalah karena didapatkan target SPM yang lebih dari 1,5%. Pada desa Giritengah didapatkan data cakupan 3,07% dan pencapaian 48,85%, sementara pada Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, didapatkan data cakupan 6,12% dan pencapaian 24,5%, dimana target yang telah ditetapkan adalah < 1,5 %.

Cakupan Balita BGM di Puskesmas Borobudur Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM Jumlah Balita yang Ditimbang (D) = 86 x 100%
x 100%

34

3753 = Pencapaian (%) = 2,29% Target DinKes Cakupan = 1,5 x 100% 2,29 = 65,45%

Cakupan Balita BGM di Desa Giritengah Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM Jumlah Balita yang Ditimbang (D) = 7 228 = Pencapaian (%) = 3,07% Target DinKes Cakupan = 1,5 x 100% 3,07 = 48,85% x 100%
x 100%

Cakupan Balita BGM di Dusun Gedangsambu Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM Jumlah Balita yang Ditimbang (D) = 3 x 100%
x 100%

35

49 = Pencapaian (%) = 6,12% Target Din.Kes x 100% Cakupan = 1,5 x 100% 6,12 = 24,5%

Tabel 12. Rangkuman Cakupan dan Pencapaian Program Balita Bawah Garis Merah Periode Januari Mei Tahun 2012 CAKUPAN 2,29% 3,07% 6,12% PENCAPAIAN 65,45% 48,85% 24,5%

PUSKESMAS BOROBUDUR DESA GIRITENGAH DUSUN GEDANGSAMBU

B. Analisa Hasil Pada hari Kamis, tanggal 21 Juni 2012 pukul 10.00 - selesai, telah

dilaksanakan wawancara dengan bidan desa, kader, serta orang tua balita BGM secara terpisah di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. 1. Hasil Wawancara Kader Kader di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.berjumlah 5 orang, wawancara dilakukan pada 5 orang kader dari Dusun Gedangsambu, dimana pada dusun tersebut terdapat balita BGM.

Wawancara yang dilakukan pada kader adalah dengan mengajukan pertanyaan mengenai KMS, BGM, Tumbuh Kembang dan Pengetahuan Gizi. Dari hasil

36

wawancara didapatkan hasil bahwa dari 5 kader tersebut, kelimanya mengenal sistem pencatatan hasil penimbangan di KMS dan bagaimana menjelaskan hasil penimbangan dalam KMS tersebut kepada ibu balita. Kelima kader juga mengenal definisi dari BGM namun hanya satu yang memahami secara menyeluruh dan mendalam mengenai bagaimana BGM bisa terjadi dan penanganannya. Kader hanya mengetahui bahwa BGM adalah pertumbuhan balita yang timbanganya lebih kecil dari berat balita seusianya. Mengenai pengetahuan gizi, kelima kader tersebut sudah cukup mengetahui, namun belum cukup mengerti tentang apa yang harus disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu balita khususnya kepada ibu balita BGM.

2.

Hasil Wawancara Bidan Desa Bidan desa yang terdapat di Desa Giritengah hanya 1 bidan. Bidan desa ini

harus menangani dan bertanggung jawab atas 7 Posyandu yang berada pada 6 dusun di Desa Giritengah. Bidan mengatakan bahwa dirinya telah sering mengingatkan pada ibu untuk selalu mengikuti perkembangan balitanya dengan selalu mengikuti program posyandu dan jangan hanya pada saat sakit baru dibawa ke bidan atau dokter. Tetapi sebagian besar dari para ibu tersebut tidak mengindahkan nasehatnya, karena kebanyakan dari para ibu masih beranggapan selama balitanya mau makan banyak dan tidak sakit maka itu berarti kondisinya sehat-sehat saja. Menurut bidan, sebagian besar masyarakat Dusun Gedangsambu masih memiliki kebiasaan untuk memberi makan hanya saat anak mau sedangkan saat anak enggan untuk makan maka ibu tidak memaksakan ataupun mendisiplinkan porsi serta jam makan si anak.

37

Pola pemikiran seperti diatas, menurut bidan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Dusun Gedangsambu. Selain itu, meskipun sebagian besar dari para ibu tersebut sudah mengerti mengenai pentingnya pola makan seimbang tapi mereka tidak mampu menjalankannya dikarenakan kebiasaan yang sudah ada. Selain itu, sebagian ibu juga terbiasa memberikan jajanan kepada anak balita mereka yang tidak diperhatikan kebersihan, kandungan gizi dan cara memasaknya. Ibu juga mudah menyerah ketika menghadapi anak mereka yang sulit untuk makan, sehingga membelikan jajanan yang diinginkan si anak seperti permen dan chiki tanpa mensiasati untuk menyelipkan makanan yang bergizi untuk anak. Selama seharian si anak hanya makan jajanan tersebut dan hal ini terjadi secara terus menerus yang menyebabkan asupan gizi tidak memenuhi kebutuhan si anak. Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan bahwa kendala lainnya yang didapati dalam usaha Penanganan Balita BGM adalah rendahnya sumber daya manusia (SDM) dihubungkan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga tidak tercapai pola pikir yang sama antara bidan, kader dan masyarakat. Menurut bidan, hal tersebut menyebabkan tidak tercapainya tujuan penerapan Balita Sehat, karena apa yang disampaikan oleh bidan, dipersepsikan berbeda oleh masyarakat setempat. Terlebih lagi masyarakat setempat masih mempertahankan pola tradisi yang ada, seperti tersebut di atas.Bidan juga

mengatakan banyak ibu yang sudah cukup mengerti tentang gizi yang baik untuk anak tetapi karena faktor ekonomi pada akhirnya para ibu terebut tidak mampu membeli makanan dengan gizi yang seimbang bagi anak mereka sehingga anak mereka gizi nya tetap kurang.

38

3.

Hasil Survei Ibu yang Memiliki Balita di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah Pada Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, didapatkan pendidikan terakhir

ibu balita rata-rata adalah SD.

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu Balita Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah Tahun 2012 Pendidikan Terakhir Ibu SD SMP SMA Total Jumlah 17 8 5 30 Persentase 56,7% 26,7% 16,7% 100%

Sebagian besar ibu balita di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga rata-rata dari orangtua balita adalah kurang dari Rp.500.000 per bulan. Tabel 14. Status Pekerjaan Ibu Balita Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah Tahun 2012 Status Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak Bekerja Total Jumlah 8 22 30 Persentase 26,7% 73,3% 100%

Tabel 15. Penghasilan Keluarga per bulan Orangtua Balita Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah Tahun 2012 Penghasilan Keluarga Kurang dari Rp. 500.000 per bulan Rp. 500.000 Rp.1.000.000 per bulan Lebih dari Rp. 1.000.000 per bulan Total Jumlah 26 3 1 30 Persentase 86,7% 10,0% 3,3% 100%

39

Dari total 30 ibu balita yang diambil sebagai responden, 3 ibu diantaranya memiliki balita BGM dan 1 ibu memiliki balita BGT. Saat dilakukan survei, disebar 30 kuesioner yang berisi identitas dan 30 pertanyaan dengan pilihan jawaban yang tertutup. Berikut dipaparkan hasil pengisian kuesioner dari ibu balita di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah. Pemaparan hasil pengisian terpisah antara ibu dengan balita BGM dan BGT dengan yang tidak BGM. Berikut pemaparan hasilnya :

Tabel 16. Hasil Pengisian Kuesioner Ibu Balita Non-BGM di Dusun Gedangsambu
YANG INDIKATOR Dalam 1-3 bulan terakhir ini, apakah anak balita ibu pernah menderita sakit? (misal : demam, batuk, pilek, muntah, diare dan lainnya? Kegiatan apa yang dilakukan saat Posyandu? Siapa yang melakukan kegiatan di Posyandu? Kapan saja Posyandu dilaksanakan? Apa maksud dilakukan penimbangan & pengukuran berat dan tinggi badan bayi dan balita? Setelah menimbang berat badan & mengukur tinggi badan anak, apa yang 40 5 19,2% 21 80,8% DIHARAPKAN JUMLAH % YANG TIDAK DIHARAPKAN JUMLAH %

26 26 25 24 24

100% 100% 96,2% 92,3% 92,3%

0 0 1 2 2

0% 0% 3,8% 7,7% 7,7%

selanjutnya harus dilakukan bidan/kader? Apa kepanjangan dari KMS itu? Apa fungsi dari KMS itu? Jika pada KMS berat badan anak ibu berada di bawah garis merah, apakah maksudnya? Apakah kepanjangan dari balita BGM itu? Bila balita ibu BGM, apa yang seharusnya dilakukan? Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang? Mana di bawah ini yang merupakan makanan yang baik dan dapat mencukupi gizi anak setiap kali makan? Bagaimana mengetahui bahwa kebutuhan makan anak sudah tercukupi? Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak ibu? Membawa anak anda setiap bulan ke Posyandu untuk ditimbang dan diukur berat dan tinggi badan merupakan suatu hal yang penting? Jika ternyata anak balita ibu selera makannya kurang, apakah ibu akan mencari tahu penyebabnya? Ibu menyiapkan makan pagi/sarapan untuk anak balita ibu sebelum aktivitas? Anak balita ibu selalu ibu beri makanan beraneka ragam yang terdiri dari nasi/kentang/jagung disertai lauk pauk dan sayur setiap kali makan Anak balita ibu minum susu setiap hari nya? Ibu memberikan air minum yang sudah dimasak kepada anak balita ibu? Ibu selalu membawa anak balita ibu setiap bulannya ke Posyandu untuk diukur berat

22 22 20 20 22 26

84,6% 84,6% 76,9% 76,9% 84,6% 100%

4 4 6 6 4 0

15,4% 15,4% 23,1% 23,1% 15,4% 0%

26

100%

0%

21

80,8%

19,2%

20

76,9%

23,1%

26

100%

0%

26

100%

0%

25

96,2%

3,8%

18

69,2%

30,8%

16 24 26

61,5% 92,3% 100%

10 2 0

38,5% 7,7% 0%

41

dan tinggi badannya? Ibu selalu memperhatikan pertumbuhan anak melalui buku/kartu yang digunakan untuk mencatat hasil penimbangan berat & tinggi badan tiap Posyandu? Dalam sehari ibu menyempatkan waktu untuk menyuapi makanan kepada anak balita? Ibu selalu melaksanakan pesan/saran/ilmu tentang kesehatan anak yang diberikan oleh para bidan/kader? Ibu memahami dan mengerti isi buku KIA dan KMS? Ibu selalu menjaga kebersihan makanan yang akan dimakan anak? Ibu memeriksakan anak ibu kemana ketika anak ibu sakit? 26 100% 0 0% 24 92,3% 2 7,7% 26 100% 0 0%

22 26 26

84,6% 100% 100%

4 0 0

15,4% 0% 0%

42

Tabel 17. Hasil Pengisian Kuesioner Pengetahuan Ibu Balita BGM & BGT di Dusun Gedangsambu
PERTANYAAN Dalam 1-3 bulan terakhir ini, apakah anak balita ibu pernah menderita sakit? (misal : demam, batuk, pilek, muntah, diare dan lainnya? PENGETAHUAN 1. Kegiatan apa yang dilakukan saat Posyandu? 2. Siapa yang melakukan kegiatan di Posyandu? 3. Kapan saja Posyandu 4. dilaksanakan? Apa maksud dilakukan penimbangan & pengukuran berat dan tinggi badan bayi dan balita? 5. Setelah menimbang berat 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 YA YA YA YA IBU BGM 1 IBU BGM 2 IBU BGM 3 IBU BGT

43

badan & mengukur tinggi badan anak, apa yang selanjutnya harus dilakukan bidan/kader? 6. KMS itu? 7. Apa fungsi dari KMS itu? 8. Jika pada KMS berat badan anak ibu berada di bawah garis merah, 9. apakah maksudnya? Apakah kepanjangan dari 10. balita BGM itu? Bila balita ibu BGM, apa yang seharusnya dilakukan? 11. dengan gizi seimbang? 12. Mana di bawah ini yang merupakan makanan yang baik dan dapat mencukupi gizi anak 13. setiap kali makan? Bagaim ana mengetahui bahwa kebutuhan makan anak sudah 0 0 0 0 1 1 1 1 Apa yang dimaksud 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Apa kepanjangan dari 0 0 0 1

44

tercukupi? NILAI PENGETAHUAN KRITERIA 10-13 : BAIK 7-10 : CUKUP < 7 : KURANG

KURANG

KURANG

KURANG

CUKUP

Dari 3 orang ibu balita BGM dan 1 ibu balita BGT yang menjadi responden, melalui penjumlahan skor dari tiap pertanyaan, dimana bila jawaban benar diberi nilai 1 dan bila jawaban salah diberi nilai 0, hasilnya ketiga ibu balita BGM tersebut memiliki pengetahuan dengan kriteria kurang dan ibu balita BGT memiliki pengetahuan cukup.

Tabel 18. Hasil Pengisian Kuesioner Sikap Ibu Balita BGM di Dusun Gedangsambu 14. PERTANYAAN Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak ibu? a. Setuju 15. b. Tidak Setuju Membawa anak anda setiap bulan ke Posyandu untuk ditimbang dan diukur berat dan tinggi badan merupakan suatu hal yang penting? a. b. 16. Setuju Tidak Setuju Jika ternyata anak balita ibu 4 0 100% 0% 2 2 50% 50% FREKUENSI PERSENTASE

selera makannya kurang, apakah ibu akan mencari tahu penyebabnya? a. Ya 3 75%

45

b.

Tidak

25%

Tabel 19. Hasil Pengisian Kuesioner Perilaku Ibu Balita BGM di Dusun Gedangsambu PERTANYAAN 1. Ibu menyiapkan makan pagi/sarapan untuk anak balita ibu sebelum aktivitas? a. Ya 4 0 100% 0% b. Tidak 2. Anak balita ibu selalu ibu beri makanan beraneka ragam yang terdiri dari nasi/kentang/jagung disertai lauk pauk dan sayur setiap kali makan a. Ya b. Tidak 3. Anak balita ibu minum susu setiap hari nya? a. Ya b. Tidak 4. Ibu memberikan air minum yang sudah dimasak kepada anak balita ibu? a. Ya b. Tidak 5. Ibu selalu membawa anak balita ibu setiap bulannya ke Posyandu untuk diukur berat dan tinggi badannya? a. Ya b. Tidak
46

FREKUENSI

PERSENTASE

0 4 0 4

0% 100% 0% 100%

4 0

100% 0%

3 1

75% 25%

6. Ibu selalu memperhatikan pertumbuhan anak melalui buku/kartu yang digunakan untuk mencatat hasil penimbangan berat & tinggi badan tiap Posyandu? a. Ya b. Tidak 7. Dalam sehari ibu menyempatkan waktu untuk menyuapi makanan kepada anak balita? a. Ya b. Tidak 8. Ibu selalu melaksanakan pesan/saran/ilmu tentang kesehatan anak yang diberikan oleh para bidan/kader? a. Ya 9. b. Tidak Ibu memahami dan mengerti isi buku KIA dan KMS? a. Ya b. Tidak 10. Ibu selalu menjaga kebersihan makanan yang akan dimakan anak? a. Ya b. Tidak 11. Ibu memeriksakan anak ibu kemana ketika anak ibu sakit? a. Ke bidan /Puskesmas/dokter/RS b. Diobati sendiri
4. Hasil Wawancara Ibu Balita BGM dan BGT

1 3

25% 75%

4 0

100% 0%

3 1

75% 25%

0 4

0% 100%

4 0

100% 0%

4 0

100% 0%

Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang tua dari balita BGM dan 1 ibu balita BGT, hampir semua ibu balita tersebut tidak tahu akan pola makan seimbang.

47

Kebanyakan ibu selalu memberikan makanan sesuai yang diinginkan anaknya tanpa mempertimbangkan keseimbangan antara lauk, sayur serta makanan tambahan lain seperti susu ataupun buah-buahan. Selain itu, ketidaktelatenan ibu dalam memberikan makanan terhadap balitanya, dimana masih banyak para ibu yang tidak mendisiplinkan jam makan maupun porsi makan balitanya, sehingga saat anak bilang tidak mau makan ibu tersebut tidak berusaha untuk membujuk anaknya agar makan. Saat ditanya alasannya, jawabannya karena mereka tidak tega melihat anak mereka menangis ketika dipaksa untuk makan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai balita BGM juga menjadi salah satu faktor. Selain itu masalah ekonomi sehingga ibu tidak mampu membeli makanan yang bergizi untuk anak balita mereka. Motivasi yang kurang juga berkontribusi menjadi salah satu faktor. Satu dari tiga ibu balita BGM dalam wawancara jarang membawa anak nya ke Posyandu, hanya beberapa kali saja ditimbang karena menganggap hal tersebut tidak begitu penting, juga dari peran suami yang kurang mendorong istrinya untuk membawa anak mereka ke Posyandu atau ke Bidan.

48

49

Anda mungkin juga menyukai