Anda di halaman 1dari 4

Alasan Ada sedikitnya tiga alasan mengapa kita perlu mengaktifkan jaringan kerja yang sudah kita miliki.

Pertama, semakin bertambahnya jenis, bentuk dan model peluang yang bisa kita garap dari pekerjaan kita hari ini. Sering sekali terjadi, peluang yang beragam dan yang cocok dengan kita itu datangnya ke kita melalui pintu orang lain yang sudah kita kenal. Semakin banyakorang yang kita kenal, semakin banyak informasi peluang yang bias kita garap. Kedua, semakin lemahnya jaminan keamanan yang bisa kita dapatkan dari perusahaan atau orang lain. Merah-putihnya karir kita akan lebih banyak ditentukan oleh kita (keahlian, kecakapan atau kelihaian kita). Perusahaan tempat kita kerja saat ini bisa ambruk bukan semata-mata oleh kesalahan manajemen melainkan bisa juga karena pengaruh perubahan global yang di luar kontrol siapapun. Meskipun kita dan perusahaan tempat kita bekerja tidak menginginkan, tetapi kalau perubahan global berkata lain, apa boleh buat. Kira-kira inilah gambarannya. Semakin banyak orang yang kita kenal, semakin banyak sumber keamanan yang bisa kita dapatkan. Ketiga, membuka diri. Untuk kepentingan perbaikan-diri, kita perlu membuka diri kita. Melihat orang lain yang lebih bagus, selama itu kita lakukan dalam rangka memperbaiki, ia akan mewahyukan sesuatu kepada kita. Melihat orang lain yang lebih buruk, selama itu kita saksikan dalam rangka memperbaiki, ia akan mewahyukan sesuatu kepada kita. Semakin banyak orang yang kita lihat, semakin banyaklah pelajaran yang bisa kita serap. Masalah Beberapa masalah yang terkadang menghambat upaya kita dalam mengaktifkan jaringan atau hubungan itu, kira-kira bisa dijelaskan sebagai berikut: 1. Tanpa tindak lanjut. Banyak sudah orang yang tahu kita melalui kartu nama yang pernah kita berikan. Banyak sudah kita mengetahui orang lain melalui kartu nama yang kita terima dalam berbagai perjumpaan atau pertemuan. Kartu nama, nomor telepon atau media lain yang seperti itu seolah-olah sudah menjadi tradisi yang secara rutin kita lakukan. Tetapi, cukupkah kartu nama ini kita jadikan andalan? Meskipun ini penting tetapi prakteknya seringkali mengatakan belum cukup. Peranan dan fungsi kartu nama bisa dikatakan hanya sebagai syarat pembuka. Menurut Teori Hubungan (Relationship theory), jaringan kerja itu akan bekerja kalau kita mengetahui orang yang mengetahui kita. Know who knows. Maksud mengetahui kita di sini adalah mengetahui apa yang kita bisa, mengetahui apa yang kita ahli di dalamnya, atau gampangnya, mengetahui bidang kita. Dengan kata lain, kalau kita berhenti hanya pada menyebarkan kartu nama kepada orang lain atau mengumpulkan kartu nama orang lain, maka sebanyak apapun kartu itu kita luncurkan, sepertinya jaringan kerja kita belum bisa memberikan manfaat (bekerja) sesuai dengan yang kita inginkan. Karena itu butuh usaha ekstra untuk membuat orang lain mengetahui dengan baik tentang apa yang kita tahu secara baik. Dengan bahasa yang berbeda, Aman Motwane, penulis buku "The power of wisdom (2002) menyarankan agar kita bisa mengubah status hubungan dari "connecting to" ke "connecting with". Connecting with adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan intensitas hubungan yang tidak asal kenal atau asal dikenal melainkan sama-sama mengenal, sama-sama tahu, atau pendeknya sebuah hubungan yang lebih mendalam. Pola hubungan seperti inilah yang mestinya perlu kita ciptakan dalam proses usaha kita dalam mengaktifkan jaringan. 2. Tanpa seleksi

Semua orang yang kita kenal memang penting artinya bagi kita tetapi ketika ini kita bawa ke pembahasan tentang jaringan kerja yang bekerja, tentulah harus ada seleksi mana yang penting dan mana yang belum (bukan Tidak) penting untuk kepentingan kita pada hari ini. Terkadang orang tertentu akan cocok untuk urusan tertentu dan tidak cocok untuk urusan yang lain. Karena itulah seleksi tentang orang dibutuhkan. Ketika sistem seleksi kita terlalu longgar, biasanya ini kerap menimbulkan apa yang kita sebut distraksi (virus yang sering mencabut konsentrasi kita terhadap hal yang penting untuk kita). Begitu kita sudah terkena virus distraksi ini, banyak hal yang penting tetapi kita terlantarkan, tidak tertangani oleh kita atau juga terganggu penanganannya. Sebaliknya banyak hal yang tidak penting tetapi mendapatkan perhatian yang porsinya besar sekali dari kita. Yang penting kita abaikan tetapi yang tidak penting kita perhatikan. Jadi, maksud kita membuat seleksi tentang orang bukanlah untuk membeda-bedakan dalam pengertian menghina atau merendahkan (humiliate others) melainkan untuk kepentingan fokus, berpusat dan berkiblat hanya pada tujuan yang kita inginkan. Ajaran Tao berpesan, ketika kita sudah sanggup berpusat (centered), maka yang muncul dari diri kita adalah keteraturan (order), sedikit hal yang kita kerjakan tetapi banyak hal yang kita dapatkan (berkualitas), atau bekerja dengan kecerdasan (smart work). 3. Tanpa peningkatan Mungkin tidak sedikit dari kita yang mengenal (tahu) para pembesar perusahaan, mengenal pejabat papan atas dari kalangan militer, tokoh masyarakat atau partai politik dan lain-lain. Usaha kita untuk menambah jumlah orang yang kita kenal atau menambah jumlah orang yang mengenal kita secara umum bisa dikatakan baik dan bagus. Tetapi ketika ini kita bawa ke urusan jaringan dan hubungan kerja yang bekerja (aktif), seringkali prakteknya mengatakan masih belum cukup Pasalnya, pada tingkat praktek yang spesifik, aktifnya hubungan kerjasama kita dengan pihak lain juga tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan kita dalam menilai, menggunakan dan membuktikan kemampuan, keahlian dan kapasitas kita. Meskipun yang kita kenal adalah kalangan pembesar yang menawarkan peluang-peluang besar tetapi kalau kemampuan dan keahlian kita tidak pernah kita perbesar, ya kemungkinan besar tak banyak hal besar yang bisa kita tangani. Karena itu, seiring dengan jumlah orang yang kita kenal, kita pun perlu meningkatkan / menambah jumlah dan bobot kapasitas kita (menaikkan ukuran). Bertambahnya orang yang kita kenal tanpa diiringi dengan usaha kita dalam menambah / menaikkan kapasitas kita justru kerapkali malah menjadi masalah yang menghambat aktifnya hubungan kerjasama kita. Menurut petunjuk Hukum Asosiasi yang bekerja di dunia ini, biasanya kita akan mengenal orang yang lebih bagus kalau kita lebih dulu memperbagus diri kita. Biasanya, kita akan mengenal orang yang lebih atas di bidang kita kalau kita berusaha lebih dulu menaikkan kapasitas kita. Pembelajaran Pasti tidak ada orang yang berani mengatakan bahwa mengaktifkan jalinan dan jaringan yang ada dan yang sudah kita miliki itu mudah. Meskipun begitu, karena ini toh pada akhirnya tetap harus kita

lakukan, maka tidak ada cara lain selain harus berusaha melalui pembelajaran (mengubah ketidakmampuan menjadi kemampuan sesuai dengan keadaan-diri kita) Sebagian dari sekian jurus pembelajaran yang bisa kita lakukan adalah pilihan berikut ini: 1. Menaikkan kemampuan ber-empati Menurut pengertian yang sudah lazim digunakan, empati adalah kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya. Empati adalah kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut. Empati adalah kemampuan kita dalam meresponi keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain (connecting with). Bagaimana cara menaikkannya? Menurut nasehat Daniel Goleman, kemampuan ini bisa kita naikkan melalui praktek berikut: Cepat menangkap isi perasaan dan pikiran orang lain (understanding others). Memberikan pelayanan yang dibutuhkan orang lain. Member, bukan mengambil (Service Orientation), apalagi memanipulasi. Memberikan masukan-masukan positif atau membangun orang lain (developing others) Mengambil manfaat dari perbedaan, bukan menciptakan konflik dari perbedaan (leveraging diversity) Memahami aturan main yang tertulis atau yang tidak tertulis dalam hubungan kita dengan orang lain (Political awareness). Belajar menaikkan kemampuan kita dalam ber-empati ini merupakan kunci hubungan. Menurut Peter Drucker, kunci kelancaran komunikasi adalah belajar menangkap apa yang tak terucap (unspoken). Dalam konteks bisnis (business of selling), Alf Cattle malah mengatakan: "Relationship is product" 2. Menaikkan kemampuan dalam menggunakan alat seleksi Satu dari sekian alat seleksi yang sudah disediakan Tuhan dan gratis kita gunakan sekehendak kita adalah ungkapan YA dan TIDAK yang keluar dari ucapan kita dalam meresponi ajakan atau tawaran orang lain yang kita kenal. Alat seleksi ini, apabila kita tepat menggunakannya bisa menyelamatkan kita dari distraksi. A.P. Goethe mengatakan: "Ada tiga strategi untuk meraih kesuksesan: 1) ketahuilah apa yang harus dibuang; 2) apa yang harus dipertahankan; 3) ketahuilah kapan harus mengatakan TIDAK. Membangun kemampuan dalam mengatakan TIDAK akan memberikan kapasitas kepada kita dalam mengatakan YA Semua orang pasti bisa mengucapkan kata YA atau TIDAK tetapi untuk mengatakan YA atau TIDAK yang dapat mengharmoniskan dan mengaktifkan hubungan kita dengan orang lain, memang perlu diasah, perlu belajar karena semua manusia tidak dibekali kemampuan mengatakan YA dan Tidak secara polite (sopan) tetapi firm (kuat). Tidak ada panduan yang pantas disebut "The playing-book" (panduan yang pasti menjamin keberhasilan langsung dan cospleng) tetapi kita bisa belajar dari praktek hidup sehari-hari, entah dari kita atau dari orang lain yang kita lihat.

Umumnya, orang yang secara pengetahuan, pengalaman, keahlian atau derajat hidup lebih bagus dari kita memiliki kemampuan di bidang ini yang lebih bagus pula. Nah, Kita bisa belajar dari mereka sebanyak mungkin dan sekehendak kita, terutama untuk mengetahui bagaimana, kapan dan kepada siapa kata Ya dan Tidak itu kita ucapkan. 3. Mengasah gergaji milik kita Keahlian yang kita kuasai ibarat gergaji bagi kita. Mengasah gergaji oleh Covey dikatakan sebagai pilar terciptanya kebiasaan efektif dalam hidup kita. Tanpa keahlian, sulit kita menggunakan sumberdaya, potensi dan peluang yang muncul. Teori peperangan mengatakan: "Tanpa keahlian akan membuat kekuatan kita tidak bisa ditembakkan (executed)", alias mandul. Sekedar sebagai tambahan, tiga hal yang penting untuk kita perhatikan dalam mengasah gergaji milik kita adalah berikut: Pilihlan jenis keahlian tertentu (spesifik) yang cocok dengan keunggulan dasariyah, bakat atau kecerdasan (intelligence) kita. Pilihan yang tepat akan dapat mempercepat. Asahlah secara terukur dan teratur. Keahlian itu kalau tidak pernah kita naikkan, ia akan statis. Tetapi kalau kita naikkan sembarangan (hanya berdasarkan mood sesaat), ia cenderung tak teratur. Yakni ada banyak cara dan metode yang bisa kita gunakan untuk mengasah gergaji kita. bila satu pintu tertutup, berarti ini pertanda ada pintu lain sudah terbuka untuk kita. Selamat mengaktifkan.

Anda mungkin juga menyukai