Anda di halaman 1dari 24

STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK TRISAKTI SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

Nama Mahasiswa NIM

: Erika Pratami : 030.07.083

Pembimbing : Prof.dr.H. Muzief M, Sp.A Tanda Tangan :

I.IDENTITAS PASIEN Nama Pasien No. Rekam Medik Suku bangsa : An.E : 08xxxx : Jawa Jenis kelamin : Laki-laki Umur Agama : 13 tahun : Islam

Tempat / tanggal lahir : Jakarta/3 Juni 1999 Alamat : Jalan Durian Jaya no.61 RT 08/RW 05 Mampang Kuningan Barat

Orang Tua / Wali Ayah : Nama : Tn. S Agama : Islam Alamat : Jln. Durian Jaya no.61 RT08/RW 05 Mampang Kuningan Barat Pekerjaan Penghasilan : Wiraswasta : Rp. + 4.00.000/bulan Ibu : Nama : Ny.Y Agama : Islam Alamat: Jln. Durian Jaya no.61 RT08/RW 05 Mampang Kuningan Barat Pekerjaan Penghasilan : Ibu Rumah Tangga : Rp. 0 /hari

Suku Bangsa : Jawa

Suku Bangsa : Jawa

Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung.

II. ANAMNESIS Dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ny. Y (ibu kandung pasien) Lokasi Tanggal / waktu : Bangsal lantai VI Timur, kamar 613 : 11 Juli 2012, pukul 06.30 WIB

a.

Keluhan Utama Demam sejak 4 hari SMRS

b. Keluhan Tambahan Mual, muntah, batuk, tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, lemas. c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dibawa ke IGD RS Budi Asih dengan keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus tanpa menggigil ataupun berkeringat, suhu tidak pernah diukur hanya teraba hangat dengan perabaan tangan dan pasien tidak dikompres selama demam. Keluhan disertai dengan badan lemas, mual dan muntah tiap kali makan sebanyak 3 x/hari cair berisi air dan makanan yang dimakan sebelumnya, batuk kering, nyeri tenggorokan yang dirasakan terus menerus baik saat pasien makan maupun minum, nyeri kepala. Selama sakit, pasien tidak nafsu makan, pasien hanya makan 4-5 sendok tiap kali makan. 4 hari SMRS, pasien dibawa berobat ke klinik mendapat dua macam obat tablet yang diminum 3 x sehari, namun keluhan tidak membaik. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Keluhan pilek, kejang, mimisan, keluar cairan dari telinga, nyeri saat BAK, riwayat berpergian ke luar kota disangkal oleh pasien. d. Riwayat Penyakit dahulu Penyakit Alergi Cacingan Demam Berdarah Demam Thypoid Otitis Parotitis Umur Penyakit Difteria Diare Umur Penyakit Jantung Ginjal Umur -

Kejang

Darah

Kecelakaan

Radang paru

Morbili Operasi

Tuberkulosis Lainnya

Kesan : Pasien tidak pernah sakit sebelumnya


2

e. Riwayat Penyakit Keluarga Kedua orangtua pasien tidak sedang menderita keluhan yang sama seperti pasien.

f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Saat hamil ibu os sehat dan tidak pernah sakit sering periksa ke bidan 2 bulan 1x, suntik TT (+) 2x Rumah sakit Dokter Spontan Cukup bulan (38 minggu) Berat lahir : 3500 gram Panjang lahir : ibu os lupa Lingkar kepala : tidak tahu Keadaan bayi Langsung menangis (+) Kulit kemerahan (+) Kelainan bawaan : tidak ada

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan

Perawatan antenatal

KELAHIRAN

Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi

Kesan : Riwayat selama masa kehamilan baik, lahir spontan

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan : Pertumbuhan gigi I Psikomotor Tengkurap Duduk Berdiri : Umur 3 bulan : Umur 8 bulan : Umur 9 bulan (Normal: 3-4 bulan) (Normal: 6-9 bulan) (Normal: 9-12 bulan)
3

: Umur 6 bulan

(Normal: 5-9 bulan)

Berjalan Bicara Baca tulis Perkembangan pubertas Ranbut Pubis Payudara Menarche

: Umur 10 bulan : Umur 12 bulan : Umur 5 tahun

(Normal: 13 bulan) (Normal: 9-12 bulan)

: : : -

Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

Kesan : Riwayat tumbuh kembang pasien baik.

h. Riwayat Makanan : Umur (bulan) 02 24 46 68 8 10 10 12

ASI/PASI

Buah / Biskuit

Bubur Susu

Nasi Tim

+ + + + PASI PASI

+ +

+ +

Umur > 1 Tahun

Jenis Makanan Nasi/Pengganti Sayur

Frekuensi dan Jumlah 3x/hari, satu piring besar 2x/hari, satu piring kecil

Daging Telur Ikan Tahu Tempe Susu (merk/takaran) Lain-lain

4x/minggu, 1 potong/kali makan 2x/minggu, 1butir 3x/minggu, 1 potong/ kali makan 5x/minggu., 1 potong/ kali makan 3x/minggu., 1 potong / kali makan Frisian Flag, 1 gelas/hari Jajanan kaki lima

Kesimpulan: Tidak ada kesulitan makan, riwayat makanan baik

i. Riwayat Imunisasi : Vaksin BCG DPT / PT Polio Campak Hepatitis B MMR TIPA 1 bulan 2 bulan 0 bulan 9 bulan 1 bulan Dasar ( umur ) 4 bulan 2 bulan 2 bulan 6 bulan 4 bulan 8 bulan Ulangan ( umur ) -

Kesan: Berdasarkan keterangan ibu pasien, riwayat imunisasi wajib pasien lengkap. Tidak pernah dilakukan imunisasi ulangan maupun imunisasi tambahan lainnya.

j. Riwayat Keluarga (corak reproduksi) 1. Corak Reproduksi Tanggal No Lahir (umur) 1 2 02091990 03061998

Jenis Kelamin

Hidup

Lahir Mati

Abortus

Mati (Sebab)

Keterangan Kesehatan

Laki-laki Laki-laki

() ()

Sehat Pasien

2. Riwayat Pernikahan Ayah Nama Perkawinan keUmur saat menikah Pendidikan terakhir Agama Suku bangsa Keadaan kesehatan Kosanguinitas Penyakit, bila ada Tn. S Satu 26 Tahun SMK Islam Jawa Sehat Ibu Ny. Y Satu 24 tahun SMK Islam Jawa Sehat -

Kesan: Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran atau lahir mati. Kedua orang tua dan saudara pasien sehat. 3. Riwayat Keluarga Orang Tua Pasien Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati, batuk lama maupun keganasan dalam keluarga. 4. Riwayat Anggota Keluarga Lain yang Serumah Kedua orang tua pasien dan saudara pasien berada dalam keadaan sehat.
6

k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi Perumahan Keadaan rumah : Rumah sendiri : Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur serta kamar mandi. Terdapat ventilasi berukuran 1 x 1 m dan jendela yang dibuka setiap hari pada tiap ruangan. Sumber air untuk keperluan MCK diperoleh dari PAM. Sumber air minum diperoleh dari aqua galon. Daerah lingkungan : Rumah terletak di daerah cukup padat penduduk.

Kesimpulan keadaan lingkungan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien baik

III.PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 11 Juli 2012 pukul 07.00 WIB Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran Kulit : Compos mentis : Sawo matang, anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban cukup, tidak ada efloresensi yang bermakna.

Data Antropometri Berat Badan Tinggi Badan : 43 kg : 155 cm

Lingkar Kepala : 52 cm (antara -2 SD dan +2 SD)

Status Gizi BB/U : (43/47) x 100 % BB/TB: (43/45) x 100 % = 91,48 % Gizi baik TB normal Gizi baik kesan : gizi baik

TB/U : (155/156) x 100 % = 99,35 % = 95,55%

Tanda Vital Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi Suhu Pernapasan : 82 x/menit, kuat, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri : 38,3 C : 24x/menit

Kepala dan Leher Kepala Rambut Mata Visus Ptosis Lagofthalmus : Tidak dinilai : -/: -/Bercak bitot Sklera ikterik : -/: -/: Normosefali, : warna hitam, tebal, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Konjungtiva anemis : -/Konjungtiva hiperemis: -/Kornea jernih Lensa jernih Pupil Mata cekung : +/+ : +/+ : Bulat, isokor : -/-

Exophthalmus : -/Strabismus Nistagmus : -/: -/-

Refleks cahaya : Langsung +/+ Tidak langsung +/+ Hidung Bentuk Napas cuping hidung Deviasi septum Telinga Bentuk Nyeri tarik aurikula Liang telinga Serumen Cairan : Normotia : -/: lapang : +/+, minimal : -/: Simetris ::-

Konka eutrofi Sekret Mukosa hiperemis

: +/+ : -/: -/-

Tuli Nyeri tekan tragus Membran timpani Refleks cahaya

:: -/: sulit dinilai : sulit dinilai

Mulut Bibir Trismus Halitosis : simetris saat diam, mukosa kering, pucat (-), keilosis (-), sianosis (-) :: tidak khas

Langit-langit : sulit dinilai Mukosa Sianosis Gigi geligi Lidah Lain-lain Uvula Tonsil Leher : merah muda, bercak koplik (-), Forschheimer spot (-) :: karies (-) : Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-) : hipersalivasi (-) : Letak di tengah : T1/T1, tidak hiperemis, kripta -/-, detritus -/-

Tenggorokan : Faring hiperemis : Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar Kelenjar limfe : teraba membesar (retroaurikuler) nyeri tekan (+) Thorax Paru Inspeksi Bentuk dada normal, simetris saat statis dan dinamis,tipe abdomino-thorakal, retraksi (-) Palpasi Perkusi Auskultasi Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris sama kuat Sonor di semua lapang paru Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung Inspeksi Ictus cordis tampak pada sela iga 5 1 cm medial garis midklavikularis kiri Palpasi Ictus cordis teraba pada sela iga 5 1 cm medial garis midklavikularis kiri, thrill (-) Perkusi Jantung dalam batas normal

Auskultasi

SISII reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi Palpasi Datar, efloresensi (-), hernia umbilikalis (-) Supel, nyeri tekan sulit dinilai, defense muskular (-), hepar/lien tidak teraba membesar, turgor kulit baik Perkusi Auskultasi Timpani di seluruh lapang abdomen BU (+) 3x/menit

Genitalia : Jenis kelamin Laki-laki, sudah dikhitan, OUE (+), tanda-tanda radang (-),ulkus (-) sekret (-), fimosis (-), parafimosis (-) Ekstremitas: Akral hangat, spastisitas (-), sianosis (-), parese (-), paralisis (-), efloresensi (-) Rumple Leed : -

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hasil pemeriksaan pada tanggal 10 Juli 2012: JENIS PEMERIKSAAN Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Imunoserologi Thypoid Fever S typhi O S typhi AO S typhi BO 1/80 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 14,7 g/dL 44 % 5,3 rb /uL 193 rb/uL 11,8-15 g/dL 40 52 % 4,5-13 rb/ul 156 -406 /uL HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL

10

S typhi CO S typhi H S typhi AH S typhi BH S typhi CH

Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

V. RESUME Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dibawa ke IGD RS Budi Asih dengan keluhan keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS yang dirasakan terus menerus teraba hangat dengan perabaan tangan tanpa menggigil maupun berkeringat. Keluhan disertai dengan badan lemas, mual dan muntah tiap kali makan, batuk kering dan nyeri tenggorokan yang Selama sakit, pasien hanya makan 4-5 sendok tiap kali makan. 4 hari SMRS, pasien dibawa berobat ke klinik namun keluhan tidak membaik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik compos mentis, tampak sakit ringan, suhu 38,3 oC, mukosa bibir kering, faring hiperemis, KGB retroaurikuler teraba membesar dengan nyeri tekan. Hasil pemeriksaan didapatkan peningkatan titer serologi S. typhi O 1/80.

VI. DIAGNOSIS BANDING Influenza Demam tifoid Campak Rubela Hepatitis akut

VII. DIAGNOSIS KERJA Influenza (dengan intake sulit)

11

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN Darah rutin Tes fungsi hepar (SGOT, SGPT, albumin, globulin, bilirubin) Feses lengkap Urin lengkap Tubex tifoid Serologi rubella dan campak

IX. TERAPI Tirah baring IVFD RL 2 cc/kgBB/jam Paracetamol 250 mg 4 x 1

X. PROGNOSIS Ad vitam Ad functionam Ad sanasionam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

12

FOLLOW UP 11 April 2012


11 Juli 2012 Demam (+) Mual (+) Muntah (+) tiap kali makan isi air dan makanan yang dimakan Batuk kering (+) Nyeri tenggorokan (+) Nyeri kepala (+) Mencret 1 x warna kuning ampas > air, lendir (+), darah (-) BAK 2 x warna kuning jernih Nafsu makan (-) makan hanya 3 sendok Minum sedikit (500cc/24 jam) 12 Juli 2012 Demam (-) Mual (-) Muntah Batuk kering (+) berkurang Nyeri tenggorokan (-) Nyeri kepala (-) Mencret 1 x warna kuning ampas > air, lendir (+), darah (-) BAK 1 x warna kuning jernih Nafsu makan (+) Minum sedikit (+) Ruam (+) (makulopapular) yang muncul pertama kali di belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, leher dan keempat ekstremitas Gatal (+) KU : Tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis BB : 41 kg Tanda Vital TD : 100/70 mmHg Nadi : 92 x/menit Suhu : 36,2 C Laju Nafas : 20 x/m Kulit : ruam makulopapular (+), hiperpigmentasi (-)deskuamasi(-) Kepala : normosefali Wajah : ruam(+) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-) Mata : CA -/-, SI -/Telinga : sekret -/-, Hidung : sekret -/Tenggorokan : faring hiperemis 13 Juli 2012 Demam (-) Mual (-) Muntah Batuk kering (-) Nyeri tenggorokan (-) Nyeri kepala (-) Mencret 1 x warna kuning ampas > air, lendir (+), darah (-) BAK 3 x warna kuning jernih Nafsu makan (+) Ruam (+) (makulopapular) pada keempat ekstremitas Gatal (-)

KU Kesadaran BB Tanda Vital TD Nadi Suhu Laju Nafas Kulit Kepala Wajah Mata Telinga Hidung Tenggorokan Mulut

: Tampak sakit ringan : compos mentis : 41 kg : 120/70 mmHg : 100 x/menit : 38,2 C : 20 x/m : ruam (-) : normosefali : ruam (-) : CA -/-, SI -/: sekret -/-, : sekret -/: faring hiperemis : mukosa lembab, pucat (-), bercak koplik (-), Forschheimer spot (-)

KU Kesadaran BB Tanda Vital TD Nadi Suhu Laju Nafas Kulit

: Tampak sakit ringan : compos mentis : 41 kg

: 110/70 mmHg : 80x/menit : 36 C : 24 x/m : ruam makulopapular (+), hiperpigmentasi(-)deskuamasi (-) Kepala : normosefali Wajah : ruam (-)hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-) Mata : CA -/-, SI -/Telinga : sekret -/Hidung : sekret -/Tenggorokan : faring hiperemis 13

Leher
Paru -/-, Jantung Abdomen

: KGB retroaurikuler teraba

Mulut Leher

membesar nyeri tekan (+) dan


tiroid dalam batas normal : ruam (-) suara nafas vesikuler, ronki

: mukosa lembab, pucat (-), bercak koplik (-), Forschheimer spot (-) : ruam makulopapular (+) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-),KGB retroaurikuler

Mulut Leher

: mukosa lembab, pucat (-), bercak koplik (-), Forschheimer spot (-) : ruam makulopapular (-) hiperpigmentasi(-)deskuamasi (KGB retroaurikuler teraba

wheezing -/: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-) : supel, datar, BU (+) 3x/menit, organomegali (-) Ekstremitas : akral hangat, edema (-), ruam (-) Genitalia : tanda radang (-)

Paru

teraba membesar nyeri tekan (+) dan tiroid dalam batas normal
: ruam makulopapular (+) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-), suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/: S1-S2 reguler, murmur (-),gallop(-) : supel datar,ruam makulopapula(-) hiperpigmentasi (-) deskuamasi(-), BU (+) 3x/menit, organomegali (-) : akral hangat, edema (-), ruam (+) makulopapular, hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-) : tanda radang (-)

Paru

membesar nyeri tekan (+) dan tiroid dalam batas normal

Jantung Abdomen

Ekstremitas Genitalia Urin lengkap

: ruam makulopapular (-) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-), suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/ Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop(-) Abdomen : supel datar,ruam makulopapula(-) hiperpigmentasi (-) deskuamasi(-), BU (+) 3x/menit, organomegali (-) Ekstremitas : akral hangat, edema (-), ruam (+) hiperpigmentasi (-) deskuamasi (-) Genitalia : tanda radang (-) Darah Lengkap

Warna Kejernihan Keton Berat jenis Urobilinogen Darah Glukosa Bilirubin pH Albumin Nitrit Esterase leukosit Sedimen urin Lekosit Eritrosit

Kuning Agak keruh +4 1020 1.0 +1 6.0 2-4 /LPB 1-2/LPB

Hb Ht Leukosit Trombosit Eritrosit LED Hitung jenis Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit

14,2 g/dL 40% 5,7 ribu/uL 170 ribu/uL 5,1 juta/uL 3 mm/jam 0% 1% 3% 30 % 58 % 8%

14

Epitel Silinder Kristal Bakteri Jamur Feses Rutin Warna Konsistensi Lendir Darah Leukosit Eritrosit Amoeba coli Amoeba histolitika Telur cacing Lemak Amilum Serat Sel ragi Kesan : dehidrasi DD : Rubella Campak Scarlet Fever Dx : Rubella Tirah baring IVFD RL 2 cc/kgBB/jam Diet : nasi tim

Coklat Lunak Rubella

Influenza

Tirah baring IVFD RL 2 cc/kgBB/jam Paracetamol 250 mg 4 x 1 Diet : nasi tim

Tirah baring IVFD RL 2 cc/kgBB/jam Diet : nasi tim Pasien pulang Edukasi

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA RUBELLA (German Measles, Three-days Measles)

II.1. DEFINISI Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941. Rubela pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital merupakan penyakit yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas. Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan terus diusahakan eliminasinya.1,2 Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan; risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.1,3 Infeksi janin pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus spontan dan kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia, glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent ductus arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura, hepatosplenomegali, icterus dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang dan berat biasanya sudah dapat diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan yang mengganggu organ jantung atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa bulan bahkan hingga beberapa tahun setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan ketergantungan insulin diketahui sebagai
16

manifestasi lambat dari CRS. Malformasi congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi pada ibu yang menderita rubella tanpa gejala.3

II.2. EPIDEMIOLOGI Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemik terjadi dengan interval 5-7 tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta pada infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian paling tinggi terdapat pada anak usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda.1,2,3 Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubela pada ibu hamil selama minggu pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei di Inggris (1970-1974) menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela klinis dan hanya 19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital mengalami defek.1,3

II.3. FAKTOR RISIKO Kondisi tubuh yang tidak baik2 Belum pernah imunisasi MMR2

II.4. ETIOLOGI Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.1,2,3 Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata.3 Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan
17

tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah besar, sehingga menjadi sumber infeksi.1,3 Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus penyebabnya berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella dan campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit pada penderitanya.1,2 Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular dibandingkan campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang.1,2,3 Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru timbul kira-kira 14 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut campak 3 hari.2,3

II.5. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.1,2 Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.1,2,3

18

II.6. MANIFESTASI KLINIS Masa inkubasi Masa inkubasi berkisar 14 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.1,2 Masa prodromal Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau petekiia pada palatum molle. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.1,2 Masa eksantema Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.1,2 Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit rubela yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari.1,2,3

II.7. DIAGNOSIS Diagnosis seringkali sukar untuk ditegakkan karena tidak ada tanda dan gejala khas untuk rubella. Seperti dengan penyakit eksantema lain, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa yang cermat. Rubella merupakan penyakit epidemik sehingga bila diselidiki
19

dengan cermat , dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita. Seifat demam dapat membantu menegakkan siagnosis, oleh karena demam pada rubella jarang sekali di atas 38,5 C. 1,2 Perubahan hematologi hanya sedikit membantu penegakan diagnosis. Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terjadi leucopenia pada awal penyakit yang kemudian diikuti dengan limfositosis relatif.1,2 Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologiyaitu adanya peningkatan titer antibody 4 kali pada HAIR (Haemaglutination Inhibition Test) atau ditemukannya antibodi IgM spesifik untuk rubella. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah erupsi timbul dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. Selain pada infeksi primer, antibody IgM spesifik rubella dapat pula ditemukan pada reinfeksi. Pada kehamilan, 1-2 minggu setelah timbulnya rash dapat dilakukan pemeriksaaan serologi IgM-immunoassay (dengan sampel dari tenggorok atau urin)sebanyak 2 kali dengan selang 1-2 minggu. Bila didapatkan kenaikan titer sebanyak 4 kali, pertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan.1 Pada neonatus, diagnosa rubella intrauterin ditegakkan bila ditemukan 2 dari 3 tanda klinis utama (ketulian, katarak, dan atau retinopati rubella, lesi jantung congenital) serta adanya bukti virologik dan atau serologic segera setelah lahir, atau mempunyai bukti infeksi rubella maternal selama kehamilan1,2

II.8. DIAGNOSA BANDING Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubella, yaitu: a. Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa, dan pityriasis rosea1 b. Penyakit bakteri : Scarlet fever1 c. Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan diuretik thiazid1 Bercak erupsi rubella yang berkonfluens sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila ditemukan bercak koplik yang patognomonik untuk morbili. Erupsi rubella cepat menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.1
20

Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna gelap di atasnya, perlu dibedakan dengan Scarlet fever. Tidak seperti pada Scarlet fever, pada rubella daerah perioral juga terkena.1 Erupsi pada infeksi mononucleosis dapat menyerupai rubella derajat berat, namun penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like tonsillitis, demam lebih tinggi, pembesaran kelenjar getah bening umum dan pembesaran hati dan limpa.1 Erupsi obat menyerupai rubella dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening disebabkan terutama oleh senyawa hidantoin.1

II.9. PENATALAKSANAAN Dilakukan pengobatan simptomatik.2,3, dianjurkan untuk: Istirahat di ranjang dan banyak minum air1,3 Parasetamol untuk hilangkan nyeri dan demam, tetapi jangan menggunakan aspirin. Penelitian terakhir menunjukkan hubungan antara aspirin dengan infeksi virus dan sindrom reye.1,2,3

II.10. PENCEGAHAN Vaksin rubella biasanya diberikan kombinasi (measles, mumps, rubella / MMR). Semua anak-anak (dengan sedikit pengecualian) harus diberikan vaksin 2 kali:2,3 12-15 bulan 4-6 tahun (masuk sekolah) atau 11-12 tahun Orang dengan umur 12 bulan sampai 18 tahun yang belum mendapatkan vaksin, diberikan 2 dosis MMR (suntikan dipisahkan minimal 4 minggu). Dewasa berumur 19 tahun atau lebih diberi 1 atau 2 dosis.2,3 Wanita yang tidak yakin telah divaksinasi harus dites. Hal ini sangat penting bila pekerjaan meraka berisiko tinggi terinfeksi rubella, seperti pekerja kesehatan, guru, dan pengurus anak-anak.2

21

Imunisasi dapat diberikan kepada wanita yang reproduktif. Mereka harus vaksinasi 3 bulan sebelum hamil. Vaksinasi yang diberikan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap infeksi rubella.1,3

II.11. KOMPLIKASI Komplikasi relatif tidak lazim dan jarang pada anak. Pada remaja dan dewasa dapat terjadi arthritis dan artralgia dari sendi kecil tangan, kaki, lutut, dan bahu yang berupa pembengkakakn dan nyeri. Khususnya artralgia pada tangan timbul setelah erupsi pada penderita dewasa, merupakan gejala klinis yang sangat menyakinkan untuk rubella. Arthritis biasa menghilang dalam 1 bulan. Ensefalitis dapat terjadi tapi sangat jarang sekitar 1/5000 kasus. Satu minggu setelah erupsi timbul dapat terjadi purpura (purpura trombositopenik), dapat pula terjadi epistaksis, perdarahan gusi dan saluran cerna, hematuria, ekimosis pada palatum dan periorbita. Penyulit tersebut jarang berakibat fatal dan pasien sembuh dalam 2 minggu.1 Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi telinga (otitis media).1

II.12. PROGNOSIS Prognosis Baik (jarang penyulit) sementara untuk rubella congenital tergantung dari beratnya infeksi.3

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SSP, Garna H, et.all. Rubella. Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis edisi keduacetakan kedua. Jakarta:Bada Penerbit IDAI.2008; hal.122-27. 2. Garna, Herry dan Heda Melinda D. Nataprawira . 2005 . Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Ed. 3, Hal 239-240. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad RSHS 3. McCance, Kathryn L. dan Sue E. Huether . 2006 . Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children fifth edition page 1615. Philadelphia, USA : ELSEVIER Mosby, Inc.

23

24

Anda mungkin juga menyukai