Anda di halaman 1dari 3

Teori Belajar Aliran Kognitif

By Darwis Suryantoro on September 24th, 2011 at 5:52 am Posted In: Definisi Istilah Pendidikan, Model Dan Strategi Pembelajaran

Teori Belajar Paham Kognitif. Kepentingan proses belajar merupakan pengaruh utama dari teori belajar paham kognitif ini. Perlu diketahui bahwa belajar tidak hanya berhubungan antara respon dan stimulus, namun juga melibatkan proses berpikir yang kompleks. Teori kognitif menyebutkan bahwa, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Jean Piaget menyebutkan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

Proses Asimilasi, yaitu proses penyatuan atau integrasi informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Proses akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Proses Ekuilibrasi. Proses equilibrasi disebut juga proses penyeimbangan, adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Untuk pelajar yang telah memahami prinsip penjumlahan dan prinsip pembagian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah dimengerti) dan prinsip pembagian (sebagai informasi baru), maka ini disebut sebagai proses asimilasi belajar. Jika pelajar diberi soal tentang pembagian, maka situasi ini disebut sebagai akomodasi, yang dalam konteks ini berarti penggunaan prinsp pembagian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik. Terdapat pula aliran kognitif model Gestalt. ia adalah pakar psikologi. Dalam Bahasa Jerman, gestalt berarti whole configuration, dapat diartikan sebagai: pola, kesatuan, atau bentuk yang utuh. Dalam belajar, siswa atau pelajar harus mampu menangkap makna dari hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain (relasi). Penggunaan makna dari hubungan inilah yang disebut memahami, atau insight. Menurut paham Gestalt, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan, utamanya hubungan antara bagian dan keseluruhan. Pengamatan dan pemahaman mendadak utamanya terhadap hubungan-hubungan antara bagian dan keseluruhan. Ini merupakan konsep yang terpenting dalam teori Gestalt. Teori ini juga menyebutkan bahwa, seorang pengajar dalam proses pembelajaran dengan pelajar tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian, namun selalu suatu kesatuan yang utuh, mendorong siswa untuk menemukan hubungan antar bagian dalam suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung permasalahan-permasalahan. Teori Gestalt juga menyebutkan bahwa pengamatan manusia awalnya bersifat global terhadap obyek-obyek yang dilihat, sehingga belajar harus dimulai dari keseluruhan, setelah itu berproses pada bagian-bagiannya. Teori lainnya yang berkaitan dengan paham belajar aliran kognitif adalah Teori Kohler, ia juga penganut paham Gestalt, menyatakan bahwa belajar adalah proses yang didasarkan pada insight. Ia membuktikan teorinya dengan penelitiannya terhadap seekor kera di Pulau Canary. Dalam penelitiannya, Kohler menempatkan seekor kera dalam sebuah kandang yang besar dengan setandan pisang yang digantung di dinding. Kera tidak dapat meraih pisang, namun jika kera tersebut mengumpulkan dan menumpukkan dua kotak kayu bersama-sama, ia dapat mendaki dan meraihnya. Kohler mengamati bagaimana kera belajar untuk menyusun beberapa kotak tersebut untuk mengambil pisang dan mengamati sedikit bukti dari proses, percobaan, dan kesalahan-kesalahan. Kemudian dari hasil pengamatannya tersebut, Kohler menemukian bukti bahwa kera merasakan situasi permasalahan dan percobaan untuk menemukan solusi. Teori pendukung aliran kognitif lainnya adalah Teori Cognitive-Field yang dikembangkan oleh Kurt Lewin dengan meletakkan perhatian kepada kepribadian (personality) dan psikologi

sosial. Lewin melihat bahwa masing-masing individu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan kekuatan tersebut disebut sebagai life space yang mencakup perwujudan lingkungan tempat individu beraksi. Ia juga menyebutkan bahwa belajar belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif, yaitu hasil dari dua macam kekuatan (satu dari struktur medan itu sendiri dan kekuatan yang lain adalah dari kebutuhan dan motivasi internal individu). Kemudian Lewin memberikan peranan yang lebih pada motivasi ketimbang penghargaan. Teori pendukung aliran kognitif lainnya adalah Teori Discovery Learning, yang ditemukan oleh J. Bruner dengan mendasarkan pada pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, maka dari itu Burner menggunakan cara yang disebut seperti di atas, yaitu Discovery Learning, murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Pendapat-pendapat lainnya yang mendukung Discovery Learning adalah pendapat dari J. Dewey dengan Complete Art Reflective Activity atau sering dikenal sebagaiProblem Solving. Ide Bruner ini ditulis dalam bukunya berjudul Process of Education yang di dalamnya melaporkan hasil dari suatu konferensi di antara para ahli ilmu pengetahuan, pengajar, dan pendidik tentang pengajaran ilmu pengetahuan. Pendapatnya adalah, mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam membentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dengan cara-cara yang bermakna pada level permulaan pengajaran, kemudian meningkat ke arah yang abstrak. Bruner juga menyatakan bahwa, untuk dapat mengembangkan program pengajaran yang efektif bagi anak muda adalah dengan mengkoordinasi metode penyajian bahan sesuai dengan tingkat kemajuan anak dalam mempelajari bahan pelajaran tersebut. Kemudian, dalam proses penyusunan kurikulum yang mencakup mata pelajaran harus ditentukan oleh pengerian yang sangat mendasar bahwa hal tersebut dapat diraih berdasarkan prinsi-prinsip yang memberikan struktur bagi mata pelajaran itu. Dalam proses belajar-mengajarpun guru harus mampu memberikan struktur dari mata pelajaran tersebut , kemudian siswa tersebut harus mampu mempelajari prinsip-prinsip mata pelajaran tersebut sehingga terbentuklah suatu disiplin. Bruner juga menyarankan bahwa seorang pengajar atau guru haruslah memberikan kepada muridnya untuk menjadi pemecah masalah dengan membiarkan siswa menemukan arti diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam hal yang bisa dimengerti sendiri. Bruner menyebutkan bahwa di dalam belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu:

Memperoleh informasi baru Transformasi informasi Evaluasi

David Ausubel menyampaikan genre dari teori kognitif lainnya dengan membatasi teorinya untuk memahami dengan penuh arti materi verbal, jenis dari subyek permasalahan,yang berada di dalam kelas. Dalam teori Ausubel, yang membedakan dengan teori Bruner adalah, teori Ausubel ini terkait dengan pemahaman dasar dan arti, namun sebaliknya, Bruner tidak menyimpulkan bahwa hal ini harus dilakukan dalam sebuah indikasi penemuan pemahaman. Ausubel memandang bagian dari kegagalan pemahaman teori-teori untuk memberikan keberhasilan pemecahan permasalahan pendidikan dalam kecenderungan fokus hanya pada satu jenis pemahaman terhadap materi yang diingat. Menurutnya lagi, belajar menerima dan menemukan masing-masing bisa dalam bentuk hapalan atau bermakna, tergantung pada situasi terjadinya belajar. Ia menyebutkan bahwa belajar dengan hafalan akan berbeda dengan belajar bermakna. Menghafal pada dasarnya mendapatkan informasi yang diperoleh ke dalam struktur

kognitif belajar. Hafalan itu sendiri adalah dengan mengingat satu-persatu kata, sedangkan belajar bermakna merupakan rangkaian proses belajar yang memberikan hasil yang bermakna. Belajar akan dikatakan bermakna jika informasi yang dipelajari dirangkai sesuai dengan struktur kognitif pelajar, sehingga pelajar mampu mengaitkan pengetahuan baru tersebut dengan struktur kognitifnya. Ausubel meyakini bahwa pengatur kemajuan belajar mampu memberikan 3 manfaat, yaitu: 1. Pengatur kemajuan belajar (advance organizers) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa. 2. Pengatur kemajuan belajar dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari pelajar saat ini dengan apa yang akan dipelajari pelajar pada masa mendatang, sehingga: 3. Akan mampu membantu pelajar tersebut untuk memahami beban belajar secara lebih mudah. Berikut adalah sepuluh (10) kesamaan teori Bruner dan Ausubel: 1. Teori Kognitif Bruner dan Ausubel menekankan arti pemahaman. Walaupun Bruner meyakini bahwa arti pemahaman harus ditemukan secara induktif dan Ausubel meyakini bahwa hal ini dapat diasimilasi secara deduktif, kedua-duanya saling memberikan tujuan. 2. Dua teori tersebut menekankan pada hubungan. Bruner menekankan bagaimana segala sesuatu dipelajari harus dihubungkan dengan hal-hal lain dan bagaimana seseorang menemukan arti dalam hubungan ini, sementara Ausubel menjelaskan bagaimana materi baru sipelajari, dihubungkan, atau ditempatkan untuk pengadaan ide-ide dalam susunan kognitif. 3. kedua teori tersebut menekankan pemahaman isi pokok dari materi daripada mengingat secara harfiah. 4. Teori Bruner dan Ausubel sama-sama membahas tentang organisasi atau susunan dari disiplin dan Ausubel menjelaskan bagaimana materi dapat diatur dalam susunan kognitif. 5. Kedua teori tersebut menyetujui bahwa pemahaan sekolah harus diselidiki pada tingkat kerumitan setiap harinya dan tidak mengurangi pada situasi laboratorium yang telah disederhanakan. 6. Kedua teori kognitif tersebut menekankan kepentingan bahasa sebagai dasar dalam pemikiran manusia dan komunikasi, serta lata utama dalam pemahaman sekolah. 7. Keduanya adalah sama-sama teori kognitif, yaitu mencoba untuk memahami proses dalam pikiran daripada hanya sekedar mempelajari dunia fisik eksternal. 8. Kedua teori tersebut menyetujui kebutuhan pokok untuk perbaikan perintah, yaitu untuk membuat pemahaman ruang kelas yang berguna bagi siswa.

Anda mungkin juga menyukai