Anda di halaman 1dari 2

Neurolinguistik adalah salah satu bidang kajian interdisipliner dalam ilmu linguistik dan ilmu kedokteran yang mengkaji

hubungan antara otak manusia dengan bahasa. Gangguan pada kemampuan berbahasa karena kerusakan otak manusia disebut afasia, yaitu (gangguan bicara karena mengalami gegar/trauma otak). Orang yang menderita kerusakan bahasa ini dapat diamati dari ketidakmampuannya berbahasa secara normal.

Daftar isi

1 Afasia Broca 2 Afasia Wernicke 3 Afasia Konduksi 4 Alexia dan Agrafia 5 Peneliti Neurolinguistik 6 Referensi

Afasia Broca
Afasia Broca berarti kerusakan daerah bahasa atau pusat bahasa yang mengendalikan baik artikulasi maupun peran yang unik dalam pembentukan kata dan kalimat, karena daerah Broca berhubungan dengan unsur struktur dan organisasi bahasa. Oleh karena itu, area Broca pada otak bertanggung jawab untuk kaidah artikulasi yang menciptakan pola bunyi, untuk kaidah morfologi dan sintaksis, antara lain dalam membentuk kata dan frasa.

Afasia Wernicke
Afasia Wernicke yang berhubungan dengan kerusakan area Wernicke pada otak. Area Wernicke adalah pusat bahasa yang bertanggung jawab untuk memproduksi makna, seperti interpretasi kata selama pemahaman makna dan pemilihan kata selama menghasilkan produksi ujaran.

Afasia Konduksi
Afasia konduksi merupakan kerusakan pada arcuate fasciculus, berdampak pada transmisi informasi dari daerah Wernicke ke daerah Broca. Gejala kerusakan ini, pertama karena informasi leksikal dari daerah Wernicke tidak dapat dipindahkan ke daerah Broca, sehingga ujarannya secara semantis tidak padu (tidak koheren). Demikian pula, karena informasi kategori morfem terikat (afiks) dan kategori leksikal tidak dapat dipindahkan ke daerah Wernicke, pemahaman bahasa menjadi rusak.

Alexia dan Agrafia

Alexia dan Agrafia adalah kerusakan pada angular gyrus mengganggu asosiasi pencitraan pola visual dengan bentuk pendengaran, karena itu mengganggu kemampuan baca dan tulis. Kerusakan baca disebut alexia, sedangkan kehilangan kemampuan tulis disebut agrafia. Kedua kerusakan bahasa tersebut biasanya saling melengkapi. Alexia terjadi dengan sendirinya. Penderita alexic mungkin bisa menulis, tapi tidak bisa membaca apa yang dia tulis. Kerusakan angular gyrus tidak memengaruhi pandangan. Penderita alexia dan agrafia masih bisa melihat dengan normal.

Peneliti Neurolinguistik
Di dunia, hingga tahun 2006 penelitian dalam bidang ilmu Neurolinguistik ini terhitung masih sangat sedikit.Wernicke dan Broca adalah dua orang peneliti abad 19 berkebangsaan Jerman yang menjadi tokoh dalam bidang ilmu Neurolinguistik ini. Beberapa peneliti Neurolinguistik di Indonesia saat ini adalah Dr. Gustianingsih,[1] Herlina Mustikasari[2] Prof. Dr. Siusana Kweldju, M.Pd[3].

Referensi
1. ^ Dr. Gustianingsih 2. ^ 405 Cara Jitu Belajar Membaca Dengan Metode Bunyi 3. ^ Prof. Dr. Siusana Kweldju, M.Pd Artikel ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Anda mungkin juga menyukai