Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH DIMENSI PARTIKEL ARANG KULIT KAKAO TERHADAP MUTU

BRIKET SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF



Effendy Arif, Baharuddin Mire, Reski Amaliyah, dan Muchlis Zain
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245, INDONESIA
Email: effar01@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuat briket arang kulit kakao dengan menggunakan bahan perekat tepung
tapioka dan bahan penguat tanah liat dengan variasi dimensi partikel/butir arang. Selanjutnya dilakukan berbagai
pengujian: a) proksimasi untuk memdqpatkan kadar abu, kadar moisture, kadar volatile matters, dan kadar karbon; b)
nilai kalor; c)sifat fisik : kuat tekan dan kerapatan ; d) pembakaran dan efisiensi thermal. Sebagai hasil telah berhasil
dibuat briket dengan empat variasi butir arang : 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh, dan 20-40 mesh. Hasil uji
proksimasi : kadar abu 24-27 %, moisture 12-14 %, volatile matters 19-23 %, dan karbon tetap 39-45 %. Nilai kalor
yang diperoleh 4000-4200 cal/gr. Hasil uji fisik : kuat tekan 0.7-1.8 kg/cm
2
dan kerapatan 0.5-0.7 gr/cm
3.
. Hasil uji
pembakaran : briket dengan mesh 80-100 mesh (butir paling halus) mempunyai kemampuan mendidihkan air paling
baik( 5 kali) dan mempunyai efisiensi tertinggi 20.416 %. Penelitian ini menghasilkan indikasi bahwa briket arang
kulit kakao dengan dimensi 80-100 mesh adalah yang paling baik digunakan dibandingkan dengan dimensi 20-40
mesh, 40-60 mesh, dan 60-80 mesh.

Kata kunci : briket arang kulit kakao, dimensi, perekat , proksimasi, efisiensi termal, nilai kalor.



PENDAHULUAN

Energi alternatif adalah istilah yang merujuk
kepada semua energi yang dapat digunakan yang
bertujuan untuk menggantikan bahan bakar
konvensional. Umumnya, istilah ini digunakan
untuk mengurangi penggunaan bahan bakar
hidrokarbon yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan akibat emisi karbon dioksida yang
tinggi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan
global.
Salah satu energi alternatif yang dapat
dijadikan sebagai bahan bakar yaitu batu bara. Batu
bara merupakan bahan bakar utama selain solar
(diesel fuel) yang telah umum digunakan pada
banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh
lebih hemat dibandingkan solar, dengan
perbandingan sebagai berikut: Solar
Rp.0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya
Rp.0,09/kilokalori. Dari segi kuantitas batu bara
termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi
Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai
puluhan milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup
untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga
ratusan tahun ke depan. Namun, Indonesia tidak
mungkin membakar habis batu bara dan
mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU.
Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO
2
,
SO
2
, NO
x
dan C
x
H
y
cara ini dinilai kurang efisien
dan kurang memberi nilai tambah tinggi. Batu bara
sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih
bermakna dan efisien jika dikonversi menjadi migas
sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai
ekonomi tinggi.
Briket arang limbah biomassa merupakan
salah satu bahan bakar alternatif pengganti batu bara
yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan.
Karena, selain dari proses pembuatannya yang
mudah, ketersediaan bahan bakunya (sebagai
limbah) juga mudah didapat. Briket arang
merupakan bahan bakar padat dengan bentuk dan
ukuran tertentu yang tersusun dari butiran arang
halus yang telah mengalami proses pemampatan
dengan daya tekan tertentu agar bahan bakar
tersebut lebih mudah ditangani, mudah diangkut,
mudah dibakar, dan menghasilkan nilai tambah
dalam pemanfaatannya. Karena kemudahan-
kemudahan tersebut, briket arang cukup potensial
untuk digunakan mulai dari keperluan industri
hingga keperluan rumah tangga. Untuk keperluan
industri, briket arang sudah banyak digunakan
sebagai sumber pembakaran dan pemanasan
bata/genteng, keramik, untuk pembakaran keramik,
kapur, pemanas boiler, dan lain-lain. Salah satu
bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan
briket arang adalah melalui kulit kakao.
Kakao merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang banyak dihasillkan di Indonesia.
Limbah yang dihasilkan dari tanaman ini dapat
digunakan untuk menghasilkan bahan bakar
alternatif untuk rumah tangga atau industri.
Produksi kakao nasional telah meningkat
kapasitasnya dari 272.875 ton pertahun menjadi
430.950 ton pertahun, (meningkat sebesar 158.075
ton pertahun atau 57.9 %. Sementara kapasitas
terpasang industri pengolahan kakao nasional pada
tahun 2010 meningkat dari 531.675 ton pertahun
menjadi 689.750 ton pertahun.
Di Indonesia, Sulawesi selatan merupakan
provinsi penghasil kakao terbesar, dan di Sulawesi
selatan, Luwu merupakan daerah penghasil kakao
terbesar. Maka tidak salah jika menempatkan
Kabupaten Luwu sebagai lima besar daerah
penghasil kakao di dunia.
Dengan latar belakang inilah, maka penyusun
tertarik untuk mengadakan penelitian sebagai tugas
akhir dengan judul : Pengaruh Dimensi Partikel
Arang Kulit Kakao Terhadap Mutu Briket Sebagai
Energi Alternatif.

Tujuan dari penelitian ini yang akan dicapai
adalah untuk Membuat briket kulit kakao, dengan
berbagaii dimensi partikel sebagai bahan bakar
alternatif, Mendapatkan hasil pengujian proksimasi
berupa : nilai kalor, kadar air lembab (Inherent
Moisture), kadar abu (Ash), kadar karbon padat
(Fixed Carbon), Mendapatkan hasil pengujian fisik
berupa : kerapatan dan kekerasan, Mendapatkan
hasil pengujian pembakaran briket kulit kakao dan
membandingkan dengan standar briket pada
umumnya, Menentukan nilai efisiensi termal
pembakaran briket arang kulit kakao pada kompor
briket, Mngetahui pengaruh dimensi partikel
terhadap hasil pengujian diatas.
Sumber daya energi terbarukan adalah
sumber-sumber energi yang hasilnya akan konstan
dalam rentang waktu jutaan tahun. Sumber-sumber
energi yang termasuk dalam kategori terbarukan
adalah sinar matahari (langsung), aliran air sungai,
angin, gelombang laut, arus pasang surut, panas
bumi, dan biomassa. Walaupun panas yang
terkandung dalam bumi, gaya gravitasi bulan dan
matahari, serta rotasi bumi berperan dalam
pembentukan sumber-sumber energi ini, sumber
energi terbarukan pada dasarnya diturunkan dari
radiasi sinar matahari.
Briket arang adalah bahan bakar padat
dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang tersusun
dari partikel arang (kokas/semi kokas) halus yang
telah mengalami proses pemampatan dengan daya
tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih
mudah ditangani dalam pemanfaatannya.
Briket arang merupakan bahan bakar padat
terbuat dari arang hasil proses pengarangan dengan
campuran tanah liat dan tapioka dengan komposisi
tertentu. Tanah liat berfungsi sebagai stabilisator
panas dan memberi kekuatan fisik briket. Sedangkan
tapioka bertindak sebagai bahan perekat saat
dilakukan proses pencetakan.
Briket arang memiliki keunggulan secara
ekonomis murah, mudah digunakan, nilai kalorinya
cukup tinggi, tidak beresiko meledak dan tidak
bising. Sisi kelemahannya ialah waktu penyalaan
awal cukup lama sekitar 5-10 menit dan lebih
efisien dipakai dalam jangka waktu lebih dari 2 jam.
Tujuan utama pembriketan arang biomassa
adalah untuk membuat bahan bakar padat serbaguna
dari briket arang dengan kemasan dan komposisi
yang lebih baik agar mudah dan nyaman digunakan
jika dibandingkan dengan menggunakannya secara
langsung, Untuk memperoleh briket yang baik
diperlukan arang yang baik, terutama yang
memiliki kandungan sulfur dan abu rendah. Bahan
imbuhan juga harus dipilih dari kualitas yang baik
agar dapat berfungsi optimal sebagai perekat,
mempercepat nyala, serta menyerap emisi dan zat-
zat berbahaya lainnya. Arang dan bahan imbuhan
(pencampur) ini dihaluskan secara sendiri-sendiri
sampai ukuran tertentu, dicampurkan dengan
memakai pencampur (mixer) mekanis, untuk
kemudian dicetak (dibriket) ke dalam bentuk
kemasan tertentu. Inilah yang namanya briket arang.
Secara umum bentuk briket arang dikenal
dalam dua tipe yaitu briket sarang tawon dan briket
telur. Briket arang sarang tawon umumnya lebih
dikenal oleh masyarakat untuk keperluan rumah
tangga karena bentuknya silinder dan terdapat
sejumlah lubang-lubang. Dalam pengujian ini dibuat
bentuk briket sarang tawon yang memiliki satu
lubang besar di tengah dan empat lubang
disekitarnya.

Gambar 1. Briket Sarang Tawon

Beberapa parameter yang dapat mempengaruhi
kualitasa briket antara lain :
1. Moisture (Kandungan air)
Moisture yang dikandung dalam briket dapat
dinyatakan dalam dua macam : Free moisture
(uap air bebas) dan Inherent moisture (uap air
terikat)
2. Ash (Kandungan abu)
Briket dengan kandungan abu yang tinggi
sangat tidak menguntungkan karena akan
membentuk kerak.
3. Volatile matter (Kandungan zat terbang)
Zat terbang terdiri dari gas-gas yang mudah
terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida
(CO), dan metana (CH
4
), tetapi kadang-kadang
terdapat juga gas-gas yang tidak terbakar
seperti CO
2
dan H
2
O. Untuk kadar volatile
matter 40 % pada pembakaran akan
memperoleh nyala yang panjang dan akan
memberikan asap yang banyak. Sedangkan
untuk kadar volatile matter rendah antara 15
25 % lebih disenangi dalam pemakaian karena
asap yang dihasilkan sedikit.
4. Fixed carbon (Kandungan karbon)
Fixed carbon dihitung dengan:
FC (%) = 100 % - (moisture + Ash + volatile
matters )% ... (1)
5. Heating Value (Nilai kalor)
Gross calorific value diperoleh dengan
membakar suatu sampel briket didalam bomb
calorimeter dengan mengembalikan sistem ke
ambient temperatur. Net calorific value
biasanya antara 93-97 % dari gross value dan
tergantung dari kandungan inherent moisture
serta kandungan hidrogen dalam briket. Saat
ini belum ada suatu standar kualitas briket
arang kulit kakao.



METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada awal tahun
2012, bertempat di Laboratorium Pendingin dan
Pemanas Fakultas Teknik Unhas, Balai Besar
Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar dan
Laboratorium Graha Sucofindo Makassar.
Adapun metodologi penelitian yang dilakukan
adalah melakukan pengumpulan kulit kakao,
melakukan karbonasi, melakukan pengayakan,
melakukan pencetakan pada mesin cetak kemudian
melakukan pengujian laboratorium.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kulit kakao, Tepung tapioka dan Tanah Liat
sebagai perekat dan Air untuk melarutkan ketiga
bahan tersebut. Adapun alat yang digunakan adalah
: Alat Pencetak beriket, Ayakan dengan 20-40 mesh,
40-60 mesh, 60-80 mesh, dan 80-100 mesh, Kompor
briket , Termokopel , Bomb calorimeter, Tungku
Proses Pembuatan Briket Arang Kulit Kakao
a. Melakukan pengambilan Kulit Kakao yang
berasal dari Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan.
b. Kulit kakao dibersihkan.
c. Kulit kakao dikeringkan secara alami yaitu
dibawah sinar matahari.
d. Kulit kakao dibakar di dalam drum sedikit
demi sedikit sambil memberi umpan bakar
berupa percikan minyak tanah.Munculnya
asap di dalam drum karbonasi menandakan
pembakaran dimulai.
e. Setelah kulit kakao terkarbonasi, maka
arang kulit kakao dikeluarkan dari drum
karbonasi kemudian didinginkan selama 12
jam.
1. Proses Pembuatan Briket
a. Menghaluskan arang kulit kakao dengan
menggunakan alat crusher hingga
menghasilkan butiran-butiran arang yang
halus.
b. Mengayak arang dengan ukuran masing-
masing 20-40 mesh, 40-60 mesh, 60-80
mesh, dan 80-100 mesh.
c. Menghaluskan tanah liat yang telah
dikeringkan secara alami agar mudah untuk
mengikat partikel arang kulit kakao.
d. Mencairkan bahan perekat tepung tapioka
dengan menggunkaan air hangat agar
mudah bercampur dengan arang kulit
kakao.
e. Bubuk arang yang dihasilkan dimasukkan
ke dalam wadah untuk dicampur dengan
perbandingan campuran briket 90 % arang,
5 % bahan perekat (tepung tapioka) dan 5
% bahan pengikat (tanah liat), dengan
sedikit demi sedikit memasukkan air
sebesar 800 gr hingga perekatnya merata
sempurna.
f. Setelah bubuk arang kulit kakao, air, bahan
perekat dan bahan pengikat tercampur
dengan baik di dalam wadah, maka adonan
tersebut dimasukkan ke alat cetak briket
kemudian ditutup rapat.
g. Melakukan pengempaan dengan
menggunakan alat tempa sistem hidrolik
hingga mencapai tekanan tertentu.
h. Menunggu beberapa menit untuk
menghasilkan padatan briket yang
sempurna lalu mengeluarkan briket dari
alat cetak.
i. Briket yang telah dicetak, dikeringkan
secara alami atau dijemur dibawah terik
matahari hingga kering.

Pengujian Laboratorium
1. Analisis Proksimasi
- Moisture
Prosedur pengukuran:

1. Panaskan kapsul yang kosong pada kondisi
yang sesuai dengan sampel yang akan
dikeringkan.
2. Masukkan 1 gr sampel ke dalam kapsul
dengan cepat kemudian ditutup dan
timbang berat kapsul.
3. Masukkan kapsul ke dalam oven yang
bertemperatur antara 104-110
0
C.
4. Panaskan selama 1 jam, kemudian buka
oven lalu keluarkan kapsul dengan cepat
untuk didinginkan di dalam desikator.
5. Menimbang kapsul segera setelah dingin
Perhitungan:

% 100
|
.
|

\
|
=
A
B A
Moisture
Dimana:
A = massa sampel yang diuji (gr)
B = massa sampel setelah pemanasan (gr)


- Abu (Ash)
Prosedur pengukuran:
1. Masukkan 1 gr sampel ke dalam kapsul
tertutup setelah dipanaskan yang telah
diketahui beratnya.
2. Masukkan kapsul ke dalam tungku yang
dingin kemudian panaskan secara
bertahap hingga temperatur mencapai
450-500
0
C selama 1 jam.
3. Lanjutkan pemanasan hingga mencapai
temperatur 700-750
0
C pada jam kedua.
4. Lanjutkan pemanasan pada temperatur
tersebut dengan tambahan waktu 2 jam.
5. Keluarkan kapsul dari oven, buka
penutup kapsul lalu dinginkan pada
kondisi kandungan air terkecil.
6. Menimbang berat kapsul.

Perhitungan:
Kadar abu (ash) % = % 100
|
.
|

\
|
C
B A


Dimana:
A = massa kapsul tertutup dan residu abu
(gr)
B = massa kapsul kosong tertutup (gr)
C = berat sampel yang diuji

- Volatile Matters (VM)
Prosedur pengukuran:
1. Menimbang sampel sebanyak 1 gr dan
dimasukkan ke dalam cawan platinum
yang telah diketahui massanya
kemudian ditutup.
2. Masukkan kedalam tungku dengan
temperatur 950 20
0
C selama 2-3
menit.
3. Memeriksa cawan untuk memastikan
penutupnya dalam keadaan rapat.
4. Menurunkan temperatur sekitar 950
0
C
selama 7 menit.
5. Mengeluarkan cawan dari dalam tungku
dalam keadaan tertutup dan dinginkan
dalam desikator.
6. Menimbang cawan segera setelah
dingin.

Perhitungan :
% 100
|
.
|

\
|
=
A
B A
C Volatile matters (%)
= C D
Dimana:
A = berat sampel yang diuji (gr)
B = berat sampel setelah pemanasan (gr)
C = berat yang hilang (%)
D = moisture (%)
- Fixed carbon (FC)
Fixed carbon dihitung dan 100 % dikurangi
dengan kadar air lembab (moisture) dikurangi
kadar abu, dikurangi kadar zat terbang
(volatile matters).
FC (%) = 100 % - (moisture + kadar abu +
volatile matters )%
- Nilai Kalor
Pengukuran nilai kalor menggunakan bomb
calorimeter PARR 1261.
Prosedur pengukuran nilai kalor:
a. Menimbang sampel 1 gr dan dimasukkan
ke dalam cawan.
b. Menghubungkan ke dua kutub bomb
calorirneter dengan 10 cm kawat pembakar
nikel krom.
c. Mengisi bomb calorimeter dengan oksigen,
pada tekanan 30 atmosfir.
d. Memasukkan bomb calorimeter tersebut ke
dalam vessel yang berisi 2 kg air,
selanjutnya masukkan vessel ke dalam
water jacket.
e. Menjalankan aliran listrik pemanas dan alat
pendingin, atur skala dan initial balance
sampai lampu dan amperemeter dan
pemanas berjalan secara otomatis (suhu
vessel dan jacket sama).
f. Pengukuran secara otomatis dilakukan
untuk mengukur suhu awal, kenaikan suhu
dan nilai kalor ekivalen dan hasil
penembakan dalam bomb kalorimeter.
Perhitungan :
Nilai kalor bawah briket dapat dihitung
dengan persamaan sebagi berikut:
LHV (cal/gr) =
( )
h massaconto
TM TA 2485

Dimana:
TA adalah temperatur akhir (
0
C)
TM adalah temperatur mula-mula (
0
C)
2485 adalah koefisien Bomb calorimeter
Massa contoh adalah massa briket yang
diujikan (gr)

2. Pengujian Fisik
- Pengujian Kuat Tekan
Prosedur pengujian kuat tekan :
1. Letakkan sampel pada tumpuannya.
2. Nolkan posisi jarum merah dan hitam,
pengujian dimulai dengan mendorong
handle penggerak motor ke depan.
3. Perhatikan benda uji dan jarum
penunjuk pada manometer selama
penekanan.
4. Jika jarum pada manometer tidak
bergerak lagi (beban maksimum telah
tercapai), maka pengujian telah selesai.
5. Tarik kembali handle penggerak motor
pada posisi semula.
6. Baca dan catat hasil yang ditunjukkan
jarum merah pada manometer.
7. Keluarkan benda uji dari tumpuannya.
- Pengujian Kerapatan
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan
pengaruh kerapatan partikel terhadap
kekerasan briket.
Prosedur Pengujian Kerapatan
1. Mengukur diameter briket dan diameter
lubangnya dengan menggunakan jangka
sorong.
2. Menimbang massa briket dengan
menggunakan timbangan.
3. Mengukur tinggi briket dengan
menggunakan jangka sorong.
4. Menghitung volume briket.
5. Membandingkan nilai massa dengan
volume briket untuk memperoleh
kerapatannya.
Berikut persamaannya :

= m / V
V = r
2
t
Dimana,
= Kerapatan (kg/cm
3
),
m = Massa briket (kg),
V = Volume briket (cm
3
),
r = jari jari (cm),
t = tinggi briket (cm)


3. Pengujian Pembakaran
- Pembakaran Briket Pada Kompor Briket
Pembakaran briket pada kompor briket
dilakukan untuk melihat karakteristik
pembakaran briket sesungguhnya dalam
penerapannya.
Prosedur pembakaran briket pada kompor
briket :
1. Mengkalibrasi alat ukur yaitu termokopel
serta mengatur termokopel untuk
pembacaan temperature pada dua titik.
2. Menimbang air sebanyak 500 gr untuk
setiap panci aluminium yang akan
dipanaskan.
3. Menimbang massa briket yang akan diuji
untuk setiap kombinasi dimensi partikel.
4. Briket direndam dalam minyak tanah
selama 3 detik sebagai pemicu
pembakaran pada briket.
5. Briket diletakkan pada kompor briket lalu
tinggi peletakan briket disesuaikan dengan
tinggi briket dan posisi panci aluminium.
6. Membakar briket kemudian mengatur
posisi termokopel pada nyala api briket dan
air dalam panci aluminium, lalu
menjalankan stopwatch.
7. Mencatat penunjukan temperatur briket
(untuk memperoleh temperatur maksimum
briket) dan air pada termokopel setiap 3
menit sampai air mendidih.
8. Apabila temperatur briket masih tinggi
sementara air sudah mendidih, maka air
yang telah medidih dipindahkan dan
menimbang massa akhir air tersebut
kemudian panaskan lagi air yang telah
ditimbang sebelumnya.
9. Apabila temperatur briket sudah menurun
secara terus-menerus maka pengujian
selesai.
10. Menimbang massa akhir briket yang
tersisa.











HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan akan
di bahas beberapa hal berikut ini :
1. Pembuatan Briket Dalam Berbagai Kombinasi
Dimensi Partikel
Briket telah dibuat dalam 4 jenis mesh
dengan bahan perekat tepung tapioca dan bahan
penguat tanah liat, yaitu : briket arang dengan
butiran partikel 80-100 mesh, 60-80 mesh., 40-
60 mesh, 20-40 mesh. Spesifikasi ukuran briket
yang dibuat adalah briket dengan bentuk sarang
tawon dengan diameter luar briket 6.5 cm serta
memiliki lubang berdiameter 1 x 1.5 cm dan 4 x
0.9 cm. Sedangkan ukuran tinggi briket
bervariasi sesuai dengan tekanan yang diberikan.
2. Analisa Proximasi (Volatile Matters, Ash,
Moisture, Fixed Carbon)
Hasil pengujian ini dibandingkan dengan
mutu briket dan dapat dikemukakan hal-hal
berikut:
- Ash (Kadar Abu)
Briket arang kulit kakao dengan perekat
tapioka dengan jenis mesh berturut-turut 80-
100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh dan 20-
40 mesh memiliki kadar abu 26.04 %, 23.27
%, 26.38 % dan 24.66 %.Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa semua
kadar abu untuk keempat kombinasi briket
tersebut tidak memenuhi standar mutu briket
komersial, import, inggris, USA dan Jepang,
Ash merupakan residu hasil pembakaran
dalam bahan bakar padat.
- Moisture (Kadar Air)
Briket arang kulit kakao dengan
kombinasi perekat tapioka dengan jenis
mesh berturut-turut 80-100 mesh, 60-80
mesh, 40-60 mesh dan 20-40 mesh memiliki
kadar air 12.76 %, 12.73 %, 12.14 % dan
13.68 %. Dari hasil penelitian tersebut
terlihat bahwa semua kadar moisture untuk
keempat kombinasi briket tersebut tidak
memenuhi standar mutu briket komersial,
import, dan Jepang,
Kadar moisture ini berpengaruh
terhadap penyalaan awal (ignition) bahan
bakar. Semakin tinggi kadar moisture pada
briket maka penyalaan akan semakin sulit.
Hal ini disebabkan oleh besarnya energi
yang dibutuhkan untuk menguapkan air dari
briket.

- Volatile Matters (Zat Terbang)
Briket arang kulit kakao dengan kombinasi
perekat tapioka dengan jenis mesh berturut-
turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh
dan 20-40 mesh memiliki kadar VM 20.04 %,
19.29 %, 20.70 % dan 22.57 %.. Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa semua kadar
VM untuk keempat kombinasi briket diatas
memenuhi standar mutu briket komersial,
import, dan Jepang,
Volatile matters dalam bahan bakar
berfungsi untuk menstabilkan nyala dan
mempercepat pembakaran arang.
- Fixed Carbon (Karbon Tetap)
Briket arang kulit kakao dengan kombinasi
perekat tapioka dengan jenis mesh berturut-
turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh
dan 20-40 mesh memiliki kadar FC 41.16 %,
44.71 %, 40.78 % dan 39.09 %. Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa semua kadar
fixed carbon untuk keempat kombinasi briket
tersebut tidak memenuhi standar mutu briket
komersial, import, dan Jepang,
Kadar fixed carbon cenderung
berhubungan langsung dengan nilai kalor.
Semakin tinggi kadar fixed carbon cenderung
meningkatkan nilai kalor bahan bakar.
- Low Heating Value (Nilai kalor bawah)
Briket arang kulit kakao dengan kombinasi
perekat tapioka dengan jenis mesh berturut-
turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh
dan 20-40 mesh memiliki nilai kalor bawah
(LHV) 4131.44 cal/gr, 4136.14 cal/gr, 4085.85
cal/gr dan 4164.52 cal/gr. Dari hasil penelitian
tersebut terlihat bahwa semua nilai kalor
bawah (LHV) untuk keempat kombinasi briket
tersebut tidak memenuhi standar nilai kalor
bawah minimum briket (6000 kal/gram).
3. Sifat Fisik Briket (Kuat Tekan dan Kerapatan)
Briket arang kulit kakao dengan jenis mesh
berturut-turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60
mesh dan 20-40 mesh memiliki kuat tekan 1.6
kg/cm, 1.8 kg/cm, 1.3 kg/cm dan 0.7 kg/cm.
Dari Diagram Perbandingan Antara Jenis Mesh
dengan Kuat Tekan terlihat bahwa semakin besar
meshnya maka semakin rendah nilai kuat tekan
(hardness) briket. Karena semakin besar ukuran
mesh briket semakin kasar partikel yang
diperoleh dan semakin renggang jarak antar
partikel sehingga kerapatannya rendah. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kekerasan
yang paling rendah adalah briket dengan dimensi
partikel 20-40 mesh yaitu 0.7 kg/cm
2
.
Sedangkan nilai kekerasan yang paling tinggi
adalah briket 60-80 mesh yaitu 1.8 kg/cm
2
.
Sehingga semakin tinggi nilai kekerasan maka
semakin lama briket tersebut terbakar sebelum
menjadi abu karena semakin tinggi kekerasan
maka semakin rapat jarak antar partikelnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa semakin
kurang ruang antar partikel artinya semakin
sedikit oksigen (udara) yang mengalir diantara
partikel-partikel tersebut. Hal ini menyebabkan
partikel-partikel tersebut lebih sulit terbakar.
Kuat tekan dan kerapatan briket merupakan
sifat fisik briket, yang berhubungan dengan
kekuatan briiket untuk menahan perubahan
bentuk. Sifat fisik briket ini masuk ke dalam
standar briket yang ada.
4. Hasil Uji Pembakaran Briket
Pengujian pembakaran dilakukan dengan
menggunakan kompor briket dan diperoleh
grafik waktu pembakaran (t) terhadap besarnya
temperatur (T) air dan temperatur (T) api briket
dengan variasi kombinasi mesh untuk massa
briket (m) tertentu. Semakin kecil dimensi butir
briket maka semakin besar kemampuan briket
untuk mendidihkan air dan efisiensinya pun
semakin tinggi. Briket dengan dimensi butir
terkecil (80-100 mesh) mampu mendidhkan air
(500 gr) sebanyak 5 kali dan memiliki efisiensi
tertinggi 20.416 %.
Hal ini disebabkan karena meshnya yang
kecil lebih rapat dan padat sehingga ruang
udara semakin sedikit yang mengakibatkan
pembakaran menjadi lambat dibandingkan
dengan yang lebih besar butirnya.. Briket arang
kulit kakao dengan perekat tapioka dengan jenis
mesh berturut-turut 80-100 mesh, 60-80 mesh,
40-60 mesh dan 20-40 mesh memiliki nilai
efesiensi 20.416 %, 14.915 %, 14.44 % dan
10.666 %.











KESIMPULAN
Dari hasil pembuatan briket arang kulit kakao
yang dilanjutkan dengan pengujian, perhitungan
dan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Briket arang kulit kakao telah berhasil dibuat
dengan 4 jenis mesh dengan bahan perekat
tapioka yaitu 20-40 mesh, 40-60 mesh, 60-80
mesh, dan 80-100 mesh. Briket berbentuk sarang
tawon dengan spesifikasi ukuran yaitu diameter
luar 6.5 cm, memiliki 1 lubang berdiameter 1.5
cm dan 4 lubang berdiameter 0.9 cm dengan
tinggi rata-rata 6 cm.
2. Hasil pengujian proksimasi briket didapatkan
yaitu ash 24-27 %, moisture 12-14 %, volatile
matter 19-23 %, fixed carbon 39-45 % dan nilai
kalor 4000-4200 cal/gr.
3. Dari hasil pengujian sifat fisik briket diperoleh
kuat tekan 0.7-1.8 kg/cm
2
, kerapatan 0.5-0.7
gr/cm
3-
dimana semakin kecil butiran briket maka
kuat tekan dan kerapatannya cenderung semakin
tinggi.
4. Dari hasil pengujian pembakaran briket arang
kulit kakao diperoleh : briket 20-40 mesh dengan
temperature maksimum 384C mampu
mendidihkan air 500 gr sebanyak 2 kali; briket
40-60 mesh dengan temperature maksimum
318C mampu mendidihkan air 500 gr sebanyak
2 kali; briket 60-80 mesh dengan temperature
maksimum 350C mampu mendidihkan air 500
gr sebanyak 4 kali; briket 80-100 mesh memiliki
kemampuan mendidihkan air paling banyak
yaitu 5 kali dengan temperature maksimal 370
C. Maka briket 80-100 mesh merupakan briket
yang paling baik untuk digunakan. Namun jika
dibandingkan dengan standar briket pada
umumnya belum memenuhi standar mutu briket
kecuali pada nilai volatile matters memenuhi
standar mutu briket import, jepang dan USA.
5. Dari hasil pengujian pembakaran briket pada
kompor briket diperoleh efesiensi termal
pembakaran 10-20.5 %. Nilai efisiensi paling
tinggi terdapat pada briket 80-100 mesh yaitu
20.416 % sedangkan nilai efisiensi paling rendah
pada briket 20-40 mesh yaitu 10.666 %.
Sehingga dari hasil penelitian yang telah
dilakukan disimpulkan bahwa semakin kecil
ukuran butir briket arang kulit kakao yaitu briket
80-100 mesh, maka semakin baik digunakan
khusus untuk kebutuhan rumah tangga.
6. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik dan
pembakaran briket arang kulit kakao yang paling
baik adalah briket dengan butir paling kecil yaitu
briket 80-100 mesh. Sedangkan berdasarkan nilai
kalornya briket arang kulit kakao yang paling
baik adalah briket yang butirnya paling besar
yaitu briket 20-40 mesh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, 2010. Pupuk Limbah Kakao
Ramah Lingkungan.
http://www.matanews.com.
2. Andi Nur Alam Syah,
2006.http://www.energi.terbarukan.com.
3. http://anunyaanu.blogspot.com/2010/02/apa-
saja-sih-yang-bisa-dibuat-menjadi.html

4. http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/28/car
a-membuat-tepung-tapioka/
5. http://coklat-
chocolate.blogspot.com/2008/03/kulit-buah-
kakaopulp-buah.html
6. http://id.wikipedia.org, 2009
7. http://laskarpemberani.wordpress.com,2011
8. http://syafrilhernendi.com/wp-
content/uploads/2009/06/tambang-tanah-liat.jpg
9. http://www.anneahira.com/
10. http://www.coklat-chocolate.blogspot.com/
11. http://www.nguntoronadi.wonogiri.org, 2007
12. http://www.kemenperin.go.id/ind/publikasi/Siar
an_Pers/2011/2011240.HTM
13. http://www.tekmira.esdm.go.id/BRIKET/index.
html
14. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004.
Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.


Tabel 1: Hasil Uji Analisis Proximasi
Mesh Moisture ( % ) Ash ( % ) VM ( % ) FC ( % )
20-40 13.68 24.66 22.57 39.09
40-60 12.14 26.38 20.7 40.78
60-80 12.73 23.27 19.29 44.71
80-100 12.76 26.04 20.04 41.16

Tabel 2: Nilai kalor bawah ( LHV )
Mesh Nilai Kalor Bawah (LHV) cal / gr
20-40 4164.52
40-60 4085.85
60-80 4136.14
80-100 4131.44

Tabel 3: Nilai Kuat Tekan dan Kerapatan
Mesh uji tekan g/cm Kerapatan Gr/cm
3


20-40 0.7 0.592961478
40-60 1.3 0.58028627
60-80 1.8 0.685853354
80-100 1.6 0.685781858
Gambar 2. Perbandingan Temperatur Bara Briket dan Temperatur Air Dengan Waktu Pembakaran Pada Kompor
Briket

Anda mungkin juga menyukai