\
|
=
A
B A
Moisture
Dimana:
A = massa sampel yang diuji (gr)
B = massa sampel setelah pemanasan (gr)
- Abu (Ash)
Prosedur pengukuran:
1. Masukkan 1 gr sampel ke dalam kapsul
tertutup setelah dipanaskan yang telah
diketahui beratnya.
2. Masukkan kapsul ke dalam tungku yang
dingin kemudian panaskan secara
bertahap hingga temperatur mencapai
450-500
0
C selama 1 jam.
3. Lanjutkan pemanasan hingga mencapai
temperatur 700-750
0
C pada jam kedua.
4. Lanjutkan pemanasan pada temperatur
tersebut dengan tambahan waktu 2 jam.
5. Keluarkan kapsul dari oven, buka
penutup kapsul lalu dinginkan pada
kondisi kandungan air terkecil.
6. Menimbang berat kapsul.
Perhitungan:
Kadar abu (ash) % = % 100
|
.
|
\
|
C
B A
Dimana:
A = massa kapsul tertutup dan residu abu
(gr)
B = massa kapsul kosong tertutup (gr)
C = berat sampel yang diuji
- Volatile Matters (VM)
Prosedur pengukuran:
1. Menimbang sampel sebanyak 1 gr dan
dimasukkan ke dalam cawan platinum
yang telah diketahui massanya
kemudian ditutup.
2. Masukkan kedalam tungku dengan
temperatur 950 20
0
C selama 2-3
menit.
3. Memeriksa cawan untuk memastikan
penutupnya dalam keadaan rapat.
4. Menurunkan temperatur sekitar 950
0
C
selama 7 menit.
5. Mengeluarkan cawan dari dalam tungku
dalam keadaan tertutup dan dinginkan
dalam desikator.
6. Menimbang cawan segera setelah
dingin.
Perhitungan :
% 100
|
.
|
\
|
=
A
B A
C Volatile matters (%)
= C D
Dimana:
A = berat sampel yang diuji (gr)
B = berat sampel setelah pemanasan (gr)
C = berat yang hilang (%)
D = moisture (%)
- Fixed carbon (FC)
Fixed carbon dihitung dan 100 % dikurangi
dengan kadar air lembab (moisture) dikurangi
kadar abu, dikurangi kadar zat terbang
(volatile matters).
FC (%) = 100 % - (moisture + kadar abu +
volatile matters )%
- Nilai Kalor
Pengukuran nilai kalor menggunakan bomb
calorimeter PARR 1261.
Prosedur pengukuran nilai kalor:
a. Menimbang sampel 1 gr dan dimasukkan
ke dalam cawan.
b. Menghubungkan ke dua kutub bomb
calorirneter dengan 10 cm kawat pembakar
nikel krom.
c. Mengisi bomb calorimeter dengan oksigen,
pada tekanan 30 atmosfir.
d. Memasukkan bomb calorimeter tersebut ke
dalam vessel yang berisi 2 kg air,
selanjutnya masukkan vessel ke dalam
water jacket.
e. Menjalankan aliran listrik pemanas dan alat
pendingin, atur skala dan initial balance
sampai lampu dan amperemeter dan
pemanas berjalan secara otomatis (suhu
vessel dan jacket sama).
f. Pengukuran secara otomatis dilakukan
untuk mengukur suhu awal, kenaikan suhu
dan nilai kalor ekivalen dan hasil
penembakan dalam bomb kalorimeter.
Perhitungan :
Nilai kalor bawah briket dapat dihitung
dengan persamaan sebagi berikut:
LHV (cal/gr) =
( )
h massaconto
TM TA 2485
Dimana:
TA adalah temperatur akhir (
0
C)
TM adalah temperatur mula-mula (
0
C)
2485 adalah koefisien Bomb calorimeter
Massa contoh adalah massa briket yang
diujikan (gr)
2. Pengujian Fisik
- Pengujian Kuat Tekan
Prosedur pengujian kuat tekan :
1. Letakkan sampel pada tumpuannya.
2. Nolkan posisi jarum merah dan hitam,
pengujian dimulai dengan mendorong
handle penggerak motor ke depan.
3. Perhatikan benda uji dan jarum
penunjuk pada manometer selama
penekanan.
4. Jika jarum pada manometer tidak
bergerak lagi (beban maksimum telah
tercapai), maka pengujian telah selesai.
5. Tarik kembali handle penggerak motor
pada posisi semula.
6. Baca dan catat hasil yang ditunjukkan
jarum merah pada manometer.
7. Keluarkan benda uji dari tumpuannya.
- Pengujian Kerapatan
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan
pengaruh kerapatan partikel terhadap
kekerasan briket.
Prosedur Pengujian Kerapatan
1. Mengukur diameter briket dan diameter
lubangnya dengan menggunakan jangka
sorong.
2. Menimbang massa briket dengan
menggunakan timbangan.
3. Mengukur tinggi briket dengan
menggunakan jangka sorong.
4. Menghitung volume briket.
5. Membandingkan nilai massa dengan
volume briket untuk memperoleh
kerapatannya.
Berikut persamaannya :
= m / V
V = r
2
t
Dimana,
= Kerapatan (kg/cm
3
),
m = Massa briket (kg),
V = Volume briket (cm
3
),
r = jari jari (cm),
t = tinggi briket (cm)
3. Pengujian Pembakaran
- Pembakaran Briket Pada Kompor Briket
Pembakaran briket pada kompor briket
dilakukan untuk melihat karakteristik
pembakaran briket sesungguhnya dalam
penerapannya.
Prosedur pembakaran briket pada kompor
briket :
1. Mengkalibrasi alat ukur yaitu termokopel
serta mengatur termokopel untuk
pembacaan temperature pada dua titik.
2. Menimbang air sebanyak 500 gr untuk
setiap panci aluminium yang akan
dipanaskan.
3. Menimbang massa briket yang akan diuji
untuk setiap kombinasi dimensi partikel.
4. Briket direndam dalam minyak tanah
selama 3 detik sebagai pemicu
pembakaran pada briket.
5. Briket diletakkan pada kompor briket lalu
tinggi peletakan briket disesuaikan dengan
tinggi briket dan posisi panci aluminium.
6. Membakar briket kemudian mengatur
posisi termokopel pada nyala api briket dan
air dalam panci aluminium, lalu
menjalankan stopwatch.
7. Mencatat penunjukan temperatur briket
(untuk memperoleh temperatur maksimum
briket) dan air pada termokopel setiap 3
menit sampai air mendidih.
8. Apabila temperatur briket masih tinggi
sementara air sudah mendidih, maka air
yang telah medidih dipindahkan dan
menimbang massa akhir air tersebut
kemudian panaskan lagi air yang telah
ditimbang sebelumnya.
9. Apabila temperatur briket sudah menurun
secara terus-menerus maka pengujian
selesai.
10. Menimbang massa akhir briket yang
tersisa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan akan
di bahas beberapa hal berikut ini :
1. Pembuatan Briket Dalam Berbagai Kombinasi
Dimensi Partikel
Briket telah dibuat dalam 4 jenis mesh
dengan bahan perekat tepung tapioca dan bahan
penguat tanah liat, yaitu : briket arang dengan
butiran partikel 80-100 mesh, 60-80 mesh., 40-
60 mesh, 20-40 mesh. Spesifikasi ukuran briket
yang dibuat adalah briket dengan bentuk sarang
tawon dengan diameter luar briket 6.5 cm serta
memiliki lubang berdiameter 1 x 1.5 cm dan 4 x
0.9 cm. Sedangkan ukuran tinggi briket
bervariasi sesuai dengan tekanan yang diberikan.
2. Analisa Proximasi (Volatile Matters, Ash,
Moisture, Fixed Carbon)
Hasil pengujian ini dibandingkan dengan
mutu briket dan dapat dikemukakan hal-hal
berikut:
- Ash (Kadar Abu)
Briket arang kulit kakao dengan perekat
tapioka dengan jenis mesh berturut-turut 80-
100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh dan 20-
40 mesh memiliki kadar abu 26.04 %, 23.27
%, 26.38 % dan 24.66 %.Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa semua
kadar abu untuk keempat kombinasi briket
tersebut tidak memenuhi standar mutu briket
komersial, import, inggris, USA dan Jepang,
Ash merupakan residu hasil pembakaran
dalam bahan bakar padat.
- Moisture (Kadar Air)
Briket arang kulit kakao dengan
kombinasi perekat tapioka dengan jenis
mesh berturut-turut 80-100 mesh, 60-80
mesh, 40-60 mesh dan 20-40 mesh memiliki
kadar air 12.76 %, 12.73 %, 12.14 % dan
13.68 %. Dari hasil penelitian tersebut
terlihat bahwa semua kadar moisture untuk
keempat kombinasi briket tersebut tidak
memenuhi standar mutu briket komersial,
import, dan Jepang,
Kadar moisture ini berpengaruh
terhadap penyalaan awal (ignition) bahan
bakar. Semakin tinggi kadar moisture pada
briket maka penyalaan akan semakin sulit.
Hal ini disebabkan oleh besarnya energi
yang dibutuhkan untuk menguapkan air dari
briket.
- Volatile Matters (Zat Terbang)
Briket arang kulit kakao dengan kombinasi
perekat tapioka dengan jenis mesh berturut-
turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh
dan 20-40 mesh memiliki kadar VM 20.04 %,
19.29 %, 20.70 % dan 22.57 %.. Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa semua kadar
VM untuk keempat kombinasi briket diatas
memenuhi standar mutu briket komersial,
import, dan Jepang,
Volatile matters dalam bahan bakar
berfungsi untuk menstabilkan nyala dan
mempercepat pembakaran arang.
- Fixed Carbon (Karbon Tetap)
Briket arang kulit kakao dengan kombinasi
perekat tapioka dengan jenis mesh berturut-
turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh
dan 20-40 mesh memiliki kadar FC 41.16 %,
44.71 %, 40.78 % dan 39.09 %. Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa semua kadar
fixed carbon untuk keempat kombinasi briket
tersebut tidak memenuhi standar mutu briket
komersial, import, dan Jepang,
Kadar fixed carbon cenderung
berhubungan langsung dengan nilai kalor.
Semakin tinggi kadar fixed carbon cenderung
meningkatkan nilai kalor bahan bakar.
- Low Heating Value (Nilai kalor bawah)
Briket arang kulit kakao dengan kombinasi
perekat tapioka dengan jenis mesh berturut-
turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60 mesh
dan 20-40 mesh memiliki nilai kalor bawah
(LHV) 4131.44 cal/gr, 4136.14 cal/gr, 4085.85
cal/gr dan 4164.52 cal/gr. Dari hasil penelitian
tersebut terlihat bahwa semua nilai kalor
bawah (LHV) untuk keempat kombinasi briket
tersebut tidak memenuhi standar nilai kalor
bawah minimum briket (6000 kal/gram).
3. Sifat Fisik Briket (Kuat Tekan dan Kerapatan)
Briket arang kulit kakao dengan jenis mesh
berturut-turut 80-100 mesh, 60-80 mesh, 40-60
mesh dan 20-40 mesh memiliki kuat tekan 1.6
kg/cm, 1.8 kg/cm, 1.3 kg/cm dan 0.7 kg/cm.
Dari Diagram Perbandingan Antara Jenis Mesh
dengan Kuat Tekan terlihat bahwa semakin besar
meshnya maka semakin rendah nilai kuat tekan
(hardness) briket. Karena semakin besar ukuran
mesh briket semakin kasar partikel yang
diperoleh dan semakin renggang jarak antar
partikel sehingga kerapatannya rendah. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa nilai kekerasan
yang paling rendah adalah briket dengan dimensi
partikel 20-40 mesh yaitu 0.7 kg/cm
2
.
Sedangkan nilai kekerasan yang paling tinggi
adalah briket 60-80 mesh yaitu 1.8 kg/cm
2
.
Sehingga semakin tinggi nilai kekerasan maka
semakin lama briket tersebut terbakar sebelum
menjadi abu karena semakin tinggi kekerasan
maka semakin rapat jarak antar partikelnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa semakin
kurang ruang antar partikel artinya semakin
sedikit oksigen (udara) yang mengalir diantara
partikel-partikel tersebut. Hal ini menyebabkan
partikel-partikel tersebut lebih sulit terbakar.
Kuat tekan dan kerapatan briket merupakan
sifat fisik briket, yang berhubungan dengan
kekuatan briiket untuk menahan perubahan
bentuk. Sifat fisik briket ini masuk ke dalam
standar briket yang ada.
4. Hasil Uji Pembakaran Briket
Pengujian pembakaran dilakukan dengan
menggunakan kompor briket dan diperoleh
grafik waktu pembakaran (t) terhadap besarnya
temperatur (T) air dan temperatur (T) api briket
dengan variasi kombinasi mesh untuk massa
briket (m) tertentu. Semakin kecil dimensi butir
briket maka semakin besar kemampuan briket
untuk mendidihkan air dan efisiensinya pun
semakin tinggi. Briket dengan dimensi butir
terkecil (80-100 mesh) mampu mendidhkan air
(500 gr) sebanyak 5 kali dan memiliki efisiensi
tertinggi 20.416 %.
Hal ini disebabkan karena meshnya yang
kecil lebih rapat dan padat sehingga ruang
udara semakin sedikit yang mengakibatkan
pembakaran menjadi lambat dibandingkan
dengan yang lebih besar butirnya.. Briket arang
kulit kakao dengan perekat tapioka dengan jenis
mesh berturut-turut 80-100 mesh, 60-80 mesh,
40-60 mesh dan 20-40 mesh memiliki nilai
efesiensi 20.416 %, 14.915 %, 14.44 % dan
10.666 %.
KESIMPULAN
Dari hasil pembuatan briket arang kulit kakao
yang dilanjutkan dengan pengujian, perhitungan
dan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Briket arang kulit kakao telah berhasil dibuat
dengan 4 jenis mesh dengan bahan perekat
tapioka yaitu 20-40 mesh, 40-60 mesh, 60-80
mesh, dan 80-100 mesh. Briket berbentuk sarang
tawon dengan spesifikasi ukuran yaitu diameter
luar 6.5 cm, memiliki 1 lubang berdiameter 1.5
cm dan 4 lubang berdiameter 0.9 cm dengan
tinggi rata-rata 6 cm.
2. Hasil pengujian proksimasi briket didapatkan
yaitu ash 24-27 %, moisture 12-14 %, volatile
matter 19-23 %, fixed carbon 39-45 % dan nilai
kalor 4000-4200 cal/gr.
3. Dari hasil pengujian sifat fisik briket diperoleh
kuat tekan 0.7-1.8 kg/cm
2
, kerapatan 0.5-0.7
gr/cm
3-
dimana semakin kecil butiran briket maka
kuat tekan dan kerapatannya cenderung semakin
tinggi.
4. Dari hasil pengujian pembakaran briket arang
kulit kakao diperoleh : briket 20-40 mesh dengan
temperature maksimum 384C mampu
mendidihkan air 500 gr sebanyak 2 kali; briket
40-60 mesh dengan temperature maksimum
318C mampu mendidihkan air 500 gr sebanyak
2 kali; briket 60-80 mesh dengan temperature
maksimum 350C mampu mendidihkan air 500
gr sebanyak 4 kali; briket 80-100 mesh memiliki
kemampuan mendidihkan air paling banyak
yaitu 5 kali dengan temperature maksimal 370
C. Maka briket 80-100 mesh merupakan briket
yang paling baik untuk digunakan. Namun jika
dibandingkan dengan standar briket pada
umumnya belum memenuhi standar mutu briket
kecuali pada nilai volatile matters memenuhi
standar mutu briket import, jepang dan USA.
5. Dari hasil pengujian pembakaran briket pada
kompor briket diperoleh efesiensi termal
pembakaran 10-20.5 %. Nilai efisiensi paling
tinggi terdapat pada briket 80-100 mesh yaitu
20.416 % sedangkan nilai efisiensi paling rendah
pada briket 20-40 mesh yaitu 10.666 %.
Sehingga dari hasil penelitian yang telah
dilakukan disimpulkan bahwa semakin kecil
ukuran butir briket arang kulit kakao yaitu briket
80-100 mesh, maka semakin baik digunakan
khusus untuk kebutuhan rumah tangga.
6. Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik dan
pembakaran briket arang kulit kakao yang paling
baik adalah briket dengan butir paling kecil yaitu
briket 80-100 mesh. Sedangkan berdasarkan nilai
kalornya briket arang kulit kakao yang paling
baik adalah briket yang butirnya paling besar
yaitu briket 20-40 mesh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, 2010. Pupuk Limbah Kakao
Ramah Lingkungan.
http://www.matanews.com.
2. Andi Nur Alam Syah,
2006.http://www.energi.terbarukan.com.
3. http://anunyaanu.blogspot.com/2010/02/apa-
saja-sih-yang-bisa-dibuat-menjadi.html
4. http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/28/car
a-membuat-tepung-tapioka/
5. http://coklat-
chocolate.blogspot.com/2008/03/kulit-buah-
kakaopulp-buah.html
6. http://id.wikipedia.org, 2009
7. http://laskarpemberani.wordpress.com,2011
8. http://syafrilhernendi.com/wp-
content/uploads/2009/06/tambang-tanah-liat.jpg
9. http://www.anneahira.com/
10. http://www.coklat-chocolate.blogspot.com/
11. http://www.nguntoronadi.wonogiri.org, 2007
12. http://www.kemenperin.go.id/ind/publikasi/Siar
an_Pers/2011/2011240.HTM
13. http://www.tekmira.esdm.go.id/BRIKET/index.
html
14. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004.
Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tabel 1: Hasil Uji Analisis Proximasi
Mesh Moisture ( % ) Ash ( % ) VM ( % ) FC ( % )
20-40 13.68 24.66 22.57 39.09
40-60 12.14 26.38 20.7 40.78
60-80 12.73 23.27 19.29 44.71
80-100 12.76 26.04 20.04 41.16
Tabel 2: Nilai kalor bawah ( LHV )
Mesh Nilai Kalor Bawah (LHV) cal / gr
20-40 4164.52
40-60 4085.85
60-80 4136.14
80-100 4131.44
Tabel 3: Nilai Kuat Tekan dan Kerapatan
Mesh uji tekan g/cm Kerapatan Gr/cm
3
20-40 0.7 0.592961478
40-60 1.3 0.58028627
60-80 1.8 0.685853354
80-100 1.6 0.685781858
Gambar 2. Perbandingan Temperatur Bara Briket dan Temperatur Air Dengan Waktu Pembakaran Pada Kompor
Briket