Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN Essensi dari pendidikan sebenarnya adalah pengalihan (transmisi) kebudayaan (nil ai-nilai) dari generasi yang lebih

tua kepada generasi selanjutnya dalam setiap masyarakat atau bangsa. Masalah pendidikan yang paling mendasar adalah bagaimana memanusiakan manusia (humanisasi) melalui pendidikan. Masalah pendidikan bukan hanya sekedar memberdayakan pikiran dan pencapaian prestasi belajar, melainkan b erkaitan erat dengan nurani dan moral spiritual serta pembentukan karakter. Sigmund Freud berpendapat bahwa Karakter yang berkualitas harus dibentuk sejak us ia dini, kegagalan dalam penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membe ntuk pribadi-pribadi yang bermasalah kelak di masa dewasanya . Dengan demikian men ingkatnya tindak kekerasan, suburnya permusuhan baik secara individu maupun kole ktif, meningkatnya perilaku merusak diri (narkoba, seks bebas, alkohol), tinggin ya perilaku korup, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, perilaku tidak jujur yang telah begitu membudaya, dan lain sebagainya adalah konsekwensi dan p otret kegagalan pendidikan dalam membentuk pribadi-pribadi yang baik. Pendidikan dan pengembangan pribadi pada psikologi humanistik yang sebatas dimen si eksoteris pada tataran kognitif semata, sementara penekanannya pada dimensi e soteris pada tataran affektif begitu lemah, akan mengakibatkan suatu bangsa kaya akan orang pintar, namun miskin akan orang yang bermoral, yang mampu menjadi ta uladan. Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendiri (founding father s) bangsa, bagi anak-anak bangsa pada generasi selanjutnya. Pancasila merupakan falsafah (pandangan hidup) yang seyogyanya mampu membentuk masyarakat bangsa yan g bermartabat; bangsa yang ber-Ketuhanan YME, ber-kemanusiaan yang adil dan bera dab, menjunjung tinggi kebersamaan dalam bingkai persatuan, mengutamakan musyawa rah untuk mufakat, serta mengedepankan keadilan bagi seluruh warga bangsanya. Pancasila harus dijiwai oleh seluruh individu warga negara Indonesia, karena Pan casila adalah cermin jatidiri bangsa Indonesia. ketika Pancasila hilang dari jiw a-jiwa anak bangsanya, maka bangsa Indonesia telah kehilangan jatidirinya. Denga n demikian, Pancasila harus dipatrikan dalam setiap jiwa anak bangsa, dan satu-s atunya proses pematrian (internalisasi) Pancasila tersebut hanyalah melalui pros es pendidikan. II. PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BANGSA

Falsafah (pandangan) hidup adalah pengetahuan umum yang khusus dijadikan suatu p rinsip yang dianggap benar; suatu bentuk atau wujud filsafat hidup yang berfungs i sebagai titik tolak langsung perilaku sehari-hari. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup). Dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dih adapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan d an pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman pad a pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya. Para pendiri republik ini telah merumuskan secara jelas dan tuntas apa sesungguh nya pandangan hidup bangsa kita, yakni Pancasila. Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara. Disamping i tu, Pancasila sekaligus adalah tujuan hidup bangsa Indonesia. Pancasila merupaka n pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan wata k yang sudah berurat/ berakar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa, dalam implementasinya sejak Indonesia m erdeka tahun 1945, mengalami pasang surut, ujian, dinamika kehidupan kebangsaan yang sangat beragam. Di awal kemerdekaan dihadapkan dengan tantangan bahaya sepa ratisme, faham aliran/ golongan ideologi yang berbeda, bahkan diakhir pemerintah an Soekarno mendapat tantangan dan perlawanan dari ideologi Marxisme-komunisme ( PKI) yang berhasil digagalkan. Hingga akhirnya melahirkan rezim orde baru. Di era orde baru, tidak bisa dipungkiri, Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa telah disalahartikan dan dijadikan alat politik untuk melanggengkan kekuasaan s emata. Pancasila dijadikan senjata untuk menekan dinamika demokrasi yang berkemb ang saat itu. Pancasila dijadikan alat penyeragaman atas aspirasi politik publik dengan mengatasnamakan kepentingan, Pembangunan dan stabilitas nasional seolah-ol ah Pancasila hanya milik penguasa saat itu, siapa yang menetang dianggap anti Pa ncasila. Akibatnya, Indonesia pasca reformasi tahun 1998, eksistensi Pancasila di awal re formasi menjadi semakin terpinggirkan dalam dinamika kehidupan berbangsa kita. P asca reformasi 1998, Pancasila tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang essensi al dalam memandu arah pembangunan bangsa. Perbincangan tentang Pancasila nyaris tidak terdengar dan seolah raib dalam ranah kehidupan bermasyarakat, berbangsa d an bernegara. Keberadaan Pancasila mengalami delegitimasi yang luar biasa sejak era reformasi bergulir. Akhir-akhir ini, kita seolah merasakan kebahagiaan tersendiri. Betapa sayup-sayu p perbincangan publik menyangkut pentingnya kehadiran Pancasila, mulai menggema kembali. Sosialisasi empat pilar yang meliputi; Pancasila sebagai Ideologi dan Das ar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Kons titusi Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk Negara dan Bhin neka Tunggal Ika sebagai semboyan perilaku sosial masyarakat Indonesia, terus tu mbuh dan berkembang yang dilakukan segenap komponen bangsa. Kerinduan akan kehadiran kembali Pancasila, nampaknya dipicu oleh munculnya bera gam realitas kehidupan kebangsaan yang semakin lama tidak lagi mencerminkan seba gai bangsa yang berfalsafah Pancasila. Betapa kedudukan Pancasila, yang sejatiny a sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau weltanschauung (pand angan hidup) bagi bangsa Indonesia, yang didalamya mengajarkan tentang pentingn ya nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan, Kerakyatan dan Kebijaksanaan, s erta nilai-nilai keadilan , nyaris tidak nampak sedikitpun dalam potret kehidupan kebangsaan mutakhir. III. PENDIDIKAN SEBAGAI FONDASI PERADABAN BANGSA

Manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta adala h kemampuan mempersoalkan nilai kebenaran, rasa adalah kemampuan mempersoalkan n ilai keindahan, dan karsa adalah kemampuan mempersoalkan nilai kebaikan. Ketiga potensi tersebut dibingkai dalam satu ikatan sistem yang selanjutnya dijadikan l andasan dasar untuk mengkonstruksi bangunan filsafat kehidupan, menentukan pedo man hidup, dan mengatur sikap dan perilaku agar senantiasa terarah kepada pencap aian tujuan hidup yang hakiki. Hubungan Pendidikan dengan peradaban (karakter) suatu bangsa dianalogikan ibara t hubungan fondasi dengan model atas konstruksi sebuah bangunan. Keduanya berhub ungan secara kausalitas, fondasi akan menentukan model bangunan diatasnya. Pendi dikan adalah fondasi bangunan dan karakter suatu bangsa adalah model bangunan ya ng merupakan hasil kongkrit dari pendidikan. Secara historis maupun faktual hari ini, agungnya peradaban suatu bangsa, adalah potret keberhasilan pembentukan karakter yang dibentuk melalui proses panjang p endidikan, baik formil maupun nonformil. Begitu pula sebaliknya, hancurnya perad aban suatu bangsa adalah akibat kegagalan proses pendidikan karakter kepada masy

arakatnya. Pancasila adalah falsafah hidup (pandangan hidup) yang mencerminkan karakter dan jatidiri bangsa Indonesia, selayaknya menjadi landasan, pijakan, dan fondasi si stem pendidikan. Pancasila sebagai nilai-nilai luhur bangsa, seyogyanya menjadi rujukan utama dalam mendidik setiap individu anak bangsa. Ketika pancasila diti nggalkan dari ranah pendidikan, baik pendidikan keluarga, pendidikan lingkungan maupun pendidikan formal, maka pantaslah jika dikemudian hari bangsa Indonesia k ehilangan jatidirinya, dan secara perlahan, jika dibiarkan, akan kehilangan keag ungan peradabannya. Tergerusnya nilai-nilai Ketuhanan, lunturnya perikemanusiaan yang adil dan berad ab, lemahnya rasa persatuan dan suburnya permusuhan, lunturnya nilai-nilai musya warah untuk mufakat, dan termarginalnya nilai keadilan, adalah fakta bahwa penan aman nilai-nilai Pancasila telah lama hilang dalam proses pendidikan anak-anak b angsa kita sendiri. Dengan demikian, betapa penting memposisikan Pancasila sebagai landasan dan pija kan dalam proses pendidikan anak-anak bangsa. Pancasila jika sebenar-benarnya di tanamkan dalam proses pendidikan, maka seyogyanya bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki peradaban yang agung, yakni peradaban agung manusia-manusia pancasila. IV. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN PENDIDIKAN KARAKTER

Kerinduan akan hadirnya Pancasila merambah pada semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, hal ini sebagaimana telah disinggung diatas, diakibatka n oleh terjadinya demoralisasi yang sangat luar biasa di semua bidang kehidupa n dan setiap lapisan masyarakat bangsa, yang sesungguhnya bertolakbelakang denga n nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa. Sejalan dengan kerinduan terhadap pancasila, dunia pendidikan hari ini pun sedan g merindukan dan mengelu-elukan pendidikan karakter. Pemerintah melalui kementer ian pendidikan nasional, sedang mencanangkan program pendidikan karakter secara besar-besaran. Pendidikan karakter dianggap sebagai solusi terbaik terhadap berb agai bencana moral yang melilit bangsa ini, yakni; hilangnya nilai-nilai Ketuhan an YME, lemahnya nilai-nilai peri-kemanusiaan yang adil dan beradab, lunturnya p ersatuan dan lemahnya prinsip musyawarah untuk mufakat, serta semakin terpinggir kannya nilai-nilai keadilan. Pembentukan karakter yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah terdiri dari tiga bagian yang saling terkait, yaitu pengetahuan tentang moral (moral Knowing ), perasaan bermoral (moral feeling), dan perilaku bermoral (moral behavior). Karakter yang baik terdiri dari mengetahui kebaikan (knowing the good), mencinta i atau menginginkan kebaikan (loving or desiring the good) dan melakukan kebaika n (acting the good). Membentuk karakter adalah dengan menumbuhkan karakter yang merupakan the habits of mind, heart, and action yang antara ketiganya (pikiran, hati, dan perbuatan) adalah saling terkait. Pendidikan karakter adalah internali sasi nilai-nilai luhur budaya, agama dan nilai-nilai luhur lain yang telah dijad ikan falsafah hidup suatu bangsa. Pendidikan secara essensi berbicara tentang moral, moral adalah kebaikan, sedang kan pedoman moral bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pendidikan karakter di tujukan untuk membenahi moral masyarakat bangsa yang kian hari kian bobrok, demo ralisasi terjadi dalam semua bidang kehidupan; politik, ekonomi, sosial, budaya sampai pada yang paling essensi yakni keroposnya ideologi dan falsafah bangsa. Dengan demikian, pendidikan karakter yang sesungguhnya adalah pematrian (interna lisasi) nilai-nilai luhur Pancasila pada pikiran (mind), nurani (heart), dan per ilaku (behaviour) setiap individu anak bangsa. Sehingga wujud keberhasilan pendi

dikan karakter yang diwujudkan pemerintah adalah terlahirnya manusia-manusia Pan casila yang bermartabat yang akan membentuk keagungan peradaban bangsa Indonesia . V. PANCASILA SEBAGAI MANIFESTO KARAKTER BANGSA Dari paparan diatas, jelaslah bahwa Pancasila adalah wujud karakter bangsa Indon esia, bangsa yang berketuhanan YME, bangsa yang berkemanusiaan yang adil dan ber adab, bangsa yang mengedepankan persatuan, bangsa yang selalu mengedepankan musy awarah untuk mufakat, dan bangsa yang menjunjung tinggi keadilan sosial bagi sel uruh rakyatnya. Pancasila harus kembali ditanamkan dalam jiwa-jiwa anak bangsa melalui proses pe ndidikan di semua lapisan masyarakat. Pancasila harus dihadirkan kembali dalam s etiap nurani anak bangsa dan Pancasila harus tercermin dalam setiap perilaku ana k bangsa. Pancasila adalah Indonesia dan Indonesia adalah Pancasila. VI. PENUTUP

Generasi muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap generasi mu da bangsa Indonesia adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewu judkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. Para pendiri ba ngsa Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana te rmaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Republik ini didirikan dengan maksud untuk melindungi segenap bangsa Indonesia d an seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ke hidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerde kaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, b angsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara Demokrasi konstitutio nal (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila. Kita semua memiliki tanggungjawab moral untuk membangun toleransi, menegakkan da n memperkokoh empat pilar kenegaraan dalam setiap diri anak bangsa. Terkait deng an hal ini maka setiap warga negara, penyelenggara negara dan lembaga kenegaraan serta lembaga kemasyarakatan lainnya sudah saatnya memahami serta mengimplement asikan empat pilar kenegaraan tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga Pancasila, Undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Bhineka Tunggal Ika semak in kokoh dan tidak mudah rapuh oleh berbagai tantangan dan ancaman yang menghada ng bangsa Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang. Akhir kata, bangsa ini tidak mungkin mampu berdiri tegak diatas peradabannya yan g agung, kecuali jika kita sebagai anak bangsa memiliki tanggungjawab moral untu k mematrikan nilai-nilai Pancasila pada diri kita, keluarga kita, masyarakat lin gkungan kita, anak didik kita dan seluruh anak bangsa Indonesia. semoga keagunga n peradaban manusia Pancasila akan segera terwujud, menuju bangsa yang adil, mak mur dan sentosa. Amiin.

_____Terimakasih ___

Anda mungkin juga menyukai