Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MENURUT GEOMETRI PARABOLIK EUCLID DAN GEOMETRI H IPERBOLIK, ELIPTIK NON EUCLID

OLEH GETRUDIS NOVIAN SERUNI 0801030145 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2012 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kata Geometri berasal dari kata Latin Geometria Geo yang artinya bumi dan metria y ang artinya pengukuran. Jadi geometri artinya ukuran bumi. Maksudnya mencakup se gala sesuatu yang ada di bumi. Dalam bahasa Indonesia Geometri dapat diartikan s ebagai Ilmu Ukur . Geometri didefinisikan juga sebagai cabang Matematika yang me mpelajari titik, garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukura n-ukurannya dan hubungannya satu sama lain. (Tambah Prayoga, 2011 : 1) Geometri kuno sebagian dimulai dari pengukuran praktis yang diperlukan untuk per tanian orang-orang Babylonia dan Mesir. Kemudian hal tersebut diperluas untuk pe rhitungan panjang ruas garis, luas dan volum. Dengan berjalannya waktu, geometr i telah berkembang menjadi pengetahuan yang disusun secara menarik dan logis. Ge ometri terutama terdiri dari serangkaian pernyataan tentang titik-titik, garis-g aris, dan bidang-bidang, dan juga planar (proyeksi bidang) dan benda-benda padat . Geometri dimulai dari istilah-istilah yang tidak terdefinisikan, definisi-defi nisi, aksioma-aksioma, postulat-postulat dan selanjutnya teorema-teorema. Geome tri adalah sistem pertama untuk memahami ide. Dalam geometri beberapa pernyataan sederhana diasumsikan, dan kemudian ditarik menjadi pernyataan-pernyataan yang lebih kompleks. Sistem seperti ini disebut sistem deduktif. Geometri yang pertama-tama muncul sebagai suatu sistem deduktif adalah Geometri dari Euclides. Pendekatan geometri Euclid, terutama pada ruang dimensi dua (bida ng datar) dan ruang dimensi tiga (ruang nyata) Kira-kira tahun 330 SM, Euclides menulis buku sebanyak 13 buah. Dalam bukunya yang pertama Euclid menjelaskan men genai definisi, postulat, aksioma dan dalil Namun Geomerti Euclid ini memiliki k elemahan, salah satu kelemahanya ada pada postulat kelima dari Euclid yang terke nal dengan Postulat Parallel atau Postulat Kesejajaran yang terlalu panjang sehi ngga merisaukan para matematikawan. Sehingga beberapa matematikawan menganggap b ahwa postulat kelima Euclid bukan postulat dan dapat dibuktikan dengan keempat p ostulat yang lain. Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini berlangsung sejak Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh yang berusaha membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 - 485) Girolamo Saccheri dari Ita lia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss dari Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Far kas) Bolyai dari Hongaria (1775 - 1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai Ivanoviteh Lobachevsky (1793 - 1856). (Tambah Prayoga,2011:2). Postulat kesejajaran kelima Euclid adalah sebagai berikut: Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus dan membuat sudut-sudut dala m sepihak kurang dari dua sudut siku-siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sud ut siku-siku

Postulat kelima ini masih sukar diterima dan dipahami maka beberapa matematikawa n berusaha untuk membuktikan dan menggantikannya dengan postulat yang ekuivalen. Salah satu postulat yang paling terkenal dan sederhana adalah Aksioma Playfair oleh John Playfair yang bunyinya : Hanya ada satu garis sejajar (parallel) pada garis yang melalui titik buk an pada garis tersebut Matematikawan lain, yaitu Proclus yang menulis komentar dari The Elements yang m enyebutkan usaha pembuktian untuk menyimpulkan dari postulat kelima. Proclus kem udian memberikan bukti sendiri, dan memberikan postulat kelima. Proclus kemudian memberikan bukti sendiri, dan memberikan postulat yang ekuivalen dengan postula t kesejajaran Jika suatu garis lurus memotong salah satu dari dua garis parallel ia juga akan memotong yang lain, dan garis-garis lurus yang parallel dengan suat u garis lurus yang sama, adalah parallel satu sama lain. Sedangkan John Wallis me nggantikan postulat kesejajaran Euclid dengan postulat Wallis. John Wallis menye rah mencoba membuktikan dalil paralel dalam Geometri Netral. Sebaliknya, ia meng usulkan sebuah postulat baru, yang ia merasa lebih masuk akal daripada postulat kelima Euclid. (Tambah Prayoga,2011:3). Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non Euclid masih berdasarkan em pat postulat pertama dari Euclides dan hanya berbeda pada postulat kelimanya. Ad a dua macam Geometri Non Euclid yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan o leh 3 tokoh berlainan dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh ter sebut adalah Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan N icolai Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri Lobachev sky atau Geometri Hiperbolik. (Tambah Prayoga,2011:4). Menurut Geometri ini, ter dapat sekurang-kurangnya dua garis sejajar dengan suatu garis tertentu dan yang melalui suatu titik yang terletak diluar garis tersebut. Geometri Non Euclid yang kedua adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bern hard Riemann dari Jerman, Geometri ini disebut Geometri Elliptik atau Geometri R ieman. (Tambah Prayoga,2011:4). Menurut Geometri ini, tidak ada garis yang sejaj ar dengan suatu garis tertentu. Konsekuensi dari perbedaan postulat kelima dari masing-masing geometri non Eucli d ini baik geometri Hiperbolik maupun Geometri Eliptik berpengaruh besar terhada p eksistensi sifat-sifat bangun datar menurut geometri parabolik (geometri Eucl id) yang telah dipelajari selama ini. Salah satunya mengenai jumlah besar sudut dalam bangun datar segitiga. Menurut geometri parabolik, jumlah besar sudut dala m bangun datar segitiga adalah 1800, dalam geometri hiperbolik jumlah besar sudu t dalam segitiga kurang dari 1800 (<1800),sedangkan dalam geometri eliptik jumla h besar sudut dalam segitiga lebih dari 1800 (>1800). Dari uraian di atas, penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai perbandingan si fat-sifat bangun datar menurut Geometri Euclid dan geometri Non Euclid dengan me ngambil judul KAJIAN SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MENURUT GEOMETRI PARABOLIK EUCLID D AN GEOMETRI HIPERBOLIK, ELIPTIK NON EUCLID Rumusan Masalah Bertolak dari uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapa t diambil yakni sebagai berikut : Bagaimana sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat pada Geometri paraboli k, Geometri hiperbolik serta geometri Eliptik? Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah : Untuk mengetahui sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat pada Geometri P arabolik, Geometri hiperbolik serta Geometri Eliptik Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini adalah : Bagi penulis khususnya dan Mahasiswa Matematika pada umumnya mengetahui lebih jelas tentang sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat lingkaran p ada Geometri Parabolik, Geometri Hiperbolik serta Geometri Eliptik .

Bagi Perpustakaan, menambah referensi tentang sifat sifat bangun datar s egitiga dan segiempat pada Geometri Parabolik, Geometri Hiperbolik serta Geomet ri Eliptik . Batasan Masalah Dalam kajian ini, permasalahan dibatasi untuk sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat. Sifat-sifat yang dimaksud meliputi kesejajaran sisi, kekongruenan sisi dan sudut, jumlah besar sudut dalam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini akan dibahas pengertian-pengertian dasar yang akan digu nakan sebagai landasan pembahasan pada bab-bab selanjutnya yang dinyatakan dalam aksioma, definisi, teorema dan contoh. Namun sebelumnya, akan dijelaskan secara singkat sejarah dari masing-masing geometri, yakni : Geometri Parabolik Sejarah Geometri Euclid sering disebut juga geometri parabolik, yaitu geometri yang meng ikuti satu himpunan proposisi yang didasarkan pada lima postulat Euclid yang tel ah didefinisikan dalam bukunya The Elements. Elements menjadi sebuah karya yang sangat penting dalam sejarah masyarakat dunia yang kebanyakan dari pekerjaan itu bersifat oroginal, sebagai metode deduktif dengan mendemonstrasikan sebagaian b esar pengetahuan yang diperlukan melalui penalaran. Dalam buku Element, Euclid m enulis banyak pembuktian dari teori-teori yang sudah terkenal. Karya Euclid sang at berpengaruh sampai saat ini sehingga dalam geometri untuk garis, titik, bentu k, dan bidang-bidang namanya digunakan sebagai geometri Euclid. Demikian selanjutn ya, selama lebih kurang empat abad terakhir Element telah mengalami kritikan dan pujian hingga lambat laun lebih disempurnakan. Hasil dari berbagai penyempurnaa n itu lahirlah geometri analitik, geometri projektif, topologi, geometri non-Euc lid, logika, dan kalkulus. The Element dapat dikatakan karya fenomenal pada jaman itu. Terdiri dari 13 buku yang tersusun berdasarkan tema dan topik. Setiap buku diawali dengan definisi, postulat (hanya untuk buku I), preposisi, teorema sebelum ditutup dengan pembukt ian dengan menggunakan definisi dan postulat yang sudah disebutkan. Buku ini ke luar Yunani tahun 1482, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Arab, serta menj adi buku teks geometri dan logika pada awal tahun 1700-an. Teorema-teorema pada Elements adalah kompilasi karya para matematikawan sebelumn ya: Pythagoras, Eudoxus, Menaechunus, Hippocrates yang menampilkan pembuktian-pe

mbuktian kuno dengan mengganti dengan baru dan disederhanakan. Element menjadi b uku teks baku dalam geometri. Saat mesin cetak ditemukan, buku ini termasuk buku pertama yang dicetak. Definisi Pada kajian Geometri Parabolik ini yang pertama akan dikaji adalah pengertian pa ngkal. Dalam kajian ini yang merupakan pengertian pangkal yang pertama adalah ti tik. Titik hanya mempunyai posisi, titik tidak mempunyai panjang, lebar, ataupun ketebalan. Pengertian pangkal yang kedua adalah garis. Garis dilambangkan denga n simbol (AB) , mempunyai panjang, tapi tidak mempunyai lebar dan ketebalan. Pen gertian pangkal yang ke tiga adalah bidang. Bidang adalah suatu permukaan datar seperti bidang meja (Tambah Prayoga, 2011:7). Titik Sebuah titik mempunyai posisi tapi tidak berdimensi artinya tidak memiliki panja ng, lebar, maupun tebal. Garis Sebuah garis berdimensi satu karena hanya memiliki panjang tanpa lebar dan keteb alan. Bidang Bidang berdimensi dua karena hanya memiliki panjang dan lebar tapi tidak memilik i tebal. Bangun Kombinasi titik atau titik dan garis dalam bidang disebut bangun datar. Sudut Kemiringan dari dua garis lurus yang merupakan perpanjangan dari satu titik deng an arah yang berbeda disebut sudut garis lurus. Dua garis disebut kaki sudut dan titik puncak dari sudut. Sudut yang dibentuk oleh gabungan dua atau lebih sudut secara bersama-sama disebut jumlah sudut. Apabila jumlah dua sudut BAC, CAD sedemikian hingga BA, AD membentuk sa tu garis lurus maka sudut-sudut itu disebut suplemen satu dengan yang lain. Jika satu garis berdiri pada garis yang lain dan membentuk sudut yang sa ma pada kedua sisinya, masing-masing sudut disebut sudut siku-siku dan garis yang berdir i disebut dengan garis yang tegak lurus. Sudut lancip adalah sudut yang besarnya kurang dari sudut siku-siku. Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya lebih dari sudut siku-siku seper ti BAC. Suplemen atau pelurus dari sudut lancip adalah sudut tumpul dan kebalika nnya suplemen dari sudut tumpul adalah sudut lancip. Jika jumlah dua sudut adalah sudut siku-siku, masing-masing disebut deng an komplemen dari yang lain. Garis kongruen Tiga atau lebih garis lurus yang melalui titik yang sama disebut garis yang kong ruen. Segitiga Segitiga adalah bangun yang dibentuk oleh tiga garis lurus yang bertemu dari uju ng ke ujung. Ketiga garisnya disebut sisi. Segitiga yang mempunyai tiga sisi yan g tidak sama disebut segitiga sembarang; segitiga yang mempunyai dua sisi yang s ama disebut segitiga sama kaki; dan yang semua sisinya sama disebut segitiga sam a sisi. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya adalah siku-siku. Si si yang terpanjang dari segitiga siku-siku disebut hipotenusa. Segitiga tumpul a dalah segitiga yang satu dari sudutnya adalah sudut tumpul. Segitiga lancip adal ah segitiga yang ketiga sudutnya lancip seperti yang ditunjukkan pada gambar F. Sudut luar segitiga dibentuk oleh sebuah sisi dan perpanjangan dari sisi yang la in. Segitiga mempunyai tiga sudut eksterior dan setiap sudut eksterior adalah su plemen dari sudut interior yang berdekatan. Poligon Bangun garis lurus yang dibatasi oleh lebih dari tiga garis lurus disebut dengan poligon. Poligon yang memiliki empat sisi disebut segi empat dan jika keempat s isinya sama maka disebut belah ketupat. Belah ketupat yang sudutnya siku-siku di sebut persegi. Sedangkan poligon yang memiliki lima sisi disebut pentagon, yang

memiliki enam sisi disebut hexagon dan seterusnya. Lingkaran Lingkaran adalah bangun datar yang dibentuk oleh garis lengkung yang disebut kel iling sedemikian hingga jarak semua garis lurus dari titik tertentu dengan kelil ing adalah sama. Postulat dan Aksioma Postulat pertama: melalui dua buah titik dapat dibuat satu garis lurus. Postulat ini menyatakan bahwa jika terdapat dua buah titik A dan B, maka kedua titik tersebut dapat dihubungkan dengan sebuah garis. Postulat kedua: ujung garis lurus dapat diperpanjang sampai tak terhingga menja di garis lurus. Setiap garis lurus dapat diperpanjang tanpa batas pada salah satu ujung g arisnya atau keduanya. Hal ini yang disebut dengan garis yang tak terbatas. Postulat Ketiga: untuk setiap titik A dan setiap titik B yang tidak sama dengan A dapat dibuat sebuah lingkaran dengan pusat A dan jari-jari AB. Postulat keempat: Semua sudut siku-siku itu adalah sama. Postulat kelima: Jika dua garis dibagi oleh garis tranversal sedemikian sehingga jumlah dua sudut interiornya (sudut dalam) pada satu sisi tranversal adalah kur ang dari 180 maka garis tersebut akan bertemu pada sisi tranversal tersebut. Aksioma Aksioma adalah sebuah pernyataan umum yang kebenarannya jelas dan yang sangat pe nting. Euclid mengeluarkan lima aksioma, yaitu: 1. Sesuatu yang sama dengan sesuatu yang sama, satu dengan yang lain juga sama. 2. Jika sesuatu yang sama ditambahkan dengan sesuatu yang sama maka jumlahnya ak an sama. 3. Jika sesuatu yang sama dikurangi dengan sesuatu yang sama maka sisan ya akan sama. 4. Benda-benda yang berhimpit satu sama lain, benda-benda tersebut sama. 5. Keseluruhannya lebih besar dari bagiannya. Proposisi Proposisi merupakan sifat-sifat dari sebuah bangun yang diperoleh melalui proses penalaran atau pembuktian. Proposisi tersebut dibagi menjadi dua yaitu teorema dan permasalahan. Proposisi I. Masalah Diberikan sebuah garis lurus berhingga AB untuk membentuk sebuah segitiga sama s isi. Proposisi II. Teorema (4) Jika dua segitiga mempunyai dua sisi yang sama, dan sudut yang dibatasi oleh ked ua sisi tersebut juga sama, maka segitiga tersebut juga mempunyai alas yang sama , dan segitiga itu akan sama, dan sudut-sudut yang tersisa juga akan sama. (Si si, Sudut, Sisi). Proposisi III. Teorema (5) Pada segitiga sama kaki, sudut-sudut pada alasnya sama satu dengan yang lain dan jika sisi-sisi yang diperoleh itu sama, maka sudut-sudut luar yang berada di b awah alasnya akan sama. Proposisi IV. Teorema (6) Jika dua sudut segitiga (B, C) itu sama, maka sisi-sisi (AC, AB) yang saling be rlawanan juga sama. Proposisi V. Teorema (8) Jika dua segitiga (ABC, DEF) mempunyai dua sisi (AB, AC) yang secara berturuttur ut sama dengan sisi (DE, DF) dan juga mempunyai alas (BC) yang sama dengan alas (EF), maka dua segitiga itu akan sama dan sudut-sudutnya akan berturut-turut sa ma dengan sudut-sudut yang lain. Proposisi VI. Teorema (14) Jika titik (B) yang berada pada garis (BA), dua garis lurus yang lain (CB, BD) p ada sisi-sisi yang berlawanan membuat sudut-sudut yang berdekatan (CBA, ABD) sa ma dengan dua sudut siku-siku maka dua garis lurus ini akan menjadi satu garis lurus. Proposisi VII. Teorema (15)

Jika dua garis lurus (AB, CD) berpotongan satu sama lain, sudut-sudut yang bert olak belakang adalah sama (CEA = DEB, dan BEC = AED). Proposisi VIII. Teorema (16) Pada segitiga (ABC),sudut luar segitiga lebih besar dari pada sudut interior yan g tidak berdekatan. Dari pembuktian ini diperoleh beberapa collolari : Corollary 1: Jumlah tiga sudut interior dari segitiga BCF sama dengan ju mlah tiga sudut interior dari segitiga ABC. Corollary 2: Luas dari BCF sama dengan luas dari ABC. Corollary 3: Garis BA dan CF jika diperpanjang tidak dapat bertemu pada jarak yang terhingga. Jika mereka bertemu pada titik X yang terhingga, segitig a CAX akan menjadikan sudut eksterior BAC sama dengan sudut interior ACX. Proposisi IX. Teorema (17) Terdapat dua sudut (B, C) segitiga (ABC) yang kurang dari dua kali sudut siku-si ku. Corollary 1: Setiap segitiga harus mempunyai setidaknya dua sudut lancip . Corollary 2 : Jika dua sudut dari segitiga tidak sama, maka yang lebih kecil pasti lancip. Proposisi X. Teorema (18) Jika pada suatu segitiga (ABC) satu sisi (AC) lebih panjang dari sisi yang lain (AB) sudut yang berlawanan dengan sisi yang terpanjang lebih besar dari pada sud ut yang berlawanan dengan yang pendek Proposisi XI. Teorema (19) Jika satu sudut (B) dari sebuah segitiga (ABC) lebih besar dari pada sudut (C), maka sisi (AC) lebih panjang dari pada sisi (AB). Proposisi XII. Teorema (20) Jumlah dari dua sisi dalam sebuah segitiga akan lebih besar dari sisi yang ketig a Proposisi XIII. Teorema (21) Jika dua garis digambar didalam sebuah segitiga dan berpotongan disebuah titik t ertentu dan membentuk sebuah segitiga dalam segitiga yang telah ada, dengan sisi alas adalah salah satu sisi pada segitiga tersebut,maka jumlah sisinya lebih ke cil dari kedua sisi lain dari segitiga pertama namun segitiga ini memiliki sudut yang lebih besar. Proposisi XIV. Teorema (25) Jika dua buah segitiga yang memiliki 2 sisi yang berturut turut sama, tetapi sis i alas yang satu lebih panjang dari sisi alas yang lain, maka sudut segitiga yan g memiliki sisi alas terpanjang akan lebih besar dari sudut segitiga yang lainny a Proposisi XV. Teorema (26) Jika dua segitiga memiliki dua sudut yang berturut turut sama, dan salah satu si si sama dengan sisi yang lain yang letaknya diantara kedua sudut tersebut, maka sisi yang lain dan sudut yang tersisa juga pasti sama. Proposisi XVI. Teorema (27) Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lurus lain dan membuat sudut yang ber sebrangan sama maka kedua garis itu sejajar. Proposisi XVII. Teorema (28) Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lurus yang lain, yang membuat besar s udut luar sama dengan sudut dalam pada posisi yang sama atau membuat jumlah dua sudut dalam sama dengan dua kali jumlah sudut siku siku maka kedua garis tersebu t sejajar. Proposisi XVIII. Teorema (29) Jika sebuah garis memotong dua garis yang sejajar maka : 1. Sudut dalam bersebr angan sama besar, 2. Sudut luar sama dengan sudut dalam yang bersesuaian, 3. Jum lah dua sudut dalam sama dengan dua kali sudut siku siku. Proposisi XIX. Teorema (30) Jika dua garis lurus pararel dan sama dengan sebuah garis lurus lain maka garis garis itu sejajar satu sama lain.

Proposisi XX. Teorema (32) Jika sebuah sisi pada segitiga diperpanjang, maka sudut luar segitiga sama denga n jumlah dua sudut dalam yang tidak bersisian dan jumlah dari tiga sudut dalam s ama dengan dua kali sudut siku siku. Beberapa collolary : 1. Sebuah segitiga siku siku sama kaki, setiap kaki sudutnya adalah setengah da ri sudut siku sikunya. 2. Jika dua segitiga memiliki dua sudut yang berturut turut sama, maka sudut ya ng ketiga juga sama. 3. Karena sebuah persegi panjang dapat dalam dua segitiga, jumlah semua sudutnya sama dengan empat kali sudut siku siku. 4. Sebuah bangun datar dengan n sisi dapat dibagi menjadi segitiga dengan mengga mbar diagonalnya, dan akan menghasilkan (n 2) segitiga dan jumlah sudutnya sama dengan 2(n 2). 5. Setiap sudut dari sebuah segitiga sama sisi adalah dua pertiga dari sudut sik u siku. 6. Jika sebuah sudut dalam sebuah segitiga sama dengan jumlah dua sudut yang lai n maka sudut tersebut siku siku. 7. Setiap segitiga siku siku dapat dibagi dalam dua segitiga sama sisi dengan me narik garis bagi dari sisi siku siku ke sisi miringnya. Proposisi XXI. Teorema (33) Dua buah garis lurus yang dihubungkan dengan dua garis yang sama dan sejajar pa da kedua titik ujungnya adalah sama dan sejajar Proposisi XXII. Teorema (34) Sisi sisi yang berhadapan dan sudut sudut yang berhadapan pada sebuah jajar genj ang sama satu dengan yang lain dan juga diagonalnya membagi jajar genjang menjad i dua bagian yang sama besar. Proposisi 37. Segitiga yang berada pada dasar yang sama dan dalam kesejajaran yang sama sama s atu sama lain. Proposisi 38. Segitiga yang sama dan pada basis di paralel sama sama satu sama lain. Proposisi 39. Segitiga sama yang berada pada dasar yang sama dan pada sisi yang sama juga di p aralel sama. Proposisi 40. Segitiga yang sama yang pada basis yang sama dan pada sisi yang sama juga di par alel sama. Proposisi 41. Jika jajaran genjang memiliki basis yang sama dengan segitiga dan di paralel sam a, maka genjang adalah dua kali segitiga. Proposisi 42. Untuk membangun sebuah jajar genjang sama dengan segitiga diberikan dalam sudut bujursangkar diberikan. Geometri Hiperbolik Sejarah Postulat kelima atau yang terkenal dengan postulat kesejajaran geometri euclid i ni menjadi titik tolak munculnya geometri non Euclid. Salah satunya adalah Geome tri Hiperbolik. Geometri hiperbolik adalah geometri yang mempercayai bahwa ada lebih dari dua ga ris sejajar yang dengan suatu garis tertentu dan yang melalui suatu titik yang t erletak diluar garis tersebut. Ada lima orang yang berperan penting pada awal lahirnya geometri hiperbolik, tig a orang dari mereka adalah para matematikawan yaitu Carl Friedrich Gauss (1777-1 855), Nikolai Ivanovich Lobachevski (1793-1856), Janos Bolyai (1802-1860). Sedan gkan lainnya masih amatiran yaitu Schweikart dan kemenakannya Taurinus (1794-187 4). Sekitar tahun 1700an banyak para matematikawan yang mencoba untuk membuktika n postulat kelima euclid, namun gagal. Salah satu dari matematikawan tersebut ad alah Gauss. Gauss menemukan banyak hasil tentang geometri hiperbolik tetapi ia

tidak mempublikasikannya. Matematikawan kedua yang tidak berani mempublikasikan hasil pembuktiaanya adalah Janos Bolyai, anak Farkas (Wolfgang) Bolyai yang meru pakan teman sekampusnya Gauss. Janos Bolyai mencoba untuk membuktikan postulat kelima euclid, ia mengembangkan geometri berdasarkan pada apa yang sekarang dik enal aksioma hiperbolik. Kejadian itu berlangsung pada tahun 1829. Hasil penelitian Janos Bolyai dilampirkan pada buku Tentamen milik ayahnya kemud ian salinan hasil pembuktian itu dirimkan kepada Gauss. Surat balasan Gauss at as hasil pekerjaan Bolyai junior telah membuat Bolyai junior kecewa dan mengalam i depresi mental mendalam dan tidak pernah lagi mempublikasikan hasil penelitian nya. Matematikawan pertama yang mempublikasikan dan memunculkan fenomena geometri hip erbolik adalah matematikawan Rusia, Nikolai Ivanovich Lobachevsky. Geometri hipe rbolik lahir secara resmi pada tahun 1829 ketika artikel Lobachevsky muncul di Rusia. Di jerman ia mempublikasikan artikelnya yang berjudul Geometrical Investi gations on the Theory of Paralells pada tahun 1940. Sebagai bentuk apresiasi terh adap hasil pemikiran Nikolai Ivanovich Lobachevsky yang telah merintis publikasi mengenai geometri hiperbolik ini maka geometri non euclid jenis ini sering dise but sebagai geometri Lobachevsky. Sedangkan istilah hiperbolik sendiri diperkena lkan oleh Felix Klein pada tahun 1871. Definisi . Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang berupa titik, ga ris, bidang dan segmen tidak sama dengan titik, garis, bidang dan segmen pada Ge ometri Parabolik. Pada Geometri Hiperbolik Ini bidang direpresentasikan oleh seb uah lingkaran. Berikut ini adalah tabel representasi untuk Geometri Hiperbolik Geometri Hiperbolik Representasi Geometri Euclid Titik Titik: Titik dalam lingkaran Garis Penghubung terbuka lingkaran Bidang Bagian dalam lingkaran Segmen Segmen: Segmen penghubung dua titik Teorema Geometri hiperbolik dapat diberi ciri sebagai tipe dari geometri netral yang set iap segitiganya mempunyai jumlah sudut kurang dari 1800 (Abadyo,1994:100). Propo sisi tersebut akan dibuktikan berdasarkan aksioma kesejajarannya yakni : Aksioma 1 (Aksioma Hiperbolik/Postulat Kesejajaran Lobachevsky) : Di dalam geome tri hiperbolik terdapat garis l dan titik P tidak pada l sedemikian hingga sekur ang-kurangnya ada dua garis sejajar l yang melalui P. Konsekuensi penting pertama dari aksioma diatas adalah lemma berikut ini : Lemma 1: Tidak ada persegi panjang dalam geometri hiperbolik. Teorema 1 (Teorema Nonmetrical) : (Abadyo,1994:100) Sebarang garis seluruhnya termuat dalam interior dari suatu sudut. Corollary : Ada tak hingga banyaknya garis-garis sejajar pada sebuah garis melal ui sebuah titik yang terletak pada garis itu. Teorema 2 (Teorema Umum Hiperbolik) : Dalam geometri hiperbolik, untuk setiap garis l dan setiap titik P tidak pada l, melalui titip P terdapat sekurang-kurangnya dua garis sejajar l. Akibat : Dalam geometri hiperbolik, untuk setiap garis l dan titik P tidak pada l maka ada tak hingga banyaknya garis sejajar ke l melalui P. Jumlah besar sudut segitiga dalam Geometri Hiperbolik Sebelum membahas jumlah sudut segitiga dalam geometri hiperbolik, terlebih dahul u dibahas lemma dan teorema dalam geometri netral yang nantinya akan dipakai unt uk pembuktian teorema selanjutnya. Lemma 2 : Misalkan diketahui garis l, titik P di luar l, Titik Q pada l. Misalkan diberika n sisi PQ. Maka ada titik R di l yang terletak satu pihak dengan PQ, sedemikian hingga besar sudut PRQ sekecil yang kita inginkan. Lemma 3 (exterior angle theorem) :

Jumlah besar dua sudut dalam segitiga adalah kurang atau sama dengan besar sudut luar yang tiada bersisian dengan sudut tersebut. Teorema 3 : Ada sebuah segitiga dengan jumlah besar sudut kurang dari 1800 Teorema 4 : Jika terdapat satu segitiga dengan jumlah sudutnya 1800 , maka perse gi panjang ada. Akibat 1 : Jika sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut 1800, maka setiap segitig a mempunyai jumlah sudut 1800 Akibat 2 : Jika sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut kurang dari 1800, maka se tiap segitiga mempunyai jumlah sudut kurang dari 1800 Lemma dan teorema yang ada di dalam geometri netral diatas dapat digunakan untuk membuktikan teorema yang ada di geometri hiperbolik, seperti berikut ini : Teorema 5 : Di dalam geometri hiperbolik, jumlah besar sudut setiap segitiga kurang dari 180 0 Akibat : Di dalam geometri hiperbolik, semua segiempat konveks memiliki jumlah s udut yang kurang dari 3600. Kesebangunan segitiga Keserupaan dua segitiga hiperbolik dijelaskan dalam teorema berikut ini : Teorema 6 : Dalam geometri hiperbolik jika dua segitiga serupa (similar) maka keduanya kongr uen. (dengan kata lain, kriteria sudut-sudut-sudut adalah kriteria yang sah untu k kekongruenan segitiga). Kesejajaran yang Memberlakukan Garis Tegak Lurus Bersama (CommonPerpendi cular) Teorema 7: Dalam geometri hiperbolik, jika l dan l adalah sembarang dua garis sejajar berbed a, maka terdapat himpunan titik-titik pada l yang sama jaraknya dari l yang beran ggotakan paling banyak dua titik. Teorema 8: Dalam geometri hiperbolik, jika garis l dan ladalah garis sejajar yang mana terda pat pasangan titik A dan B pada l yang berjarak sama dari l, maka l dan l memiliki ruas garis tegak lurus bersama sekaligus ruas garis terpendek antara l dan l. Teorema 9 : Di dalam geometri hiperbolik, jika garis l dan l memiliki ruas garis tegak lurus bersama MM, maka kedua garis tersebut sejajar dan MM adalah ruas garis yang unik. Selain itu, jika A dan B sebarang titik pada l sedemikian hingga M adalah titik tengah ruas garis AB maka A dan B berjarak sama dari l. Geometri Eliptik Sejarah Setelah Bolyai dan Lobachevskian berhasil membuat tandingan aksioma kesejajaran Euclides, para matematisi terstimulasi untuk membangun teori geometri non Euclid ean yang lain. Teori pertama dan terbaik diusulkan oleh Riemann dalam tahun 1854 . Teori Riemann ini menentang aksioma kesejajaran Euclides dengan asumsi yakni ti ada garis-garis sejajar.(Abadyo,1994:118). Teori ini merupakan dasar bagi geometri Riemann atau geometri Eliptik.Nama lain dari Geometri Riemann yaitu Spherical Geometry, karena model sederhana dari geom etri Elliptik berada di permukaan tiga dimensi sebuah bola. Pada Geometri Eliptik ini dua garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis s ejajar. Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena tida k ada dua garis yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Dalam Geometri Eliptik terdapat dua macam pengkhususan yang pertama Geometri sin gle elliptic dan yang kedua Geometri double elliptic. Definisi Model bola Riemann Konsep dasar pada geometri tipe ini adalah titik dan garis. Seperti yang sudah d ipaparkan sekilas di awal bahwa model sederhana dari geometri Elliptik adalah se buah bola. Permukaan sebuah bola merupakan bidang dari geometri Elliptik.

Titik pada geometri Elliptik merupakan pasangan dari titik antipodal (titik berl awanan secara diametris) pada bola, seperti kutub utara dan selatan pada bumi. S ementara garis pada geometri ini berupa lingkaran besar (great circle). Great ci rcle adalah lingkaran terbesar pada sebuah bola dan membagi dua bidang bola menj adi bagian yang sama. Dengan demikian pusat lingkaran merupakan pusat bola. Ketika diberikan sebuah lingkaran Euclid, maka titik dan garis pada model memili ki dua tipe, yaitu: Titik - Titik pada bagian lingkaran Euclid - Titik yang dibentuk berdasarkan identifikasi dua titik antipodal yang merupaka n ujung-ujung diameter dari sebuah lingkaran Euclid Garis - Diameter dari sebuah lingkaran Euclid - Busur lingkaran Euclid yang berpotongan dengan lingkaran Euclid yang diberikan pada ujung-ujung diameter (titik-titik antipodal) dari lingkaran Euclid tersebu t Garis lurus di Elliptik adalah busur di great circle pada bola. Ketika suatu gar is lurus diperpanjang, ujungnya akan bertemu, secara topologi akan membentuk seb uah lingkaran. Sangat berbeda dengan geometri Euclid, karena di Euclid ujung seb uah garis tidak akan pernah bertemu ketika diperpanjang. Model disk Klein Klein (1849-1925) hadir dengan menyederhanakan bola Riemann yaitu dengan mengang gap setiap pasang titik antipodal menjadi satu titik. Klein memformulasikan mode l lain untuk geometri Elliptik melalui penggunaan lingkaran. Modelnya hampir mir ip dengan kepingan disk. Ketika diberikan sebuah lingkaran Euclid, maka titik dan garis pada model memili ki dua tipe, yaitu: Titik - Titik pada bagian lingkaran Euclid - Titik yang dibentuk berdasarkan identifikasi dua titik antipodal yang merupaka n ujung-ujung diameter dari sebuah lingkaran Euclid Garis - Diameter dari sebuah lingkaran Euclid (garis a) - Busur lingkaran Euclid yang berpotongan dengan lingkaran Euclid yang diberikan pada ujung-ujung diameter (titik-titik antipodal) dari lingkaran Euclid tersebu t (garis b) Berikut visualisasi model modifikasi bola Riemann mengikuti penyederhanaan Klein dimana setiap pasang titik antipodal menjadi satu titik. Model Geometri Eliptik tunggal (Moeharti, 1986: 5.19) Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak ada gari s yang memisahkan bidang tersebut. Gambar Model Geometri Eliptik tunggal Model Geometri Eliptik ganda (Moeharti, 1986: 5.19) Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis memisahkan bidang.

Gambar . Model Geometri Eliptik ganda Secara singkat, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Representase bola Euclid Geometri Eliptik Ganda Representase Euclid Titik Titik pada bola Garis Lingkaran besar bola Bidang Bola

Segmen Busur dari suatu lingkaran bola Jarak antara dua titik Panjang busur terpendek dari lingkaran besar yang melalui kedua titik itu Sudut yang dibentuk oleh dua garis Sudut pada bola yang dibentuk oleh dua l ingkaran besar Postulat, Sifat dan Aksioma Postulat Geometri Elliptik memenuhi beberapa postulat Euclid, tapi tidak semua dari postu lat itu memiliki penafsiran yang sama : Postulat 1 Euclid, melalui dua titik bisa dibentuk sebuah garis, menafsi rkan keunikan garis tersebut. Tapi pada geometri Elliptik suatu garis lurus seca ra topologi merupakan suatu lingkaran dimana sembarang pasangan titik pada lingk aran tersebut membagi lingkaran menjadi dua busur. Oleh karena itu di geometri E lliptik secara tepat dua garis lurus menghubungkan sembarang dua titik yang dibe rikan. Postulat 2 Euclid, untuk membentuk sebuah garis lurus terbatas secara te rusmenerus pada sebuah garis lurus, terkadang ditafsirkan untuk memasukkan kondi si bahwa ujung-ujung dari garis tersebut tidak akan bertemu ketika diperpanjang. Dengan tafsiran tersebut, postulat 2 Euclid gagal pada geometri Elliptik. Postulat 5 Euclid, postulat kesejajaran. Karena dua sembarang garis luru s pada bidang Elliptik bertemu, dengan demikian dua sembarang great circle pada bola bertemu pada sepasang titik antipodal. Sifat Geometri Elliptik membutuhkan sekumpulan aksioma berbeda untuk sistem aksioma ya ng konsisten dan mencakup suatu postulat kesejajaran Elliptik. Dalam model geome tri Elliptik (Spherical Geometry) berlaku sifat sebagai berikut: Dua garis (great circle) berpotongan di dua titik disebut kutub atau tit ik antipodal Garis (great circle) tak berhingga, dengan demikian berarti garis tidak memiliki titik akhir. Great circle tidak mempunyai awal dan akhir Garis memiliki panjang terbatas Konsep betweeness dari titik tidak berlaku di Elliptik Aksioma Satu perbedaan mendasar Euclid dan Elliptik adalah konsep betweeness. Pada geometr i Euclid, suatu titik B terletak antara A dan C jika {A, B, C} kolinier, dan jum lah jarak dari A ke B dan dari B ke C sama dengan jarak dari A ke C. Hal tersebu t menjadi definisi yang tidak mungkin digunakan pada geometri Elliptik. Pada geo metri Euclid, segmen AB terdiri dari titik A dan B dan semua titik diantara kedu anya. Kita dapat melihat kenapa lingkaran tidak memenuhi definisi ini. Untuk aksioma pemisahan telah dikembangkan untuk memberikan dasar geometri Ellip tik. SA1: Jika (A,B|C,D), maka A, B, C, D satu garis dan merupakan titik berbeda. SA2: Jika (A,B|C,D) maka (C,D|A,B) dan (B,A|C,D) SA3: Jika (A,B|C,D) maka tidak (A,C|B,D) Jika A dan B memisahkan C dan D, sangat tidak mungkin untuk A dan C memisahkan B dan D. SA4: Jika titik A, B, C, D segaris dan merupakan titik berbeda, maka (A,B|C,D) a tau (A,C|B,D) atau (A,D|B,C) Karena A, B, C, D segaris, titik A dan satu dari titik lainnya harus memisahkan 2 titik sisanya. Karena ada 3 titik setelah A, maka ada 3 hubungan pemisahan yan g mungkin. SA5: Jika titik A, B, C segaris dan berbeda, kemudian ada titik D, sedemikian se hingga (A,B|C,D) Aksioma ini menunjukkan bahwa ada titik-titik dengan jumlah tidak terbatas pada garis, sehingga tidak masalah sedekat apa B dengan A, titik D tetap dapat digamb ar. SA6: Untuk sembarang 5 titik segaris dan berbeda A, B, C, D dan E. Jika (A,B|D,E ) maka (A,B|C,D) atau (A,B|C,E)

SA7: Perspektif mempertahankan pemisahan, dengan kata lain jika (A,B|C,D) dan l garis yang melalui A, B, C, D dan jika A, B, C, D merupakan titik yang sama pada gar is m dibawah perspektif, maka (A,B|C,D). Berikut ini adalah dalil-dalil yang berlaku pada Geometri Elliptik ini: Garis tegak lurus dalam Geometri Eliptik Dalil 3.1 Dua garis yang tegak lurus pada suatu garis bertemu pada suatu titik ujungnya. Dalil 3.2 Semua garis tegak lurus pada suatu garis berpotongan pada titik yang disebut kut ub dari garis itu dan sebaliknya setiap garis melalui kutub suatu garis tegak lu rus pada garis itu. Sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik Pembahasan sudut-sudut segitiga pada Geometri Eliptik ini berlaku beberapa dalil sebagai berikut : Dalil 3.3 Dalam sebarang ABC dengan C = 90, sudut A kurang dari, sama dengan atau lebih besar dari 90, tergantung dari segmen kurang dari, sama dengan atau lebih besar dari ja rak polar q. Untuk jumlah besar sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik ini berlaku dalil 3.4 berikut ini Dalil 3.4 Jumlah besar sudut-sudut segitiga lebih besar dari 180. Segiempat pada Geometri Eliptik Segiempat pada Geometri Eliptik ini yang dibahas adalah berikut ini Dalil 3.5 Jumlah besar sudut-sudut segiempat lebih besar dari 360.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur dan penelitian

dasar. Studi literatur, dimana keseluruhan materi penelitian diambil dari buku-b uku referensi dan referensi-referensi lain yang relevan dengan materi yang dikaj i. Penelitian dasar atau penelitian murni merupakan penelitian yang diarahkan pa da pengujian teori dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktis. Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk menguji teori teori, dalil, prinsip dasar, menentukan hubungan empiris antara fenomena dan mengadakan generalisasi analisis. Prosedur Penelitian Menjelaskan beberapa teorema yang kontradiktif dari masing-masing Geomet ri baik geometri parabolik, hiperbolik maupun eliptik. Mengkaji sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri parabolik ( geometri Euclid) Mengkaji sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri hiperbolik Mengkaji sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri eliptik Membandingkan sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri para bolik, hiperbolik dan eliptik

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MENURUT GEOMETRI PARABOLIK EUCLID DAN GEOMETRI H IPERBOLIK, ELIPTIK NON EUCLID

OLEH GETRUDIS NOVIAN SERUNI 0801030145 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2012 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kata Geometri berasal dari kata Latin Geometria Geo yang artinya bumi dan metria y ang artinya pengukuran. Jadi geometri artinya ukuran bumi. Maksudnya mencakup se gala sesuatu yang ada di bumi. Dalam bahasa Indonesia Geometri dapat diartikan s ebagai Ilmu Ukur . Geometri didefinisikan juga sebagai cabang Matematika yang me mpelajari titik, garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukura n-ukurannya dan hubungannya satu sama lain. (Tambah Prayoga, 2011 : 1) Geometri kuno sebagian dimulai dari pengukuran praktis yang diperlukan untuk per tanian orang-orang Babylonia dan Mesir. Kemudian hal tersebut diperluas untuk pe rhitungan panjang ruas garis, luas dan volum. Dengan berjalannya waktu, geometr i telah berkembang menjadi pengetahuan yang disusun secara menarik dan logis. Ge ometri terutama terdiri dari serangkaian pernyataan tentang titik-titik, garis-g aris, dan bidang-bidang, dan juga planar (proyeksi bidang) dan benda-benda padat . Geometri dimulai dari istilah-istilah yang tidak terdefinisikan, definisi-defi nisi, aksioma-aksioma, postulat-postulat dan selanjutnya teorema-teorema. Geome

tri adalah sistem pertama untuk memahami ide. Dalam geometri beberapa pernyataan sederhana diasumsikan, dan kemudian ditarik menjadi pernyataan-pernyataan yang lebih kompleks. Sistem seperti ini disebut sistem deduktif. Geometri yang pertama-tama muncul sebagai suatu sistem deduktif adalah Geometri dari Euclides. Pendekatan geometri Euclid, terutama pada ruang dimensi dua (bida ng datar) dan ruang dimensi tiga (ruang nyata) Kira-kira tahun 330 SM, Euclides menulis buku sebanyak 13 buah. Dalam bukunya yang pertama Euclid menjelaskan men genai definisi, postulat, aksioma dan dalil Namun Geomerti Euclid ini memiliki k elemahan, salah satu kelemahanya ada pada postulat kelima dari Euclid yang terke nal dengan Postulat Parallel atau Postulat Kesejajaran yang terlalu panjang sehi ngga merisaukan para matematikawan. Sehingga beberapa matematikawan menganggap b ahwa postulat kelima Euclid bukan postulat dan dapat dibuktikan dengan keempat p ostulat yang lain. Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini berlangsung sejak Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh yang berusaha membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 - 485) Girolamo Saccheri dari Ita lia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss dari Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Far kas) Bolyai dari Hongaria (1775 - 1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai Ivanoviteh Lobachevsky (1793 - 1856). (Tambah Prayoga,2011:2). Postulat kesejajaran kelima Euclid adalah sebagai berikut: Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus dan membuat sudut-sudut dala m sepihak kurang dari dua sudut siku-siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sud ut siku-siku Postulat kelima ini masih sukar diterima dan dipahami maka beberapa matematikawa n berusaha untuk membuktikan dan menggantikannya dengan postulat yang ekuivalen. Salah satu postulat yang paling terkenal dan sederhana adalah Aksioma Playfair oleh John Playfair yang bunyinya : Hanya ada satu garis sejajar (parallel) pada garis yang melalui titik buk an pada garis tersebut Matematikawan lain, yaitu Proclus yang menulis komentar dari The Elements yang m enyebutkan usaha pembuktian untuk menyimpulkan dari postulat kelima. Proclus kem udian memberikan bukti sendiri, dan memberikan postulat kelima. Proclus kemudian memberikan bukti sendiri, dan memberikan postulat yang ekuivalen dengan postula t kesejajaran Jika suatu garis lurus memotong salah satu dari dua garis parallel ia juga akan memotong yang lain, dan garis-garis lurus yang parallel dengan suat u garis lurus yang sama, adalah parallel satu sama lain. Sedangkan John Wallis me nggantikan postulat kesejajaran Euclid dengan postulat Wallis. John Wallis menye rah mencoba membuktikan dalil paralel dalam Geometri Netral. Sebaliknya, ia meng usulkan sebuah postulat baru, yang ia merasa lebih masuk akal daripada postulat kelima Euclid. (Tambah Prayoga,2011:3). Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non Euclid masih berdasarkan em pat postulat pertama dari Euclides dan hanya berbeda pada postulat kelimanya. Ad a dua macam Geometri Non Euclid yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan o leh 3 tokoh berlainan dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh ter sebut adalah Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan N icolai Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri Lobachev sky atau Geometri Hiperbolik. (Tambah Prayoga,2011:4). Menurut Geometri ini, ter dapat sekurang-kurangnya dua garis sejajar dengan suatu garis tertentu dan yang melalui suatu titik yang terletak diluar garis tersebut. Geometri Non Euclid yang kedua adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bern hard Riemann dari Jerman, Geometri ini disebut Geometri Elliptik atau Geometri R ieman. (Tambah Prayoga,2011:4). Menurut Geometri ini, tidak ada garis yang sejaj ar dengan suatu garis tertentu. Konsekuensi dari perbedaan postulat kelima dari masing-masing geometri non Eucli d ini baik geometri Hiperbolik maupun Geometri Eliptik berpengaruh besar terhada p eksistensi sifat-sifat bangun datar menurut geometri parabolik (geometri Eucl id) yang telah dipelajari selama ini. Salah satunya mengenai jumlah besar sudut dalam bangun datar segitiga. Menurut geometri parabolik, jumlah besar sudut dala

m bangun datar segitiga adalah 1800, dalam geometri hiperbolik jumlah besar sudu t dalam segitiga kurang dari 1800 (<1800),sedangkan dalam geometri eliptik jumla h besar sudut dalam segitiga lebih dari 1800 (>1800). Dari uraian di atas, penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai perbandingan si fat-sifat bangun datar menurut Geometri Euclid dan geometri Non Euclid dengan me ngambil judul KAJIAN SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR MENURUT GEOMETRI PARABOLIK EUCLID D AN GEOMETRI HIPERBOLIK, ELIPTIK NON EUCLID Rumusan Masalah Bertolak dari uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapa t diambil yakni sebagai berikut : Bagaimana sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat pada Geometri paraboli k, Geometri hiperbolik serta geometri Eliptik? Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah : Untuk mengetahui sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat pada Geometri P arabolik, Geometri hiperbolik serta Geometri Eliptik Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini adalah : Bagi penulis khususnya dan Mahasiswa Matematika pada umumnya mengetahui lebih jelas tentang sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat lingkaran p ada Geometri Parabolik, Geometri Hiperbolik serta Geometri Eliptik . Bagi Perpustakaan, menambah referensi tentang sifat sifat bangun datar s egitiga dan segiempat pada Geometri Parabolik, Geometri Hiperbolik serta Geomet ri Eliptik . Batasan Masalah Dalam kajian ini, permasalahan dibatasi untuk sifat-sifat bangun datar segitiga dan segiempat. Sifat-sifat yang dimaksud meliputi kesejajaran sisi, kekongruenan sisi dan sudut, jumlah besar sudut dalam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini akan dibahas pengertian-pengertian dasar yang akan digu nakan sebagai landasan pembahasan pada bab-bab selanjutnya yang dinyatakan dalam aksioma, definisi, teorema dan contoh. Namun sebelumnya, akan dijelaskan secara singkat sejarah dari masing-masing geometri, yakni :

Geometri Parabolik Sejarah Geometri Euclid sering disebut juga geometri parabolik, yaitu geometri yang meng ikuti satu himpunan proposisi yang didasarkan pada lima postulat Euclid yang tel ah didefinisikan dalam bukunya The Elements. Elements menjadi sebuah karya yang sangat penting dalam sejarah masyarakat dunia yang kebanyakan dari pekerjaan itu bersifat oroginal, sebagai metode deduktif dengan mendemonstrasikan sebagaian b esar pengetahuan yang diperlukan melalui penalaran. Dalam buku Element, Euclid m enulis banyak pembuktian dari teori-teori yang sudah terkenal. Karya Euclid sang at berpengaruh sampai saat ini sehingga dalam geometri untuk garis, titik, bentu k, dan bidang-bidang namanya digunakan sebagai geometri Euclid. Demikian selanjutn ya, selama lebih kurang empat abad terakhir Element telah mengalami kritikan dan pujian hingga lambat laun lebih disempurnakan. Hasil dari berbagai penyempurnaa n itu lahirlah geometri analitik, geometri projektif, topologi, geometri non-Euc lid, logika, dan kalkulus. The Element dapat dikatakan karya fenomenal pada jaman itu. Terdiri dari 13 buku yang tersusun berdasarkan tema dan topik. Setiap buku diawali dengan definisi, postulat (hanya untuk buku I), preposisi, teorema sebelum ditutup dengan pembukt ian dengan menggunakan definisi dan postulat yang sudah disebutkan. Buku ini ke luar Yunani tahun 1482, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Arab, serta menj adi buku teks geometri dan logika pada awal tahun 1700-an. Teorema-teorema pada Elements adalah kompilasi karya para matematikawan sebelumn ya: Pythagoras, Eudoxus, Menaechunus, Hippocrates yang menampilkan pembuktian-pe mbuktian kuno dengan mengganti dengan baru dan disederhanakan. Element menjadi b uku teks baku dalam geometri. Saat mesin cetak ditemukan, buku ini termasuk buku pertama yang dicetak. Definisi Pada kajian Geometri Parabolik ini yang pertama akan dikaji adalah pengertian pa ngkal. Dalam kajian ini yang merupakan pengertian pangkal yang pertama adalah ti tik. Titik hanya mempunyai posisi, titik tidak mempunyai panjang, lebar, ataupun ketebalan. Pengertian pangkal yang kedua adalah garis. Garis dilambangkan denga n simbol (AB) , mempunyai panjang, tapi tidak mempunyai lebar dan ketebalan. Pen gertian pangkal yang ke tiga adalah bidang. Bidang adalah suatu permukaan datar seperti bidang meja (Tambah Prayoga, 2011:7). Titik Sebuah titik mempunyai posisi tapi tidak berdimensi artinya tidak memiliki panja ng, lebar, maupun tebal. Garis Sebuah garis berdimensi satu karena hanya memiliki panjang tanpa lebar dan keteb alan. Bidang Bidang berdimensi dua karena hanya memiliki panjang dan lebar tapi tidak memilik i tebal. Bangun Kombinasi titik atau titik dan garis dalam bidang disebut bangun datar. Sudut Kemiringan dari dua garis lurus yang merupakan perpanjangan dari satu titik deng an arah yang berbeda disebut sudut garis lurus. Dua garis disebut kaki sudut dan titik puncak dari sudut. Sudut yang dibentuk oleh gabungan dua atau lebih sudut secara bersama-sama disebut jumlah sudut. Apabila jumlah dua sudut BAC, CAD sedemikian hingga BA, AD membentuk sa tu garis lurus maka sudut-sudut itu disebut suplemen satu dengan yang lain. Jika satu garis berdiri pada garis yang lain dan membentuk sudut yang sa ma pada kedua sisinya, masing-masing sudut disebut sudut siku-siku dan garis yang berdir i disebut dengan garis yang tegak lurus. Sudut lancip adalah sudut yang besarnya kurang dari sudut siku-siku. Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya lebih dari sudut siku-siku seper ti BAC. Suplemen atau pelurus dari sudut lancip adalah sudut tumpul dan kebalika nnya suplemen dari sudut tumpul adalah sudut lancip.

Jika jumlah dua sudut adalah sudut siku-siku, masing-masing disebut deng an komplemen dari yang lain. Garis kongruen Tiga atau lebih garis lurus yang melalui titik yang sama disebut garis yang kong ruen. Segitiga Segitiga adalah bangun yang dibentuk oleh tiga garis lurus yang bertemu dari uju ng ke ujung. Ketiga garisnya disebut sisi. Segitiga yang mempunyai tiga sisi yan g tidak sama disebut segitiga sembarang; segitiga yang mempunyai dua sisi yang s ama disebut segitiga sama kaki; dan yang semua sisinya sama disebut segitiga sam a sisi. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya adalah siku-siku. Si si yang terpanjang dari segitiga siku-siku disebut hipotenusa. Segitiga tumpul a dalah segitiga yang satu dari sudutnya adalah sudut tumpul. Segitiga lancip adal ah segitiga yang ketiga sudutnya lancip seperti yang ditunjukkan pada gambar F. Sudut luar segitiga dibentuk oleh sebuah sisi dan perpanjangan dari sisi yang la in. Segitiga mempunyai tiga sudut eksterior dan setiap sudut eksterior adalah su plemen dari sudut interior yang berdekatan. Poligon Bangun garis lurus yang dibatasi oleh lebih dari tiga garis lurus disebut dengan poligon. Poligon yang memiliki empat sisi disebut segi empat dan jika keempat s isinya sama maka disebut belah ketupat. Belah ketupat yang sudutnya siku-siku di sebut persegi. Sedangkan poligon yang memiliki lima sisi disebut pentagon, yang memiliki enam sisi disebut hexagon dan seterusnya. Lingkaran Lingkaran adalah bangun datar yang dibentuk oleh garis lengkung yang disebut kel iling sedemikian hingga jarak semua garis lurus dari titik tertentu dengan kelil ing adalah sama. Postulat dan Aksioma Postulat pertama: melalui dua buah titik dapat dibuat satu garis lurus. Postulat ini menyatakan bahwa jika terdapat dua buah titik A dan B, maka kedua titik tersebut dapat dihubungkan dengan sebuah garis. Postulat kedua: ujung garis lurus dapat diperpanjang sampai tak terhingga menja di garis lurus. Setiap garis lurus dapat diperpanjang tanpa batas pada salah satu ujung g arisnya atau keduanya. Hal ini yang disebut dengan garis yang tak terbatas. Postulat Ketiga: untuk setiap titik A dan setiap titik B yang tidak sama dengan A dapat dibuat sebuah lingkaran dengan pusat A dan jari-jari AB. Postulat keempat: Semua sudut siku-siku itu adalah sama. Postulat kelima: Jika dua garis dibagi oleh garis tranversal sedemikian sehingga jumlah dua sudut interiornya (sudut dalam) pada satu sisi tranversal adalah kur ang dari 180 maka garis tersebut akan bertemu pada sisi tranversal tersebut. Aksioma Aksioma adalah sebuah pernyataan umum yang kebenarannya jelas dan yang sangat pe nting. Euclid mengeluarkan lima aksioma, yaitu: 1. Sesuatu yang sama dengan sesuatu yang sama, satu dengan yang lain juga sama. 2. Jika sesuatu yang sama ditambahkan dengan sesuatu yang sama maka jumlahnya ak an sama. 3. Jika sesuatu yang sama dikurangi dengan sesuatu yang sama maka sisan ya akan sama. 4. Benda-benda yang berhimpit satu sama lain, benda-benda tersebut sama. 5. Keseluruhannya lebih besar dari bagiannya. Proposisi Proposisi merupakan sifat-sifat dari sebuah bangun yang diperoleh melalui proses penalaran atau pembuktian. Proposisi tersebut dibagi menjadi dua yaitu teorema dan permasalahan. Proposisi I. Masalah Diberikan sebuah garis lurus berhingga AB untuk membentuk sebuah segitiga sama s isi.

Proposisi II. Teorema (4) Jika dua segitiga mempunyai dua sisi yang sama, dan sudut yang dibatasi oleh ked ua sisi tersebut juga sama, maka segitiga tersebut juga mempunyai alas yang sama , dan segitiga itu akan sama, dan sudut-sudut yang tersisa juga akan sama. (Si si, Sudut, Sisi). Proposisi III. Teorema (5) Pada segitiga sama kaki, sudut-sudut pada alasnya sama satu dengan yang lain dan jika sisi-sisi yang diperoleh itu sama, maka sudut-sudut luar yang berada di b awah alasnya akan sama. Proposisi IV. Teorema (6) Jika dua sudut segitiga (B, C) itu sama, maka sisi-sisi (AC, AB) yang saling be rlawanan juga sama. Proposisi V. Teorema (8) Jika dua segitiga (ABC, DEF) mempunyai dua sisi (AB, AC) yang secara berturuttur ut sama dengan sisi (DE, DF) dan juga mempunyai alas (BC) yang sama dengan alas (EF), maka dua segitiga itu akan sama dan sudut-sudutnya akan berturut-turut sa ma dengan sudut-sudut yang lain. Proposisi VI. Teorema (14) Jika titik (B) yang berada pada garis (BA), dua garis lurus yang lain (CB, BD) p ada sisi-sisi yang berlawanan membuat sudut-sudut yang berdekatan (CBA, ABD) sa ma dengan dua sudut siku-siku maka dua garis lurus ini akan menjadi satu garis lurus. Proposisi VII. Teorema (15) Jika dua garis lurus (AB, CD) berpotongan satu sama lain, sudut-sudut yang bert olak belakang adalah sama (CEA = DEB, dan BEC = AED). Proposisi VIII. Teorema (16) Pada segitiga (ABC),sudut luar segitiga lebih besar dari pada sudut interior yan g tidak berdekatan. Dari pembuktian ini diperoleh beberapa collolari : Corollary 1: Jumlah tiga sudut interior dari segitiga BCF sama dengan ju mlah tiga sudut interior dari segitiga ABC. Corollary 2: Luas dari BCF sama dengan luas dari ABC. Corollary 3: Garis BA dan CF jika diperpanjang tidak dapat bertemu pada jarak yang terhingga. Jika mereka bertemu pada titik X yang terhingga, segitig a CAX akan menjadikan sudut eksterior BAC sama dengan sudut interior ACX. Proposisi IX. Teorema (17) Terdapat dua sudut (B, C) segitiga (ABC) yang kurang dari dua kali sudut siku-si ku. Corollary 1: Setiap segitiga harus mempunyai setidaknya dua sudut lancip . Corollary 2 : Jika dua sudut dari segitiga tidak sama, maka yang lebih kecil pasti lancip. Proposisi X. Teorema (18) Jika pada suatu segitiga (ABC) satu sisi (AC) lebih panjang dari sisi yang lain (AB) sudut yang berlawanan dengan sisi yang terpanjang lebih besar dari pada sud ut yang berlawanan dengan yang pendek Proposisi XI. Teorema (19) Jika satu sudut (B) dari sebuah segitiga (ABC) lebih besar dari pada sudut (C), maka sisi (AC) lebih panjang dari pada sisi (AB). Proposisi XII. Teorema (20) Jumlah dari dua sisi dalam sebuah segitiga akan lebih besar dari sisi yang ketig a Proposisi XIII. Teorema (21) Jika dua garis digambar didalam sebuah segitiga dan berpotongan disebuah titik t ertentu dan membentuk sebuah segitiga dalam segitiga yang telah ada, dengan sisi alas adalah salah satu sisi pada segitiga tersebut,maka jumlah sisinya lebih ke cil dari kedua sisi lain dari segitiga pertama namun segitiga ini memiliki sudut yang lebih besar. Proposisi XIV. Teorema (25)

Jika dua buah segitiga yang memiliki 2 sisi yang berturut turut sama, tetapi sis i alas yang satu lebih panjang dari sisi alas yang lain, maka sudut segitiga yan g memiliki sisi alas terpanjang akan lebih besar dari sudut segitiga yang lainny a Proposisi XV. Teorema (26) Jika dua segitiga memiliki dua sudut yang berturut turut sama, dan salah satu si si sama dengan sisi yang lain yang letaknya diantara kedua sudut tersebut, maka sisi yang lain dan sudut yang tersisa juga pasti sama. Proposisi XVI. Teorema (27) Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lurus lain dan membuat sudut yang ber sebrangan sama maka kedua garis itu sejajar. Proposisi XVII. Teorema (28) Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lurus yang lain, yang membuat besar s udut luar sama dengan sudut dalam pada posisi yang sama atau membuat jumlah dua sudut dalam sama dengan dua kali jumlah sudut siku siku maka kedua garis tersebu t sejajar. Proposisi XVIII. Teorema (29) Jika sebuah garis memotong dua garis yang sejajar maka : 1. Sudut dalam bersebr angan sama besar, 2. Sudut luar sama dengan sudut dalam yang bersesuaian, 3. Jum lah dua sudut dalam sama dengan dua kali sudut siku siku. Proposisi XIX. Teorema (30) Jika dua garis lurus pararel dan sama dengan sebuah garis lurus lain maka garis garis itu sejajar satu sama lain. Proposisi XX. Teorema (32) Jika sebuah sisi pada segitiga diperpanjang, maka sudut luar segitiga sama denga n jumlah dua sudut dalam yang tidak bersisian dan jumlah dari tiga sudut dalam s ama dengan dua kali sudut siku siku. Beberapa collolary : 1. Sebuah segitiga siku siku sama kaki, setiap kaki sudutnya adalah setengah da ri sudut siku sikunya. 2. Jika dua segitiga memiliki dua sudut yang berturut turut sama, maka sudut ya ng ketiga juga sama. 3. Karena sebuah persegi panjang dapat dalam dua segitiga, jumlah semua sudutnya sama dengan empat kali sudut siku siku. 4. Sebuah bangun datar dengan n sisi dapat dibagi menjadi segitiga dengan mengga mbar diagonalnya, dan akan menghasilkan (n 2) segitiga dan jumlah sudutnya sama dengan 2(n 2). 5. Setiap sudut dari sebuah segitiga sama sisi adalah dua pertiga dari sudut sik u siku. 6. Jika sebuah sudut dalam sebuah segitiga sama dengan jumlah dua sudut yang lai n maka sudut tersebut siku siku. 7. Setiap segitiga siku siku dapat dibagi dalam dua segitiga sama sisi dengan me narik garis bagi dari sisi siku siku ke sisi miringnya. Proposisi XXI. Teorema (33) Dua buah garis lurus yang dihubungkan dengan dua garis yang sama dan sejajar pa da kedua titik ujungnya adalah sama dan sejajar Proposisi XXII. Teorema (34) Sisi sisi yang berhadapan dan sudut sudut yang berhadapan pada sebuah jajar genj ang sama satu dengan yang lain dan juga diagonalnya membagi jajar genjang menjad i dua bagian yang sama besar. Proposisi 37. Segitiga yang berada pada dasar yang sama dan dalam kesejajaran yang sama sama s atu sama lain. Proposisi 38. Segitiga yang sama dan pada basis di paralel sama sama satu sama lain. Proposisi 39. Segitiga sama yang berada pada dasar yang sama dan pada sisi yang sama juga di p aralel sama. Proposisi 40. Segitiga yang sama yang pada basis yang sama dan pada sisi yang sama juga di par

alel sama. Proposisi 41. Jika jajaran genjang memiliki basis yang sama dengan segitiga dan di paralel sam a, maka genjang adalah dua kali segitiga. Proposisi 42. Untuk membangun sebuah jajar genjang sama dengan segitiga diberikan dalam sudut bujursangkar diberikan. Geometri Hiperbolik Sejarah Postulat kelima atau yang terkenal dengan postulat kesejajaran geometri euclid i ni menjadi titik tolak munculnya geometri non Euclid. Salah satunya adalah Geome tri Hiperbolik. Geometri hiperbolik adalah geometri yang mempercayai bahwa ada lebih dari dua ga ris sejajar yang dengan suatu garis tertentu dan yang melalui suatu titik yang t erletak diluar garis tersebut. Ada lima orang yang berperan penting pada awal lahirnya geometri hiperbolik, tig a orang dari mereka adalah para matematikawan yaitu Carl Friedrich Gauss (1777-1 855), Nikolai Ivanovich Lobachevski (1793-1856), Janos Bolyai (1802-1860). Sedan gkan lainnya masih amatiran yaitu Schweikart dan kemenakannya Taurinus (1794-187 4). Sekitar tahun 1700an banyak para matematikawan yang mencoba untuk membuktika n postulat kelima euclid, namun gagal. Salah satu dari matematikawan tersebut ad alah Gauss. Gauss menemukan banyak hasil tentang geometri hiperbolik tetapi ia tidak mempublikasikannya. Matematikawan kedua yang tidak berani mempublikasikan hasil pembuktiaanya adalah Janos Bolyai, anak Farkas (Wolfgang) Bolyai yang meru pakan teman sekampusnya Gauss. Janos Bolyai mencoba untuk membuktikan postulat kelima euclid, ia mengembangkan geometri berdasarkan pada apa yang sekarang dik enal aksioma hiperbolik. Kejadian itu berlangsung pada tahun 1829. Hasil penelitian Janos Bolyai dilampirkan pada buku Tentamen milik ayahnya kemud ian salinan hasil pembuktian itu dirimkan kepada Gauss. Surat balasan Gauss at as hasil pekerjaan Bolyai junior telah membuat Bolyai junior kecewa dan mengalam i depresi mental mendalam dan tidak pernah lagi mempublikasikan hasil penelitian nya. Matematikawan pertama yang mempublikasikan dan memunculkan fenomena geometri hip erbolik adalah matematikawan Rusia, Nikolai Ivanovich Lobachevsky. Geometri hipe rbolik lahir secara resmi pada tahun 1829 ketika artikel Lobachevsky muncul di Rusia. Di jerman ia mempublikasikan artikelnya yang berjudul Geometrical Investi gations on the Theory of Paralells pada tahun 1940. Sebagai bentuk apresiasi terh adap hasil pemikiran Nikolai Ivanovich Lobachevsky yang telah merintis publikasi mengenai geometri hiperbolik ini maka geometri non euclid jenis ini sering dise but sebagai geometri Lobachevsky. Sedangkan istilah hiperbolik sendiri diperkena lkan oleh Felix Klein pada tahun 1871. Definisi . Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang berupa titik, ga ris, bidang dan segmen tidak sama dengan titik, garis, bidang dan segmen pada Ge ometri Parabolik. Pada Geometri Hiperbolik Ini bidang direpresentasikan oleh seb uah lingkaran. Berikut ini adalah tabel representasi untuk Geometri Hiperbolik Geometri Hiperbolik Representasi Geometri Euclid Titik Titik: Titik dalam lingkaran Garis Penghubung terbuka lingkaran Bidang Bagian dalam lingkaran Segmen Segmen: Segmen penghubung dua titik Teorema Geometri hiperbolik dapat diberi ciri sebagai tipe dari geometri netral yang set iap segitiganya mempunyai jumlah sudut kurang dari 1800 (Abadyo,1994:100). Propo sisi tersebut akan dibuktikan berdasarkan aksioma kesejajarannya yakni : Aksioma 1 (Aksioma Hiperbolik/Postulat Kesejajaran Lobachevsky) : Di dalam geome tri hiperbolik terdapat garis l dan titik P tidak pada l sedemikian hingga sekur

ang-kurangnya ada dua garis sejajar l yang melalui P. Konsekuensi penting pertama dari aksioma diatas adalah lemma berikut ini : Lemma 1: Tidak ada persegi panjang dalam geometri hiperbolik. Teorema 1 (Teorema Nonmetrical) : (Abadyo,1994:100) Sebarang garis seluruhnya termuat dalam interior dari suatu sudut. Corollary : Ada tak hingga banyaknya garis-garis sejajar pada sebuah garis melal ui sebuah titik yang terletak pada garis itu. Teorema 2 (Teorema Umum Hiperbolik) : Dalam geometri hiperbolik, untuk setiap garis l dan setiap titik P tidak pada l, melalui titip P terdapat sekurang-kurangnya dua garis sejajar l. Akibat : Dalam geometri hiperbolik, untuk setiap garis l dan titik P tidak pada l maka ada tak hingga banyaknya garis sejajar ke l melalui P. Jumlah besar sudut segitiga dalam Geometri Hiperbolik Sebelum membahas jumlah sudut segitiga dalam geometri hiperbolik, terlebih dahul u dibahas lemma dan teorema dalam geometri netral yang nantinya akan dipakai unt uk pembuktian teorema selanjutnya. Lemma 2 : Misalkan diketahui garis l, titik P di luar l, Titik Q pada l. Misalkan diberika n sisi PQ. Maka ada titik R di l yang terletak satu pihak dengan PQ, sedemikian hingga besar sudut PRQ sekecil yang kita inginkan. Lemma 3 (exterior angle theorem) : Jumlah besar dua sudut dalam segitiga adalah kurang atau sama dengan besar sudut luar yang tiada bersisian dengan sudut tersebut. Teorema 3 : Ada sebuah segitiga dengan jumlah besar sudut kurang dari 1800 Teorema 4 : Jika terdapat satu segitiga dengan jumlah sudutnya 1800 , maka perse gi panjang ada. Akibat 1 : Jika sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut 1800, maka setiap segitig a mempunyai jumlah sudut 1800 Akibat 2 : Jika sebuah segitiga mempunyai jumlah sudut kurang dari 1800, maka se tiap segitiga mempunyai jumlah sudut kurang dari 1800 Lemma dan teorema yang ada di dalam geometri netral diatas dapat digunakan untuk membuktikan teorema yang ada di geometri hiperbolik, seperti berikut ini : Teorema 5 : Di dalam geometri hiperbolik, jumlah besar sudut setiap segitiga kurang dari 180 0 Akibat : Di dalam geometri hiperbolik, semua segiempat konveks memiliki jumlah s udut yang kurang dari 3600. Kesebangunan segitiga Keserupaan dua segitiga hiperbolik dijelaskan dalam teorema berikut ini : Teorema 6 : Dalam geometri hiperbolik jika dua segitiga serupa (similar) maka keduanya kongr uen. (dengan kata lain, kriteria sudut-sudut-sudut adalah kriteria yang sah untu k kekongruenan segitiga). Kesejajaran yang Memberlakukan Garis Tegak Lurus Bersama (CommonPerpendi cular) Teorema 7: Dalam geometri hiperbolik, jika l dan l adalah sembarang dua garis sejajar berbed a, maka terdapat himpunan titik-titik pada l yang sama jaraknya dari l yang beran ggotakan paling banyak dua titik. Teorema 8: Dalam geometri hiperbolik, jika garis l dan ladalah garis sejajar yang mana terda pat pasangan titik A dan B pada l yang berjarak sama dari l, maka l dan l memiliki ruas garis tegak lurus bersama sekaligus ruas garis terpendek antara l dan l. Teorema 9 : Di dalam geometri hiperbolik, jika garis l dan l memiliki ruas garis tegak lurus bersama MM, maka kedua garis tersebut sejajar dan MM adalah ruas garis yang unik.

Selain itu, jika A dan B sebarang titik pada l sedemikian hingga M adalah titik tengah ruas garis AB maka A dan B berjarak sama dari l. Geometri Eliptik Sejarah Setelah Bolyai dan Lobachevskian berhasil membuat tandingan aksioma kesejajaran Euclides, para matematisi terstimulasi untuk membangun teori geometri non Euclid ean yang lain. Teori pertama dan terbaik diusulkan oleh Riemann dalam tahun 1854 . Teori Riemann ini menentang aksioma kesejajaran Euclides dengan asumsi yakni ti ada garis-garis sejajar.(Abadyo,1994:118). Teori ini merupakan dasar bagi geometri Riemann atau geometri Eliptik.Nama lain dari Geometri Riemann yaitu Spherical Geometry, karena model sederhana dari geom etri Elliptik berada di permukaan tiga dimensi sebuah bola. Pada Geometri Eliptik ini dua garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis s ejajar. Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena tida k ada dua garis yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Dalam Geometri Eliptik terdapat dua macam pengkhususan yang pertama Geometri sin gle elliptic dan yang kedua Geometri double elliptic. Definisi Model bola Riemann Konsep dasar pada geometri tipe ini adalah titik dan garis. Seperti yang sudah d ipaparkan sekilas di awal bahwa model sederhana dari geometri Elliptik adalah se buah bola. Permukaan sebuah bola merupakan bidang dari geometri Elliptik. Titik pada geometri Elliptik merupakan pasangan dari titik antipodal (titik berl awanan secara diametris) pada bola, seperti kutub utara dan selatan pada bumi. S ementara garis pada geometri ini berupa lingkaran besar (great circle). Great ci rcle adalah lingkaran terbesar pada sebuah bola dan membagi dua bidang bola menj adi bagian yang sama. Dengan demikian pusat lingkaran merupakan pusat bola. Ketika diberikan sebuah lingkaran Euclid, maka titik dan garis pada model memili ki dua tipe, yaitu: Titik - Titik pada bagian lingkaran Euclid - Titik yang dibentuk berdasarkan identifikasi dua titik antipodal yang merupaka n ujung-ujung diameter dari sebuah lingkaran Euclid Garis - Diameter dari sebuah lingkaran Euclid - Busur lingkaran Euclid yang berpotongan dengan lingkaran Euclid yang diberikan pada ujung-ujung diameter (titik-titik antipodal) dari lingkaran Euclid tersebu t Garis lurus di Elliptik adalah busur di great circle pada bola. Ketika suatu gar is lurus diperpanjang, ujungnya akan bertemu, secara topologi akan membentuk seb uah lingkaran. Sangat berbeda dengan geometri Euclid, karena di Euclid ujung seb uah garis tidak akan pernah bertemu ketika diperpanjang. Model disk Klein Klein (1849-1925) hadir dengan menyederhanakan bola Riemann yaitu dengan mengang gap setiap pasang titik antipodal menjadi satu titik. Klein memformulasikan mode l lain untuk geometri Elliptik melalui penggunaan lingkaran. Modelnya hampir mir ip dengan kepingan disk. Ketika diberikan sebuah lingkaran Euclid, maka titik dan garis pada model memili ki dua tipe, yaitu: Titik - Titik pada bagian lingkaran Euclid - Titik yang dibentuk berdasarkan identifikasi dua titik antipodal yang merupaka n ujung-ujung diameter dari sebuah lingkaran Euclid Garis - Diameter dari sebuah lingkaran Euclid (garis a) - Busur lingkaran Euclid yang berpotongan dengan lingkaran Euclid yang diberikan pada ujung-ujung diameter (titik-titik antipodal) dari lingkaran Euclid tersebu t (garis b)

Berikut visualisasi model modifikasi bola Riemann mengikuti penyederhanaan Klein dimana setiap pasang titik antipodal menjadi satu titik. Model Geometri Eliptik tunggal (Moeharti, 1986: 5.19) Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak ada gari s yang memisahkan bidang tersebut. Gambar Model Geometri Eliptik tunggal Model Geometri Eliptik ganda (Moeharti, 1986: 5.19) Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis memisahkan bidang.

Gambar . Model Geometri Eliptik ganda Secara singkat, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Representase bola Euclid Geometri Eliptik Ganda Representase Euclid Titik Titik pada bola Garis Lingkaran besar bola Bidang Bola Segmen Busur dari suatu lingkaran bola Jarak antara dua titik Panjang busur terpendek dari lingkaran besar yang melalui kedua titik itu Sudut yang dibentuk oleh dua garis Sudut pada bola yang dibentuk oleh dua l ingkaran besar Postulat, Sifat dan Aksioma Postulat Geometri Elliptik memenuhi beberapa postulat Euclid, tapi tidak semua dari postu lat itu memiliki penafsiran yang sama : Postulat 1 Euclid, melalui dua titik bisa dibentuk sebuah garis, menafsi rkan keunikan garis tersebut. Tapi pada geometri Elliptik suatu garis lurus seca ra topologi merupakan suatu lingkaran dimana sembarang pasangan titik pada lingk aran tersebut membagi lingkaran menjadi dua busur. Oleh karena itu di geometri E lliptik secara tepat dua garis lurus menghubungkan sembarang dua titik yang dibe rikan. Postulat 2 Euclid, untuk membentuk sebuah garis lurus terbatas secara te rusmenerus pada sebuah garis lurus, terkadang ditafsirkan untuk memasukkan kondi si bahwa ujung-ujung dari garis tersebut tidak akan bertemu ketika diperpanjang. Dengan tafsiran tersebut, postulat 2 Euclid gagal pada geometri Elliptik. Postulat 5 Euclid, postulat kesejajaran. Karena dua sembarang garis luru s pada bidang Elliptik bertemu, dengan demikian dua sembarang great circle pada bola bertemu pada sepasang titik antipodal. Sifat Geometri Elliptik membutuhkan sekumpulan aksioma berbeda untuk sistem aksioma ya ng konsisten dan mencakup suatu postulat kesejajaran Elliptik. Dalam model geome tri Elliptik (Spherical Geometry) berlaku sifat sebagai berikut: Dua garis (great circle) berpotongan di dua titik disebut kutub atau tit ik antipodal Garis (great circle) tak berhingga, dengan demikian berarti garis tidak memiliki titik akhir. Great circle tidak mempunyai awal dan akhir Garis memiliki panjang terbatas Konsep betweeness dari titik tidak berlaku di Elliptik Aksioma Satu perbedaan mendasar Euclid dan Elliptik adalah konsep betweeness. Pada geometr i Euclid, suatu titik B terletak antara A dan C jika {A, B, C} kolinier, dan jum

lah jarak dari A ke B dan dari B ke C sama dengan jarak dari A ke C. Hal tersebu t menjadi definisi yang tidak mungkin digunakan pada geometri Elliptik. Pada geo metri Euclid, segmen AB terdiri dari titik A dan B dan semua titik diantara kedu anya. Kita dapat melihat kenapa lingkaran tidak memenuhi definisi ini. Untuk aksioma pemisahan telah dikembangkan untuk memberikan dasar geometri Ellip tik. SA1: Jika (A,B|C,D), maka A, B, C, D satu garis dan merupakan titik berbeda. SA2: Jika (A,B|C,D) maka (C,D|A,B) dan (B,A|C,D) SA3: Jika (A,B|C,D) maka tidak (A,C|B,D) Jika A dan B memisahkan C dan D, sangat tidak mungkin untuk A dan C memisahkan B dan D. SA4: Jika titik A, B, C, D segaris dan merupakan titik berbeda, maka (A,B|C,D) a tau (A,C|B,D) atau (A,D|B,C) Karena A, B, C, D segaris, titik A dan satu dari titik lainnya harus memisahkan 2 titik sisanya. Karena ada 3 titik setelah A, maka ada 3 hubungan pemisahan yan g mungkin. SA5: Jika titik A, B, C segaris dan berbeda, kemudian ada titik D, sedemikian se hingga (A,B|C,D) Aksioma ini menunjukkan bahwa ada titik-titik dengan jumlah tidak terbatas pada garis, sehingga tidak masalah sedekat apa B dengan A, titik D tetap dapat digamb ar. SA6: Untuk sembarang 5 titik segaris dan berbeda A, B, C, D dan E. Jika (A,B|D,E ) maka (A,B|C,D) atau (A,B|C,E) SA7: Perspektif mempertahankan pemisahan, dengan kata lain jika (A,B|C,D) dan l garis yang melalui A, B, C, D dan jika A, B, C, D merupakan titik yang sama pada gar is m dibawah perspektif, maka (A,B|C,D). Berikut ini adalah dalil-dalil yang berlaku pada Geometri Elliptik ini: Garis tegak lurus dalam Geometri Eliptik Dalil 3.1 Dua garis yang tegak lurus pada suatu garis bertemu pada suatu titik ujungnya. Dalil 3.2 Semua garis tegak lurus pada suatu garis berpotongan pada titik yang disebut kut ub dari garis itu dan sebaliknya setiap garis melalui kutub suatu garis tegak lu rus pada garis itu. Sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik Pembahasan sudut-sudut segitiga pada Geometri Eliptik ini berlaku beberapa dalil sebagai berikut : Dalil 3.3 Dalam sebarang ABC dengan C = 90, sudut A kurang dari, sama dengan atau lebih besar dari 90, tergantung dari segmen kurang dari, sama dengan atau lebih besar dari ja rak polar q. Untuk jumlah besar sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik ini berlaku dalil 3.4 berikut ini Dalil 3.4 Jumlah besar sudut-sudut segitiga lebih besar dari 180. Segiempat pada Geometri Eliptik Segiempat pada Geometri Eliptik ini yang dibahas adalah berikut ini Dalil 3.5 Jumlah besar sudut-sudut segiempat lebih besar dari 360.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur dan penelitian dasar. Studi literatur, dimana keseluruhan materi penelitian diambil dari buku-b uku referensi dan referensi-referensi lain yang relevan dengan materi yang dikaj i. Penelitian dasar atau penelitian murni merupakan penelitian yang diarahkan pa da pengujian teori dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktis. Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk menguji teori teori, dalil, prinsip dasar, menentukan hubungan empiris antara fenomena dan mengadakan generalisasi analisis. Prosedur Penelitian Menjelaskan beberapa teorema yang kontradiktif dari masing-masing Geomet ri baik geometri parabolik, hiperbolik maupun eliptik. Mengkaji sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri parabolik ( geometri Euclid) Mengkaji sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri hiperbolik Mengkaji sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri eliptik Membandingkan sifat sifat segitiga dan segiempat menurut geometri para bolik, hiperbolik dan eliptik

Anda mungkin juga menyukai