Anda di halaman 1dari 6

Apa Puasa Asyura itu?

22:22 BEAUTY OF ISLAM.. NO COMMENTS

Share on :

Share 0digg

Alhamdulillah, saat ini kita telah berada di bulan Muharram. Mungkin masih banyak yang belum tahu amalan apa saja yang dianjurkan di bulan ini, terutama mengenai amalan puasa. Insya Allah kita akan membahasnya pada tulisan kali ini. Semoga bermanfaat. Dianjurkan Banyak Berpuasa di Bulan Muharram Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendorong kita untuk banyak melakukan puasa pada bulan tersebut sebagaimana sabdanya, Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim no. 1163). An Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 55) Lalu mengapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam diketahui banyak berpuasa di bulan Syaban bukan malah bulan Muharram? Ada dua jawaban yang dikemukakan oleh An Nawawi. Pertama: Mungkin saja Nabi shallallahu alaihi wa sallam baru mengetahui keutamaan banyak berpuasa di bulan Muharram di akhir hayat hidup beliau. Kedua: Boleh jadi pula beliau memiliki udzur ketika berada di bulan Muharram (seperti bersafar atau sakit) sehingga tidak sempat menunaikan banyak puasa pada bulan Muharram. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 55) Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, Puasa yang paling utama di antara bulan-bulan haram (Dzulqodah, Dzulhijah, Muharram, Rajab -pen) adalah puasa di bulan Muharram (syahrullah). (Latho-if Al Maarif, hal. 67) Sesuai penjelasan Ibnu Rajab, puasa sunnah (tathowwu) ada dua macam: Puasa sunnah muthlaq. Sebaik-baik puasa sunnah muthlaq adalah puasa di bulan Muharram. Puasa sunnah sebelum dan sesudah yang mengiringi puasa wajib di bulan Ramadhan. Ini bukan dinamakan puasa sunnah muthlaq. Contoh puasa ini adalah puasa enam hari di bulan Syawal. (Latho-if Al Maarif, hal. 66) Di antara sahabat yang gemar melakukan puasa pada bulan-bulan haram (termasuk bulan haram

adalah Muharram) yaitu Umar, Aisyah dan Abu Tholhah. Bahkan Ibnu Umar dan Al Hasan Al Bashri gemar melakukan puasa pada setiap bulan haram (Latho-if Al Maarif, hal. 71). Bulan haram adalah bulan Dzulqodah, Dzulhijah, Muharram dan Rajab. Puasa yang Utama di Bulan Muharram adalah Puasa Asyura Dari hari-hari yang sebulan itu, puasa yang paling ditekankan untuk dilakukan adalah puasa pada hari Asyura yaitu pada tanggal 10 Muharram. Berpuasa pada hari tersebut akan menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, . Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu. (HR. Muslim no. 1162) An Nawawi -rahimahullah- mengatakan, Para ulama sepakat, hukum melaksanakan puasa Asyura untuk saat ini (setelah diwajibkannya puasa Ramadhan, -pen) adalah sunnah dan bukan wajib. (Syarh Muslim, 8: 4) Menambahkan Puasa 9 Muharram Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas bahwa di akhir umurnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallambertekad untuk menambah puasa pada hari kesembilan Muharram untuk menyelisihi Ahlu Kitab. Namun beliau sudah keburu meninggal sehingga beliau belum sempat melakukan puasa pada hari itu. Lalu bagaimana hukum menambahkan puasa pada hari kesembilan Muharram? Berikut kami sarikan penjelasan An Nawawi rahimahullah. Imam Asy Syafii dan ulama Syafiiyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu alaihi wa sallamberpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. Apa hikmah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menambah puasa pada hari kesembilan? An Nawawi rahimahullahmelanjutkan penjelasannya. Sebagian ulama mengatakan bahwa sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam bepuasa pada hari kesepuluh sekaligus kesembilan agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja. Dalam hadits Ibnu Abbas juga terdapat isyarat mengenai hal ini. Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk kehati-hatian, siapa tahu salah dalam penentuan hari Asyura (tanggal 10 Muharram). Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi menambah hari kesembilan agar tidak menyerupai puasa Yahudi adalah pendapat yang lebih kuat. Wallahu alam. (Syarh Muslim, 8: 12-13) Ibnu Rojab mengatakan, Di antara ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafii, Imam Ahmad, dan Ishaq. Adapun Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja. (Latho-if Al Maarif, hal. 99) Intinya, kita lebih baik berpuasa dua hari sekaligus yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Karena

dalam melakukan puasa Asyura ada dua tingkatan yaitu: Tingkatan yang lebih sempurna adalah berpuasa pada 9 dan 10 Muharram sekaligus. Tingkatan di bawahnya adalah berpuasa pada 10 Muharram saja. (Tajridul Ittiba, hal. 128) Puasa 9, 10, dan 11 Muharram Sebagian ulama berpendapat tentang dianjurkannya berpuasa pada hari ke-9, 10, dan 11 Muharram. Inilah yang dianggap sebagai tingkatan lain dalam melakukan puasa Asy Syura. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Puasalah pada hari Asyura (10 Muharram, pen) dan selisilah Yahudi. Puasalah pada hari sebelumnya atau hari sesudahnya. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Adiy, Al Baihaqiy, Al Bazzar, Ath Thohawiy dan Al Hamidiy, namun sanadnya dhoif (lemah). Di dalam sanad tersebut terdapat Ibnu Abi Laila -yang nama aslinya Muhammad bin Abdur Rahman-, hafalannya dinilai jelek. Juga terdapat Daud bin Ali. Dia tidak dikatakan tsiqoh kecuali oleh Ibnu Hibban. Beliau berkata, Daud kadang yukhti (keliru). Adz Dzahabiy mengatakan bahwa hadits ini tidak bisa dijadikan hujjah (dalil). Namun, terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Rozaq, Ath Thohawiy dalam Maanil Atsar, dan juga Al Baihaqi, dari jalan Ibnu Juraij dari Atho dari Ibnu Abbas. Beliau radhiyallahu anhuma berkata, Selisilah Yahudi. Puasalah pada hari kesembilan dan kesepuluh Muharram. Sanad hadits ini adalah shohih, namun diriwayatkan secara mauquf (hanya dinilai sebagai perkataan sahabat). [Dinukil dari catatan kaki dalam kitab Zaadul Maad, Ibnul Qayyim, 2: 60, terbitan Darul Fikr yang ditahqiq oleh Syaikh Abdul Qodir Arfan] Catatan: Jika ragu dalam penentuan awal Muharram, maka boleh ditambahkan dengan berpuasa pada tanggal 11 Muharram. Imam Ahmad -rahimahullah- mengatakan, Jika ragu mengenai penentuan awal Muharram, maka boleh berpuasa pada tiga hari (hari 9, 10, dan 11 Muharram, pen) untuk kehati-hatian. (Latho-if Al Maarif, hal. 99) Sebagai Motivasi Semoga kita terdorong untuk melakukan puasa Asyura. Cukup ayat ini sebagai renungan. Allah Taala berfirman, (Kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (QS. Al Haqqah: 24) Mujahid dan selainnya mengatakan, Ayat ini turun pada orang yang berpuasa. Barangsiapa meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Allah, maka Allah akan memberi ganti dengan makanan dan minuman yang lebih baik, serta akan mendapat ganti dengan pasangan di akhirat yang kekal (tidak mati) (Latho-if Al Maarif, hal. 72). Inilah balasan untuk orang yang gemar berpuasa.

Insya Allah tanggal 9 dan 10 Muharram tahun ini bertepatan dengan tanggal 5 dan 6 Desember 2011. Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amalan puasa ini. Hanya Allah yang memberi taufik.Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel www.remajaislam.com

Puasa Hari Asyura Sebuah hadits Abu Qatadah Radiyyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu alaihi Sallam bersabda : Aku berdoa pada Allah bahwa puasa pada hari Asyura dapat menebus dosa tahun yang lalu. Riwayat Imam Muslim, Al-Jami-Us-Sahih II/2602. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: Ia menghapuskan dosa tahun yang lalu. (HR. Muslim (1162), Ahmad 5/296, 297). Ibnu Abbas menyatakan : Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (maksudnya: Ramadhan). (HR. al-Bukhari (2006), Muslim (1132)). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah yang bernama Muharram. (HR. Muslim,1163). Juga, Abu Hurairah Radiyallahu Anhu meriwayatkan Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam bersabda : Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat yang paling utama sesudah salat fardlu adalah salat malam. HR Muslim II/2611. Dalam hadits disebutkan bahwa para sahabat berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : Wahai Rasulullah! sesungguhnya Asyura itu hari yangdiagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan. (HR. Muslim (1134) dari Ibnu Abbas).

Diperbolehkan untuk puasa hari Asyura. (hari kesepuluh Muharram) satu hari saja, akan tetapi hal itu menjadi lebih baik untuk puasa hari sebelumnya atau hari setelahnya juga dan ini adalah Sunnah yang diajarkan Nabi (Salallaahu `Alaihi wa Sallam) yang bersabda : Tahun depan insya Allah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan. (hari Muharam), (Diriwayatkan oleh Imam Muslim (1134) dari Ibnu Abbas, Imam Ahmad, Ibn Majah, Ibn Abi Syaibah, At-Tahawi, AlBaihaqi dan Al-Baghawi]. Ibn Abbas ( radliyallaahu anhumaa) berkata : (bersama dengan hari yang kesepuluh (bulan Muharram). (Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi itu, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. (Fathul Bari, 4/245), red) (Dikutip dari terjemah Fatawa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta, Saudi Arabia, Dewan Tetap Arab Saudi untuk riset-riset Ilmiyah dan Fatwa, Jilid 10 hal 401, No.13700. http://www.fatwa-online.com/

Hukum Puasa Asyura Pertanyaan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah hukumnya puasa Asyura? Jawaban. Tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh bulan Muharram, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian!, lalu beliau mengerjakan puasa pada hari itu dan memerintahkan muslimin untuk berpuasa padanya [Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Puasa Hari Asyura 2004. Muslim Kitab Syiyam/Bab Puasa Hari Asyura 1130] Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiyalahu anhuma yang disepakati keshahihannya bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh untuk berpuasa padanya. Ditanyakan kepada beliau tentang keutamaan puasa hari itu, beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab : Artinya : Aku mengharap kepada Allah untuk menghapuskan dosa setahun yang sebelumnya [Diriwayatkan oleh Muslim : Kitab Shiyam/Bab Disukainya berpuasa tiga hari

tiap bulan atau puasa di hari Arafah 1162] Akan tetapi Rasul Shallallahu alaihi wa sallam sesudah itu memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi dengan berpuasa satu hari sebelumnya yakni tanggal 9 Muharram atau satu hari sesudahnya yakni tanggal 11 Muharram. Atas dasar itu, yang paling utama adalah berpuasa pada hari kesepuluh (10 Muharram) lalu merangkaikan satu hari sebelumnya, atau satu hari sesudahnya. Tambahan di hari kesembilan lebih utama daripada hari kesebelas. Sebaiknya engkau, wahai saudaraku muslim, berpuasa hari Asyura, demikian juga hari kesembilan Muharram [Majmu Fatawa Arkanul Islam edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Pustaka Arafah]

Anda mungkin juga menyukai