Anda di halaman 1dari 4

Catatan Kuliah

Pengantar Hukum Indonesia


Oleh Ande Akhmad S. (A1O99010 FH UNPAD) Dosen: 1. Prof. Dr. Djuhaendah Hasan, S.H. 2. Tarsisius Murwadji, S.H.
PENGANTAR PHI mempelajari tata hukum Indonesia juga untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem hukum Indonesia. Tata hukum merupakan suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling berhubungan dan saling menentukan dan saling mengimbangi. UUD 1945 merupakan inti tata hukum Indonesia. Di dunia, maka sistem hukum dibagi ke dalam dua golongan: 1. Sistem Eropa Kontinental (Civil Law System), 2. Sistem Anglo Saxon (Common Law System). Indonesia menganut sistem Eropa Kontinental, tetapi dalam perkembangannya maka hukum Indonesia juga mengadopsi sistem Anglo Saxon. SEJARAH Sejarah tata hukum mempelajari mengapa hukum Indonesia masih terkotak-kotak. Asas Konkordansi Asas konkordansi/asas keselarasan (concordantie begeinsel) adalah asas yang menyamakan hukum yang ada di Belanda dengan hukum yang ada di Indonesia. Dasar hukum konkordansi adalah pasal 131 ayat (2) I.S. Konkordasi berbeda dengan resepsi, dalam hal konkordasi maka ketentuan lain dijiplak, sedangkan dalam resepsi maka ketentuan lain itu benar-benar diterima. Dasar Hukum Berlakunya Berbagai Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. 1. Pada zaman Hindia Belanda, 2. Pada zaman Jepang, 3. Setelah Proklamasi Kemerdekaan. Ad 1): Pada zaman Hindia Belanda Peraturan pokok pada zaman Hindia Belanda terdiri dari: 1. Algemene Bepaling van Wetgeving voor Indonesia (A.B.), Merupakan ketentuan-ketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk Indonesia. Dikeluarkan pada tanggal 30 April 1847 termuat dalam Stb. 1847/23. 2. Regerings Reglement (R.R.), Dikeluarkan pada tanggal 2 September 1854 termuat dalam Stb. 1854/2. 3. Indische Staatsregeling (I.S.), Merupakan peraturan ketatanegaraan Indonesia. Termuat dalam Stb. 1925/415. I.S. pada zaman Hindia Belanda merupakan konstitusinya atau sebagai UUD-nya. Adapun ketentuan dalam I.S. yang sangat penting adalah pasal 163 dan 131: Pasal 163 I.S.; mengkotak-kotakkan penduduk Indonesia menjadi 3 golongan. Pasal 131 I.S.; memberikan pengaturan pemberlakukan hukum kepada golongan sebagaimana diatur dalam pasal 163 yaitu Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

61

bahwa untuk golongan Eropa berlaku hukum Eropa, untuk golongan Timur Asing berlaku hukum Adat Timur Asing, dan golongan Bumiputera berlaku Hukum Adat dan Hukum Islam. Penggolongan penduduk ini sekarang sudah tidak berlaku lagi dengan keluarnya UU No. 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan. Dalam hal ini maka kewarganegaraan di Indonesia terdiri dari: 1. Warga Negara Asing (WNI), 2. Warga Negara Indonesia (WNA), a. asli, b. keturunan. Ad 2): Pada zaman Jepang Satu-satunya peraturan pokok yang dikeluarkan oleh Pemerintah Militer Jepang di Indonesia adalah UU No. 1 Tahun 1942. Berdasarkan UU ini maka berlakulah kembali semua peraturan perundangan Hindia Belanda yang tidak bertentangan dengan kekuasaan Militer Jepang. Hukum Perdata kita masih bersifat dualistis dan pluralistis. Bersifat dualistis karena pasal 131 I.S. menggolongkan sistem hukum di Indonesia, yaitu terdiri dari sistem Hukum Barat dan Hukum Adat. Dualisme hukum ini terjadi karena pada waktu Belanda datang ke Indonesia, Belanda tidak memberlakukan hukumnya dan juga tidak mengikuti Hukum Adat. Pluralisme hukum artinya berlakunya lebih dari satu sistem hukum pada waktu yang sama, tempat yang sama dan mengenai hal yang sama. Pluralisme bukan merupakan sistem hukum tetapi hanya suatu keadaan. Bersifat pluralistis karena Pasal 163 I.S. menggolongkan penduduk Indonesia menjadi: 1. Golongan Eropa, 2. Golongan Timur Asing, 3. Golongan Bumiputera.

Dengan adanya penggolongan ini maka berlaku beberapa sistem yaitu Hukum Islam, Hukum Adat dan Hukum Barat. Ad 3): Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pasal II aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi: Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini., Mengatur bahwa selama belum diatur oleh ketentuan peraturan yang baru maka ketentuan peraturan lama (yang lahir sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI) masih berlaku. POLITIK HUKUM UUD 1945 tidak mengatur politik hukum, dan mengenai politik hukum ini maka diatur dalam GBHN, yaitu bahwa politik hukum diarahkan kepada suatu kodifikasi. Kodifikasi Kodifikasi dalam arti konvensional (klasik) adalah penyusunan bahan-bahan hukum sejenis ke dalam kitab UU secara sistematis dan lengkap. Contoh kodifikasi, diantaranya; Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt), Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) disebut kodifikasi partial. Kelemahan kodifikasi partial adalah banyak pertentangan antara undang-undang yang satu dengan yang lain. Unifikasi Dalam kerangka Wawasan Nusantara maka hanya ada satu hukum yang mengabdi pada kepentingan negara dan masyarakat, yang Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

62

disebut dengan kesatuan hukum atau unifikasi hukum. Unifikasi hukum adalah pemberlakuan satu sistem hukum untuk semua warga negara. Orang Indonesia menganggap hukum sebagai satu kesatuan yang harus dijaga keseimbangannya (participerend cosmisch manusia merupakan bagian dari alam semesta). Inilah yang dianut orang Indonesia sebagai pola pikir hukum. HUKUM ANTAR TATA HUKUM (HATAH) Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) adalah kaidah petunjuk yang akan dipakai untuk menyelesaikan masalah dalam satu perkara hukum melibatkan lebih dari satu sistem hukum. HATAH merupakan solusi bagi perkaraperkara yang dilahirkan dari sistem yang pluralisme. HATAH terbagi menjadi: 1. HATAH internal, Diantaranya: Hukum Antar Adat, Hukum Antar Agama, Hukum Antar Waktu, Hukum Antar Region, Hukum Antar Golongan, Hukum Antar Wewenang, 2. HATAH eksternal,

Diantaranya: Hukum Perdata Internasional, Hukum Publik Internasional. MATERI HUKUM Meliputi: Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Internasional, Hukum Acara. (Lihat: Catatan Kuliah Hukum Perdata, Catatan Kuliah Hukum Pidana, Catatan Kuliah Hukum Tata Negara, Catatan Kuliah Hukum Internasional, Catatan Kuliah Hukum Acara Perdata, dan Catatan Kuliah Hukum Acara Pidana). REFERENSI Diantaranya: - Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, oleh Prof. Kusumadi Poejosuwoyo, S.H., - Pengantar Dalam Hukum Indonesia, oleh Mr. E. Utrecht, - Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, oleh Drs. C.S.T. Kansil, S.H., - Pengantar Tata Hukum di Indonesia, oleh Prof. Soediman K., S.H., - PIH dan PTHI, oleh Prof. Mr. Achmad Sanusi, Dll.

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

63

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

64

Anda mungkin juga menyukai