Anda di halaman 1dari 5

KETIKA MASYARAKAT INDONESIA SADAR BAHWA MEMBACA ADALAH SEBUAH KEBUTUHAN Membaca merupakan keterampilan yang diperoleh setelah

seseorang dilahirkan, buka n keterampilan bawaan yang dapat dikembangkan, dibina dan dipupuk melalui kegiat an belajar mengajar. Lingkungan pendidikan merupakan basis yang sangat strategis untuk mengembangkan kebiasaan membaca. Kegiatan membaca sudah semestinya merupa kan aktivitas rutin sehari-hari untuk memperoleh pengetahuan atau informasi. Per kembangan teknologi yang berkembang pesat tidak selamanya membawa dampak positif . Perkembangan hiburan elektronik seperti acara televisi, game online, situs jej aring dan fasilitas chating seakan mampu menggeser kegemaran seseorang untuk mem baca. Mungkin tidak bagi warga negara maju, tetapi di Indonesia rendahnya minat baca sudah semakin mencemaskan. Hal ini membuat kegiatan gemar membaca semakin didengung-dengungkan oleh banyak pihak dan menjadi topik utama dalam berbagai di skusi ilmiah. Membaca belum dianggap sebagai kebutuhan pokok. Hal ini dapat dili hat dari beberapa penelitian yang menunjukkan sebagian besar waktu bermain anakanak Indonesia dihabiskan untuk menonton televisi dibandingkan. Di samping itu p enjualan koran yang seharusnya menjadi bahan bacaan harian dapat dikatakan masih rendah, yang mengindikasikan bahwa kesadaran membaca belum menjadi kebutuhan pokok. K emajuan suatu Negara tentu tidak pernah lepas dari Sumber Daya Manusia yang berk ualitas dan memadai. Hal ini penting dalam mengelola sumber daya lainnya untuk m embuat suatu bangsa menjadi besar. Sudah waktunya Negara Indonesia untuk menatap masa depan bangsa. Negara yang luas dengan jumlah penduduk berdasarkan data tan ggal 24 Januari 2009 telah mencapai 237,512,352 jiwa merupakan sebuah modal awal kemajuan bangsa jika ditinjau dari segi kuantitas SDM. Tetapi, saat ini kesadar an untuk maju dan pengembangan SDM yang berkualitas masih sangat rendah. Hal ini terlihat dalam peringkat Indeks Pembangunan Manusia untuk Indonesia yang tergol ong mengkhawatirkan yaitu menduduki peringkat 108 dari 177 negara berdasarkan at as data United Nations Development Programme pada tanggal 31 Juni 2009. Fakta ya ng cukup mengkhawatirkan tersebut seharusnya membuat Indonesia sadar akan pentin gnya pengembangan SDM yang berkualitas agar potensi SDM yang dimiliki dapat memb uat Indonesia semakin mendapat tempat di kancah pergaulan internasional bukan me njadi bangsa besar yang tertutup dan tertinggal. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh Indonesia adalah dengan mencari inform asi sebanyak-banyaknya baik melalui media cetak (buku, majalah, dll) dan media e lektronik (televisi, internet, radio, dll). Mencari informasi melalui media elek tronik memang dirasa lebih menyenangkan, lebih-lebih jika informasinya dilengkap i dengan tampilan audio-visual. Membaca artikel, membaca koran, buku dan kegiata n membaca lainnya sudah sering dianggap sebagai kegiatan yang membosankan. Tetap i pernahkan kita akan lepas dari kegiatan membaca? Tentu tidak, tetapi mengapa budaya membaca semakin ditinggalkan khususnya oleh penduduk Indonesia baik anakanak maupun dewasa? Perkembangan dunia elektronik lebih-lebih internet tidak dim anfaatkan secara optimal untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya. Perpustaka an seakan menjadi tempat yang paling jarang dikunjungi dan hanya sebagai formal itas bagi sekolah maupun daerah yang memang diwajibkan mempunyai perpustakaan. B egitu juga toko buku yang harus mendiskon buku besar-besaran untuk menarik pengu njung. Minat baca di Indonesia memang berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Angka but a aksara memang telah mengalami penurunan. Sejak 2007, buta aksara di Indonesia turun 1,7 juta orang dibandingkan sebelumnya, menjadi 10,1 juta. Melihat angka t ersebut terbersit harapan bahwa masalah rendahnya minat baca masyarakat Indonesi a akan terselesaikan. Seharusnya angka tersebut merupakan refleksi atas minat ba ca masyarakat, karena apabila seseorang sudah bisa membaca, seharusnya ia memili ki kebiasaan membaca. Akan tetapi di Indonesia kemampuan membaca seseorang bukan jaminan orang tersebut suka membaca. Hal ini disebabkan karena membaca belum me mbudaya. Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 yang menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumb er utama mendapatkan informasi mendukung pernyataan tersebut. Orang lebih banyak

tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40, 3%) ketimbang membaca koran (23,5%). Membaca tampaknya belum menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia . Sebagian besar rakyat Indonesia, masih berkutat memenuhi hajat hidupnya yang p aling utama, yakni pangan dan sandang, belum lagi kebutuhannya untuk memperoleh tempat berteduh alias rumah, dan membiayai pendidikan anak-anaknya, yang sangat tinggi. Itu, bagi yang kurang mampu. Sementara di kalangan masyarakat yang lebih mampu, membeli barang-barang konsumtif (yang bukan merupakan kebutuhan pokok) a gaknya lebih dianggap penting dibandingkan membeli buku. Padalah harga sebuah bu ku relatif lebih murah dibandingkan berbagai barang- barang mewah seperti handph one, ipod, maupun gadget baru lainya. Jika dibandingkan negara lain, Indonesia tergolong mengkhawatirkan. Contoh saja Jepang yang sehari-hari tidak pernah lepas dari buku. Mereka menganggap buku seb agai teman duduk terbaik. Sekolah-sekolah di Jepang mewajibkan para siswa membac a selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Metode pendidikan nya dibuat sedemikian rupa sehingga para murid terdorong aktif membaca. Kegiatan tersebut dilakukan karena Jepang ingin menjadi negara maju seperti negara barat pendahulunya sehingga kemajuan Jepang sangat mengagumkan. Seperti orang kehausa n, mereka tidak henti-hentinya menimba ilmu dan pengetahuan lewat bacaan. Untuk penduduk sekitar 125 juta orang, di sana tiap harinya beredar puluhan juta eksem plar surat kabar, tiap bulannya beredar ratusan juta eksemplar majalah dan jenis terbitan serupa, dan tiap tahunnya dicetak lebih dari 1 miliar buku. Pemegang r ekor dunia. Lebih dari 50% tenaga kerja menangani industri ilmu pengetahuan. Di Belanda, peningkatan minat baca disiasati dengan mengharuskan para siswa memperk aya pengetahuan dengan membaca, ditunjang sistem perpustakaan yang memenuhi kebu tuhan mereka. Di Singapura, minat baca para siswa ditumbuhkan lewat kurikulum. M isalnya guru mengharuskan siswa menyelesaikan pekerjaan sekolah dengan dukungan sebanyak mungkin buku. Di Australia, para siswa dibekali dengan semacam kartu un tuk menuliskan judul buku yang dibaca. Catatan hasil membaca dan penilaian atas buku yang dibaca dilakukan setiap hari, sebelum kelas dimulai. Guru menyuruh set iap siswa menceritakan isi buku yang telah dibacanya. (Rafki Rasyid : 2009). Tingginya minat baca tersebut umumnya dimiliki oleh warga negara maju maupun neg ara berkembang yang bertekad kuat menjadi negara maju. Membaca dijadikan salah s atu pilihan untuk mencapai kemajuan karena membaca dapat menjangkau semua pihak. Seperti diketahui bahwa sebuah usaha harus dimulai dari bawah dari usaha yang p aling kecil seperti membaca. Kebiasaan membaca membawa berbagai manfaat positif diantaranya adalah melalui membaca seseorang dapat mengetahui berbagai informasi di seluruh belahan dunia seakan berkeliling dunia dalam diam. Buku merupakan sa lah satu sumber terpenting dalam pembentukan pandangan dunia, cara berfikir, da n karakter, Hal ini akan membuat pembaca menjadi percaya diri dan luwes dalam b ertutur kata maupun membuat tulisan baru bukan menjadi seorang pribadi yang sok t ahu. Dengan membaca seseorang juga dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana yang kompeten pada mas ing-masing bidangnya. Dengan sering membaca, pembaca dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk menda pat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin il mu dan aplikasinya dalam hidup. Membaca dapat dijadikan pilihan untuk mengisi wa ktu luang karena buku juga dapat menyuguhkan berbagai hiburan yang mendidik dan mampu mendorong imajinasi pembaca. Kebiasaan membaca merupakan sesuatu yang pent ing dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk mening katkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, mau pun pendidikan tinggi. Ada banyak faktor penghambat yang membuat menemukan masyarakat yang menganggap membaca sebagai sebuah kebutuhan bak mencari jarum dalam tumpukan jerami. Meman g kemampuan membaca setiap orang tidak boleh diragukan begitu saja, tetapi kemam puan menangkap pokok-pokok penting dari bacaan yang menjadikan membaca memberi b anyak manfaat tentu dirasakan masih meragukan. Sistem pendidikan terutama sistem pembelajaran dan kurikulum yang berganti-ganti membuat pelajar pada umumnya mal as untuk mengembangkan minta baca. Semestinya kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada mengharuskan membaca buku lebih banyakm lebih baik atau mencari inform

asi lebih dari apa yang diajarkan. Produksi buku-buku yang berkualitas di Indone sia juga masih rendah serta masih adanya kesenjangan penyebaran buku di perkotaa n dan pedesaan mengakibatkan terbatasnya sarana bahan bacaan dan kurang meratany a bahan bacaan ke pelosok tanah air. Tingginya harga buku yang diperparah denga n rendahnya daya beli masyarakat serta minimnya koleksi perpustakaan yang menyeb abkan rendahnya pengunjung juga merupakan salah satu faktor penghambat pengemba ngan minat baca. Hiburan yang memanjakkan anak-anak juga membuat minat baca anak menjadi menurun. Anak-anak yang telah dibiasakan menonton televisi sejak kecil menunjukkan ciricri tidak suka bergaul dengan orang lain karena tata cara berbahasanya hanya ber gantung pada tontonan. Mereka cenderung antisosial dan suka meniru adegan kekera san dan glamor yang ditampilkan televisi sehingga minat untuk membaca menjadi be rkurang karena televisi mampu menunjukkan suatu informasi yang up to date sehing ga mereka menganggap dirinya terkesan gaul dan tidak ketinggalan jaman. Sangat dipandang perlu adanya usaha-usaha meningkatkan minat baca terutama bagi generasi muda yang merupakan tulang punggung negara mengingat banyak sekali manf aat yang dapat diperoleh dari memabca terutana untuk mencetak generasi yang cerd as. Ada banyak upaya yang dapat ditempuh oleh berbagai pihak untuk mengembangkan minat baca terutama menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini. Menanamkan kebias aan meembaca sejak dini dapat dimulai dari tempat anak mendapat sosialisasi prim er yakni keluarga. Keluarga harus menanamkan kebiasaan membaca pada anaknya, mis alnya dengan cara mengajak anak membaca saat mengisi waktu luang maupun menconto hkan kebiasaan membaca dengan rutin membaca koran. Hal tersebut akan membuat ana k tertarik untuk membuka-buka buku maupun koran. Bagi anak yang belum bisa memba ca mungkin gambar merupakan hal yang menarik baginya, kemudian lambat laun anak tersebut akan berkeinginan untuk mengetahui makna dari gambar tersebut karena ra sa ingin tahu anak sangat tinggi sehingga jika memasuki jenjang sekolah anak ter sebut tertarik untuk belajar membaca. Pada saat memberi hadiah kepada anak biasa kan untuk menghadiahinya sebuah buku. Toko buku, perpustakaan maupun taman bacaa n lainnya dapat menjadi salah satu pilihan tempat wisata bersama keluarga. Lingk ungan yang kondusif untuk membaca sebaiknya disediakan dirumah, misalnya membuat sebuah perpustakaan mini yang dilengkapi sarana beristirahat sehingga akan men dorong anak maupun anggota keluarga lain mengisi waktu luang dengan membaca. Sed iakan waktu luang untuk membacakan buku untuk anak anda setiap hari. Penelitian mengungkapkan bahwa dengan membacakan dengan suara lantang secara rutin kepada a nak-anak akan menghasilkan perkembangan yang signifikan pada pemahaman membaca, kosa kata, dan pemenggalan kata. Baik anak anda dalam usia belum sekolah maupun yang sudah, hal itu akan membuat mereka berkeinginan untuk membaca dengan sendir inya. Dengan tertanamnya budaya membaca anak, maka kebutuhan akan bukupun maupun sumbe r bacaan lainnya semakin bertambah. Tentu tidak semua orang tua mampu memenuhi i tu semua, oleh sebab itu orang tua memerlukan bantuan perpustakaan untuk pemenuh an kebutuhan akan buku. Akan tetapi seringkali ruangan perpustakaan tidak dibuat nyaman atau terkesan membosankan ditambah dengan koleksi bahan bacaan yang terk adang kurang memadai begitu juga sarana multimedia penunjang. Terobosan yang dap at dilakukan oleh pengelola perpustakaan adalah dengan melengkapi sarana di atas disamping sarana yang dapat memanjakan pembaca misalnya menyediakan perpustakaa n digital, kursi untuk duduk sendiri agar tidak terganggu, sofa untuk membaca be rsama, alunan musik klasik maupun sarana bersantai bagi pembaca yang suka menikm ati membaca dengan lesehan sehingga perpustakaan sekolah menjadi sebuah kebutuha n saat jam istirahat. Selain itu sekolah dapat membuat suatu program Jam ke nol u ntuk membaca. Hal ini maksudnya 30 menit sebelum pelajaran pertama dimulai, siswa diwajibkan berkunjung ke perpustakaan kemudian membaca buku maupun harian pagi. Di samping itu guru juga dapat membuat suatu kegiatan inovatif yang membuat sis wa membutuhkan banyak sumber yang dapat diperoleh dari perpustakaan ataupun meng emas kegiatan belajar di perpustakaan. Untuk meningkatkan kebiasaan membaca sekolah juga perlu mengadakan sebuah diskus i santai bersama para pakar penulis maupun seseorang yang telah sukses dalam bid ang baca tulis misalnya penulis novel, buku maupun lainnya. Kemudian para pakar ini diminta untuk bertukar pengalaman dengan siswa. Foto-foto maupun poster besa

r dari orang-oang yang menghadirkan karya fenomenal dalam menulis maupun orang-o rang yang sukses dengan modal membaca merupakan barang wajib di perpustakaan, ji ka menghadirkan pakar termasuk kegiatan yang sulit dipenuhi. Hal ini akan memoti vasi siswa untuk menjadikan membaca menjadi sebuah kebutuhan bukan sebuah paksaa n. Kegiatan menantang seperti lomba-lomba di bidang baca tulis misalnya penulisa n karya tulis ilmiah, artikel, kompetisi jurnalistik maupun apresiasi karya sast ra dapat dijadikan pilihan agenda rutin sekolah baik digelar intern untuk sesama warga sekolah maupun ekstern dengan mengundang sekolah lain untuk berpartisipas i. Hal ini akan menularkan virus-virus rajin membaca. Selain pihak sekolah pemerintah juga turut ambil bagian dalam program pengembang an minat baca, diantaranya menyediakan ruang publik untuk membaca seperti perpus takaan daerah, serta membantu perlengkapan fasilitas yang menunjang terlaksanan ya program gemar baca. Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/kabupa ten dengan melibatkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depd iknas, dan sekolah-sekolah juga dapat menjadi agenda rutin pemerintah. Sekolahp un membantu dengan mewajibkan siswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut. Dari kalangan penulis sebaiknya lebih memperhatikan selera baca pembaca agar ti dak terkesan monoton. Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik dini lai mampu menarik perhatian pembaca terutama bagi anak yang baru mengenal huruf. Bahkan seorang penulis Henny Supolo Sitepu mengemukakan bahwa komik adalah sala h satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu pintu masuk untuk kesenangan ana k membaca. Pesan yang disampaikan mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dar i gambar tokohnya sudah bisa berbicara dan bikin tertawa. Bahkan anak yang belum b isa baca-tulis pun akan menangkap ceriteranya. Komik memang baik, terutama saat ini telah beredar ensiklopedia yang berbentuk komik, walaupun banyak pula komik yang hanya menghadirkan cerita kosong, tetapi komik dapat menjadi pilihan hibura n selama tidak sampai kecanduan. Buku-buku yang membangkitkan daya imajinasi jug a sangat menarik bagi pembaca terutama bila dikemas dalam bentuk fiksi ilmiah. H arga-harga buku yang mahal yang menjadi salah satu kendala sebaiknya disiasati d engan menekan harga buku agar terjangkau oleh daya beli masyarakat, sehingga k emampuan pemenuhan kebutuhan akan buku dapat secara bertahap mampu meningkatkan minat baca. Peran masyarakat/individu sendiri dinilai merupakan usaha yang terpenting yang h arus dilakukan diantaranya mengembangkan kesadaran bahwa membaca adalah sebuah k ebutuhan yang harus dipenuhi. Anggap saja otak sama dengan tubuh dan ilmu sebaga i makanan. Manusia memerlukan makanan seumur hidup begitu juga otak yang memerlu kan ilmu untuk mengisi agar otak tidak kosong yang dipenuhi dengan jalan membaca . Hiasi pikiran dengan mahkota tanda tanya yang harus dapat dijawab sendiri. Den gan begitu membaca dapat menjadi sebuah kebutuhan seakan membuat seseorang lapar dan haus membaca sehingga mampu menjawab pertanyaan yang terkadang dapat mengha ntui bila tidak terjawab. Masyarakat juga dapat berperan aktif menyumbangkan buk u-buku pelajaran yang sudah dipandang tidak diperlukan baginya untuk turut menam bah bahan bacaaan terutama bagi daerah yang mempunyai akses sulit untuk mendapat kan bahan bacaan. Bercita-citalah untuk menjadi manusia modern karena ciri-ciri ma nusia modern adalah kalau dia bersedia membuka diri terhadap pengalaman baru, in ovasi, dan perubahan, maka jendela dunia akan terbuka. Itu semua bisa terjadi pa da awalnya lewat bacaan karena manusia modern tidak hanya membatasi wawasannya p ada lingkungan dekatnya, tetapi ingin melebarkan wawasannya ke cakrawala lain. Pengembangan minat baca pada masyarakat merupakan tugas berat, karena tugas peng embangan minat baca ini diperlukan campur tangan dari berbagai pihak ( pendidik, keluarga, lingkungan dan pemerintah) serta harus didukung adanya sarana prasara na yang memadai. Semoga nanti bisa dibuktikan, apa manfaat menggulirkan tradisi membaca bagi pembangunan manusia modern Indonesia untuk masa depan. Buku-buku ba caan anak-anak yang memuat dongeng-dongeng dan kisah-kisah menantang atau mister ius, misalnya, bisa mengembangkan imajinasi anak Indonesia tanpa mengenal batas. Bila imajinasi mereka cukup kuat, tidak mungkin mereka akan meninggalkannya tan pa mencoba meraihnya. Begitu pula lewat bacaan, seseorang akan dengan rela menin ggalkan pandangan-pandangan sempit yang tidak sesuai lagi dengan zamannya. Berba gai buku yang padat informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan serta pengal aman masyarakat dunia pada gilirannya nanti akan membuat orang-orang yang berada

disekitarnya ikut berpacu mengejar kemajuan yang juga dicoba diraih bangsa-bang sa lain. Kesadaran bahwa membaca merupakan sebuah kebutuhan sehingga wajib dipe nuhi khususnya bagi generasi muda dapat membuka harapan kedepan untuk tercetakny a generasi cerdas berkualitas yang mampu mengangkat nama bangsa ke arah yang leb ih baik sehingga negara tidak hanya jalan ditempat tetapi bergerak menatap masa depan yang dimotori oleh anak-anak bangsa berkaliber internasional yang dibesar kan oleh derasnya arus informasi dan ketekunan untuk mendapatkannya.

Anda mungkin juga menyukai