Anda di halaman 1dari 8

STUDI TENTANG SEBARAN DAN KERAGAMAN JENIS MAKRO ALGAE DI PERAIRAN PANTAI SERI, PULAU AMBON

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

NOCH FENDRES PASUMAIN 2008-76-080

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PATTIMURA 2012

STUDI TENTANG SEBARAN KERAGAMAN JENIS

MAKRO ALGAE DI PERAIRAN PANTAI SERI PULAU AMBON Oleh Noch Fendres Pasumain Mahasiswa Fakultas Mipa, Jurusan Biologi, Universsitas Pattimura Ambon

RINGKASAN Studi tentang keragaman jenis dan kepadatan makro algae telah dilaksanakan di perairan pantai Seri, Pulau Ambon pada selama bulan Maret tahun 2012. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sebaran dan keragaman jenis, kepadatan, frekuensi kehadiran dan dominasi makro algae pada setiap stasion PKL. Pengumpulan data dengan metode transek kuadrat (standing crop) dan koleksi. Hasil kegiatan lapangan pada masing-masing stasion transek terlihat bahwa stasion 1 memiliki keragaman jenis makro alga tertinggi dari stasion transek lainnya yakni 17 jenis dari 12 marga, dengan kepadatan tertinggi terdapat pada stasion 1 oleh Sargassum crispifolium (198.34 gram/), frekwensi kehadiran tertinggi adalah dari marga marga Acanthophora (49,65%), dan Nilai dominasi tertinggi diduduki oleh jenis Sargassum crispifolium (49.35%). Kondisi habitat turut dibahas dalam laporan ini.

Kata kunci : Sebaran dan Keragaman Jenis, Kepadatan, Frekuensi Kehadiran, Dominasi Makro Algae, Pantai Seri, Pulau Ambon

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Perairan pantai Seri terletak pada posisi S : 037,4986 dan E : 128,16643 , secara oseanografi merupakan daerah pasang surut yang landai dan mempunyai daerah pasang surut sempit, dimana panjang garis pantainya mencapai kurang lebih 700 m. Dari pantai kearah tubir (slope) dapat mencapai kurang lebih 100 meter. Dusun Seri secara geografi berada pada wilayah Pulau Ambon bagian utara dan secara Administrasi pemerintahan berada pada wilayah Kecamatan Nusaniwe, Kota Madya Ambon. Profil daerah pasang surut PantaiSeri terdiri dari habitat karang mati, pecahan karang mati, pasir, sedikit karang hidup dan tumbuhan lamun (seagrass). Kondisi terumbu karang maupun habitat di perairan pantai cukup memprihatinkan karena sebagian besar telah rusak. Kondisi habitat yang dijelaskan diatas tentunya dapat mempengaruhi sebaran dan keragaman jenis maupun kehidupan biota laut, terutama makro alga. Makro alga termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta). Tumbuhan ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Makroalga dikenal dengan nama ganggang atau rumput laut (Atmadja, 1996). Ditinjau secara biologi, makro alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Terdapat bermacam jenis makroalga yang dikelompokkan dalam alga merah, alga coklat, dan alga hijau. Pemanfaatan makroalga bagi kehidupan manusia saat ini telah berkembang pesat. dimana alga dapat dimanfaatkan hampir dalam semua kebutuhan hidup manusia. Selanjutnya Kadi (2001) mengatakan bahwa makro alga sudah sejak lama dikenal di Indonesia sebagai bahan makanan tambahan, sayuran dan obat tradisional. Pemanfaatannya kemudian berkembang untuk kebutuhan bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan kedokteran.Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon,
vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif, yang dapat diperoleh dengan mengomsumsinya atau digunakan sebagai obat-obatan.Makro alga juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan

(additive) pada proses industri plastic, baja, film, tekstil serta kertas (Chapman, 1949;

Okzaki, 1971), dan dalam bidang bioteknologi maupun mikrobiologi (Atmadja et al, 1990). Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Kehadiran komunitas makro alga disuatu Perairan memiliki peran yang cukup besar terhadap kehidupan biota laut sebagai tempat berlindung dan sebagai tempat mencari makan (Hutomo, 1977; Randal, 1961; John and Pople, 1973). Dikatakan pula oleh Hutomo (1977) bahwa komunitas rumput laut juga dapat berperan sebagai habitat bagi organisme laut lainnya, baik yang berukuran besar maupun kecil seperti Ampiphoda, kepiting dan biota laut lainnya. Meningkatnya kebutuhan akan rumput laut ( makroalgae), baik untuk dalam negeri maupun ekspor keluar negeri maka memacu nelayan/masyarakat pesisir untuk mengeksploitasinya secara besar-besaran dialam yang dikuatirkan akan terjadi kerusakan lingkungan, maka dicari pemecahannya.

Bertolak dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan praktek kerja lapangan dengan judul Studi Tentang Sebaran dan Keragaman Jenis Makro Alga (seaweed) di Perairan Pantai Seri, Pulau Ambon

1.2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1).Berapa besar keragaman jenis dan kepadatan Makroalga di perairan pantai Seri, Pulau Ambon (2).Berapa besar persentase frekuensi kehadiran dan nilai dominasi makro alga di perairan pantai Seri, Pulau Ambon. 1.3.Tujuan Praktek Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut : (1). Untuk mengetahui kepadatan Makroalga yang terdapat di perairan Pantai Seri, Pulau Ambon. (2). Untuk mengetahui keragaman Makroalgae yang terdapat di perairan Pantai Seri, Pulau Ambon.

1.4. Manfaat Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah: (1).Sebagai bahan informasi pada masyarakat sekitar tentang Makroalgae sehingga diperoleh gambaran mengenai pengeksploitasiannya tanpa merusak lingkungan. (2).Sebagai informasi bagi peneliti dan mahasiswa jurusan Biologi FMIPAUNIVERSITAS PATTIMURA Ambon. (3).Sebagai tambahan pengetahuan dan masukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klasifikasi Makro Algae Menurut Atmadja & Sulistijo (1988: 5), makro algae dapat diklasifikasikan menjadi 3 divisi berdasarkan kandungan pigmen fotosintetik dan pigmen asesoris, yaitu: Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta. (a).Divisi Chlorophyta Makro algae divisi chlorophyta memiliki thalli berbentuk filamen, membran, dan tabung. Makro algae tersebut umumnya menempel pada substrat di dasar perairan laut karang mati, fragmen karang, dan pasir. Chlorophyta dapat bersifat uniseluler atau multiseluler (Gupta 1981: 42; Kadi 1996: 6-7). Chlorophyta memiliki pigmen fotosintetik, berupa klorofil a dan b, karoten, xantofil, violasantin, dan lutein. Cadangan makanan Chlorophyta berupa pati, inulin, minyak dan lemak. Dinding sel umumnya mengandung selulosa, hemiselulosa, dan sporopolenin (Bell & Hemsley 2004: 39). (b).Divisi Phaeophyta Makro Algae divisi Phaeophyta memiliki bentuk thalli lembaran, bulat atau menyerupai batang. Thalli tersebut berwarna coklat, berbentuk filamen bercabang, dan

bentuk seperti lembaran daun (Dawes 1981: 138 & 141). Makro Algae tersebut umumnya menempel pada substrat dengan holdfast berbentuk cakram. Phaeophyta memiliki pigmen fotosintetik berupa klorofil a dan c, xantofil, fukosantin, dan diatosantin. Cadangan makanan phaeophyta berupa laminaran dan mannitol. Dinding sel umumnya mengandung alginic dan fucinid acid. (c).Divisi Rhodophyta Makro Algae divisi Rhodophyta memiliki thalli, berbentuk silindris, pipih, dan lembaran. Makro Algae tersebut umumya memiliki thalli berwarna merah, ungu, pirang, coklat, dan hijau (Bold & Wynne 1978: 456; Atmadja 1996: 80). Rhodophyta memiliki

pigmen fotosintetik, berupa klorofil a dan d, fikosianin, fikoeritrin, karoten, dan tetraxantofil. Cadangan makanan Rhodophyta berupa floridean starch dan galactoside floridoside. Dinding sel umumnya mengandung polysulphate esters (Gupta 1981: 282; Levinton 2001: 271)

2.2.Morfologi Makro Alga Alga atau ganggang adalah kelompok thallopyta yang berklorofil. Berdasarkan ukuran struktur tubuhnya, alga dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu: (1). Makro Algae, yaitu alga yang mempunyai bentuk dan ukuran tubuh makroskopik; dan (2).Mikro Algae, yaitu alga yang mempunyai bentuk dan ukuran tubuh mikroskopik. Morfologi makro alga seperti terlihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Morfologi Makro alga (Afrianto dan Liviawati, 1993).

2.3.Reproduksi Makro Alga Makro alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus ( uniselular dan multiselular ), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel ( Sulisetijono, 2009 ) Menurut Sulisetijono (2009), ada tiga cirri reproduksi seksual pada algae yang dapat digunakan untuk membedakannya dengan tumbuhan hijau yang lain. Ketiga ciri yang dimaksud adalah : 1. Pada alga uniselular, sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin (gamet).

2. Pada alga multiselular, gametangium (organ penghasil gamet) ada yang berupa sel tunggal, dan ada pula gamitangium yang tersusun dari banyak sel. 3. Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal,dan jika tersusun dari banyak sel, semua penyusun sporangium bersifat fertil.

2.4. Habitat Makro Alga Makro algae merupakan tumbuhan thalus yang hidup di air, setidak tidaknya selalu menempati habitat yang lembap atau basah. Penyebaran makro alga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesis.Daerah yang cocok bagi kehidupan alga adalah batuan, ataupun karang. Biasanya makro alga sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk tempatnya melekat. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai