Anda di halaman 1dari 15

MEMPELAJARI AL-QURAN (Qs 2/62) Oleh: Kodiran Salim Peneliti Independen Lintas Kitab Suci Assalamualaikum Warohamatullahi Wabarokatuh

LANJUTAN

Pahala orang yang beriman

Petunjuk Qs 2/62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman (patuh/taat) kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Qs 5:83; 5:69; 57:29; 3:85; 64:6; 22:17; 2:38; 3:171; 49:14,15; 3:114; 4:162; 5:65; 8:29; 8:38; 15:82, 83; 28:52; 2:41; 4:171; 3:20; 2:21; 23:117; 7:167

Maksudnya Orang-orang mukmin dalam Qs 2/62, adalah orang-orang yang mengikuti ajaran nabi Isa as (hawariyun) yang hidup pada zaman Rasulullah saw berdakwah

Orang-orang Yahudi dalam Qs 2/62,, adalah orang-orang yang mengikuti ajaran nabi Musa as tetapi tidak mengakui Isa sebagai nabi yang hidup pada zaman Rasulullah saw berdakwah

Orang-orang Nasrani dalam Qs 2/62, adalah orang-orang yang mengaku pengikuti Nabi Isa as tetapi mereka menuhankan nabi Isa as dan mengatakan Allah Trinitas (Kristen) yang hidup pada zaman Rasulullah saw berdakwah

Orang-orang Shabiin dalam Qs 2/62, adalah orang-orang yang menyembah berhala, dewa dll

yang hidup pada zaman Rasulullah saw berdakwah.

Apabila mereka (orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin) masuk Islam akan menerima pahala dari Tuhan mereka

Orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka (yang hidup pada zaman Rasulullah saw berdakwah) yang benar-benar beriman (patuh/taat) kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh (mereka masuk Islam), mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Catatan Keputusan Allah terhadap orang-orang Yahudi (zionis ) yang hidup sekarang Keputusan Allah terhadap orang-orang Kristen yang hidup sekarang Keputusan Allah terhadap orang-orang shabiin yang hidup sekarang

1. Allah akan memberi keputusan dihari kiamat terhadap orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Qs 22/17 Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.

2. Orang-orang Yahudi (zionis) dan Kristen tidak akan masuk surga Qs 2/111Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".

Qs 7/167 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan

mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Orang Kristen diharamkan masuk surga Qs 5/72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam, padahal Al Masih (sendiri) ber-kata: Hai Bani Israel, mengabdilah Allah Tuhanku dan Tuhanmu Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah meng-haramkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. Qs 16:51; 19:88; 5:17; 8:38; 23:117;4:171; 28:86; 34:27; 40:4; 43:88; 9:31; 17:22; 6:94; 15:96; 22:8;22:19-22; 43:64; 7:53; 16:56; 9:113; 11:98; 41:7 Mat 7:21; Hos 11:9; Qs 5/73. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bah-wasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah (puja) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka

4. Orang-orang yang mengabdi kepada selain Allah (berhala, dewa) tempatnya neraka jahanam Qs 4/117.Yang mereka sembah (puja) selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan memuja berhala itu) mereka tidak lain hanyalah memuja setan yang durhaka, 118.yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan: Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya),119. dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar me-motongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata120.Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan mem-bangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari

tipuan belaka. 121.Mereka itu tempatnya Jahanam dan mereka tidak mem peroleh tempat lari dari padanya.

Purnawirawan dan HAM "Berjuang Tanpa Henti" Disampaikan oleh: Jenderal (Purn) H.Wiranto,SH. dalam forum tertutup Apel Besar Purnawirawan Jakarta, 24 April 2 0 0 8

PENDAHULUAN Baru-baru ini di media diramaikan dengan isu penolakan para mantan Perwira TNI/Polri untuk hadir memenuhi panggilan Komnas Ham sehubungan dengan proses penyelidikan kasus Talangsari yang terjadi pada tahun 1989. Ketidakhadiran para mantan Perwira bukan hanya kali ini saja. Sebelumnya juga diwarnai dengan penolakan untuk hadir tatkala Komnas Ham menyelidikikasuskasuspelanggaranHamberatlainnyayangtelah terjadi di masa lalu sebelum Undang-Undang Ham diberlakukan. Penolakan untuk tidak hadir kecuali melalui pertimbangan hukum yang sahih juga adanya pengalaman masa lalu tatkala para prajurit TNI/Polri secara ksatria hadir memenuhi panggilan Komnas Ham, ternyata segala penjelasan maupun informasi yang disampaikan tidak ada nilainya dan tidak mempengaruhi hasil penyelidikan. Seakan telah dirancang skenario sebelumnya yang selalu menempatkan aparat keamanan sebagai pihakyang bersalah. Dan setelah itu maka para mantan prajurit sepertinya telah divonis bersalah melalui pengadilan publikyang dirancang secara sistematis mendahului proses hukum yang sebenarnya. Predikat sebagai pelanggar Ham berat telah melekat padanya, sekalipun proses pengadilan telah menyatakan tidak terlibatatau tidak bersalah. Para

Purnawirawan TNI/Polri dengan berakhirnya masa bakti, ternyata menjadi bulan-bulanan penerapan hukum yang semaunya, telah dilucuti hak asasinya sehingga ingin memberikan penjelasan pun sudah tidak lagi didengar. Ketidaktahuan publik tentang masalah pelanggaran Ham berat inilah yang telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untukterus melakukan tekanan-tekanan dan eksposeyang secara luar biasa di media sehingga menyudutkan para mantan prajurit TNI/Polri dan siapa saja yang menghambat aksi mereka, bahkan seorang Menteri pun yang ingin mendudukkan permasalahan, serta merta dilaporkan ke PBB.Yang sedang berlangsung adalah "Menegakkan Ham dengan tidak menghormati Ham orang lain" itulah barangkali istilah yang tepat menyoroti kondisi penegakan Ham di Indonesia. Untuk itulah perlu suatu forum guna membedah persoalan yang sesungguhnya,agar masyarakat kita khususnya para prajurit TNI/PolridanPumawirawanTNI/Polripahamapayangsebenarnya terjadi. Dengan demikian forum ini bukan dimaksudkan sebagai pembelaan terhadap seseorang atau institusi, namun lebih tepat sebagai pelurusan praktek hukum, utamanya yang menyangkut masalah Ham yang justru dibutuhkan di era reformasi ini. Mudah-mudahan melalui forum ini kita bisa.mulai meluruskan praktek-praktek hukum yang sudah sangat menyimpang dari rasa keadilan dan bahkan membahayakan eksistensi negara. Untuk mempermudah mengurai permasalahan Ham yang sangat rumit, akan lebih tepat apabila disajikan dengan cara pertanyaan dan jawaban seperti berikutini. 1. Mengapa para Purn. TNI/POLRI dipanggil Komnas Ham tidak bersedia datang? Komentar publik: "Kalau nggak salah kehapa takut datang? Kan hanya diminta keterangan dan memang itu menjadi tugas Komnas Ham meminta keterangan dalam rangka penyelidikan." Komentar publik:"Kok pada jadi pengecut, ya. Katanya Sapta

Margais kok nggak berani bertanggung jawab?" Itu semua sudah menjadi pembicaraan umum,bahkan banyakdiantara para Purnawirawan dan.PrajuritTNI/PoIri sendiri terpengaruh dan berpendapat seperti itu. Masalahnya di sini bukan takut, pengecut atau tidak bertanggung jawab, tetapi ada masalah yang lebih mendasar dan prinsipiil sehingga para mantan PerwiraTNI/PoIri memilih urituk tidak hadir memenuhi panggilan itu. Alasan yang sesungguhnya adalah bahwa pemanggilan itu tidak sesuai dengan undang-undang, berbau manipulatif, sangat tendensius dan kelihatannya mempunyai tujuan tertentu di luar misi Komnas Ham yang sesungguhnya. 2. Benarkah pemanggilan itu tidak sesuai dengan undang-undang? Benar, memang bertentangan dengan undang-undang dan justru melanggar pula rasa keadilan yang harus ditegakkan Komnas Ham. Pemanggilan kepada para mantan Perwira itu sehubungan dengan penyelidikan kasus-kasus yang terjadi di masa lalu, misalnya yang dikenal dengan kasus Priok 1984,Talangsari 1989,orang hilang 1997/1998, kasus Trisakti,Mei,Semanggi 1998/1999 dan sudah dipersiapkan untuk berikutnya kasus G 30 S/PKI1965, Petrus, dan kasuskasus masa lalu lainnya. Padahal Undang-Undang mengenai Ham, baik yang menyangkut Kewenangan Komnas Ham sebagai penyelidik terhadap pelanggaran Ham Berat, maupun mengenai tata cara Pengadilan Ham maupun rumusan Ham itu sendiri baru diundangkan tahun 1999 dan 2000. Dengan demikian kasus-kasus yang diselidiki Komnas Ham dengan pemanggilan para mantan Perwira itu termasuk kasus yang bersifat "Retroaktif" yang terjadi sebelum suatu undang-undang diberlakukan. Sangat jelas sekali bahwa hal itu tidak dibenarkan oleh UUD 1945. Di Negara lain pun di dunia ini tidak ada yang memberlakukan dan membenarkannya. Di dalam pasal 28.i, UUD 1945 disebutkan; ayat 1. Hak untuk

hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Lagipula para prajurit TNI/Polri saat itu melaksanakan tugas negara dengan berbekal surat perintah resmi dan bukan maunya sendiri. Mereka menjalankan tugasnya dengan acuan peraturah, hukum dan undangundang yang berlaku saat itu. Kalau kemudian diusut dengan undangundang b a r u , kebijakan baru i t u j u s t r u melanggar a s a s keadilan. Sebagai contoh hari ini kita bersama-sama makan roti,dan itu tidakada masalah karena memang tid.akada undang-undang yang melarangnya. Namun setahun kemudian ada undang-undang di mana rakyat Indonesia dilarang makan roti karena . tak sesuai dengan kepribadian bangsa. Lalu kita semua yang makan roti pada hari ini setahun kemudian diperiksa, karena dianggap melanggar hukum yang melarang makan roti. 3. Sahkah pemanggilan itu sehubungan dengan adanya dugaan terjadinya pelanggaran Ham berat? Adakah unsur manipulatifnya? Benar, Komnas Ham melakukan pemanggilan berdasarkan dugaan terjadinya pelanggaran Ham berat di masa lalu. Tetapi kalau lebih jauh kita dekati dari acuan hukumnya maka pemanggilan itu tidak sah dan ada unsur manipulatifnya. Sesuai UU Nomor 26 Tahun 2000, Pasal 7 Tindakan yang dapat dikategorikan sebagai Pelanggaran Ham Berat adalah; pertama Kejahatan Genosida dan yang kedua Kejahatan terhadap Kemanusiaan. Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnik, atau kelompok

agama,sedangkan/Ce/ahafonre/'/iadap/Cemanus/aa/jadalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas dan sistematis yang diketahui bahwa serangan itu ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa: Pembumihangusan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasankemerdekaanatauperampasankemerdekaan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa, atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainnya, penganiayaan terhadap kelompok tertentu, penghilangan secara paksa, kejahatan apartheid. Sudah sangat jelas bahwa pelanggaran Ham berat itu merupakan perbuatan yang luar biasa [extra ordinary crime) dengan persyaratan/kriteria yang sangat spesifik. Namun secara sepihak dan dengan sangat gampang Komnas Ham telah menjustifikasi/menetapkan hampirsemua kasus-kasus yang lalu sebagai pelanggaran Ham berat dan menempatkan TNI/Polri sebagai biang keladinya. Padahal kalau dilihat kasus perkasus.banyakyangtidakmemenuhipersyaratan sebagai pelanggaran Ham berat. Siapa yang memberi wewenang, sehingga Komnas Ham dengan seenaknya menetapkan satu kasus masuk kategori pelanggaran Ham berat? Di sinilah munculnya masalah tatkala Komnas Ham memaksakan suatu kasus yang masuk kategori "kriminal biasa" lantas diarahkan menjadi kasus "pelanggaran Ham berat'.' S e b a g a i contph aparat keamanan mengamankan Sidang M P R dari amukan massa beringas, jatuh korban di kedua belah pihak. Dengan enteng Komnas Ham menetapkan sebagai pelanggaran Ham berat yang berarti setara dengan kejahatan yang dilakukan Nazi di PD II, kejahatan etnik di Rwanda dan di Cheko yang menelan korban sampai jutaan orang itu. Dalam hal mengamankan Sidang Istimewa MPR, adakah unsur direncanakan

secara sistematis dan meluas? Tidak ada rencana pembunuhan, bahkan ada instruksi tanpa peluru tajam,juga tidak meluas, terbatas dijalanan pada lokasi tertentu saja. Adakah indikasi Genosida atau rangkaian kejahatan terhadap kemanusiaan ? Tidak ada, yang terluka dan tewas bukan kategori korban Genosida atau Kejahatan terhadap Kemanusiaan sepertiyang dipersyaratkan dalam undang-undang. 4. Katanya Komnas Ham merujuk pada pasal tertentu dalam undang-undang sebagai sandaran pembenaran! Benarkah? Benar, bahwa sesuai. pasal 18 UU Nomor 26 Tahun 2000, disebutkan hanya Komnas Ham yang memiliki kewenangan untuk menyefidiki Pelanggaran Ham dalam rangka . pengadilan Ham, tetapi tidak ada klausul yang menyatakan bahwa Komnas Ham juga menyelidiki "Pelanggaran Ham Berat" di masa lalu dalam rangka Pengadilan Ham Ad Hoc. Dalam hal ini kita simak pernyataan seorang Hakim Konstitusi I Gde Palguna sbb: "Sudah benar bah wamenurutpasal18ayat(1) UUPengadilan Ham, Komnas Ham adalah lembagayang diberi wewenang oleh UU Pengadilan Ham untuk melakukan penyelidikan. Nam un h endaklah diinga t bah wa ke wen angan itu diberikan dalam rangka "criminal justice process" di Pengadilan Ham dan bukan di Pengadilan Ham Ad Hoc. Dengan kata lain Komnas Ham tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran Ham berat yang terjadi sebelum diundangkannya UU Pengadilan Ham." Dalam UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Ham Pasal 43 dinyatakan sbb: (1) Pelanggaran HakAsasiManusia Berat yang terjadi sebelum diundangkannya undang-undang ini,diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Ham Ad Hoc.

(2) Pengadilan Ham Ad Hoc sebagaimana ayat (1) dibentuk atas usul

D P R - R I berdasarkan peristiwa t e r t e n t u dengan Keputusan Presiden. (3) Pengadilan Ham Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berada di lingkungan peradilan umum. Selanjutnya dalam penjelasan ayat (2) di atas,dinyatakan bahwa DPR-RI mengusulkan dibentuknya Pengadilan Ham Ad Hoc. D P R - - R I mendasarkan pada dugaan terjadinya pelanggaran Ham beratyang dibatasipada locus dan tempos delicti tertentu yang terjadi sebelum diundangkannya undang-undang ini. DisiniDPR-Rlharusmembukakembalirisalahpersidangan, tatkala membahas pasal43 ini.Kata-katad/batas/pada/ocus dan tempos delicti tertentu, itu ada maksudnya. Dihasilkan dari kesepakatan persidangan setelah mendengar saran masukan dari pakar yang diundang, pada saat persidangan "deadlock" membahas asas retroaktif (berlaku surut). Saran dari pakar (Dr. Adnan Buyung Nasution, SH.), kalau kukuh kepada Pasal 28.i UUD 1945, maka tidak mungkin dapat mengadili kasus yang terjadi sebelum UU Ham diundangkan. Dan itu final seperti yang juga dilakukan di semua negara di dunia. Namun ingat, kita sedang menyelesaikan kasus TimtimdanTanjung Priokyang dua-duanyamasuk retroaktif. Kalau dihentikan karena undang-undang baru yang sedang kita susun, dikhawatirkan ada alasan kasus tersebut ditarik ke Pengadilan Intemasional, maka sebaiknya kita beri pengecualian, kita beri ruang untuk menyelesaikannya. Maka disusunlah pasal 43 dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Peradilan Ham yang seperti tersebut di atas.Jadi sangat jelas hanya dua kasus itulah yang dimaksud dengan "Locus dan tempos delicti tertentu itu". Manakala kasus Timtim dan Priok sudah selesai disidangkan dan telah mendapatkan keputusan hukum tetap, jangan kemudian pasal 43 itu digunakan pada kasus4casus masa lalu lainpya di negeri ini. Janganjangan nanti dipermasalahkan pula kasus DI/TII, Kahar Muzakar, PRRI/Permesta sampai peristiwa Westerling.Lalu kapan bangsa ini bisa hidupten.ang dan berkonsentrasi menatap ke depan?

. 5. Mengapa pemanggilan tersebut terasa sangat tendensius? Kalau kita perhatikan dengan saksama pemanggilan Komnas Ham terhadap prajurit atau mantan prajurit TNI/Polri selalu dieksposekan lewat media secara besar-besaran, padahal untuk pemanggilan yang lainnya tidak seperti itu. Pemanggilan tersebut selalu diembel-embeli kalimat "memanggil para Jenderal yang diduga terlibat kasus pelanggaran Ham berat" Ini sebenarnya sudah termasuk "Trial by the Press". Para mantan pejabat TNI/Polri sudah divonis melalui pengadilan publik yang mendahului proses pengadilan yang sesungguhnya. Komnas Ham terlalu dini mengancam dengan "panggilan paksa"apabila panggilan mereka tidak diindahkan. K o m n a s Ham juga selalu mengancam akan mengadukan k a s u s -kasus tersebut ke P B B atau Pengadilan Intemasional. 6. Perlukahsuatuanalisis mengapa Komnas Ham melakukan langkahlangkah seperti itu? Perlu, walaupun telah banyak yang menyoroti sepak terjang Komnas Ham sangat tidak imparsial itu. Selanjutnya masih diperlukan pendapat publik yang terus-menerus guna mengkritisi langkah Komnas Ham yang tidak profesional. Memang agak aneh, Komnas Ham kita tidak bereaksi ketika Amerika Serikat menyerang Irak. Mereka tidak bersuara lantang tatkala warga negara kita di luar negeri disiksa dan . dianiaya. Mereka tidak terlalu tertarik membicarakan korban masyarakat dan TNI/Polri akibat pemberontakan dalam negeri di masa lalu, juga tidak terlalu serius mengusut kasus Ambon, Poso dan Lapindo yang tidak mengarah kepadaTNl/ Polri sebagai yang terlibat. Sebaliknya bersama-sama Pemerintah Timor Leste terus menuduh TNI/Polri dan pejuang Integrasi melakukan pelanggaran Ham berat, walaupun Pengadilan Ham Ad Hoc yang telah digelar memutuskan tidak terbukti bersalah. Juga terus-menerus menekan D P R dan Kejaksaan Agung Rl untuk membuka kembali

kasusTrisakti,Semanggi I dan Semanggi II, tanpa mengindahkan keputusan D P R sebelumnyayang jelas-jelas menyatakan bahwa itu bukan pelanggaran Ham berat dan telah diselesaikan melalui pengadilan lainnya dengan keputusan hukum tetap. Demikian pula terus mendesak dibongkarnya kembali kasus Talangsari tahun 1989 yang sebenarnya telah diselesaikan dengan cara hukum dan islah. Sekarang ini, tatkala Menhan Rl mengingatkan untuk bertindakimparsial,terutamamenyangkutpemanggilanpara mantan Perwira untuk kasus Talangsari, ironisnya Komnas Ham justru mengadukannya ke PBB, tanpa mau melakukan introspeksi maupun kompromi dengan bangsanya sendiri. Apa yang dilakukan Komnas Ham yang secara sepihak menerjemahkan hukum untuk mendapatkan pembenaran dalam aksinya melakukan tekanan-tekanan terhadap mantan TNI/Polri, perlu dipertanyakan, apa tujuannya? Para tokoh Komnas Ham yang'secara sepihak membongkar kasus-kasus masa lalu dan tanpa melakukan koordinasi dengan lembaga lain yang terkait, jelas merupakan kesewenang-wenangan dan menempatkan lembaga yang terhormat itu menjadi sumber masalah, karena memperhadapkan dan menghidupkan kembali dendam di antara elemen bangsanya. Cara-cara Komnas Ham untuk mendapatkan simpati dari lembaga-lembaga internasional, dengan terus-menerus mengeksploitasikan kasus-kasus bangsa Indonesia di masa lalu tanpa mengindahkan kaidah hukum secara benar, telah menempatkan lembaga terhormat itu menjadi instrumen pemukul terhadap bangsanya sendiri yang dapat mengakibatkan terpecahbelahnya persatuan bangsa, merendahkan harkat dan martabat bangsa dan negara. Sangat wajar kalau kemudian muncul pertanyaan: "Siapa sesungguhnya mereka itu (personil Komnas Ham)? Apa sebenarnya yang dikehendaki? Mencari keadilan atau

melampiaskan dendam kesumat, atau mencari ketenaran? Atau bahkan mendapatkan keuntungan finansial?" 7. Bagaimana peran Lembaga Negara menyikapi hal ini? DPR, adalah lembaga yang memiliki wewenang pelibatan langsung dengan masalah kasus retroaktif seharusnya menuntaskan undang-undang yang kontroversal ini. Sementara ini, DPR-RI terus-menerus menjadi sasaran Demo (Komnas Ham, LSM pendukung dan keluarga korban) mendesak DPR-RI memenuhi kemauan Komnas Ham. Lembaga Kepresidenan, dalam hal ini akan terus terganggu kinerjanya dengan urusan masa lalu yang akan mencerai-beraikan persatuan bangsa. Lembaga ini juga memiliki otoritas untuk ikut meluruskan UU Ham yang rawan tafsir itu. Menteri Pertahanan sebagai bagian dari pemerintahan telah dengan tegas memelopori sikap yang benar dari penyelenggara negara terhadap langkah sepihak dari Komnas Ham dan LSM segaris (Kontras). Kejaksaan Agung, telah mengambil sikap yang tegas,' walaupun terus-menerus menjadi sasaran pemaksaan kehendak dari Komnas Ham. Jaksa Agung yang sangat memahami permasalahan hukum, sementara ini masih terus menolak proses hukum dari penyelidikan Komnas Ham yang sepihakitu (kasusTSS,Mei dan orang hilang). Lembaga Peradilan sampai dengan Mahkamah Agung, sampai saat ini telah memutuskan berbagai perkara retroaktif dan menyatakan secara tak langsung bahwa tidak ada pelanggaran Ham berat,dengan membebaskan ta.npa syarat para tersangka, baik dari Militer maupun dari kalangan sipil (kasusTimtim'dan Priok). Mahkamah Konstitusi diharapkan memberikan perhatian yang sangat serius mengenai kesimpang-siuran penafsiran Undang-Undang tentang Ham yang saat ini telah mengganggu kebersamaan kita sebagai bangsa. 8. Bagaimana Sikap TNI/Polri sebagai Institusi? Bagaimana sebaiknya? Para Pimpinan TNI/Polri sangat berhati-hati menyikapi sepak terjang Komnas Ham, sehingga terkesan pasif. Sementara ini

merasa cukup dengan memberikan bantuan hukum melalui BabinkumTNI/Polri kepada para prajurit dan mantan prajurit yang dijadikan sasaran pembongkaran kasus-kasus masa lalu itu. : Para Perwira dan prajuritTNI/PoIri di masa lalu melaksanakan tugasnya sesuai perintah resmi dari institusi dalam rangka tugas negara, bukan kehendak pribadi. Mereka dilindungi hukum yang berlaku saat itu. Kalau kemudian saat ini secara perorangan harus mempertanggungjawabkan . sendiri dengan norma hukum sekarang ini,hal seperti itu merupakan perlakuan yang tidak adil dan melanggar hak asasi. Akibat lebih jauh lagi adalah keraguan para prajurit untuk melakukan tugasnya akibat sanksi pelanggaran Ham berat yang dialami para pendahulunya. Harus ada langkah yang lebih konkret, tegas dan proaktif dari institusi TNI/Polri untuk menghadapi kesewenangwenangan penerapan hukum. Sebagai institusi tanggung jayvabnya akan. terus melekat padanya walaupun pejabat pimpinan terus berganti. Secara estafet para pimpinan yang baru, menerima tugas dan tanggung jawab komando dari para pendahulunya. 9. Bagaimana pemahaman dan sikap para Purnawirawan? Dan apa yang seharusnya dilakukan? Masih ada sebagian Purnawirawan yang kurang memahami tentang pelanggaran Ham berat dan bahkan ada yang t e r p e n g a r u h o l e h isu d i l u a r l e w a t media.Sehingga pertemuan semacam ini memang sangat dibutuhkan. Melalui berbagai organisasi sebagai wahana. silaturahmi bagi para Purnawirawan baik di lingkungan TNI maupun Polri, kiranya masih perlu lebih intens penyampaian berbagai , informasi yang benar kepada anggotanya sehubungan dengan banyaknya berita bohong dan menyesatkan

yang merugikan nama baik anggotanya. Dengan motto "The old soldier never die, just fade, away" perlu melakukan konsolidasi guna membangun kebersamaan, menyikapi dan meluruskan hal-hal buruk dan menyimpang di negeri ini.dalam rangka mempertahankan eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha E s a memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita dalam memperjuangkan kejujuran, kebenaran dan keadilan. Amin.

Anda mungkin juga menyukai