Anda di halaman 1dari 26

Rhizobium Sebagai Pupuk Hayati Tanaman Leguminoceae

Makalah Diajukan untuk mengikuti lomba LPIR 2005 Bidang Pertanian Tingkat SMP/MTs se-Kota Malang

OLEH : Fauzi Dwi Setiawan Muhamad Zulfikri Muhammad Sofyan Lazuardi

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI MALANG I Juni 2005

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ABSTRAK

i ii

iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bela kang.. 1 B. Rumusan Masalah. 2 C. Hipotesis... 2 D. Tujuan Penel itian.. 2 BAB II TINJAUAN PUS TAKA A. Fiks asi Nit rogen Seca ra Biologi 3 B. Rhizobium. 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Pene litian 6 B. Waktu dan Tem pat Pene litian.. 6 C. Alat dan Bahan. 6 D. Cara Kerja 6 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS AN A. Hasil Pengam atan 8 B. Pem baha san. 9 BAB V PENUTUP A. Kesimpu lan. 10 B. Saran ... 10 DAFTAR PUS TAKA DAFTAR TABEL

Tabel Hala man 4.1 Tinggi kacang polong di tanah yang subur dan kurang subur . 8

4.2 Jumlah daun kacang polo ng di tanah yang subur dan kurang subur 8

4.3 Jumlah nodul kacang polong di tanah yang subur dan kurang subur .. 9

ABSTRAK
Lazuardi, Muhammad Sofyan, dkk. 2005. Rhizobium Sebagai Pupuk Hayati pada Tanaman Leguminoceae Kata Kunci : Rhizobium, Pupuk Hayati, Tanaman Leguminoceae Rhizobium adalah salah satu jenis bakteri yang dapat bersimbiosis mutualisme dengan tanaman polong (Leguminoceae) dengan cara membentuk bintil pada tanaman polong. Rhizobium sebagai mikro organisme yang terlibat dalam proses simbiosis tersebut sering disebut dengan mikrosimbion. Sedangkan tanaman Leguminoceae sebagai makro organisme yang terlibat dalam proses simbiosis disebut dengan makrosimbion. Sebagaimana simbiosis mutualisme yang lainnya, pada simbiosis ini kedua jenis kedua jenis makhluk hidup (organisme) tersebut juga mendapat keuntungan dari proses tersebut. Rhizobium sebagai mikrosimbion mendapatkan keuntunganberupa tempat hidup dan karbohidrat sebagai sumber energi untuk melangsungkan kehidupannya. Sementara itu tanaman Leguminoeae sebagai makrosimbion memperoleh keuntungan berupa tersedianya senyawa NH3 (amonia) yang berguna

sebagai salah satu hara tanaman bahan penyusun protein. Simbiosis mutualisme ini sangat berguna bagi tanaman Leguminoceae karena dari simbiosis ini dapat memenuhi sebagian keperluan tanaman Leguminoceae akan unsur Nitrogen. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak. Simbiosis mutualisme ini dapat menyediakan 50-75% dari seluruh kebutuhan nitrogen tanaman Leguminoceae dengan demikian maka ketergantungan tanaman Leguminoceae akan pupuk nitrogen dari luar menjadi sangat berkurang. Dengan demikian rhizobium sebagai mikrosimbion dapat berfungsi sebagai pupuk hayati pada tanaman Leguminoceae.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini dunia pertanian kita menunjukkan suatu kemunduran dibanding negara tetangga kita. Di dunia buah-buahan kita lebih mengenal buah asing dibanding buah asal negeri kita sendiri, misalnya durian Bangkok, pepaya Thailand, apel Washington, jambu Bangkok atau beberapa nama yang lainnya. Demikian pula pada tanaman pangan, Indonesia yang dulu pernah berstatus sebagai negara swasembada beras, sekarang merupakan negara pengimpor beras terbesar. Dan juga tempe ataupun kecap yang kita rasakan sekarang ini, ternyata kedelai yang merupakan kedua bahan baku kedua jenis makanan tersebut adalah hasil impor luar negeri. Salah satu penyebab ini semua adalah rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat yang bergerak dibidang pertanian dan rendahnya kemampuan mereka di bidang ekonomi. Sebagai contoh adanya ketergantungan petani pada pupuk kimia, menyebabkan hancurnya pertanian ketika ditemukan permasalahan seputar pupuk, seperti kenaikan harga pupuk, hilangnya pupuk dipasaran dan dampak negatif akibat penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Untuk mengatasi masalah ini kita perlu menetapkan semboyan Back to nature atau kembali ke alam yang dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan potensi-potensi hayati yang kita miliki untuk menggairahkan kembali dunia pertanian kita. Salah satu potensi hayati yang kita miliki adalah bakteri Rhizobium yang dapat bersimbiosis mutualisme dengan akar tanaman Leguminoceae, sehingga selama kehidupannya tanaman Leguminoceae dapat menyediakan pupuk bagi dirinya sendiri atau bagi tanaman di sekitarnya bila tanaman Leguminoceae ditumpangsarikan dengan tanaman lain dan menyediakan pupuk bagi tanaman berikutnya bila sisa tanaman Leguminoceae ditambahkan lagi ketanah dan diolah pada saat pengolahan tanah. Atas dasar pemikiran diatas, maka Rhizobium diangkat sebagai salah satu

sumber pupuk hayati tersusunnya bagi tanaman Leguminoceae. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Rhizobium dapat memacu pertumbuhan tanaman Leguminoceae? 2. Apakah tanaman Leguminoceae ditanah kurang subur dapat menghasilkan Nitrogen lebih banyak dibanding Leguminoceae di tanah yang subur ? 3. Apakah tanaman Leguminoceae di tanah kurang subur dapat menyamai tanaman Leguminoceae di tanah subur ? C. Hipotesis 1. Rhizobium dapat memacu pertumbuhan tanaman Leguminoceae. 2. Tanaman Leguminoceae di tanah kurang subur dapat menghasilkan Nitrogen lebih banyak daripada tanaman Leguminoceae ditanah subur. 3. Tanaman Leguminoceae di tanah kurang subur tidak dapat menyamai tanaman Leguminoceae di tanah subur. D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman. 2. Untuk mengetahui pengaruh tanaman Leguminoceae di tanah kurang subur sebagai penghasil Nitrogen. 3. Untuk mengetahui perbedaan tanaman Leguminoceae di tanah subur dan kurang subur. E. Manfaat Penelitian 1. Alternatif penggunaan Rhizobium sebagai pupuk hayati tanaman Leguminoceae. 2. Sebagai cara untuk mempermudah penanaman tanaman Leguminoceae. 3. Dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dan meningkatkan ketrampilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Fiksasi Nitrogen Secara Biologi Walaupun tumbuhan berbunga harus memperoleh nitrogen dalam bentuk kombinasi, beberapa oganisme tertentu (terutama bakteri tertentu, banyak ganggang biru-hijau, dan beberapa jamur) mampu menambat nitrogen bebas, yaitu dengan menggunakan nitrogen molekuler dari atmosfer sebagai titik awal sintesis protein dan senyawa oranik nitrogen lain. (Idiyah, 1995) Hasil akhir proses penambatan ini yang jelas adalah amonia, yang harus melibatkan diri dalam kombinasi organik melalui jalur metabolisme yang pada tumbuhan berbunga telah diuraikan. Beberapa organisme yang mampu menambat nitrogen adalah organisme yang hidup bebas, beberapa mempunyai hubungan simbiosis dengan organisme lain. Organisme tersebut meliputi marga Azotobacter (yang tersebar luas disebagian tanah daerah tropik), Clostridium, dan ganggang biru-hijau dari marga Nostoc, Cylindrospermum dan Anabaena (yang merupakan penambat nitrogen penting dalam tanah daerah tropik tertentu, terutama di sawahsawah). Contoh hubungan simbiosis yang paling umum ialah antara bakteri dan tumbuhan berbunga yang termasuk suku Leguminose.(Idiyah,1995) Banyaknya nitrogen yang dapat ditambat oleh sebuah bintil berkolerasi dengan luas dan kegigihan jaringan-jaringan bakteri pada pusat bintil. Pada galur Rhizobium yang tidak efektif, yang membentuk bintil tetapi sedikit atau tidak menambat nitrogen, jaringan bakteri ini kecil dan berumur pendek. Pada galur yang efektif, yang jaringan bakterinya luas dan barangkali dapat bertahan untuk beberapa bulan, terjalin suatu hubungan simbiosis.dalam hubungna ini polongpolongan memberi karbohidrat kepada bakteri, dan bakteri menyediakan nitrogen yang ditambatnya bagi polong-polongan. Namun hubungan ini rapuh keseimbangannya, sebab Rhizobium walaupun mudah tumbuh pada biakan murni yang dibubuhi garam amonium, tidak akan menambat nitrogen kecuali pada keadaan khusus. Lebih jauh diketahui bahwa penggunaan pupuk nitrogen oada polong-polongan ternyata menekan perkembangan bintil, jadi mengurangi penambatan nitrogen. Hasil berbagai percobaan membuktikan bahwa ukuran dan

jumlah bintil yang terbentuk pada akar terutama ditentukan oleh perimbangan karbohidra-nitrogen pada tumbuhan itu. Warna merah jambu pada bintil merupakan indikasi yang terpercaya akan adanya kegiatan penambatan nitrogen yang aktif, dan pendugaan spektrofotometri kandungan hemoglobin bintil telah digunakan sebagai piranti penetuan efisiensi galur Rhizobium.(Idiyah, 1995) Tanaman polong-polongan ketika masih tumbuh, kadang-kadang mengeluarkan sebagian(10-20%) nitrogen yang tertambat dalam bintilnya ke tanah sekitarnya. Hal ini terjadi jika kecepatan fotosintesis sedemikian rupa sehingga tanaman tidak dapat menggunakan semua nitogen yang tertambat dan kelebihannya dikeluarkannya. Dengan demikian tanaman polong-polongan merupakan salah satu alternatif sebagai tanaman tumpang sari.(Idiyah,1995) Pengikatan nitrogen molekuler (nitrogen dari udara oleh simbiosis tanaman Leguminose dan Rhizobium merupakan terminal dari suatu rangkaian yang kompleks. Proses ini meliputi: 1. Multiplikasi bakteri di daerah perakaran. 2. Penempelan bakteri di permukaan akar. 3. Pembengkokan dan percabangan akar. 4. Penarikan bakteri yang sesuai oleh tanaman inang. 5. Pembentukan benang-benang infeksi. 6. Pembetukan nodul. 7. Pengembangan lebih lanjut dari sel terinfeksi. 8. Pembentuken bakteroid. 9. Sintesa nitrogenase dan leghaemoglobin. B. Rhizobium Berdasarkan hubungan dengan tanaman, mikroba rhizosfer dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) kelompok yang menguntungkan, 2) kelompok yang merugikan, dan 3) kelompok yang netral (Waksman, 1963; Kloepper et al., 1980). Dalam makalah ini hanya dibahas beberapa mikroba rhizosfer yang menguntungkan. Mikroba yang dijumpai di daerah rhizosfer juga dapat ditemui di luar daerah rhizosfer, tetapi populasinya tidak sebanyak di daerah rhizosfer. Walaupun jenisnya banyak, tetapi semua mikroba rhizosfer bermanfaat. Beberapa

jenis mikroba rhizosfer yang penting adalah Rhizobium, Azospirillum, mikroba pelarut P, Cytophaga, dan Trichoderma. Mikroba ini selama bertahun-tahun telah menjadi objek penelitian para ahli. Jenis tanaman yang dibudidayakan akan menentukan mikroba apa yang bermanfaat. Sebagai contoh, Rhizobium sangat bermanfaat untuk tanaman Leguminosa karena kemampuannya bersimbiosis dengan tanaman inangnya untuk membentuk bintil akar sebagai tempat penambatan N2. Oleh karena itu, populasi Rhizobium dapat mendominasi daerah perakaran tanaman Leguminosa. Begitu pentingnya manfaat Rhizobium ini, sehingga penelitian ke arah ini cukup intensif dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan variabel bebas berupa Rhizobium di dalam tanah sebagai pupuk hayati tanaman polong. Variabel terikat dalam penelitian ini meliputi jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah nodul. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 15 Mei-7 Juni penelitian di kebun rumah M. Sofyan Lazuardi. C. Alat dan Bahan 1. Tanah yang banyak mengandung Rhizobium. 2. Tanah yang kurang mengandung Rhizobium. 3. 10 bibit kacang polong. 4. Air. 5. Penggaris. 6. Pensil. D. Cara Kerja 1. Tanam bibit kacang polong di tanah yang banyak dan mengandung Rhizobium masing-masing 5 bibit. 2. Rawat setiap hari dengan menyiraminya dengan air. 3. Setelah 20 hari, cabut tanaman tersebut dan amatilah: Tinggi tanaman kacang polong ditanah yang mengandung banyak bakteri Rhizobium dan tanah yang kurang mengandung bakteri Rhizobium. Jumlah daun tanaman kacang polong di tanah yang mengandung banyak bakteri Rhizobium dan tanah yang kurang mengandung bakteri Rhizobium. kurang 2005. Tempat

10

Jumlah

nodul

tanaman

kacang

polong

ditanah

yang

mengandung banyak bakteri Rhizobium dan tanah yang kurang mengandung bakteri Rhizobium. 4. Buatlah tabel pengamatan tentang kacang polong. 5. Salinlah data-data yang sudah di amati kedalam tabel tersebut.

11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan Pada bagian dibawah ini akan diuraikan beberapa hal yang meliputi tinggi tanaman kacang polong, jumlah daun tanaman kacang polong dan jumlah nodul tanaman kacang polong ditanah yang mengandung banyak Rhizobium dan sedikit Rhizobium. Adapun data selengkapnya dari hasil pengamatan disajikan pada tabel-tabel dibawah ini: Tabel 4.1 Tinggi Kacang Polong di Tanah Subur dan Kurang Subur Tanaman A B C D E Rata-rata Tinggi Tanaman Tanah subur Tanah kurang subur 42,4 cm 25,5 cm 26,4 cm 23,4 cm 24 cm 21,4 cm 21,3 cm 19,5 cm 20,3 cm 14,4 cm 26,9 cm 20,84 cm

Tabel 4.2 Jumlah Daun Kacang Polong di Tanah Subur dan Kurang Subur Tanaman A B C D E Rata-rata Tanah subur 56 46 59 36 36 46,6 Jumlah Daun Tanah kurang subur 53 44 28 22 22 33,8

Tabel 4.3 Jumlah Nodul Kacang Polong di Tanah Subur dan Kurang Subur Tanaman A Tanah subur 28 Jumlah Nodul Tanah kurang subur 37

12

B C D E Rata-rata B. Pembahasan

58 37 10 17 30,4

57 26 27 20 33

Dari hasil analisa data dari tabel di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan kacang polong pada tanah yang mengandung banyak Rhizobium lebih baik daripada kacang polong pada tanah yang kurang mengandung Rhizobium. Hal ini ditunjukkan pada rata-rata yang ada pada tabel di atas. Jika seluruh rata-rata tersebut dijumlah maka rata-rata tanaman kacang polong di tanah yang banyak mengandung Rhizobium dan subur lebih besar rata-ratanya. Pada tabel kesatu dan kedua tanaman kacang polong yang hidup di tanah yang subur lebih besar rata-ratanya dikarenakan tanah tersebut lebih banyak mengandung zat hara yang diperlukan oleh tanaman kacang polong tersebut. Karena hal itulah tanaman yang hidup di tanah yang subur dan juga mengandung Rhizobium lebih tinggi tanaman kacang polongnya dan juga lebih banyak jumlah daunya daripada tanaman yang hidup di tanah kurang subur dan banyak mengandung Rhizobium. Tetapi pada rata-rata jumlah nodul lebih banyak yang hidup di tanah yang kurang subur daripada tanaman yang hidup di tanah yang subur. Hal ini dikarenakan tanaman kacang polong yang hidup di tanah yang kurang subur harus bisa hidup dan membuat makanan sendiri di akar. Dan juga tanaman tersebut menghasilkan nitrogen yang cukup banyak.

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Rhizobium dapat memacu pertumbuhan tanaman leguminoceae. 2. Tanaman leguminoceae di tanah yang kurang subur dapat menghasilkan nitrogen lebih banyak daripada tanaman legumoniceae di tanah yang

13

subur. 3. Kualitas tanaman di tanah yang subur lebih baik daripada tanaman yang hidup di tanah yang kurang subur karena adanya Rhizobium. B. Saran 1. Kesuburan tanah perlu dijaga agar keberadaan Rhizobium didalam tanah dapat dipertahankan sehingga dapat berfungsi sebagai pupuk Nitrogen.

DAFTAR PUSTAKA
Idiyah,Saidatul,dkk.1995.Fisiologi Lanjutan dan Nutrisi.Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Waksman.1980.Mikroba diakses 6 Juni 2005 Rhizosfer Berguna.(online),(http://www.google.com)

14

Sutirjo.2004.Penulisan Karya Ilmiah SMP dan SMA.Malang:Citra Mentari Group

15

Anda mungkin juga menyukai