Anda di halaman 1dari 18

RESUME Nama : An.

A Usia BB : 6 bulan : 7600 gram

Anamnesa : BAB cair sejak 2 hari sebelum MRS, frekuensi + 10 x/hari, berwarna kuning kehijauan, air > ampas, ada lendir dan tidak ada darah. Demam sejak + `1 hari sebelum MRS, panas badan turun jika diberi minum obat penurun panas. Muntah sejak 2 hari sebelum MRS, dengan frekuensi + 3x/hari, sebanyak + 1/4 gelas aqua setiap muntah, muntah berisi susu. Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum : sakit sedang Kesadaran Tanda vital : compos mentis : Nadi : 118 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup 38 x/menit, reguler, tipe torako-abdominal 36,7 C per aksiler

Frekuensi nafas : Suhu tubuh Status Gizi :

: BB : 7600 gram

Ubun-ubun cekung (+), mata cowong (-), mukosa bibir basah Abdomen kesan meningkat : Turgor kulit baik (cubitan kulit kembali cepat), bising usus (+)

Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan feses rutin Makroskopis: warna kehijauan, konsistensi lembek, tidak berlendir dan tidak ada darah. Mikroskopis: tidak ditemukan adanya telur cacing maupun leukosit.

Pemeriksaan darah rutin Hb: 9,6 g/dL Leukosit: 8.700/mm3 Trombosit: 456.000/mm3 Ht: 22,7%

Diagnosa Banding : GEA et causa infeksi virus GEA et causa infeksi bakteri

Diagnosa Sementera: GEA et causa virus Diagnosa Lain: Usulan Pemeriksaan :Diagnosa Komplikasi: Dehidrasi ringan Penatalaksanaan: IVFD RL 10 tpm Zinkid tablet, 1 x 20 mg Parasetamol syrup 3 x cth Vometa sirup 2 x cth

Prognosa

: Bonam dengan pengobatan adekuat

PEMBAHASAN

Anamnesis
BAB cair Secara umum, diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbs atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare: 1) Pembagian diare menurut etiologi 2) Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan a. Absorbsi b. Sekresi 3) Pembagian diare menurut lamanya diare a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi c. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih. 1. Gangguan absorbsi Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus sehingga menyebabkan pengeluaran air ke lumen mengikuti gradien osmotik. Diare ini dapat dihilangkan dengan mempuasakan/menghentikan suplai zat yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotik. Etiologi diare osmotik dapat dibagi menjadi etiologi eksogen dan endogen. Etiologi eksogen yaitu cairan aktif yang osmotik dan sulit diabsorpsi seperti: laksatif/pencahar (misal MgSO4) dan antasida yang mengandung garam magnesium. Laksatif merupakan obat yang digunakan untuk memperlancar buang air besar (terutama pada konstipasi) dengan cara menarik air dari usus atau meningkatkan aktivitas kontraksi, namun

penggunaan laksatif yang terlalu banyak dapat menyebabkan diare. Nutrien yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus seperti sorbitol (gula alkohol). Obat-obatan seperti kolkisin, paraamino salicylic acid, antibiotik (neomycin, dan lain-lain), anti kanker, anti depresan, anti konvulsan, anti hipertensi, obat penurun kolesterol, obat diabetes melitus, diuretik, theofilin, dan lain-lain. Etiologi endogen berupa kongenital/bawaan lahir seperti kelainan malabsorpsi glukosagalaktosa, malabsorpsi ion Cl- akibat tidak adanya carrier (pembawa), hipobetalipoproteinemia, defisiensi enterokinase, insufisiensi pankreas (karena fibrosis kistik). Selain itu, etiologi laian yang didapat (akuisita) seperti defisiensi disakaridase pasca enteritis, defisiensi enzim-enzim setelah penyakit mukosa, penyakit seliaka (enteropati gluten), insufisiensi pankreas (akibat konsumsi alkohol), penyakit inflamasi (enteritis eosinofilik), sindrom usus pendek juga dapat menyebabkan terjadinya diare.

2. Gangguan sekresi Diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan sekresi air dan elektrolit dari usus dan penurunan absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali, dan tidak mereda walaupun penderita dipuasakan. Diare ini dapat bersifat infektif (misalnya infeksi V. cholera, E. coli) tapi dapat juga non-infektif. Beberapa etiologi non-infektif antara lain: a. Neoplasma/keganasan : Gastrinoma. Pada gastrinoma terjadi hiperplasia sel parietal di daerah fundus lambung, sehingga terjadi pengeluaran asam yang berlebihan. Pengeluaran asam ini merangsang pelepasan sekretin, yang pada akhirnya akan menarik air dan bikarbonat dari sel pankreas dan usus halus sehingga terjadi diare. b. Hormon dan neurotransmitter : sekretin, prostaglandin E (menstimulasi kerja adenilat siklase dan cAMP sehingga terjadi pengeluaran air dan elektrolit), kolesistokinin, gastrin, kolinergik, dll.

c. Laksatif : hidroksi asam empedu (asam dioksilat dan kenodioksilat) dan hidroksiz asam lemak (resinoleat kastroli). BAB cair yang dialami oleh pasien disebut sebagai diare akut. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah, dengan atau tanpa muntah, dan berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Pasien saat ini berusia 6 bulan. Berdasarkan epidemiologi umur, sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Berdasarkan literature, penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar oleh tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh virus yaitu virus yang menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan slsel ujung-ujung vilus pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya belum baik. Vilus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak tersera atau tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrient yang tidak sempurna. Patogenesis diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan
5

Ca dependen. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.

Muntah Muntah didefinisikan sebagai dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif dengan bantuan kontraksi otot-otot perut. Muntah merupakan proses reflex yang sangat terkoordinasi, yang mungkin didahului oleh peningkatan air liur dan dimulai dengan muntah-muntah secara tidak sengaja. Penurunan diafragma yang hebat dan konstriksi otot-otot perut dengan relaksasi bagian kardia lambung, secara aktif mendesak isi lambung kembali ke esophagus. Proses ini dikoordinasi oleh pusat muntah di medulla oblongata yaitu nucleus soliter dan formasi reticular lateral, yang dipengaruhi langsung oleh inervasi serabut aferen dan secara tak langsung oleh daerah picu kemoreseptor dan pusat-pusat SSP yang lebih tinggi. Muntah diawali dengan rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf. Koordinasi pusat muntah dapat diransang melalui berbagai jaras. Muntah terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan sistem limbik menuju pusat muntah (VC). Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular atau sistim vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Nervus vagal dan visceral merupakan jaras keempat yang dapat menstimulasi muntah melalui iritasi saluran cerna disertai saluran cerna dan pengosongan lambung yang lambat.

Muntah pada diare merupakan indikasi terhadap peradangan gastrointestinal akibat dari sinyal aferan vagal ke central pattern generator yang dipicu oleh pelepasan lokal mediator inflamasi dari mukosa yang rusak dengan pelepasan sekunder neurotransmitters eksitasi yang paling penting adalah serotonin dari sel

entrochromaffin mukosa. Muntah pada diare adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, giardia, dan Crystosporidium. Muntah juga sering terjadi pada noninflamatory diare. Biasanya penderita tidak panas, hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena.

Demam Demam sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di area preoptik hipotalamus anterior yang dipengaruhi oleh pirogen. Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat 2 jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh yaitu pirogen mikrobial dan pirogen non-mikrobial. Pirogen mikrobial diantaranya seperti bakteri gram positif, bakteri gram negatif, virus maupun jamur; sedangkan pirogen non-mikrobial antara lain proses fagositosis, kompleks antigen-antibodi, steroid dan sistem monosit-makrofag; yang keseluruhannya tersebut mempunyai kemampuan untuk merangsang pelepasan pirogen endogen yang disebut dengan sitokin yang diantaranya yaitu interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF), limfosit yang teraktivasi, interferon (INF), interleukin-2 (IL-2) dan Granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GMCSF). Sebagian besar sitokin ini dihasilkan oleh makrofag yang merupakan akibat reaksi terhadap pirogen eksogen. Dimana sitokin-sitokin ini merangsang hipotalamus untuk meningkatkan sekresi prostaglandin, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Demam pada diare dapat dimungkinkan karena proses peradangan atau sebagai akibat dari dehidrasi.
7

Pemeriksaan Fisik

Tanda vital Tanda vital pasien saat MRS: denyut nadi 118 x/menit, respirasi 38 x/menit, dan suhu 36,70C. Hasil tersebut menunjukkan bahwa denyut nadi, respirasi pasien, dan suhu tubuh ialah normal.

Tanda dehidrasi Tanda-tanda atau gejala dehidrasi akan tampak apabila penderita banyak kehilangan cairan dan eletrolit akibat diare. Tingkat beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: Objektif: membandingkan BB sebelum dan sesudah diare (namun hal ini sulit untuk dilakukan) Subjektif: menggunakan kriteria WHO, skor Maurice King, P2 diare, MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), dan lain-lain.

Penentuan derajat dehidrasi menurut Maurice King

No

Bagian tubuh yang diperiksa 0 Sehat

Skor untuk gejala yang ditemukan Skor 1 Gelisah, cengeng, apatis, mengantuk Normal Sedikit kurang 2 Mengigau, koma, atau syok Sangat kurang

Keadaan umum

Kekenyalan kulit

3 4 5

Mata Ubun-ubun Mulut

Normal Normal Normal

Sedikit cekung Sedikit cekung Kering

Sangat cekung Sangat cekung Kering dan

sianosis 6 Nadi Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah > 140

Pada pasien ditemukannya tanda ubun-ubun sedikit cekung. Tanda tersebut merupakan tanda dehidrasi pada anak. Dehidrasi tersebut dapat terjadi karena perubahan kadar air dalam tubuh anak salah satunya akibat diare yang dialami. Selain itu terdapat pula tanda dehidrasi lainnya seperti mulut kering dan haus, berat badan turun drastis, air kencing sedikit atau tidak ada sama sekali atau berwarna kuning gelap, kulit kehilangan elastisitasnya, dan ubun-ubun bayi mengendur tidak ditemukan pada pasien ini.

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah: Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda terjadinya infeksi serta untuk mengetahui jumlah komponen darah guna menunjang diagnosis. Hb: 9,6 g/dL Leukosit: 8.700/mm3 Trombosit: 456.000/mm3 Ht: 22,7%

2. Tinja Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat tanda tanda infeksi atau kelainan yang terjadi pada GIT dan untuk membedakan jenis kuman yang menginfeksi seperti virus, bakteri atau parasit dari bentuk feses. Hasil yang didapat : Makroskopis : warna kehujauan, konsistensi lembek, tidak berlendir dan tidak ada darah Mikroskopis : tidak ditemukan adanya telur cacing maupun leukosit.
9

Diagnosa Banding
GEA et causa infeksi virus GEA et causa infeksi bakteri GEA etiologi virus Manifestasi Klinis Manifestasi klinis berupa diare akut, demam, nyeri perut, dan adanya tanda dehidrasi GEA etiologi bakteri Diare dengan inflamasi: Diare yang disertai lendir dan darah dan disertai keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, ditemukannya gejala dan tanda dehidrasi Diare non inflamasi: Diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah (Watery diarrhea); Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali; Gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Data Laboratorium Pada pemeriksaan tinja rutin: Volume tinja banyak, warna kuninghijau, konsistensi cair, tidak ada darah, tidak berbau, tidak berbuih Diare karena inflamasi: pada pemeriksaan tinja rutin: Makroskopis (ditemukan lendir dan/ atau darah); Mikroskopis (leukosit PMN) Diare non inflamasi: pada pemeriksaan tinja secara rutin: tidak ditemukan leukosit.

Diagnosa Kerja Sementara


GEA et causa infeksi virus

Diagnosis Komplikasi
Dehidrasi ringan dengan skor 1 berdasarkan sistem Maurice King.

Usul Penatalaksanaan
10

Lima pilar penatalaksanaan diare 1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCL), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Oralit perlu diberikan segera bila anak diare, sampai diare berhenti. Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200cc), anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc oralit setiap kali buang air besar, anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar. Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit berkurang, pemberian ASI tidak terganggu, dan orangtua akan menghemat biaya. Pada pasien dengan dehidrasi ringan penatalaksanaannya adalah dengan memberikan larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan berat badan anak dan tetap menyusui anak kapanpun anak mau, namun bila anak sama sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah dan meskipun belum terjadi dehidrasi berat maka dapat diberikan infus untuk rehidrasi dengan cara menggunakan perkiraan kehilangan cairan <5% maka pemberian cairannya ialah: Untuk penanganan rehidrasi pasien dengan dehidrasi ringan menggunakan perkiraan kehilangan cairan <5% maka pemberian cairannya ialah: 1% s/d 4 % x 7600 gram = 76 ml s/d 304 ml (4 jam) = 19 ml s/d 76 ml (1jam) (menggunakan infus set tts makro 15 tetes/1 ml)
19 x 15 s/d 1 x 60 76 x 15 1 x 60 11

= 5 s/d 19 tpm (makro) Jadi dapat diberikan cairan rehidrasi intravena Ringer Laktat dengan kecepatan 19 tpm. Setelah itu segera evaluasi derajat dehidrasinya, apabila pasien sudah tidak menunjukkan tanda dehidrasi maka IVFD RL cukup maintenance dengan : 100 cc x 7,6 kg = 760 ml (24 jam) = 32 ml (jam) = 8 tpm (makro) Pemilihan larutan rehidrasi intravena pada pasien ini ialah menggunakan larutan Ringer Laktat. Berdasarkan literature, terapi cairan memiliki 2 tujuan yakni untuk resusitasi dan untuk rumatan. Terapi cairan resusitasi menggunakan kristaloid seperti Ringer Laktat, Ringer Asetat, dan NaCl 0,9%.

2. Zinc diberikan selama 10-14 hari (Zink 20 mg, 1x1 tablet per hari) Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak, zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zink berperan dalam penguatan sistem imun. Telah ditunjukkan bahwa zink berperan penting dalam modulasi sel T dan sel B. Zink berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus. Zink berperan sebagai kofaktor berbagai faktor transkripsi, sehingga transkipsi dalam sel usus dapat terjaga. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%.
12

Selama 10 hari dengan menyampaikan kepada ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan anak. Efek samping zinc sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada, biasanya hanya muntah. Namun pemberian zinc dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah. Zinc yang dilarutkan dengan baik akan menyamarkan rasa metalik dari zinc. Dosis: < 6 bulan = 10 mg/hari, > 6 bulan = 20 mg/hari selama 10-14 hari berturut-turut, bahkan ketika diare telah berhenti. Tiap tablet mengandung zinc sulfat 64,9 mg setara dengan zinc 20 mg.

3. ASI dan makanan tetap diteruskan ASI bukan penyebab diare. ASI justru dapat mencegah diare. Bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistim imunitas tubuh bayi. Jika anak masih mendapatkan ASI, maka teruskan pemberian ASI sebanyak ia mau. Jika anak mau lebih banyak dari biasanya, itu akan lebih baik. Biarkan dia makan sebanyak dan selama dia mau. Anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering. Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan batasi makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Untuk anak yang berusia kurang dari 2 tahun, anjurkan untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, teruskan pemberian susu formula. Ingatkan ibu untuk memastikan anaknya mendapat oralit dan air matang.

4. Antibiotik selektif

13

Tidak semua kasus diare memerlukan antibiotik. Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera. Ini sangat penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti tetrasiklin atau ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik. Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.

5. Nasihat kepada orang tua Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan.

Terapi Simptomatik Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita, yakni antipiretik (penurun panas) dan antimuntah.

Parasetamol sirup 3 x 3/4 cth (jika demam) Obat ini mempunyai nama generik acetaminophen. Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

14

Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi (4,5). Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa proinflamasi. Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif. Dosis: 10-15 mg/KgBB/kali 10 mg x 7,6 kg = 76 mg 15 mg x 7,6 kg = 114 mg 76-114 mg/kali Sediaan: 125 mg/5 ml x 60 ml jadi dapat diberikan 3/4 cth

Domperidone drop 3x4 tetes (jika muntah) Derivate benzimidazolin ini secara in vitro merupakan antagonis dopamine. Obat ini diindikasikan pada mual dan muntah, jadi efek obat ini secara klinis sangat mirip metoklopramid. Pada kasus ini dipilih domperidon karena daya penetrasi domperidon yang lemah dalam menembus sawar darah otak sehingga tidak

15

menimbulkan efek samping psikotropik dan neurologik dibandingkan dengan metoklopramide yang dapat menimbulkan efek samping ekstrapiramidal. Kerja domperidon dalam mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah. Penelitian terbatas melaporkan bahwa hasilnya memuaskan untuk dyspepsia pascamakan pada penderita diabetes dengan gastroparesis; mual dan muntah pada gastroenteritis dan akibat radiasi dan hemodialisis. Obat ini kurang berguna untuk mengatasi mual. Dosis: 0,25 - 0,6 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis 0,25 mg x 7,6 kg = 1,9 mg : 3 = 0,6 mg/kali 0,6 mg x 7,6 kg = 3,6 mg : 3 = 1,52 mg/kali 0,6-1,52 mg/kali Sediaan: drop 5 mg/mL = 5 mg/20 tetes, maka pasien diberikan 4 tetes/kali (0,2 cc/kali).

Pengobatan Dietetik (pemberian makanan) Pada diare akut penyebaran zat makanan dapat berkurang sekitar 30%, sehingga dengan pemberian makanan dapat mencegah terjadinya penurunan BB/gangguan gizi, mempercepat penyembuhan mukosa, merangsanag pemulihan dini fungsi pancreas dan produksi enzim disakarida oleh mikrovili usus. ASI selama diare ASI diteruskan, bahkan pemberiannya sebaiknya lebih sering karena mengandung zat-zat gizi yang nilainya tinggi dan mudah dicerna. Di samping itu, ASI mengandung faktor proteksi: immunoglobulin A, leukosi, makrofag, dan antibodi lainnya yang dapat membantu mempercepat penyembuhan diare. Makanan padat atau lunak pemberian makanan mulai diberikan segera setelah dehidrasi teratasi. Pemilihan makanan sebagai berikut: a. Gunakan makanan pokok yang matang dan lunak serta mudah dicerna seperti nasi, kentang, mie

16

b. Tingkatkan kandungan energinya dengan menambah 5-10 ml minyak untuk setiap 100 ml makanan c. Campur makanan pokok dengan kacang-kacangan dan sayuran serta bila mungkin tambahkan tahu, daging dan ikan d. Hindari makanan dan minuman yang manis Untuk perhitungan kebutuhan nutrisi pada orang sakit menggunakan rumus berikut: a. KH = 5-8 gr/kgBB/hari = 38 60,8 gr/hari b. Protein = 1,5-2 gr/kgBB/hari = 11,4 15,2 gr/hr c. Lemak = 3-4 gr/kgBB/hr = 22,8 30,4 gr/hr

17

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

Tutorial Klinik

GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN

Oleh: Tikha Devira Pasenggo 05.48829.00230.09

Pembimbing: dr. Indra Tamboen, Sp.A

LAB/SMF ILMU KESEHATAN ANAK FA K U L T A S K E D O K T E R A N U M U M U N I V E R S IT A S MU L A W A R M A N 2012

18

Anda mungkin juga menyukai