Anda di halaman 1dari 44

auditor, sedangkan variabel ukuran kantor akuntan publik pengaruhnya negatif terhadap independensi auditor.

Penelitian tentang independensi akuntan publik juga telah dilakukan oleh Novianty et. al (2001). Peneliti ini meneliti tentang faktor-faktor yang diduga mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik, yaitu: (1) ikatan kepentingan dan hubungan usaha dengan klien, (2) pemberian jasa lain selain jasa audit, (3) lamanya penugasan audit, (4) ukuran kantor akuntan publik, (5) persaingan antar kantor akuntan publik, dan (6) audit fee. Hasil penelitiannya menunjukkan bukti bahwa ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, pemberian jasa lain selain jasa audit, persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik dan audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. Sedangkan lamanya penugasan audit memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (1988) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik yaitu (1) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (2) jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3) lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) persaingan antar kantor akuntan, (5) ukuran kantor akuntan publik, dan (6) audit fee. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap independensi penampilan akuntan publik. Penelitian ini memiliki variabel yang sama dengan Supriyono (1988) kecuali pada variabel ikatan kepentingan keuangan

dan hubungan usaha dengan klien, jasa-jasa lainnya selain jasa audit, dan lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien. Variabel-variabel ini tidak diteliti lagi karena telah dibatasi dengan adanya keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-20/PM/2002. Penelitian ini menggunakan variabel persaingan kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan terhadap independensi akuntan publik. Penelitian ini juga memberikan perbedaan yaitu sampel yang digunakan yaitu KAP di wilayah Kopertis X.

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan bahwa yang menjadi

masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah persaingan antar kantor akuntan mempunyai pengaruh terhadap independensi akuntan publik?. 2. Apakah ukuran kantor akuntan mempunyai pengaruh terhadap independensi akuntan publik?. 3. Apakah audit fee mempunyai pengaruh terhadap independensi akuntan publik?.

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh persaingan antar kantor akuntan terhadap independensi akuntan publik. 2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran kantor akuntan terhadap independensi akuntan publik. 3. Untuk mengetahui pengaruh audit fee terhadap independensi akuntan publik. 1.3.2 Manfaat Penelitian Setiap penelitian pasti mempunyai manfaat yang diharapkan, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu bagi dunia akademik mengenai Pengaruh Persaingan antar kantor akuntan, Ukuran Kantor Akuntan, dan Audit fee terhadap Independensi Akuntan Publik. 2. Bagi Praktisi Meningkatkan kualitas akuntan publik dalam mempertahankan sikap indepedensi dalam melakukan proses audit. 3. Bagi Peneliti selajutnya Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat juga sebagai bahan acuan untuk melanjutkan penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Konsep Auditing Pada awal perkembangannya, auditing diartikan sebagai pemeriksaan atas laporan keuangan dalam arti mencari dan menentukan kecurangan serta kesalahan perhitungan. Tetapi selanjutnya auditing diartikan secara lebih tepat yaitu sebagai pemeriksaan atas laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kewajaran dari laporan keuangan. Menurut Mulyadi (2002) definisi auditing dibedakan menjadi dua yaitu definisi secara umum dan definisi ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, dimana definisi secara umum adalah sebagai berikut: Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Dari definisi diatas terkandung pengertian bahwa seorang auditor harus memiliki sikap mental yang bebas dan independen agar tidak ada pihak yang dirugikan serta harus qualified dan kompeten untuk memahami kriteria yang digunakan dan mengetahui dengan pasti jenis-jenis dan jumlah fakta uang dibutuhkan untuk dapat memperoleh kesimpulan yang tepat. Di samping itu juga diperlukan adanya kesatuan ekonomi dari laporan keuangan yang diperiksa sehingga batas-batas dan tanggung jawab atas pemeriksaan dapat dinyatakan secara jelas.

2.2 Akuntan Publik Akuntan publik yang disebut juga public accountant, external auditor, atau independent auditor (Fauzi, 2000:06) adalah akuntan profesional yang diberi izin oleh negara (dalam hal ini menteri keuangan) untuk berpraktek akuntan swasta yang independen dengan memberikan jasa-jasanya untuk suatu pembayaran tertentu. Menurut Mulyadi (2002:4) akuntan publik adalah akuntan yang berpraktek dalam KAP, yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam SPAP (auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultasi). Dari definisi para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntan publik adalah akuntan profesional yang diberi izin oleh negara untuk berpraktek dalam KAP yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam SPAP. 2.2.1 Independensi Akuntan Publik 2.2.1.1. Defenisi Independensi Independensi (SPAP, IAI, 1994:220.01) adalah tidak mudah dipengaruhi, sebab pendapat seorang akuntan pemeriksa dibutuhkan untuk menambah kepercayaan yang dianggap benar atas laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajemen. Independensi adalah suatu jaminan bagi akuntan, dimana jaminan diberikan terhadap pendapat yang diberikannya dan dia dituntut untuk mempertanggungjawabkannya terhadap pemakai laporan keuangan lainnya selain manajemen perusahaan yang diperiksanya. Menurut Alvin A.Arens dan James K. Loebbecke (1996:84) terjemahan Amir Abadi Yusuf independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan

penyusunan laporan audit. Menurut Mulyadi (2002:26) independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri akuntan dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Arens dan Loebbecke (2001) mendefinisikan independensi adalah cara pandang yang tidak memihak di dalam melaksanakan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit perusahaan bagi akuntan publika yang secara normatif berada diluar agent dan principal, selain pengetahuan yang memadai dan memiliki keahlian. Independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter sangat penting untuk profesi akuntan publik di dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan (auditing) terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.

Menurut Meigs dalam Supriyono (1986:19) pendapat akuntan publik mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan tidaj mempunyai nilai kecuali jika akuntan tersebut benar-benar independen. Mulyadi (2002:27) menyatakan bahwa dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan. Dalam hal ini, akuntan publik mempunyai kewajiban profesional yang sangat besar pada para pemakai laporan keuangan, meskipun akuntan publik tersebut tidak mengetahui siapa sebenarnya pemakai laporan keuangan. Akuntan publik harus memenuhi kewajiban profesionalnya, yaitu bersikap independen, meskipun hal ini berarti bertentangan atau mengingkari kehendak kliennya dan dapat berakibat akuntan publik tersebut tidak digunakan kembali oleh kliennya. Independensi merupakan martabat profesi akuntan publik yang secara

berkesinambungan harus dipertahankan dan manfaat akuntansi tergantug pada pengukuran yang luas terhadap pencapaian independensi secara berkesinambungan. Di Indonesia, independensi menjadi prinsip pertama dan utama, yang tertulis dalam standar umum yang kedua Auditing Ikatan Indonesia, yang dikeluarkan Ikatan Indonesia Kompertemen Akuntan Publik (IAI, 2001). Independensi bukan hanya penting secara formal. Banyak ahli dan peneliti di bidang akuntansi dan auditing, telah meletakkan landasan yang kuat pada konsep independensi, Vanasco (1996), mengungkapkan banyak penulis telah

mendefinisikan dan memakai independensi dari tataran filsafat, sosiologi, behavioral bahkan legal.

2.2.1.2. Sejarah Independensi Akuntan Publik Perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia banyak mengacu pada teori dan praktek akuntan publik di Amerika serikat (USA), hal ini disebabkan karena profesi akuntan publik berkembang pesat di USA. Demikian pula dengan independensi akuntan publik, di USA telah banyak diatur ketentuan tentang independensi akuntan publik. Di Indonesia ketentuan tentang independensi akuntan publik keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-20/PM/2002. Oleh karena itu, pembahasan mengenai sejarah independensi akuntan publik akan dimulai dengan uraian mengenai sejarah independensi akuntan publik di USA dan setelah itu baru dibahas sejarah independensi akuntan publik di Indonesia. 1. Sejarah Independensi Akuntan Publik di USA Kondisi-kondisi yang mendorong pengaturan independensi akuntan publik di USA lebih tegas dibandingkan dengan di Indonesia adalah sebagai berikut: a) Perkembangan perusahaan yang sangat cepat sehingga timbul banyak perusahaan besar. Untuk kepentingan pihak-pihak di luar perusahaan, laporan keuangan perusahaan besar tersebut umumnya perlu diaudit oleh akuntan publik sehingga independensi akuntan publik menjadi penting. b) Perkembangan pasar modal yang sangat cepat. Perkembangan pasar modal ini didorong oleh banyaknya PT go-publik (PT Terbuka) yang menjual sahamnya ke pasar modal. Pasar modal (SEC) mengharuskan laporan keuangan PT go publik diaudit oleh akuntan publik sehingga independensi akuntan publik menjadi penting.

c) Dibentuknya suatu organisasi profesi, yaitu AICPA, yang anggotaanggotanya hanya terdiri dari akuntan publik sehingga secara khusus dapat mengembangkan profesinya. Organisasi ini memiliki pengurus yang bekerja penuh waktu (full time) sehingga mereka dapat mencurahkan waktu dan pikirannya untuk memajukan organisasi profesi, termasuk mengatur masalah independensi akuntan publik. Meskipun kondisi masyarakat di USA mendorong pentingnya penentuan independensi akuntan publik secara tegas namun cara kerja AICPA bersifat reaktif. Organisasi tersebut menentukan peraturan independensi sebagai reaksi atas pendapat, saran, atau kritik yang datang SEC, Senat, Kongres, atau dari anggota masyarakat lainnya. Sebelum tahun 1933 profesi akuntan publik tidak mempunyai aturan yang ketat terhadap independensi akuntan publik. Pada masa itu di Amerika Serikat banyak akuntan publik yang memiliki saham perusahaan yang diaudit. Sebenarnya pada masa itu masalah independensi telah ada dalam ketentuan kode etik akuntan akuntan publik tetapi kode etik tersebut tidak mengatur secara khusus hal-hal yang dapat merusak independensi. Dalam tahun 1933, Securities Act, sebuah undang-undang mengenai saham, diumumkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Peraturan tersebut melarang akuntan publik untuk bertindak sebagai pejabat atau direktur perusahaan yang diperiksa, atau memiliki kepentingan keuangan yang substansial dalam perusahaan yang diperiksa. Akhirnya, dalam tahun 1934 AICPA secara formal memakai ketentuan

SecuritiesAct tersebut. Hal ini sejalan dengan didirikannuya SEC yang mewajibkan perusahaan yang akan dan sudah go publik diperiksa oleh akuntan publik. Peraturan mengenai independensi secara berangsur-angsur mengalami perubahan dan penambahan. Dalam tahun 1941 AICPA menentukan peraturan yang melarang akuntan publik memberikan pendapat atas laporan keuangan suatu perusahaan go publik jika akuntan publik tersebut memiliki kepentingan yang substanstial atau telah sanggup untuk memiliki kepentingan demikian. Namun, untuk tujuan kredit. Akuntan publik yang mempunyai kepentingan substansial masih diperbolehkan memberikan pendapat atas laporan keuangan perusahaan tersebut asalkan dia membuat pengungkapan yang cukup. Mulai tahun 1950 SEC menghapuskan istilah substansial pada peraturan mengenai memiliki kepentingan yang substansial. Dengan demikian, SEC tidak mengijinkan akuntan publik memiliki kepentingan keuangna dalam perusahaan yang diperiksa dan dia tidak boleh meiliki atau melakukan transaksi saham perusahaan yang diperiksa. Dalam tahun 1950-an, AICPA juga memasukkan peraturan yang melarang akuntan publik memeriksa suatu perusahaan jika akuntan publik: Memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung. Menduduki posisi sebagai promotor, penjamin emisi efek, wali amanat, direktur, pejabat, atau karyawan perusahaan yang diperiksa. Peraturan mengenai independensi akuntan publik semakin tegas dengan dikeluarkannya Rule 101 dan interpretasinya oleh AICPA dan Regulation S-X Rule 2.01 oleh SEC. Peraturan independensi yang dikeluarkan oleh kedua badan tersebut

10

sangat serupa. Keserupaan tersebut bukanlah secara kebetulan tetapi memang disengaja, sebab akuntan publik harus mentaati ketentuan-ketentuan independensi yang diatur oleh SEC. 2. Sejarah Independensi Akuntan Publik di Indonesia Di Indonesia, independensi akuntan publik secara resmi ditetapkan dalam kongres IAI tahun 1973. dalam kongres tersebut untuk pertama kalinya disetujui norma pemeriksaan akuntan dan kode etik bagi profesi akuntan. Norma pemeriksaan akuntan memasukkan masalah independensi ke dalam norma umum butir kedua besrta penjelasan butir tersebut. Kode etik profesi akuntan tersebut telah mengalami perubahan sebanyak dua kali tahun 1981 dan tahun1986. namun demikian, norma pemeriksaan akuntan dan kode etik tersebut belum mengatur secara tegas mengenai hal-hal yang dapat merusak independensi akuntan publik di Indonesia. Terdapat beberapa macam kondisi yang menyebabkan independensi akuntan publik belum diatur secara tegas pada waktu itu. Kondisi-kondisi tersebut antara lain sebagai berikut: a) Perkembangan perusahaan yang relatif kurang pesat sehingga perusahaan besar jumlahnya relatif sedikit. Hal ini mengakibatkan jasa audit belum banyak diperlukan oleh manajemen maupun masyarakat sehingga perhatian terhadap independensi akuntan publik juga masih kurang.

11

b) Perkembangan pasar modal lamban. Keadaan ini mengakibatkan masyarakat belum menaruh perhatian yang besar terhadap independensi akuntan publik. c) Organisasi profesi akuntan di Indonesia. Anggota IAI, sebagai wadah tunggal profesi akuntan di Indonesia, tidak hanya para akuntan publik tetapi juga para akuntan manajemen dan para akuntan yang bekerja pada bidang-bidang alinnya. Selain itu, para pengurus IAI tidak bekerja penuh waktu untuk organisasi. Keadaan ini mengakibatkan

perkembangan profesi akuntan publik relatif lamban dan independensi akuntan publik. Tetapi seiring pesatnya perkembangan dunia bisnis di Indonesia yang memasuki era globalisasi, masalah independensi akuntan publik mulai diperhatikan oleh masyarakat. Dan peraturan tentang independensi akuntan publik telan ditetapkan didalam keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep20/PM/2002. 2.2.1.3 Pentingnya Independensi Menurut IAI dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yaitu pada standar umum yang kedua berbunyi: dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independensi, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum (dibebankan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia

12

tidak memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun,

independensi dalam hal ini tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur (IAI 2001). Sikap mental independensi sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor harus independen setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang di auditnya. Di samping itu, auditor tidak hanya berkewajiban memperrahankan sikap mental independen, tetapi ia harus pula menghindari masyarakat meragukan independensinya. Komportemen Akuntan Publik Ikatan Indonesia (KAP-IAI) telah mengeluarkan peraturan mengenai independensi yang terumus dalam Aturan Etika Komportemen Akuntan pada butir 101 sebagai berikut: Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagai mana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

13

Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik berhubungan langsung dengan mutu pemeriksaan dan satu elemen penting kendali mutu adalah independensi (Novanty, 2001). Auditing imdependen telah menjadi begitu diperlukan. Oleh umum yang berkepentingan dalam hal yang berkaitan dengan keuangan, sehingga bukan hanya pihak-pihak yang diaudit tetapi juga individuindividu dan kelompok-kelompok lain harus diberi kepuasan dengan keteladanan dan kejelasan laporan keuangan dan laporan audit. Pihak-pihak luar ini mengandalkan pendapat yang diberikan oleh auditor dan kompoten yang dicirikan oleh independensi dan integritas moral. Apabila pendapat mereka dianggap tidak terandal, bisa timbul tuntutan hukum. Auditor bertanggung jawab atas pendapat mengenai laporan keuangan. Laporan keuangan adalah penyajian klien, tetapi pendapat yang diberikan adalah penyajian auditor. Pendapat tersebut harus mempunyai bobot integritas dan kompetensi profesional, dan harus dinyatakan secara independen dan tanpa konsesi (Holmes, 2000). Tulang punggung akuntan publik profesional adalah independensi. Ini dibuktikan oleh fakta bahwa independensi itu jelas dimuat di dalam Kode Etik dan di dalam Norma Pemeriksaan Akuntan Publik, kelayakan, pertimbangan, kejujuran dan independensinya, dimana kejujuran sebagai bagian yang tidak terpisahkan (Mautz, 2001). Kompetensi saja tidak cukup, auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit serta dalam melaporkan temuan-temuannya. Standar umum yang kedua ini mengaitkan peran auditor dalam perselisihan perburuhan atau

14

sebagai hakim dalam kasus hukum. Auditor juga harus memenuhi persyaratan independensi dalam Kode Perilaku Profesioanal (code of professional conduct) yang ada di AICPA (Boynton, 2003). Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasnya tidak hanya secara perseorangan tetapi dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat menilai seorang akuntan publik atau suatu kantor akuntan publik atau suatu kantor akuntan telah gagal mempertahankan independensinya, maka kemunngkinan besar, masyarakat menaruh kecurigaan terhadap independensi keseluruhan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, khususnya pemberian jasa pemeriksaan akuntan (supriyono, 2001). Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Menurut Mulyadi(2002), keadaan yang sering mengganggu sikap independensi auditor adalah sebagai berikut: 1. Sebagai orang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasa tersebut. 2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecendrungan untuk memuaskan keinginannya. 3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali menyebabkan lepasnya klien. Menurut Holmes (2003), independensi dapat lemah jika dalam kondisi sebagai berikut: 1. Selama menjalankan tugas profesinya, atau pada waktu mengeluarkan pendapat, dia atau kantornya ;

15

a.

Harus terikat untuk memperoleh secara langsung ataupun tidak langsung suatu keuntungan financial yang cukup material di dalam perusahaan itu atau menjadi perwalian suatu trust atau pelaksana atau pengurus harta warisan jika trust atau warisan mempunyai atau terikat untuk memperoleh secara langsung ataupun tidak langsung suatu keuntungan financial yang cukup material di dalam perusahaan itu.

b.

Mempunyai investasi bersama yang erat hubugannya dengan perusahaan itu atau dengan pejabatnya, atau direkturnya, atau pemegang saham yang jumlahnya cukup material dibandingkan dengan modal milik kantor itu sendiri.

c.

Mempunyai piutang kepaga atau pinjaman dari perusahaan atau pejabatnya, atau direkturnya, atau pemegang saham utamanya. Larangan terahir ini tidak berlaku untuk pinjaman-pinjamandari lembaga keuangan jika dibuat dengan prosedur, syarat atau ketentuan yang wajar :

1) Pinjaman yang diperoleh oleh anggota atau kantornya yang jumlahnya tidak material dibandingkan dengan mondal si peminjam 2) Hipotek rumah 3) Pinjaman lainnya yang mempunyai jaminan, kecuali pinjaman yang sematamata ditanggung oleh anggota kantor akuntan tanpa jaminan (Holmes, 2001).

16

2.

Selama periode yang diliput laporan keuangan, atau periode penugasan profesional atau pada saat mengeluarkan pendapat, dia atau kantornya: a.Telah terikat dengan perusahaan itu sebagai promoter, penjamin penerbitan saham atau perwalian hak suara, direktur atau pejabat atau kapasitas lainnya yang sama dengan kapasitas anggota manajemen atau pegawai. b. Menjadi wali untuk perwakilan atau perwakilan bagi hasil perusahaan.

2.2.1.4 Aspek Independensi Akuntan Publik Menurut Taylor (1997) dalam Arleen, ada dua aspek independensi, yaitu: a) Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. b) Independensi penampilan (image projected to the public/appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Independensi sikap mental ditentukan oleh kejujuran pikiran dan kemampuan akuntan publik mempertahankan sikap bebas dan tidak memihak selama pelaksanaan pemeriksaannya. Independensi penampilan ditentukan oleh kesan, penafsiran, pendapat, masyarakat terhadap independensi akuntan publik secara individual maupun secara keseluruhan. Untuk memelihara independensi penampilan, akuntan publik harus menghindari keadaan-keadaan yang membuat orang lain atau masyarakat meragukan kebebasannya. 2.2.1.5 Penggolongan Independensi Akuntan Publik

17

Selain dapat digolongkan ke dalam dua aspek independensi, yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan, sebagaimana telah diuraikan diatas, independensi akuntan publik dapat digolongkan secara lain. Mautz (2001) mengemukakan bahwa independensi akuntan publik dapat digolongkan menjadi dua yaitu : (1) independensi praktisi (practitioner-independence) dan independensi profesi (profession independence). Independensi praktisi adalah independensi nyata dari praktisi secara individual di dalam melaksanakan pekerjaannya. Independensi profesi adalah independensi penampilan akuntan publik sebagai kelompok profesi. Pengertian independensi praktisi sudah jelas. Independensi ini berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik jika istilah akuntan publik digunakan. Dalam hal ini akuntan publik tidak cukup untuk mempertahankan independensi praktisi tetapi juga harus menjaga dan

mempertahankan independensi profesi.dibawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai independensi praktisi dan independensi profesi. A. Independensi Praktisi Independensi praktisi meurut Mautz (2001), didasarkan pada pernyataan pikiran. Selain itu Mautz dan Sharaf (2001) menambahkan bahwa praktisi secara individual harus mempertahankan kejujuran umum tidak menaruh kepentingan dalam merumuskan dan menggambarkan pendapatnya, yang berarti menggunakan

18

pertimbangan yang tidak memihak dan obyektif terhadap fakta-fakta sebagai penentu pendapatnya. Agar dapat mempertahankan sifat independensi dengan baik, praktisi secara individual harus memiliki pengetahuan yang seksama terhadap tekanan-tekanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi independensi praktisi selanjutnya. Mautz dan Sharaf (2001) mrenggolongkan independensi praktisi kedalam tiga dimensi: (1) independensi penyusunan program, (2) independensi investigatif, (3) independensi pelaporan. Independensi penyusunan program adalah bebas dari pengendalian dan pengaruh yang tidak sepantasnya dalam memilih tehnik-tehnik dan prosedur pemeriksaan serta dalam penerapan tehnik-tehnik dan prosedur tersebut. Hal ini mensyaratkan bahwa akuntan pemeriksaan memiliki kebebasan untuk

mengembangkan program-programnya sendiri, termasuk langkah-langkah yang tercakup dan jumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan pelaksaan perjanjian pemeriksaan. Pedoman atau petunjuk independensi

penyusunan program adalah sebagai berikut : A. Bebas dari campur tangan manajerial atau perselisihan yang bermaksud untuk mengeliminasi, menentukan, atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa. B. Bebas dari campur tangan atau suatu sikap tidak mau bekerja sama mengenai penerapan prosedur yang dipilih. C. Bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subyek pekerjaan pemeriksaan untuk memeriksa selain yang disediakan untuk proses pemeriksaan, Mauttz dan Sharaf (2001).

19

Independensi investigatif adalah bebas dari pengendalian atau pengaruh yang tidak sepantasnya dalam pemilihan bidang-bidang, kegiatan-kegiatan, hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial yang akan diperiksa. Hal ini mensyaratkan bahwa tidak ada sumber informasi yang syah yang tertutup untuk akuntan pemeriksa. Pedoman atau petunjuk independensi investigatif adalah sebagai berikut : A. Langsung dan bebas mengakses semua buku-buku, catatan-catatan, pejabat, karyawan perusahaan, serta sumber informasi yang berhubungan dengan kegiatan, kewajiban-kewajiban, dan sumber-sumber bisnis. B. Aktif bekerja sama dengan pribadi manajerial selama pelaksanaan pemeriksaan akuntan publik. C. Bebas dari usaha-usaha manajerial untuk menentukan atau menunjuk kegiatan yang akan diperiksa atau untuk menentukan dapat diterimanya masalah pembuktian. D. Bebas dari kepentingan pribadi atau hubungan yang mengarah untuk mengeluarkan dari atau membatasi pemeriksaan pada kegiatan-kegiatan, catatan, orang-orang tertentu yang seharusnya tercakup dalam pemeriksaan, Mautz (2001). Indenpendensi pelaporan adalah bebas dari pengendalian atau pengaruh yang tidak sepantasnya dalam menyatakan fakta-fakta yang ditemukan dalam pemeriksaan atau dalam memberikan rekomendasi atau pendapat sebagai hasil pemeriksaan, petunjuk atau pedoman pelaporan indenpendensi adalah sebagai berikut :

20

A. Bebas dari perasaan kesetiaan atau kewajiban untuk memodifikasi pengaruh fakta-fakta yang dilaporkan pada pihak tertentu. B. Menghindari praktek untuk meniadakan persoalan-persoalan penting dari laporan formal ke laporan informal bentuk tertentu yang disenangi. C. Menghidari bahasa atau istilah-istilah yang mendua artinya secara sengaja atau tidak sengaja dalam pelaporan fakta-fakta, pendapat, dan rekomendasi, serta penafsirannya. D. Bebas dari usaha-usaha tertentu untuk mengesampingkan pertimbanganpertimbangan akuntan pemeriksaan terhadap isi laporan pemeriksaan yang mencakupi, baik fakta maupun pendapatnya. B. Independensi Profesi Mautz (2001) setuju dengan pendapat Carman bahwa seorang praktisi harus menghindari penampilan yang dapat merusah independensi. Akan tetapi, Mautz (2001) menambahkan bahwa profesi secara keseluruhan harus menghindari penampilan yang dapat merusak independensinya, jadi tidak hanya praktisi secara individual. Jika masyarakat, khususnya para pemakai langsung pelaporan pemeriksaan akuntan, mempunyai kepercayaan dan integritas profesi maka akuntan publik secara individual maupun keseluruhan profesi dapat mempunyai kesempatan secara maksimal dalam memberikan jasanya kepada mereka. Independensi profesi ini sangat erat dengan persepsi atau perasaan Independensi (perceived-independence) masyarakat terhadap Independensi akuntan publik. Paham independensi masyarakat terhadap akuntan publik terbentuk karena pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Jika dari pengamatannya

21

masyarakat mengetahui bahwa seorang akuntan publik, dan lebih-lebih jika banyak akuntan publik, bertindak tidak independen maka masyarakat kemungkinan tidak mempercayai profesi akuntan publik secara keseluruhan. Oleh karena itu, akuntan publik secara individual atau keseluruhan profesi harus dapat mempertahankan independensi profesi, (Mautz, 2001). Rusaknya independensi profesi mengakibatkan timbulnya kesulitan bagi para pemakai laporan keuangan. Mereka mungkin berpendapat bahwa

menggunakan laporan keuangan perusahaan yang tidak diperiksa akuntan publik sama saja dengan menggunakan laporan perusahaan yang tidak diperiksa oleh akuntan publik, atau mungkin mereka lebih mempercayai laporan keuangan yang disajikan langsung oleh perusahaan dari pada yang diperiksa oleh akuntan publik. Hilangnya kepercayaan terhadap independensi profesi juga harus dibayar mahal oleh masyarakat dan akuntan publik. Jika masyarakat tidak menaruh kepercayaan pada laporan keuangan perusahaan yang disajikan oleh perusahaan, maka bukannya menggunakan akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan tersebut, tetapi mereka cenderung memiliki sendiri petugas atau unit pemeriksa dan dengan kekuatan yang mungkin ada padanya memaksa perusahaan mau diperiksa oleh petugasnya (Mautz, 2001). Akuntan publik mempunyai alat pengendalian yang melekat di dalam diri mereka untuk dapat secara otomatis menjamin agar masyarakat tidak meragukan Independensi dan integritas profesinya. Oleh karena itu, seluruh anggota profesi akuntan publik harus menyadari bahwa pemeliharaan atau mempertahankan independensi profesi merupakan faktor penting untuk mengembangkan profesi

22

akuntan publik. Keraguan-keraguan masyarakat atau rusaknya independensi kantor akuntan publik yang disebabkan oleh satu kantor akuntan publik mengakibatkan masyarakat meragukan independensi akuntan publik secara keseluruhan atau profesi. Oleh karena itu, mereka harus menghindari faktor-faktor yang dapat merusak atau mengurangi independensi akuntan publik yang pada dasarnya adalah independensi penampilan akuntan publik (Mautz dan Sharaf, 2001). 2.2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik Untuk menjaga citra penampilan yang independen, setiap akuntan publik harus menjaga dan mempertahankan independensi dengan cara menghindari faktorfaktor yang mengakibatkan rusaknya independensi akuntan publik. Dengan demikian, mereka harus mengetahui faktor-faktor yang mungkin dapat merusak independensinya. Menurut Supriyono (1988:3) faktor-faktor yang mempengaruhi

independensi penampilan akuntan publik ada enam yaitu ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, jasa-jasa lain yang diberikan kepada klien, lamanya hubungan audit antara kantor akuntan publik dengan klien, persaingan antar kantor akuntan, ukuran kantor akuntan publik serta audit fee. Tiga faktor yaitu ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, jasa-jasa lain yang diberikan kepada klien, lamanya hubungan audit antara kantor akuntan publik dengan klien telah dapat dihindari oleh akuntan publik dengan adanya keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang independensi akuntan publik. Tiga faktor lainnya yaitu persaingan antar kantor akuntan, ukuran kantor akuntan publik, dan audit fee belum dapat dihindari dengan adanya peraturan

23

diatas, tiga faktor tersebut harus diwaspadai supaya tidak merusak independensi akuntan publik. Tiga faktor tersebut merupakan fokus penelitian ini yang akan dijelaskan di bawah ini. 1. Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Semakin banyak anggota profesi akuntan publik mengakibatkan persaingan antar akuntan yang satu dengan kantor akuntan yang lainnya semakin tajam. Persaingan tersebut mengakibatkan pula pergeseran-pergeseran pada organisasi kantor akuntan publik, antara lain: A. Timbulnya banyak kantor akuntan publik kecil. Kantor ini biasanya didirikan oleh anggota profesi yang baru mendirikan kantor akuntan publik atau anggota yang semula bergabung dengan suatu kantor akuntan publik kemudian memisahkan diri dan mendirikan kantor akuntan sendiri. B. Timbulnya penggabungan kantor akuntan publik yang satu dengan yang lain. Penggabungan ini bertujuan agar kemampuan dan daya saing suatu kantor akuntan semakin meningkat. Dengan penggabungan ini diharapkan dapat meningkatkan sumber keuangan, fasilitas penelitian, dan tenaga profesional dan ahli yang semakin besar sehingga daya saing memperebutkan klien besar juga semakin kuat C. Timbulnya kantor akuntan publik berskala nasional dan internasional. Kantor akuntan yang mampu bersaing memperbutkan klien besar kemungkinan dapat mengembangkan kantornya menjadi semakin besar dan memperluas daerah kegiatannya berskala nasional maupun

24

internasional.

Terdapat

kecendrungan,

karena

berbagai

alasan,

perusahaan besar memilih kantor akuntan publik yang besar pula. D. Timbulnya kantor akuntan publik nasional sebagai representatif publik internasional. Dorongan suatu kantor akuntan

kantor akuntan

menjadi representatif kantor akuntan lain yang lebih besar biasanya untuk meningkatkan nama baik dan keahlian kantor akuntan yang bersangkutan sehingga diharapkan dapat bersaing dengan kantor akuntan lain untuk memperebutkan klien yang besar. Kantor akuntan internasional biasanya hanya mau bekerjasama dengan kantor akuntan nasional yang relatif besar. Persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang besar terhadap independensi akuntan publik. Persaingan yang tajam mengakibatkan solidaritas profesional yang rendah sehingga untuk

mempertahankan klien agar tidak berpindah meminta jasa ke kantor akuntan lain, kantor akuntan cenderung tunduk pada tekanan manajemen klien. Solidaritas profesional adalah dukungan yang diberikan oleh suatu akuntan publik terhadap sesama anggota profesi jika kliennya ingin mengganti akuntan pemeriksa yang sekarang dipakai dan mencari jasa dari akuntan pemeriksa lainnya (Mautz, 1974:215). Sterling (1973) dalam Lestari (2005) mengemukakan bahwa tanggung jawab KAP jauh lebih berat dibanding dengan wewenang yang dimiliki karena masalah yang umumnya dihadapi oleh KAP adalah karena tidak adanya kekuatan dalam berhadapan dengan kliennya. Dengan adanya persaingan diantara KAP akan

25

semakin memperkecil wewenang yang dimiliki oleh KAP tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen perusahaan memiliki wewenang yang lebih kuat daripada wewenang yang dimiliki oleh KAP, sehingga dengan adanya persaingan diantara KAP memungkinkan manajemen perusahaan bebas untuk memilih suatu KAP tertentu atau berpindah dari suatu KAP ke KAP lainnya karena manajemen mampu menekan biaya audit yang ditawarkan oleh KAP jika KAP tidak mempunyai kekuatan untuk menekan perusahaan. 2. Ukuran Kantor Akuntan Publik Untuk menetukan ukuran kantor akuntan publik dapat digunakan berbagai variabel sebagai ukuran pengganti, misalnya jumlah relatif fee yang diterima oleh suatu kantor akuntan dari satu klien tertentu, atau ada tidaknya spesialisasi fungsi pada suatu kantor akuntan. Menurut Shockley (1999:768) kantor akuntan besar adalah kantor akuntan besar yang melaksanakan audit pada perusahaan yang terdaftar pada SEC (pasar modal), maka kantor akuntan kecil tidak melaksanakan audit pada perusahaan yang terdaftar pada SEC. Menurut Mautz (2001:213) suatu kantor akuntan kecil tidak memiliki sumber keuangan, fasilitas penelitian, staff untuk melaksanakan pemeriksaan pada perusahaan raksasa. Kemungkinan yang terjadi satuklien utama merupakan bagian penting praktek kantor akuntan tersebut dan menyumbangkan bagian terpenting total pendapatannya. Jika klien penting sangat mendominasi praktek suatu kantor akuntan, mempertahankan independensi dalam kenyataan merupakan masalah yang benar-benar sulit. Oleh karena itu, pengembangan kantor akuntan besar menjadi sesuatu yang besar menjadi sesuatu yang wajar, diperlukan untuk mengikuti

26

perkembangan klien, termasuk klien yang diperoleh dari badan usaha milik negara yang besar sebagaimana dalam bisnis. Menurut Mautz kantor akuntan besar lebih independen didalam mengaudit dibandingkan dengan kantor akuntan kecil karena dua alasan yaitu: untuk kantor akuntan besar, hilangnya satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya, kantor akuntan besar biasanya mempunyai departemen audit yang terpisah dengan departemen yang memberikan jasa bukan audit sehingga dapat mengurangi akibat negatif terhadap independensi akuntan publik. 3. Audit fee Audit fee yang diterima oleh suatu kantor akuntan dari klien tertentu mungkin merupakan sebagian besar dari total pendapatan kantor akuntan tersebut. Sebaliknya, mungkin audit fee yang diterima oleh suatu kantor akuntan dari klien tertentu hanya merupakan sebagian kecil dari total pendapatan kantor akuntan tersebut. Independensi dalam kenyataan dan independensi dalam penampilan suatu kantor akuntan perlu diragukan jika fee yang diterima dari satu klien merupakan bagian yang signifikan dari total pendapatan kantor akuntan tersebut. Pihak-pihak yang berpendapat bahwa audit fee yang besar dapat mengurangi independensi didasari pada beberapa alasan sebagai berikut: Kantor akuntan yang menerima audit fee besar merasa tergantung pada klien tersebut sehingga segan menentang pendapat klien, meskipun pendapat klien tersebut mungkin tidak sesuai dengan prinsip akuntansi

27

yang diterima umum atau mengakibatkan akuntan pemeriksa tidak dapat melaksanakan norma pemeriksaan akuntan secukupnya. Kantor akuntan yang menerima audit fee besar dari seorang klien takut kehilangan klien tersebut karena akan kehilangan sebagian besar pendapatanya sehingga kantor akuntan tersebut cenderung tidak independen. Kantor akuntan cenderung memberikan counterpart fee yang besar kepada salah satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit, meskipun hal ini dilarang oleh kode etik, sehingga tindakan ini cenderung menimbulkan hubungan yang tidak independen dengan kliennya. Audit fee yang kecil kemungkinan dapat mengakibatkan suatu kantor akuntan publik lebih independen karena alasan-alasan sebagai berikut: Kantor akuntan tidak merasa tergantung pada klien tertentu sehingga lebih berani menentang kehendak klien yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Hilangnya klien yang audit fee-nya kecil tidak mengakibatkan turunnya pendapatan kantor akuntan dalam jumlah yang relatif besar. 2.3. Persaingan Antar kantor Akuntan dan Independensi Akuntan Publik Persaingan antar kantor akuntan publik dapat diidentifikasikan sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan jasa audit ditandai

28

dengan adanya kantor akuntan lain yang memasuki market audt untuk mengambil mamfaat dari kesempatan yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran yang agresif. Kantor akuntan yang berada dalam sebuah lingkungan persaingan yang kompetitif mungkin sulit untuk bersikap independen karena klien dapat dengan mudah untuk mendapatkan pelayanan jasa audit dari kantor akuntan yang diinginkan. Terdapat dua pendapat yang saling bertentangan mengenai pengaruh faktor persaingan terhadap independensi akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan audit. Subkomite Metcalf (2003) yang dibentuk oleh senat Amerika Serikat berpendapat bahwa persaingan antar kantor akuntan hanya mempunyai pengaruh yang relatif terhadap Independensi akuntan publik, hal ini disebabkan delapan besar kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang bessar dalam penyusunan prinsipprinsip dan kebijaksanaan akuntansi (US Senete, 2003). Dilain pihak Komite Cohen (2003) berpendapat bahwa persaingan antar kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang besar terhadap Independensi kantor akuntan publik. Penelitian empiris yang dilakukan oleh Shockley (2002) menunjukkan bahwa persaingan yang tajam meningkatkan resiko akuntan publik kehilangan Independensi. Semakin banyak anggota profesi akuntan publik mengakibatkan persaingan antar akuntan yang satu dengan kantor akuntan yang lainnya semakin tajam. Persaingan tersebut mengakibatkan pula pergeseran-pergeseran pada organisasi kantor akuntan publik. Persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang besar terhadap independensi akuntan publik. Persaingan yang tajam mengakibatkan solidaritas profesional yang rendah sehingga untuk

29

mempertahankan klien agar tidak berpindah meminta jasa ke kantor akuntan lain, kantor akuntan cenderung tunduk pada tekanan manajemen klien.(Mautz, 2001:215) Temuan hasil riset Gul (1999) menunjukkan bukti empiris bahwa kantor akuntan publik yang beroperasi dalam lingkungan kompetitif lebih menguntungkan dibanding kantor akuntan publik yang beroperasi pada lingkungan yang tidak kompetitif. Penelitian empiris yang dilakukan oleh Shockley (2002) menunjukkan bahwa persaingan yang tajam meningkatkan resiko akuntan publik kehilangan independensi. Penelitian Supriyono (1988) juga menunjukkan bahwa persaingan antar kantor akuntan mempengaruhi independensi. Penelitian Novianty et. al (2001) menunjukkan bukti empiris yang sebaliknya, yaitu persaingan antar kantor akuntan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut: H1:persaingan antar kantor akuntan berpengaruh terhadap independensi kuntan publik 2.4. Ukuran Kantor Akuntan dan Independensi Akuntan Publik Menurut Shockley (1998:768) kantor akuntan besar adalah kantor akuntan besar yang melaksanakan audit pada perusahaan yang terdaftar pada SEC (pasar modal), maka kantor akuntan kecil tidak melaksanakan audit pada perusahaan yang terdaftar pada SEC.

30

Mautz (2001) mengatakan bahwa kantor akuntan besar lebih independen didalam mengaudit dibandingkan dengan kantor akuntan kecil karena dua alasan yaitu: untuk kantor akuntan besar, hilangnya satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya, kantor akuntan besar biasanya mempunyai departemen audit yang terpisah dengan departemen yang memberikan jasa bukan audit sehingga dapat mengurangi akibat negatif terhadap independensi akuntan publik. Penelitian Hartley dan Ross (2000) menunjukkan bahwa kantor akuntan besar lebih independen dibandingkan kantor akuntan kecil. Menurut penelitian Shockley (1998) menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik yang ukurannya lebih kecil berpotensi untuk tidak independen dibanding dengan kantor akuntan publik yang ukurannya lebih besar. Penelitian Supriyono (1988) menyatakan bahwa ukuran kantor akuntan berpengaruh terhadap independensi penampilan akuntan publik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novianty (2001). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut: H2: ukuran kantor akuntan berpengaruh terhadap independensi akuntan publik. 2.5. Audit Fee dan Independensi Akuntan Publik Saat ini sedang ramai dibahas berapa besar audit fee minimal bagi akuntan publik. Tentu saja pembicaraan masalah ini cukup panjang mengingat banyak hal faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya audit fee adalah:

31

1. Besar kecilnya audit atau audience. Jelas masalah ini menjadi krusial jika ketika kita melihat banyak yayasan atau organisasi nirlaba yang memerlukan jasa audit namun dengan kondisi keuangan yang minim. Dalam hal ini organisasi profesi mungkin termasuk kelompok di dalamnya. 2. Lokasi kantor akuntan publik. Biaya overhead kantor akuntan publik di daerah secara umum lebih kecil dibanding dengan biaya overhead di Jakarta. 3. Ukuran akuntan publik. Ketika dikaitkan dengan besar kecilnya kantor, kantor yang berdomisili di Jakarta akan memiliki standar gaji yang jauh berbeda jika kita membandingkan dengan kantor akuntan publik yang terletak di pinggir kota. Menurut Supriyanta (2007), faktor-faktor di atas akan berpengaruh terhadap penentuan besar audit fee yang akan dibebankan kantor akuntan publik kepada kliennya. Faktor lain seperti berapa target profit yang akan didapatkan owner juga akan jelas menjadi sangat besar pengaruhnya. Seperti yang kita ketahui terdapat dua macam audit fee, yang pertama yaitu, adanya fee profesional yaitu besarnya fee yang dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan , tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

32

Yang kedua yaitu adanya fee kontinjen yaitu fee yang ditetapkan untuk melaksanakan jasa profesional tanpa adanya tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau hal dalam perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur, anggota KAP tidak dibenarkan untuk menetapkan fee kontinjen apabila pendapat tersebut dapat mengurangi independensi, Suprianta (2007). Independensi dalam kenyataan dan independensi dalam penampilan suatu kantor akuntan perlu diragukan jika fee yang diterima dari satu klien merupakan bagian yang signifikan dari total pendapatankantor akuntan tersebut. Penelitian empiris yang dilakukan Supriyono (1988) menunjukkan bahwa audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik. Menurut Novianty (2001) audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut: H3:Ada pengaruh yang signifikan antara audit fee terhadap independensi akuntan publik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

33

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akuntan publik, baik akuntan senior maupun junior yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di kota Padang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probability, Karena jumlah sampel dalam populasinya tidak terlalu banyak. Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di kota Pekanbaru. 3.2 Sumber dan Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dimana sumber data didapat dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dan hasil dari kuesioner tersebut yang kemudian dijadikan data dalam peneltian ini. 3.3 Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Dalam penelitian ini terdapat tiga variable independen yang terdiri atas variabel persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik, dan audit fee. Dimana masing-masing variabel tersebut dibahas sebagai berikut : 1) Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik kemungkinan mempunyai pengaruh yang besar terhadap independensi kantor akuntan publik. Keadaan ini disebabkan karena kantor akuntan publik khawatir

34

kliennya akan mencari kantor akuntan lain yang mau mengaudit atau memberikan pendapat yang sesuai dengan keinginan klien. 2) Ukuran Kantor Akuntan Publik Penelitian Hartley dan Ross (1972) menunjukkan bahwa kantor akuntan besar lebih independen dibandingkan kantor akuntan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu: Untuk kantor akuntan besar, hilangnya satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya. Kantor akuntan besar biasanya mempunyai departemen audit yang terpisah dengan departemen yang memberikan jasa lain kepada klien sehingga dapat mengurangi akibat negatif terhadap independensi akuntan publik. 3) Audit fee

Biaya audit merupakan besarnya atau jumlah fee yang ditawarkan oleh suatu KAP kepada perusahaan yang berkaitan dengan pekerjaan audit. Audit fee yang besar kemungkinan dapat mengakibatkan

berkurangnya independensi akuntan publik karena beberapa alasan sebagai berikut: Kantor akuntan yang memeriksa merasa tergantung pada klien tersebut sehingga segan untuk menentang kehendak klien. Kantor akuntan takut kehilangan klien yang dapat mendatangkan pendapatan yang besar jika tidak menuruti kehendak klien. Audit fee yang kecil kemungkinan dapat mengakibatkan akuntan publik lebih independen karena: kantor akuntan tidak merasa tergantung pada klien tersebut sehingga lebih berani menantang

35

kehendak klien. Hilangnya klien tidak menyebabkan turunnya pendapatan kantor akuntan dalam jumlah yang relatif besar. 2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah independensi akuntan publik. Independensi (SPAP, IAI, 1994:220.01) adalah tidak mudah dipengaruhi, sebab pendapat seorang akuntan pemeriksa dibutuhkan untuk menambah kepercayaan yang dianggap benar atas laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajemen. Independensi adalah suatu jaminan bagi akuntan, dimana jaminan diberikan terhadap pendapat yang diberikannya dan dia dituntut untuk

mempertanggungjawabkannya terhadap pemakai laporan keuangan lainnya selain manajemen perusahaan yang diperiksanya. 3.3.2 Pengukuran Variabel a. Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Variabel persaingan antar kantor akuntan publik diukur dengan

menggunakan instrumen yang terdiri atas 4 item pertanyaan yang diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak setuju). b. Ukuran Kantor akuntan publik Variabel biaya audit diukur dengan instrumen yang terdiri atas 4 item pertanyaan yang diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak setuju). c. Audit fee Variabel audit fee diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri atas 4 item yang diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak setuju). d. Independensi akuntan publik

36

Variabel independensi akuntan publik diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri atas 6 item pertanyaan. Untuk masing-masing pilihan jawaban diberi skor dengan 1 (satu) untuk jawaban ya dan 0 (nol) untuk jawaban tidak.

Gambar 1. Model Penelitian Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Ukuran Kantor Akuntan Publik Audit fee Independensi Akuntan Publik

Variabel Independen 3.4 Teknik dan Alat Pengumpul Data

Variabel dependen

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survey. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Metode kuesioner yang dipakai adalah dengan cara di antar langsung . Untuk menghindari timbulnya keragu-raguan responden terhadap berbagai pertanyaan yang mungkin dianggap sensitif, maka dalam surat permohonan juga diterangkan bahwa informasi dari responden akan dijamin kerahasiannya. Dalam surat permohonan pengisian kuesioner para responden di tawarkan ringkasan hasil penelitian sebagai balasan atas partisipasi mereka. 3.4.1 Teknik Analisis Data

37

3.4.1.1 Uji Validitas dan Reliabitas Suatu instrumen dikatakan valid apabila mencakup validitas internal (validitas rasional) dan validitas eksternal. Validitas internal adalah kemampuan secara teoritis atau rasional dari instrumen riset tersebut untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam hal ini suatu alat pengukuran akan dikatakan valid secara internal apabila dapat menunjukan bahwa perbedaan yang ditemukan oleh alat pengukur tersebut menggambarkan perbedaan yang sebenarnya dari masalahmasalah yang diuji (Sugiono ; 95-101). Sedangkan validitas eksternal adalah sampai sejauh mana hubungan kausal yang diukur dalam penulisan tersebut dapat digeneralisasikan ke orang, situasi dan waktu yang lain. Pengujian validitas dilakukan dengan analisa faktor melalui varimax rotation. Butir pertanyaan yang dimasukkan dalam analisa data adalah item yang memiliki factor loading lebih dari 0,4 (Chia, 1995); ini menunjukan tingkat kesesuaian antara variable dan faktornya (hair,et.al. 1998). Setelah melakukan uji validitas, peneliti melakukan pengujian reliabilitas untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran variable. Pengujian yang reliable menunjukkan instrument sudah dipercaya. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cronbach alpha untuk menguji seluruh skala yang digunakan. Suatu instrument dikatakan reliable bila memiliki cronbach alpha lebih dari 0,5 (Nunnaly, 1978). 3.4.1.2 Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk melihat kelayakan model serta untuk melihat apakah terdapat pelanggaran asumsi klasik dalam model regresi linier

38

berganda, karena model regresi yang baik adalah harus lolos dari pengujian asumsi klasik (Damodar, 1998). Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah : .1 Uji Normalitas Menurut Central Limit Theorem asumsi normalitas akan terpenuhi apabila jumlah sample yang digunakan lebih dari atau sama dengan 30 (Mendenhall dan Beaver,1992). Tujuan dari uji normalitas untuk menguji dalam sebuah model regresi baik variabel depeden, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, yang akan digunakan untuk mengetahui apakah menggunakan statistik parametik atau nonparametik. Untuk mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan (Santoso, 2000) : 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas 2) Jika data menybar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Cara lain yang juga dapat digunakan untuk menguji kenormalan suatu data adalah dengan melakukan uji one-sample kolmogorof-smirnov test, dengan memperhatikan nilai Asymp. Sig(2-tailed0 lebih besar dari 0.05 .2 Uji Multikolonearitas

39

Multikolonearitas adalah suatu keadaan yang menggambarkan adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti antara beberapa atau semua variabel independen yang diteliti. Multikolonearitas akan mengakibatkan koefisien regresi tidak pasti atau mengakibatkan kesalahan standarnya menjadi tidak terhingga, sehingga menimbulkan bias spesifikasi. Hair dkk (!995) menawarkan cara mengetahui ada atau tidaknya multikolonearitas, yaitu dengan melihat besarnya nilai toleransi atau Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF berada sisekitar angka 10 dan nilai toleransinya mendekati 1 maka tidak terjadi multikolonearitas atau sebaliknya. 3.4.2 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah persaingan antar kantor akuntan, ukuran kantor akuntan publik, dan audit fee (variabel independen) akan mempengaruhi independensi akuntan publik (variabel dependen) model pengujian regresi berganda untuk H1, H2, dan H3 adalah: Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e Dimana: Y = Independensi akuntan publik = Koefisien Konstanta

12 3 = Koefisien Regresi X1 = Persaingan antar Kantor Akuntan Publik

40

X2 X3 e

= Ukuran Kantor Akuntan Publik = Audit fee = Error

dalam melakukan analisa persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik, dan audit fee serta untuk analisa regresi berganda, penulis menetapkan tingkat signifikasi = 5 %. Jika hasil pengujian lebih tinggi dari tingkat signifikasi, maka hipotesis ditolak, dan sebaliknya jika hasil pengujian lebih rendah dari tingkat signifikasi, maka hipotesis diterima. 3.4.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui besarnya variasi variabel dependen (IndependensiAkuntan Publik) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik, dan audit fee) diperlihatkan oleh koefisien determinasi atau R2. nilai R2 ini terletak antara 0 dan1. R2 mendekati 0, berarti sedikit sekali variasi variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. Jika nilai R2 bergerak mendekati 1 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. Jika ternyata dalam perhitungan nilai R2 sama dengan 0 maka ini menunjukkan bahwa variabel dependen tidak bias dijelaskan oleh variabel independen (Gujarati;1999). Rumus yang dipergunakan untuk menghitung R2 adalah sebagai berikut:
ESS R2 = TSS

Dimana : R2 = Koefisien determinasi

ESS = Explaned Sum Square / jumlah kuadrat yang dijelaskan 41

TSS = Total Sum Square / jumlah total kuadrat

3.4.2.2 Uji F (F-test) Sedangkan untuk melakukan pengujian dapat menerangkan keberartian variabel secara keseluruhan digunakan pengujian F (F-test), dengan rumus sebagai berikut

R /( - 1) F= (1 R )/(n - k)
2

Dimana : R2 = Koefisien determinasi K = Jumlah variabel independen n = Jumlah sample Jika signifikan nilai variabel independent ternyata lebih besar dari =5 % yang dilihat pada hasil analisa regresi berganda, maka keputusan dari hasil temuan tersebut adalah Ho diterima Ha ditolak. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hasil temuan tersebut tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Begitu juga sebaliknya, jika nilai signifikan variabel independen kecil dari = 5 %, maka keputusan hasil temuan tersebut adalah Ho ditolak Ha diterima. Dandapat disimpulkan bahwa hasil temuan tersebut signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. 3.4.2.3 Uji t (t-test) Untuk mengetahui keberartian pengaruh masing-masing varibel independen (persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik, dan audit

42

fee) terhadap variabel dependen (Independensi akuntan publik), maka dilakukan uji t (t-test) dimana rumusnya sebagai berikut: T=

n n

Dimana : T = Nilai mutlak pengujian n = Koefisien regresi masing-masing variabel S n= Standar error masing-masing variabel Dengan asumsi bahwa jika nilai signifikan variabel independen yang dapat dilihat dari hasil analisis regresi menunjukkan besar = 5 %, maka keputusan hasil temuan tersebut adalah Ho ditolak. Dan dapat disimpulkan bahwa hasil temuan tersebut tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Begitu juga jika nilai signifikasi variabel independen kecil dari pada = 5 % maka keputusan adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dan dapat disimpulkan bahwa hasil temuan tersebut signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

DAFTAR PUSTAKA

43

Bapepam Departemen Keuangan RI,peraturan pasar modal (Jakarta : Bapepam, 1985),hal 12-13. Gul, Ferdinand A. 1989. Banker`s Perceptions of Factors Affecting Auditor Independence. Accounting, Auditing & Accountancy Journal, Vol. 2, No.3. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta. Lavin, D. 1976. Perception of the Independence of the Auditor. The Accounting Review, January. Mautz, R. K. dan Neary, R. D. Corporate Audit Committee-Quo Vadis!, The Accounting Review, Oktober 1979. Mulyadi, Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Salemba Empat, Jakarta. Novianty, et. al. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik, Jurnal Akuntansi Keuangan & Auditing Indonesia, Vol. 5 No. 1, UII, Yogyakarta. Purnamasari, St. Vena. 2006. Sifat Machiavellian dan Pertimbangan Etis: Anteseden Independensi dan Perilaku Etis Auditor. SNA 9 Padang. Shockley, R.A. 1981. Perceptions of Auditor Independency: An Empirical Analysis, The Accounting Review, Oktober. Supriyati, Nurmala Ahmar, R. Wilopo. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik di Surabaya, VENTURA, Vol. 5 No. 1, April. Supriyono. 1988. Pemeriksaan Akuntan (Auditing): Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Wulandari et. al. 2007. Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi independensi Auditor Eksternal Menurut Persepsi banker The 1st Accounting Conference Faculty of Economics Universitas Indone sia Depok.

44

Anda mungkin juga menyukai