Anda di halaman 1dari 3

PENYAKIT ULSERASI APHTHOUS BERULANG : MANIFESTASI KLINIS DAN PENATALAKSANAAN

PENDAHULUAN Ulserasi aphthous berulang (RAU) merupakan ulserasi oral kedua yang paling umum jenis setelah traumatis ulserasi. Namun demikian, ia merupakan jenis penyakit ulseratif berulang yang paling umum di mulut dan memiliki sejumlah gejala khusus yang menempatkannya bersama kondisi dermatosis berulang dan mukokutan. Konsep ini tidak disetujui oleh banyak ahli klinis dan karenanya kondisi ini diasingkan sebagai "ulkus mulut" yang terbatas dan tidak memerlukan pengobatan khusus selain antiseptik / anestesi sebagai pengobatan persiapan. Namun, jika tingkat fungsional morbiditas dan pembatasan yang disebabkan oleh eksaserbasi RAU yang dapat menular ke bagian lain dari tubuh, akan menerima perawatan dini dan spesifik. Tujuan jurnal ini, adalah untuk menyajikan manifestasi klinis utama RAU, tempat penyakit dalam posisi yang benar sebagai penyakit mukosa dimediasi imunologi dan menyarankan rencana pengelolaan. DEFINISI Ulser adalah luka terbuka dari mukosa mulut sehingga menyebabkan pemaparan dari lamina propria. Ia dapat diklasifikasikan pada sejumlah basis dan yang paling umum tercantum pada Tabel 1. Ulserasi aphthous didefinisikan oleh penulis sebagai, penyakit berulang non infeksi, non-vesikular dan dimediasi oleh imunologi pada mukosa oral. EPIDEMIOLOGI Sekitar 20 persen dari populasi umum dipengaruhi oleh RAU dengan onset pada kanakkanak sehingga usia pertengahan. Beberapa populasi memiliki insiden jauh lebih tinggi ,dan setidaknya dalam beberapa kasus, tampaknya terkait dengan tingkat pendidikan yang tinggi, stres pribadi serta pekerjaan individu. Misalnya, dari penelitian oleh Fakultas Gigi The University of Queensland didapati sekitar 50 persen siswa dari universitas tersebut akan menderita RAU. RAU yang muncul pada dewasa atau RAU yang sudah menampakkan komplikasi sering mendasari dari sistemik termasuk penyakit hematologi, imunologi dan jaringan ikat kondisi dan ini memerlukan investigasi dan eliminasi. Kira-kira 40 sampai 50 persen pasien yang melapor ditemukan mempunyai sifat hereditari, dimana dalam kebanyakkan kasus ini berkorelasi dengan onset dan keparahan penyakit. Menurut penelitian terperinci dan bukti berbasis laboratorium ternyata tampak dasar genetik dalam kondisi ini namun mekanisme kejadian belum dapat ditentukan. Dari penelitian klinis yang relevan ditemukan 90 persen kejadian RAU pada anak-anak ternyata kedua orang tuanya memiliki RAU aktif. Manifestasi pada kedua orang tua mencadangkan ulserasi yang terjadi merupakan suatu penyakit menular. Para penulis percaya bahwa penting bagi pasien untuk menyadari kemungkinan penularan genetik. Ini menempatkan RAU di perspektif sebagai kondisi genetik dan menjelaskan mengapa beberapa generasi tidak

mengekspresikan penyakit tetapi memiliki trait. Tingkat pemahaman pasien yang baik dapat membatasi penyebab penyulit dan melawan pemicu kondisi ulserasi serta menghindari kekambuhan.

PENGOBATAN ALTERNATIF Berbagai agen imunomodulator telah digunakan dalam penatalaksanaan RAU dalam jangka waktu yang lama. Namun didapati keberhasilan dari penanganan kurang memuaskan dari strategi yang telah diusulkan walaupun ada yang berhasil yaitu dalam persentase kecil pada pasien dengan penyakit refraktori dan terutama mereka yang RAU terkait dengan kondisi sistemik. Obat-obat immunomodulator yang digunakan meliputi thalidomide, pentoxifylline, colchicine dan etanercept, tidak disarankan untuk praktek umum tetapi praktisi harus menyadari bahwa mereka tersedia dengan obatan ini dan banyak lagi obat baru sedang diuji coba, dan beberapa obat itu sangat berhasil dalam mengobati RAU. KESIMPULAN Dari pengalaman para penulis didapati mayoritas kegagalan pengobatan RAU adalah dikarenakan kurang perhatian terhadap protokol dasar yang diajukan dalam konteks. Dalam arena kedokteran gigi, disarankan pencegahan dan dianjurkan supaya pasien sesuai akan menerima setiap manfaat yang dijanjikan dari rencana, sering control ulang sebagai pencegahan individu, menerima dukungan awal, serta mematuhi pemantauan dan peninjauan teratur. Jika parameter ini sama ditransposisikan untuk RAU maka frekuensi sukses pengelolaan RAU akan meningkat. Dari kebanyakan cara manajemen RAU dan pencegahan, sering tidak dapat diberantas RAU tetapi dapat dikontrol dengan memberi perhatian khusus secara seksama.

Anda mungkin juga menyukai