Anda di halaman 1dari 16

Penyakit Degeneratif

HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan masalah besar tidak hanya di negara Barat tapi juga di Indonesia. Pada penderita Hipertensi jantung akan bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu dan selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada otak, mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal).

Epidemiologi
Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, Tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi Dari penderita yang mendapat mendapat medikasi hanya satu-pertiga mencapai target darah yang optimal/normal.

Angka Kejadian Hipertensi tidak terdistribusi secara merata. Hingga usia 55 tahun = pria>>wanita. Namun setelah terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi wanita >> pria

Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko mayor untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. AHA melaporkan, 69% dari penderita serangan jantung, 77% dari penderita stroke dan 74% dari penderita gagal jantung mengidap hipertensi.

Faktor Resiko
Kolesterol Merokok DM Obesitas Stress

Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Menghindari faktor Resiko Perilaku hidup sehat terdiri dari beberapa komponen :
Kegiatan fisik yang cukup dan teratur Pola makan yang sehat (Diet diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat,diet rendah energi. Pikiran yang tenang Jauhi rokok

2. Pencehagan Sekunder pengendalian faktor resiko dan pencegahan komplikasi penyakit yang menetap

DIABETES MELITUS TIPE 2


Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena prnyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi dan dapat timbul secara perlahan-lahan, sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan

Epidemiologi
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM Pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.

Berdasarkan data Depkes jumlah pasien Diabetes Mellitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4% wanita hamil menderita Diabetes Gestasional Data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dari berbagai penelitian epidemiologis menunjukkan, sekitar tahun 1980-an prevalensi diabetes pada penduduk di atas usia 15 tahun adalah 1,5-2,3%. Penelitian tahun 1991 di kota Surabaya mendapatkan prevalensi 1,43% pada penduduk di atas 20 tahun.

Di pedesaan Jawa Timur tahun 1989, prevalensinya 1,47%. Hasil penelitian di Jakarta menunjukkan adanya peningkatan prevalensi diabetes dari 1,7% (1982) menjadi 5,7% (1993). Sementara di Depok dan Jakarta, tahun 2001 angkanya 12,8%. Prevalensi diabetes di Makassar meningkat dari 1,5% (1981) menjadi 2,9% (1998)

Faktor Resiko
Usia > 45 tahun BB lebih Ada garis keturuna Abortus berulang Infertilitas

Pencegahan
1. Pencegahan primer yang diperuntukkan bagi kelompok resiko tinggi yang belum terkena tetapi berpotensi menderita DM dan mencegah DM dengan menjaga kesehatan tubuh, dengan gaya hidup sehat, tidak merokok, olahraga teratur dan terukur, serta menghindari junk-food. 2. Pencegahan Sekunder deteksi dini dan terapi sejak awal untuk menghindari penyulit lain yang lebih berakibat fatal sampai kematian, yaitu dengan mengikuti test penyaring gula darah, menjaga kesehatan gigimulut, kuku, kulit, mata, melakukan diet menyenangkan, serta melakukan pemeriksaan umum 6-12 bulan. 3. Ketiga pencegahan tersier dengan rehabilitasi medis, fisik dan mental, perawatan spesialistik menyeluruh, mencegah kecacatan lebih berat

Kesimpulan
Penyakit usia lanjut di dominasi oleh penyakit degeneratif (tidak menular). Penyakit Degeneratif bisa di cegah, setidaktidaknya di tunda selama mungkin. Pencegahan harus dimulai sedini mungkin. Pencegahan memerlukan konsistensi, dan kesinambungan yang harus merupakan gaya hidup Hidup normal dengan menyandang penyakit bukan tidak mungkin.

Anda mungkin juga menyukai