Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Etiologi
Tonsilitis dan faringitis
Infeksi gigi
Prosedur bedah oral Infeksi atau obstruksi kelenjar saliva Trauma kavitas oral dan faring Instrumen (esophagoscopy, bronchoscopy)
Cervical lymphadenitis
Branchial cleft anomalies Thyroglossal duct cysts Thyroiditis Mastoiditis+ petrous apicitis dan Bezold abscess Necrosis and suppuration of a malignant cervical
Patologi
Superior dan lateral tonsil: jaringan ikat longgar sering mengalami infiltrasi supurasi palatum mole membengkak Bisa juga di inferior tonsil tapi jarang
Stadium permulaan
(stadium infiltrat) tampak permukaan hiperemis Bila berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut menjadi lunak Pembengkakan perintonsil akan mendorong tonsil dan uvula ke arah kontralateral
nyeri tekan
Pemeriksaan
Trismus susah memeriksa seluruh faring Palatum mole membengkak dan menonjol kedepan, fluktuasi Uvula membengkak dan terdorong ke kontralateral Tonsil bengkak hiperemis, mungkin terdapat detritus Tonsil terdorong ke tengah depan dan bawah
CT scan
Terapi
Stadium infiltrasi
Antibiotik golongan penisilin atau klindamisin
Penisillin
Dewasa : 600 mg (~1 million U) IV q6h for 12-24 h Anak : 12,500-25,000 U/kg IV q6h Klindamisin Dewasa: 150-450 mg PO q8h 1.2-2.7 g IV/IM q8h Infants and children: 15-25 mg/kg/d PO q8h 25-40 mg/kg/d IV/IM q8h
Simptomatik Cairan IV (Sulit makan) Antipiretik Analgesik Antiinflamasi Bila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia lokal di ganglion sfenopalatum. Kumur-kumur cairan hangat Kompres air dingin pada leher
kekambuhan kembali)
Tonsilektomi achaud bersama-sama drainase
Komplikasi
Abses pecah spontan perdarahan, aspirasi
paru, piemia Penjalaran infeksi dan abses ke parafaring, kemudian mediastinum Penjalaran ke intrakranial trombus sinus kavernosus, meningitis dan abses otak
Abses Parafaring
Suatu infeksi supuratif pada jaringan di dekat faring biasanya sebagai akibat dari komplikasi faringitis akut atau tonsilitis (http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/parapharyngeal+absc ess) Etiologi : 1. Langsung akibat tusukan jarum saat tonsilektomi dengan analgesia menembus m.konstriktor faring superior 2. Supurasi kelenjar limfe leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal
Etiologi
Kebanyakan abses diakibatkan oleh infeksi
Neisseria
Klebsiella Haemophilus
Diagnosis
Gejala klinis dan pemeriksaan fisik: Demam Nyeri Massa pada daerah leher (swelling) Sore throat Odynofagia Disfagia Trismus Tanda tanda dehidrasi Syok sepsis Gangguan saluran pernafasan Riwayat faringitis, tonsilitis akut, mastoiditis
Diagnosis
Pemeriksaan Lab :
Darah rutin pemeriksaan jumlah leukosit Kultur abses dari insisi atau saat dilakukan
drainase
Pemeriksaan Radiologi :
Foto polos posisi lateral dan antero-posterior
gambaran radio-opaque, deviasi trachea, subcutaneous air, cairan dalam jaringan lunak CT-scan
Sumber : http://www.wjgnet.com/1949-8470/full/v2/i3/WJR-2-91-g007.htm
Penatalaksanaan
Pasien yang sudah pasti didiagnosis abses parafaring
Pemberian antibiotik (IV): Clindamycin Sefalosporin ceftazidime Drainase abses / surgical drainase , bila 24-48 jam
tidak ada perbaikan melalui fossa submaxillaris Pemberian obat simtomatik : analgesik, antipiretik, anti-inflamasi, Cairan IV (atasi dehidrasi)
Komplikasi
Hematogen
Limfogen
Perkontinuitatum
Peradangan intrakranial, carotid sheath mediastinum, nekrosis karotis perdarahan hebat, thromboflebitis dan septikemia
Abses Retrofaring
Suatu peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah retrofaring. Etiologi: staphylococcus aureus, streptococcus viridans, klebsiella pneumoniae, escherichia coli dan heamophilus species.
ke KGB retrofaring dengan terbentuknya selulitis dan abses. Fibrosis dan atrofi dimulai pada usia 4 tahun, pada saat 6 tahun nodul retrofaring regresi.
Ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe yang menampung aliran limfe dari
Etiologi
Penyebaran dapat berasal dari: Faringitis Tonsilitis Adenoiditis Otitis Sinusitis Infeksi lain Trauma penetrasi : benda asing, iatrogenic instrumen: laryngoscopy, endotracheal intubation, endoscopy, feeding tube placement, dan dental injections. Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas (Abses dingin)
nafas Stridor (bila kena laring) Perubahan suara Pada dinding belakang faring tampak benjolan, biasa unilateral Mukosa faring bengkak dan hiperemis
Diagnosis
Anamnesis : Riwayat infeksi saluran nafas/trauma 2. Pemeriksaan klinis 3. Laboratorium :
1.
4.
Radiologis
Foto jaringan lunak leher lateral Rontgen thorax CT scan : membedakan abses dengan selulitis , lokasi
Dijumpai penebalan jaringan lunak retrofaring (Prevertebra) - setinggi C2 : > 7 mm ( normal 1 - 7 mm ) pada anak- dewasa - setinggi C6 : > 14 mm ( anak-anak , N : 5 14 mm ) > 22 mm ( dewasa, N : 9 22 mm ) Pembuatan foto dilakukan dengan posisi kepala hiperekstensi selama inspirasi
CT Scan
Foto lateral
Diagnosis banding
Adenoiditis
Aneurisma aorta
PENATALAKSANAAN
1.
posisi pasien supine dengan leher ekstensi pemberian O2 intubasi endotrakea dengan visualisasi langsung / intubasi fiber optik trakeostomi / krikotirotomi
Tatalaksana
Antibiotik 2. Needle asipration 3. Pembedahan Abses dengan penyebaran luas atau melibatkan deep space yang lain drainase via external dan transoral insisi sepanjang batas anterior dari sternocleidomastoid, tarik carotid sheath dan dibuka untuk mengeluarkan pus.
1.
2.
Medikamentosa
1.
Antibiotik ( parenteral ) Secepatnya terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positip dan gram negatif. Klindamisin dan cefuroxime
Clindamycin first-line terapi, dapat dikombinasi dengan cefoxitin atau beta lactamase resisten. Dewasa: 600 mg IV q8h Anak-anak: 40 mg/kg/d IV dibagi q6h
Simtomatis 3. Dehidrasi cairan untuk memperbaiki keseimbangan cairan elektrolit. 4. Tuberkulosis tuberkulostatika.
2.
3.
Operatif
Aspirasi pus ( needle aspiration ) 2. Insisi dan drainase :
1.
Pendekatan intra oral ( transoral ) : untuk abses yang kecil dan terlokalisir. Pendekatan eksterna ( external approach ) baik secara anterior atau posterior : untuk abses yang besar dan meluas ke arah hipofaring Pus yang keluar segera diisap agar tidak aspirasi
4.
Komplikasi
Ruptur abses : aspirasi pleuritis Empyema Ke lateral Trombosis
pus pneumonia Penyebaran infeksi Massa meluas ke faring atau trakea obstruksi jalan napas. Mediastinitis purulent pericarditis dan tamponade, pyopneumothorax,
vena jugularis dan carotid artery rupture. Ke posterior : osteomyelitis, erosi vertebra, subluksasi vertebra, cedera saraf spinal. Necrotizing fasciitis Sepsis Kematian
periodontal (Bailey) Abses pada ruang ini dapat terbentuk sebagai akibat dari infeksi pada kelenjar submandibula, kelenjar sublingual, dan kelenjar limf setempat Faktor resiko :
Kebersihan gigi dan mulut yang buruk Ekstraksi gigi Trauma yang menyebabkan adanya laserasi pada
mulut
Diagnosis
Ditegakkan melalui : Anamnesis :
Pemeriksaan fisik : Ada tidaknya massa pada daerah submandibula Kelainan letak / posisi lidah Ada tidaknya fetor ex ore / halitosis Kelainan pada gigi
Diagnosis
Pemeriksaan Lab :
Darah rutin leukosit
Pemeriksaan Radiologi :
CT-scan
Komplikasi
Komplikasi akibat infeksi :
Erosi arteri karotis dan timbul perdarahan Trombosis sinus cavernosus Defisit neurologi Osteomielitis pada mandibula dan vertebra Mediastinitis Edema pulmonal Pericarditis Sepsis
Komplikasi
Komplikasi akibat tindakan bedah :
Infeksi akibat luka insisi Septicemia Scarring
Penatalaksanaan
Prinsip : Observasi saluran nafas Stabilisasi saluran nafas (airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation) Hidrasi intravena Pemberian antibiotik spektrum luas :
Clindamycine
drainase abses dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang dapat disesuaikan sesuai hasil kultur Sumber infeksi dicari dan pencegahan rekurensi Pemberian nutrisi
Angina Ludovici
peradangan selulitis dari bagian superior ruang suprahioid pembengkakan (edema) bagian bawah ruang submandibula yang biasanya keras dan berwarna kemerahan atau kecoklatan.
Edema bagian bawah ruang submandibular, (-) Edema limfonodus. keras & warna kemerahan /kecoklatan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke
gigi, infeksi gigi, dan sistem imunitas tubuh yang lemah, tindik lidah
daerah submandibular hiperemis trismus. Nyeri tekan & keras pada perabaan (seperti kayu). Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas belakang stridor & bstruksi jalan nafas.
Diagnosis
Anamnesis: riwayat sakit gigi, mengorek, dan
Infeksi pada angina Ludwig harus memenuhi kriteria: Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga. Menghasilkan infiltrasi yang gangrenserosanguineous dengan atau tanpa pus. Mencakup fasia jaringan ikat dan otot namun tidak melibatkan kelenjar. Penyebaran perkontinuitatum dan bukan secara limfatik
Tatalaksana
penanganan yang utama menjamin jalan nafas yang stabil antibiotik dosis tinggi , berspektrum luas secara intravena untuk organisme grampositif & gram-negatif serta kuman aerob dan Anaerob Perlu juga dilakukan pengobatan terhadap infeksi gigi untuk mencegah kekambuhan. Pasien dirawat inap sampai infeksi reda
dikombinasikan + antistaphylococcus atau metronidazole. Jika pasien alergi pinicillin, clindamycin hydrochloride Dexamethasone IVdalam 48 jam mengurangi edem dan perlindungan jalan nafas.
Tatalaksana
IVFD RL: dextrose 5% 1; 1.28 tetes/mnt.
os. hyoid (34 jari di bawah mandibula). Insisi dilakukan di bawah dan paralel dengan korpus mandibula melalui fasia dalam sampai ke kedalaman kelenjar submaksilar. Insisi vertikal tambahan dapat dibuat di atas os. hyoid sampai batas bawah dagu.
Komplikasi
usia muda yang berbahaya ruptur abses
spontan dengan aspirasi dan/atau spasme laring. penyebaran ke dalam ruang faring menjalar ke bawah dari belakang esofagus mediastinum posterior septikemia, perdarahan, edema, ruptur, dan aspirasi.
Prognosis
Angina Ludwig membahayakan jiwa. diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian antibiotik IV yang adekuat, penanganan dalam ICUsembuh tanpa mengakibatkan komplikasi.
FKUI THT
http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-