Anda di halaman 1dari 30

TABAYYUN MENURUT AHLUS SUNNAH

Berbeda Dengan Hawa Nafsu Ahlul Bidah





Disusun Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
Al Qudsi Al Indonesi
-afallohu 'anhu-


Di Darul Hadits Salafiyyah
Dammaj Yaman
-harosahalloh-


~ ISNAD.NET ~

2 Pembukaan | Tabayyun Menurut Ahlussunnah


Pembukaan

:
(( : .


: ))
Sesungguhnya Alloh taala telah menurunkan Al Quran untuk menjadi petunjuk bagi para
hamba-Nya. Alloh taala berfirman:
| ..> ,1l _. _.ll = ` :,`, _,...l _ l.-, .>l..l > > ,, _
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar, (QS. Al Isro: 9).
Dan Alloh telah memudahkan Al Quran bagi kaum Mukminin yang niatnya bersih, dan
bersungguh-sungguh mencurahkan daya untuk mempelajari dan memahaminya. Alloh taala
berfirman:
.1l !.. ,1l l _ _. .. _
Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang
mengambil pelajaran? (QS. Al Qomar: 17).
Juga berfirman:

~ ISNAD.NET ~

3 Pembukaan | Tabayyun Menurut Ahlussunnah

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhoan Kami, pastilah Kami akan
memberi mereka petunjuk kepada jalan-jalan keridhoan Kami, dan sesungguhnya Alloh itu benar-
benar bersama dengan orang yang berbuat ihsan." (QS Al 'Ankabut 67)
Akan tetapi para pengekor hawa nafsu terhalangi dari memahami Al Quran. Alloh taala
berfirman:
_. `lL _.. : .,!:, ., _s! !.s _.. !. .. :., !.| !.l-> _ls ,l . :1, _ .:,
| ``s.. _|| _.l _l .. :| ., __
Dan siapakah yang lebih zholim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat
Robbnya lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua
tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka
tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan sekalipun kamu
menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-
lamanya. (QS. Al Kahfi: 57).
Di antara contoh kasus nyata ketidakpahaman para pengekor hawa nafsu terhadap Al Quran
adalah slogan mereka untuk MENGHARUSKAN MANUSIA UNTUK TABAYYUN (MENCARI KEJELASAN)
KEPADA PIHAK MEREKA SECARA LANGSUNG, DALAM BERITA YANG DIRASA MERUGIKAN PIHAK
MEREKA, SEKALIPUN TELAH ADA BUKTI DAN SAKSI.
Berikut ini petikan kalimat-kalimat dari pelawak Muhammad Afifuddin as-Sidawi (Asal
Sidayu,Gresik,Jawa Timur):
Telah mengabarkan kepada kami dari Abu ad-Daruquthni (Tegal) berkata Ana dianggap
berdusta, ditanya siapa yang menyebarkan dan buktinya mana ? dan kenapa tidak tabayyun
dulu ? Afifuddin (Gresik) berkata Ana masih hidup dan bisa dihubungi selesai- pada senin,
30 Muharram 1433H
Berkata Afifuddin al-Hizbi (Gresik) Alhamdulillah semua yang disebarkan (yakni rekaman
suaranya sendiri, ;ed) tidak sesuai kenyataan ini akibat tidak ada perna upaya tabayyun
dalam berita yang ada hanya bara amarah dan kebencian kepada saudaranya
sendiri.sampaikan kepada yang sebar berita suruh tabayyun, ana masih hidup dan bisa
dihubungi.. selesai- pada senin, 30 Muharram 1433H
~ ISNAD.NET ~

4 Bab Satu: Dalil Yang Dipakai Ahlul Ahwa Dalam Mengharuskan Adanya Tabayyun Terhadap Berita
Orang Yang Terpercaya | Tabayyun Menurut Ahlussunnah

berkata Abu ad-Daruquthni (Tegal) ..antum mengatakan dikaset (maksudnya rekaman itu
adalah suara afifuddin sendiri ;ed)
Setelah dikabarkan bahwa rekaman itu adalah suaranya sendiri, lalu dia mulai mengeluarkan
jurus lama:
Berkata Afifuddin al-Hizbi (Gresik) Pantas saja fitnah membara para penyebar berita sufaha,
yang disampaikan akhi adalah fatwa syaikh imam beliau sendiri tidak ingkari orang yang
qunut, tidak ada yang perlu dipermasalahkan masing-masing syaikh punya pandangan lainnya,
ana juga tidak tolak fatwa ulama lain, hanya sekedar sampaikan berita dari mabar, boleh
ikhwah dammaj amalkan fatwa ulama itu sangat bagus tidak perlu diingkari fatwa ulama lain
apalagi anggap sebagai anti dammaj, yang jelas semua sepakat doakan dammaj semoga lepas
dari kondisi sekarang selesai-
Berikut petikan sebagian isi rekaman Afifuddin (bandingkan dengan jurus talbis nya diatas)
Berkata Afifuddin (Gresik) ..Barusan tadi menjelang ashar saya SMS adik saya yang di Mabar
(Yaman) di tempatnya Syaikh Muhammad Al-Imam, saya menanyakan, Bagaimana? Apakah
sudah ada fatwa dari kalangan masyayikh terkait dengan Qunut Nazilah tentang kasus
Dammaj?
Dia balas; disampaikan bahwasanya penjelasan dari Syaikh Muhammad Al-Imam, Qunut
nazilah itu ialah Qunut yang dilakukan oleh Nabi, diistilahkan dengan Qunut Nabawi. Itu doa
yang dipanjatkan kaum muslimin untuk kehancuran orang-orang kafir. Sementara yang
terjadi antar muslimin. Syiah (Zaidiyah) muslim, tidak kafir. Sehingga kasusnya ini sama
seperti pengepungan pada masa Khalifah Utsman, ketika beliau dikepung oleh kaum khawarij.
Maka beliau mengatakan, yang lebih tepat, tidak melaksanakan qunut nazilah, tapi tetap
bersabar, berdoa kepada Allah secara pribadi, bukan dengan qunut nazilah, untuk
keselamatan teman-teman kita, dan beliau tidak mengingkari ketika ada pihak-pihak yang
sudah melaksanakan qunut nazilah. Tapi yang lebih tepat, sesuai petunjuk nabi, Qunut
Nazilah hanya ditujukan untuk orang-orang kafir... Dammaj perang, Shona demonstrasi..di
Aden..Adem ayemMabar aman..aman..luar mahad kacau. -selesai- pada Jumat 6 Muharram
1433H di Masjid Mahad Abu Bakar-Surabaya. (rekaman lengkap suara afifuddin bisa diunduh
di http://isnad.net/?dl_name=Afifudin_dan_Qunut_Nazilah.mp3 )
Perkara ini telah saya jelaskan dalam kandungan beberapa risalah, akan tetapi berhubung ada
permintaan untuk menjelaskannya lagi dan terulang-ulangnya pengkaburan yang dilakukan oleh para
hizbiyyun, maka saya dengan memohon pertolongan kepada Alloh akan berusaha memenuhinya,
semoga Alloh memberikan keberkahan di dalamnya. Wabillahittaufiq:
~ ISNAD.NET ~

5 Bab Satu: Dalil Yang Dipakai Ahlul Ahwa Dalam Mengharuskan Adanya Tabayyun Terhadap Berita
Orang Yang Terpercaya | Tabayyun Menurut Ahlussunnah

Bab Satu: Dalil Yang Dipakai Ahlul Ahwa Dalam Mengharuskan Adanya
Tabayyun Terhadap Berita Orang Yang Terpercaya

Beberapa ikhwah Salafiyyun telah beberapa kali menantang Ahlul Ahwa untuk menampilkan
dalil yang mereka pakai untuk mengharuskan Adanya Tabayyun terhadap berita tsiqoh (Orang Yang
Terpercaya), ternyata mereka berdalilkan firman Alloh taala:

/[ 6 ]
"Wahai orang-orang yang beriman jika datang kepada kalian seorang fasiq dengan suatu berita,
maka carilah kejelasan, jangan sampai kalian menimpakan kecelakaan pada suatu kaum dengan
ketidaktahuan sehingga jadilah kalian menyesal dengan apa yang kalian lakukan. (QS Al Hujurot
6).
Mereka berkata: dalam ayat ini Alloh memerintahkan untuk tabayyun terhadap berita!
Di antara ahlul ahwa ada yang berdalilkan dengan kisah Umar ibnul Khoththob dan Abu Musa
Al Asyariy :
:
:
( )


( . [ 2154 ] .)
Datanglah Abu Musa kepada Umar ibnul khoththob seraya berkata: Assalamualaikum, ini Abdulloh
bin Qois. Tapi beliau tidak diidzinkan masuk. Lalu beliau berkata lagi: Assalamualaikum, ini Abu
Musa. Assalamualaikum, ini Al Asyariy. Kemudian beliaupun pulang. Maka Umar ibnul khoththob
berkata: Kembalikan dia kepadaku, kembalikan dia kepadaku, maka datanglah Abu Musa. Maka
Umar berkata: Wahai Abu Musa, apa yang membuat Anda kembali? Kami tadinya sedang dalam
~ ISNAD.NET ~

6 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

kesibukan. Maka Abu Musa menjawab: Saya mendengar Rosululloh bersabda:
Meminta idzin itu tiga kali, jika engkau diidzinkan maka masuklah, jika tidak maka kembalilah.
Umar berkata: Engkau harus mendatangkan padaku bayyinah (bukti) atas kebenaran adanya hadits
ini. Jika tidak maka aku akan menindakmu. Maka pergilah Abu Musa. Umar berkata (pada orang-
orang di sampingnya): Jika dia mendapatkan bayyinah, kalian akan mendapatinya ada di samping
mimbar sore ini. Tapi jika dia tidak mendapatkan bayyinah kalian tak akan mendapatinya. Manakala
Abu Musa datang pada sore hari, mereka mendapatinya di mimbar. Maka Umar berkata: Wahai Abu
Musa, apa yang akan engkau katakan? Apakah engkau telah mendapatinya? beliau menjawab: Iya,
Ubai bin Kab. Umar berkata: Adil. Wahai Abuth Thufail, apa sih yang diucapkan olehnya? Ubai bin
Kab menjawab: Aku mendengar Rosululloh mengucapkan itu. Wahai Ibnul
Khoththob, janganlah engkau menjadi siksaan terhadap para Shohabat Rosululloh .
Maka Umar menjawab: Subhanalloh, aku hanyalah mendengar sesuatu lalu aku ingin mencari
ketetapan. (HR. Muslim (2154) dengan lafazh ini. Asal hadits juga diriwayatkan Al Bukhoriy (2062)).
Mereka berkata: di dalam kisah ini Umar ibnul Khoththob ingin tatsabbut terhadap kabar Abu Musa!
Mereka juga punya syubhat: Orang tsiqoh juga bisa keliru!
Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat
Tabayyun

Firman Alloh taala:

/[ 6 ]
"Wahai orang-orang yang beriman jika datang kepada kalian seorang fasiq dengan suatu berita,
maka carilah kejelasan, jangan sampai kalian menimpakan kecelakaan pada suatu kaum dengan
ketidaktahuan sehingga jadilah kalian menyesal dengan apa yang kalian lakukan. (QS Al Hujurot
6)
Jawaban pertama: Ayat ini bukanlah memerintahkan kita untuk bertabayyun terhadap berita
secara mutlak, hanya saja perintah ini ditujukan kepada kita jika ada ORANG FASIQ datang membawa
berita.
Al Imam Ibnu Katsir berkata:
~ ISNAD.NET ~

7 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

- -


. [ 7 / 370 ]
Alloh taala memerintahkan untuk tatsabbut (mencari ketetapan) tentang kabar dari orang fasiq agar
disikapi dengan hati-hati agar tidak ditegakkan hukuman berdasarkan ucapannya sehingga jadilah
kenyataannya- dia berdusta atau salah, sehingga jadilah orang yang menghukumi dengan perkataan si
fasiq tadi telah berjalan di belakangnya, padahal Alloh telah melarang untuk mengikuti jalan orang-
orang yang berbuat kerusakan. (Tafsirul Quranil Azhim/7/hal. 370).
Al Imam Asy Syinqithiy berkata:
: :
. ( [ 7 / 469 ]
Ayat dari suroh Al Hujurot ini menunjukkan kepada dua perkara. Yang pertama adalah: bahwasanya
orang fasiq jika datang dengan suatu berita yang memungkinkan untuk diketahui hakikatnya: dan
apakah yang dikatakan si fasiq ini benar ataukah dusta, maka wajib untuk tatsabbut di situ.
(Adhwaul Bayan/7/hal. 469).
Sementara kasus kita sekarang ini adalah: seorang salafiy adil tsiqoh datang dengan persaksian
bahwa si fulan berkata demikian dan demikian, atau datang dengan membawa rekaman muhadhoroh
terbuka yang isinya si fulan berkata demikian dan demikian. Maka sangat tidak pantas menjadikan
ayat yang berlaku untuk orang fasiq ditimpakan kepada orang tsiqoh.
Alloh taala berfirman:
.> _ `>.> ,!:,.l `l-> _l `.., l.s .>l..l ,. ,>!,>: :!.. ,!. !. _.>>
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan
mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara
kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (QS. Al Jatsiyah:21)
Lebih jelasnya lagi adalah:
Jawaban kedua: sesungguhnya ayat tabayyun ini mengaitkan perintah untuk tabayyun, pada
suatu sifat, yaitu shifatul fisq (kefasikan), dengan huruf FA (ARTINYA: MAKA), sebagai gambaran sebab
~ ISNAD.NET ~

8 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

akibat, maka ini menunjukkan bahwasanya sifat tersebut adalah illah (motif) dari perintah tadi.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata ketika membicarakan perintah untuk menyelisihi orang
kafir:
( . [ 1 / 172 ] .)
Sang pembuat syariat menjadikan hukum tadi sebagai akibat dari sifat tersebut dengan huruf FA
(artinya: maka), maka hal ini menunjukkan bhwasanya sifat tadi adalah illah untuk hukum tadi, dari
beberapa segi. (Iqtidhoush Shirothol Mustaqim/1/hal. 172).
Jika telah jelas bahwasanya illah dari perintah tabayyun tadi adalah: fasiqnya sang pembawa berita,
maka masuklah kita pada kaidah yang terkenal:
( . [ 2 / 182 ]
Karena sesungguhnya hukum itu beredar bersama illah yang berpengaruh, dalam keadaan ada
ataupun tiada. (Ushul As Sarkhosi/2/hal. 182).
Jika ada illah, berlakulah hukum, tapi jika illah tadi tidak ada, maka hukum tadipun tiada. Jika yang
membawa berita adalah orang fasiq, maka kita diperintahkan untuk tabayyun. Tapi jika yang
membawa berita adalah orang tsiqoh, maka tidaklah kita diperintahkan tabayyun.
Maka dari itu, sungguh keliru perintah Ahlul Ahwa untuk tabayyun langsung kepada mereka saat
orang tsiqoh membawa berita yang memojokkan mereka.
Jawaban ketiga: justru firman Alloh taala ini adalah dalil Ahlussunnah tentang bolehnya
menerima berita tsiqoh tanpa harus tabayyun.
Ayat ini berbentuk SYARAT (jika terjadi demikian dan demikian, maka harus berbuat ini dan
itu). Dan pola SYARAT itu punya mafhum mukholafah.
Al Imam Asy Syinqithiy berkata:
: : {

. ( [ 7 / 469 ]
Yang kedua: dia itu adalah perkara yang dipakai sebagai dalil oleh para ahli ushul tentang
dibolehkannya menerima berita dari orang yang adil, karena firman Alloh taala: Jika datang pada
~ ISNAD.NET ~

9 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

kalian orang yang fasiq dengan suatu berita maka carilah kejelasan menunjukkan dengan DALIL
KHITHOB, yaitu mafhum mukholafah (yang dipahami dari kebalikannya) bahwasanya orang yang
datang dengan membawa beritu itu, jika dia bukan orang fasiq, bahkan dia adalah orang adil,
TIDAKLAH HARUS TABAYYUN TENTANG BERITANYA. (Adhwaul Bayan/7/hal. 469).
Dalam ayat ini Alloh taala memerintahkan untuk melakukan tabayyun jika ada orang fasiq
datang dengan suatu berita. Maka dipahami dari ayat ini bolehnya menerima berita orang tsiqoh dan
menjadikannya sebagai dasar untuk bertindak dan sebagainya. Al Imam Al Bukhory rohimahulloh
meletakkan "Kitab Akhbaril Ahad" dalam "Shohih"nya:
...
"Bab dalil-dalil yang datang dalam penerimaan kabar satu orang yang jujur .."
lalu beliau rohimahulloh menyebutkan beberapa dalil di antaranya adalah:


Al Imam Al Qurthubiy berkata:
. ( " "
/ 16 / 312 )
Dalam ayat ini ada dalil tentang diterimanya berita satu orang jika dia itu adil, karena Alloh taala di
dalam ayat ini hanyalah memerintahkan tatsabbut pada penukilan berita orang fasiq. (Al Jami Li
Ahkamil Quran/16/hal. 312).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata:

..
"..Karena Alloh menyebutkan motif perintah tabayyun tadi dengan jika datang pada kita orang yang
fasiq yang membawa berita, khawatir kita akan menimpakan sesuatu pada suatu kaum dengan
kebodohan. Andaikata setiap orang yang ditimpai sesuatu berdasarkan suatu berita itu demikian
~ ISNAD.NET ~

10 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

(harus ditabayyuni), niscaya tak akan terjadi perbedaan antara orang adil dengan orang fasiq.
Bahkan dalil-dalil ini jelas menunjukkan tidak terlarangnya menimpakan hukuman dengan
berdasarkan berita dari satu orang yang adil secara mutlak.. ("Majmu'"/15/307)
Al Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh dalam rangka meruntuhkan syubuhat Mu'tazilah dalam
masalah khobarul Ahad menyebutkan beberapa dalil di antaranya adalah dengan ayat tatsabbut.
Beliau berkata:
.
"Dan ini menunjukkan keharusan menerima kabar satu orang, karena dia itu tidak butuh tatsabbut.
Andaikata kabar satu orang itu tidak memberikan faidah ilmu, pastilah Alloh memerintahkan untuk
tatsabbut sampai akhirnya menghasilkan ilmu." ("Mukhtashor" hal. 577)
(1)
.
Al Imam Abdurrohman As Sadiy berkata:


[ ] . ( " " / 799 .)
Bahkan yang wajib ketika datang kabar dari orang fasiq adalah tatsabbut dan tabayyun. Jika ada
alamat-alamat dan faktor penyerta yang menunjukkan pada kejujurannya, beritanya tadi
bisadiamalkan dan dibenarkan. Tapi jika alamat-alamat tadi menunjukkan kedustaannya, maka
didustakanlah dia dan tidak diamalkan. Maka dalam ayat ini ada dalil bahwasanya berita orang yang
jujur itu diterima, dan berita dari orang yang pendusta itu ditolak, sementara berita dari orang fasiq
itu dihentikan dulu sebagaimana yang telah kami sebutkan. Oleh karena itu dulu Salaf menerima
riwayat-riwayat dari kebanyakan Khowarij yang terkenal kejujurannya, sekalipun mereka itu fasiq.
(Taisirul karimir Rohman/hal. 799).
Jawaban keempat: Hikmah diperintahkan tabayyun terhadap kabar fasiq adalah agar jangan
sampai kita menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum berdasarkan ketidaktahuan, sehingga
akhirnya kita menyesal. Alloh taala berfirman:

(1)
Tentu saja yang dimaksudkan oleh beliau rohimahulloh adalah kabar satu orang yang adil, sebagaimana tertulis di awal
pasal bab itu (hal. 576)
~ ISNAD.NET ~

11 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

/[ 6 ]
" jangan sampai kalian menimpakan kecelakaan pada suatu kaum dengan ketidaktahuan sehingga
jadilah kalian menyesal dengan apa yang kalian lakukan. (QS Al Hujurot 6).
Al Imam Asy Syaukaniy berkata dalam tafsir ayat ini:
( " " / 7 / 10 .)
dikarenakan kesalahan dari orang yang tidak mencari kejelasan perkara dan tidak mencari
kepastian dalam masalah tersebut itulah yang sering terjadi, dan itu merupakan kebodohan, karena
tidak bersumber dari ilmu. (Fathul Qodir/7/hal. 10).
Adapun kasus kita sekarang ini adalah: Ahlussunnah membongkar kebatilan Ahlul Ahwa
berdasarkan persaksian dan berita orang tsiqoh. Dan telah lewat ucapan para imam bahwasanya
kabar satu orang tsiqoh itu memberikan faidah ilmu, bukan sekedar dugaan belaka, apalagi dikatakan
sebagai kebodohan.
Kalaupun kita mengalah dan mengatakan bahwasanya berita tsiqoh tidak memberikan faidah
ilmu, tapi hanya GHOLABATUZH ZHONN (tidak pasti, akan tetapi kemungkinan besar benar), maka
yang dimikian itu tidaklah menghalangi kita untuk menerima dan mengamalkannya, karena hal itu
bukanlah masuk dalam kategori JAHALAH (ketidaktahuan), maka kami Ahlussunnah tidaklah
melanggar ayat.
Al Imam Al Qurthubiy berkata:
.
. . ( " "
/ 16 / 313 )
Jika dia memutuskan dengan sesuatu memberikan faidah dugaan yang dominan (kemungkinan besar
benar), bukanlah yang demikian itu merupakan pengamalan dengan ketidaktahuan, seperti
memutuskan perkara dengan dua saksi yang adil, dan menerima ucapan seorang alim mujtahid.
Hanyalah dikatakan beramal dengan ketidaktahuan: jika menerima perkataan orang yang tak bisa
memberikan faidah dugaan yang dominan (kemungkinan besar benar) jika ucapannya diterima.
~ ISNAD.NET ~

12 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

Masalah ini disebutkan oleh Al Qusyairiy, dan yang sebelumnya adalah Al Mahdawiy. (Al
Jami/16/hal. 313).
Maka bagaimana lagi jika orang tsiqoh yang membawa berita tadi juga memperkuat beritanya
dengan rekaman suara yang didapatkan dari muhadhoroh umum? Maka yang demikian itu bukanlah
kebodohan, bukan pula sekedar dugaan kuat, bahkan ini memberi faidah ilmu.
Maka lebih tidak pantas lagi bagi dai hizbiyyin seperti Muhammad Afifuddin
(Pengasuh/Pengajar Pesantren al-Bayyinah Gresik) yang terbongkar kebatilannya dengan rekaman di
muhadhoroh umum tadi- untuk menamai para ikhwah tadi sebagai sufaha (orang-orang tolol).
Jawaban kelima: upaya meruntuhkan kabar orang tsiqoh terhadap hizbiyyin, dengan talbis
TABAYYUN memang sudah menjadi kebiasaan para Ahlul Ahwa. Asy Syaikh Robi Al Madkholiy
berkata:
" "

( . " " / / 322 ) .
Dan termasuk dari prinsip-prinsip yang rusak dan menentang manhaj Salaf adalah: prinsip rusak yang
dinamai yang dinamai secara zholim dan bohong dengan "Tatsabbut". Dan itulah yang berjalan di
atasnya 'Adnan 'Ar'ur, lalu Al Maghrowi, lalu Abul Hasan Al Ma'ribi, dan dia adalah orang yang paling
keras talbis, makar, dan penerapan pokok ini di antara mereka, di dalam menghadapi ulama Sunnah
dan thullabnya, dan untuk melindungi ahlul bathil dan ahludh dholal." ("At Tatsabbut fisy Syari'ah"
hal. 322/Majmu'ur Rudud).
Asy Syaikh Abu Ibrohim bin Sulthon Al 'Adnani -hafizhahulloh- berkata tentang metode Al
Quthbiyyah yang ketiga:

:
- - :

( " " / / 116 ) .


~ ISNAD.NET ~

13 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

"Manakala mereka mengetahui bahwasanya garis-garis dan tujuan mereka telah tersingkap, mereka
berseru dengan sarana yang ketiga yang mereka sebutkan di dalam kejadian Kunar- demi
merealisasikan tujuan-tujuan mereka, yaitu dakwah kepada tatsabbut. Maka jadilah mereka
memperbanyak penyebutannya, dan mencari dalil untuk mendukungnya dengan dalil-dalil syar'iyyah,
sampai mereka memberikan gambaran pada para pendengar dan pembaca bahwasanya mereka
adalah ahli tatsabbut dan tabayyun. Maka berita yang datang dari mereka, tidak butuh kepada
tatsabbut dan tabayyun, berbeda dengan yang lain." ("Al Quthbiyyah" hal. 116)
Metode muhdats ini juga diambil oleh hizbiy terkenal Muhammad Al Mahdiy dalam kitabnya
Maalim Fil Jarh Wat Tadil Indal Muhadditsin (hal. 343), dia mengkritik Al Imam Al Wadiiy
dengan berkata: Beliau tidak tatsabbut dalam penukilan (Jinayatu Abdirrohman Wa
Hizbihi/7/Abu Hatim Yusuf Al Jazairiy).
Begitu pula Mariyyah mempopulerkan syiar hizbiyyin ini: MENGHARUSKAN TABAYYUN
TERHADAP KABAR DARI TSIQOH. Lihat dalam Al Minzhorul Kasyif (hal. 9/ Asy Syaikh Muhammad Ba
Jammal ), Jinayatu Abdirrohman Wa Hizbihi (hal. 7/Abu Hatim Yusuf Al Jazairiy), Zajrul
Awi (1/hal. 6 dst.), dan Bayanud Dass Wat Talfiqot (hal. 4-5/Abu Umamah Abdulloh Al Jahdariy
).
Termasuk ekor hizbiyyah mereka adalah Muhammad Afifuddin As Sidawiy yang mencerca
orang membongkar kebatilannya -dengan rekaman muhadhoroh dirinya sendiri- tanpa mau tabayyun
langsung kepadanya.
Al Imam Muqbil Al Wadi'i -rahimahulloh- pernah ditanya: "sebagian orang menolak ucapan
kritikus dari kalangan ulama sunnah terhadap sebagian ahlul bida' dengan alasan bahwasanya orang
yang dikritik ini belum dikomentari oleh ulama yang yang lain. Dia berkata,"Di manakah fulan dan
fulan, kenapa mereka tidak berbicara? Seandainya kritikan tadi benar niscaya mereka akan
mengikutinya." Maka apakah disyaratkan dalam komentar dan kritikan terhadap seseorang itu
haruslah mayoritas dari ulama atau semuanya- telah mengkritiknya juga? Terutama jika sang kritikus
ini telah mengetahui berdasarkan bukti tentang ucapan si mubtadi' ini, dari sela-sela muhadhoroh-
muhadhoroh dan tulisan-tulisannya."
: : !
: :


~ ISNAD.NET ~

14 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah




Beliau -rahimahulloh- menjawab,"Ya ya. Permasalahannya -wahai ikhwan- orang-orang itu tidak
membaca mushtholah. Atau mereka itu membacanya dan membikin pengkaburan! Kami katakan
pada kalian dengan sesuatu yang lebih besar daripada ini: Anggaplah bahwasanya Ahmad bin Hanbal
berkata,"Tsiqoh" sementara Yahya bin Ma'in berkata,"Kadzdzab (pendusta)". Maka apakah
membahayakan dia ucapan Yahya padahal telah diselisihi oleh Ahmad bin Hanbal? Tentu. Ucapan
Yahya adalah kritikan yang terperinci. Beliau mengetahui apa yang tidak diketahui oleh Ahmad bin
Hanbal. Terus apa? Bayangkan jika Yahya bin Ma'in mengkritiknya sendirian. Maka berdasarkan ini
jika seorang alim dari ulama zaman ini bangkit dan memaparkan bukti-bukti tentang kesesatan
Muhammad Al Ghozali atau Yusuf Al Qordhowi atau manhajul Ikhwanil Muslimin, kita terima dan
wajib untuk menerimanya. Alloh ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman jika datang
kepada kalian orang fasik membawa berita maka carilah kejelasannya agar jangan sampai kalian
menimpakan suatu kejelekan kepada suatu kaum dengan ketidaktahuan sehingga jadilah kalian
menyesal atas apa yang kalian lakukan." Ya. Jika datang kepada kita orang yang adil kita terima
sebagaimana pemahaman dari ayat ini. Jika datang kepada kita orang yang adil kita terima. Di
manakah kalian dari ayat ini? Yang ayat ini menunjukkan bahwasanya jika datang kepada kita orang
yang adil dengan suatu berita kita terima? Dan jika datang kepada kita orang yang fasik kita cari dulu
penjelasannya. Lalu apa wahai ikhwan? Yang penting, orang-orang itu adalah tukang bikin
pengkaburan. Mereka menyelisihi ulama kita terdahulu dan yang belakangan. Alhamdulillah, aku
memuji Alloh bahwasanya masyarakat tidak mempercayaimu wahai orang linglung mereka
tidak mempercayai ucapanmu." ("Al Ajwibatun Nadiyyah"/Imam Al Wadi'i -rahimahulloh-)
Asy Syaikh Robi' Al Madkholi -hafidhahulloh- berkata:


~ ISNAD.NET ~

15 Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

- -


"Agama kita berdiri di atas berita orang-orang adil, di antara kaidah-kaidahnya adalah berita dari orang-orang
adil. Maka jika seorang yang adil menukilkan kepadamu suatu perkataan, maka pada asalnya berita itu adalah
shohih, dan wajib untuk engkau membangun hukum di atasnya. Dan Alloh telah memperingatkan dari berita
orang fasik. Maka jika ada orang yang dikenal kefasikannya dan mendatangimu dengan suatu berita, jangan
kau dustakan dia. Telitilah dulu karena ada kemungkinan bahwasanya si fasik ini jujur dalam berita tersebut.
Tatsabbut nggak apa-apa. Adapun sekarang: adil disusul dengan adil, adil disusul dengan adil, menulis dan
bersaksi ucapannya justru tidak diterima. Dia menukilkan ucapan orang yang sesat dengan hurufnya ternyata
persaksiannya tidak diterima. Mereka justru berkata: haqid (dendam). Ini adalah termasuk uslub-uslub
(metode) ahlul bida' wal fitan pada zaman ini kita mohon pada Alloh keselamatan-yang tidak dikenal oleh
khowarij ataupun rofidhoh ataupun ahlul bida' pada masa-masa silam. Orang-orang itu mendatangi umat
dengan metode, kaidah, manhaj, fitnah dan musykilah yang jika kau kumpulkan itu semua demi Alloh- tak ada
yang tersisa dari agama ini sedikitpun. Jika kau kumpulkan metode dan kaidah-kaidah mereka itu, mereka tidak
menyisakan Islam ini sedikitpun. Di antaranya adalah berita orang-orang yang adil. Mereka ingin
menggugurkannya dst" ("Al Mauqifush Shahih"/ Syaikh Robi' Al Madkkholi/hal. 22)
Asy Syaikh Muhammad Umar Bazimul -hafidhahulloh- dalam bantahannya terhadap syubuhat Abul
Hasan Al Mishriy berkata: "Seyogyanya untuk dibedakan antara mengikuti ijtihad dalam suatu permasalahan
ijtihadiyah, dengan mengikuti kabar dari seorang alim. Karena mengikutinya dalam permasalahan ini adalah
termasuk dalam bab "Menerima berita orang tsiqoh" dan itu adalah wajib. Kecuali jika tampak kesalahannya.
Maka tidak bisa di dalam kedudukan ini dikatakan,"Aku tidak diharuskan menerima ucapan orang alim ini."
Atau "aku tidak menerima ucapannya tentang si fulan sampai aku sendiri yang mendapati kesalahannya secara
langsung." Ini semua adalah penggunaan ungkapan yang bukan pada tempatnya. Maka jika ada orang yang
telah engkau kenal, lalu datang kritikan yang terperinci terhadapnya dari seorang alim yang tsiqoh, pada
asalnya ucapan si alim ini adalah diikuti
(2)
. Dan jangan kau katakan,"Aku tidak mengenalnya, maka aku tidak
mengambil kritikan yang terperinci ini sampai aku sendiri yang mendapati kesalahannya secara langsung."
Tidak bisa dikatakan seperti ini. Dan hal itu adalah keluar dari jalan salaf dalam permasalahan ini" ("Ibaroh
Muuhimah"/Syaikh Muhammad Umar Bazimul -hafidhahulloh-/27)
Jawaban keenam: kebatilan para hizbiyyun yang menjadikan KEHARUSAN TABAYYUN sebagai
senjata untuk meruntuhkan kabar tsiqoh, pada hakikatnya memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan kebatilan mutazilah yang menjadikan KHOBAR AHAD LA YUFIDUL ILM sebagai senjata untuk

(2)
Dan tidak boleh keluar dari asal tanpa dalil yang mu'tabar
~ ISNAD.NET ~

16 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

membatalkan kabar tsiqoh. Kedua kelompok Ahlul Ahwa ini sama-sama bersatu untuk menjadikan
berita satu orang tsiqoh itu tidak teranggap. Hanya saja mutazilah menyatakan: Jika orang yang
tsiqoh itu didukung oleh para tsiqot yang lain sampai mencapai derajat mutawatir, maka baru boleh
memberikan faidah ilmu. Sedangkan para hizbiyyun pada penerapannya mereka tidak menganggap
banyaknya tsiqot yang membawa berita itu memberikan faidah ilmu, sampai adanya tabayyun
langsung ke pelakunya. Dan cukuplah kenyataan ini memberikan gambaran akan bahayanya
kejahatan syubuhat hizbiyyun.
Jawaban Ketujuh: orang-orang yang mendapatkan taufiq dari Alloh, setelah menelaah dengan
cermat tafsir ayat tabayyun di atas, pahamlah dirinya bahwasanya pendalilan para hizbiyyun dengan
memakai ayat tabayyun tersebut di atas pada hakikatnya menjadi bumerang untuk menghantam diri
mereka sendiri. Demikianlah kebiasaan ahlul batil, dalil yang mereka pakai justru membantah
kebatilan mereka sendiri. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Dan demikianlah ahlul bida,
hampir-hampir mereka itu tidak berdalil dengan suatu dalil syariy ataupun dalil aqliy, kecuali dalam
keadaan dalil-dalil tadi ketika direnungkan justru menjadi argumentasi untuk menghantam mereka
sendiri, bukan untuk mendukung mereka. (Majmuul Fatawa/6/hal. 254).

Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa

Adapun syubuhat mereka dengan tuntutan Umar terhadap Abu Musa untuk
mendatangkan bayyinah, maka jawaban kami adalah sebagai berikut:
Jawaban pertama: Telah lewat dalil dari Al Quran tentang bolehnya menerima berita orang tsiqoh
tanpa tabayyun. Maka jika ucapan Umar di atas memang berbeda dengan ketentuan Al Quran, maka siapakah
yang hendak didahulukan? Firman Alloh ataukah ucapan Umar?
Jawaban kedua: Rosululloh beberapa kali menerima berita tsiqoh tanpa tabayyun. Di
antaranya adalah:
Hadits Aisyah :
:

~ ISNAD.NET ~

17 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

( ( ( 2211 )
( 1714 ) ) .
Hind binti Uqbah istri Abu Sufyan masuk menemui Rosululloh seraya berkata: Wahai
Rosululloh, sesungguhnya Abu Sufyan adalah pria yang pelit sekali, tidak memberiku nafkah yang mencukupi
saya dan anak-anak saya, kecuali apa yang saya ambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah saya
berdosa dengan perbuatan itu? maka Rosululloh bersabda: Ambillah dari hartanya sebatas
kadar yang baik yang mencukupimu dan mencukupi anak-anakmu. (HR. Al Bukhoriy (2211) dan Muslim
(1714)).
Hadits Ibnu Abbas :


.
( ( 1513 ( ) 1334 .))
Dulu Al Fadhl diboncengkan oleh Rosululloh , lalu datanglah wanita dari Khotsam. Maka
mulailah Al Fadhl memandangnya, dan wanita itupun memandang Al Fadl. Dan mulailah Rosululloh
memalingkan wajah Al Fadhl ke arah lain. Maka wanita itu berkata: Wahai Rosululloh, sesungguhnya
kewajiban Alloh terhadap para hamba-Nya untuk berhaji mendapati ayah saya dalam keadaan sudah tua renta,
tak bisa kokoh di atas kendaraan. Apakah boleh saya berhaji untuknya? Beliau menjawab: Iya. Dan yang
demikian itu pada Hajjatul Wada (haji perpisahan). (HR. Al Bukhoriy (1513) dan Muslim (1334)).
Hadits Aisyah :
:


. ( . ( 2442 .))
~ ISNAD.NET ~

18 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

Para istri Nabi mengutus Fathimah binti Rosululloh untuk menemui
Rosululloh , maka dia meminta idzin untuk masuk dalam keadaan beliau berbaring
bersamaku di selimutku. Maka beliau mengidzinkannya masuk. Maka fathimah berkata: Wahai
Rosululloh sesungguhnya para istri Anda mengutus saya kepada Anda, mereka meminta keadilan
dalam hak putri Abu Quhafah (Aisyah). Dan aku diam saja. Maka Rosululloh
menjawab: Wahai anakku sayang, bukankah engkau mencintai apa yang aku cintai? Dia
menjawab: Iya. Beliau bersabda: Maka cintailah wanita ini (Aisyah) (HR. Muslim (2442)).
Hadits Abu Musa Al Asyariy :












( .
( 4231 - 4232 .))
~ ISNAD.NET ~

19 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

Telah sampai berita pada kami tentang keluarnya Nabi , dan kami saat itu ada di
Yaman. Maka kamipun keluar untuk berhijroh kepada beliau. Aku dan kedua saudaraku, aku yang
paling kecil. Salah satunya adalah Abu Burdah, yang lain adalah Abu Ruhm. Kami dalam rombongan
limapuluh dua atau limapuluh tiga atau limapuluh sekian orang dari kaumku. Kamipun menaiki kapal.
Ternyata kapal kami melemparkan kami ke Najasyi di Habasyah. Maka kami berjumpa dengan Jafar
bin Abi Tholib. Kami tinggal bersamanya hingga kami semua tiba di Madinah, kami berjumpa dengan
Nabi ketika Khoibar ditaklukkan. Ada sekelompok orang berkata pada kami yaitu
para pengendara kapal-: Kami telah mendahului kalian dengan hijroh. Asma binti Umais masuk, -
dan dirinya termasuk orang-orang yang hijroh ke Najasyi dan tiba bersama kami- mengunjungi
Hafshoh istri Nabi -. Lalu masuklah Umar menemui Hafshoh dalam keadaan Asma ada
di sisinya. Ketika Umar melihat Asma dirinya bertanya: Siapakah wanita ini? Hafshoh berkata:
Asma binti Umais. Umar bertanya: Apakah dia itu habasyiyyah (yang ikut hijroh ke Habasyah)?
Apakah dia itu pengendara kapal? Asma menjawab: Iya. Umar berkata: Kami telah mendahului
kalian dengan hijroh, maka kami lebih berhak dengan Rosululloh daripada kalian.
Maka marahlah Asma dan berkata: Sama sekali tidak. Demi Alloh, kalian bersama Rosululloh
, beliau memberi makan orang yang kelaparan di antara kalian, menasihati orang yang bodoh
di antara kalian, sementara kami di negri orang-orang yang jauh dan kami benci, di Habasyah. Yang
demikian itu adalah di jalan Alloh dan jalan Rosululloh . Demi Alloh aku tak akan makan
makanan dan tak akan minum minuman sampai saya berbicara kepada Rosululloh .
dulu kami diganggu dan ditakut-takuti. Aku akan menyebutkan itu pada Nabi dan
menanyai beliau. Demi Alloh aku tak akan berdusta, ataupun menyeleweng, ataupun menambahi.
Manakala Nabi datang, berkatalah Asma: Wahai Nabiyalloh, sesungguhnya Umar
berkata demikian dan demikian. Rosululloh berkata: Apa jawabanmu kepadanya?
Asma menjawab: Saya menjawab demikian dan demikian. Rosululloh bersabda:
Dia tidaklah lebih berhak daripada kalian. Dia dan teman-temannya mendapatkan satu hijroh.
Dan kalian pengendara kapal mendapatkan dua hijroh. Asma berkata: Sungguh aku melihat Abu
Musa dan para pengendara kapal mendatangiku secara berkelompok-kelompok menanyaiku tentang
hadits ini. Tiada sesuatupun di dunia yang lebih menggembirakan mereka dan lebih agung di dalam
jiwa-jiwa mereka daripada sabda Nabi kepada mereka. Dst. (HR. Al Bukhoriy (4231-
4232)).
Kesimpulannya adalah: Nabi saat mendengar berita tsiqoh beliau
menerimanya dan menjawab dan menghukumi sesuai dengan kandungan berita tadi, dan tidak
mengharuskan tabayyun langsung ke orang yang dibicarakan.
~ ISNAD.NET ~

20 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

Jika ada orang berkata: Rosululloh diperkuat dengan wahyu sehingga tak
perlu tabayyun!
Kita jawab: pada asalnya perbuatan Rosululloh yang terkait dengan syariat
adalah merupakan bagian dari syariat untuk umatnya juga. Al Imam Abu Bakr Ibnul Arobiy
berkata:

Dan apa yang dilakukan oleh Muhammad -, dilakukan juga oleh umatnya. Yaitu:
karena pada asalnya adalah: tidak ada kekhususan. (dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul
Bari/3/hal. 189/Bab Shufufushy Syibyan).
Adapun upaya menghalangi untuk mengikuti Nabi dengan alasan bahwasanya Nabi
diperkuat oleh wahyu, maka hal ini menjurus pada pengurangan sekian banyak syariat yang
berlaku pada umat ini dengan alasan: Amalan tadi hanya khusus untuk Nabi saja! pengkhususan itu
butuh pada dalil, dan tidak mungkin para hizbiyyun sanggup mendatangkan dalil yang mendukung
pernyataan tadi.
Al Imam Ibnul Mundzir dan Al Imam Al Khoththobiy berkata:

Khushushiyyah itu tidak tetap kecuali dengan dalil, sementara pada asalnya adalah: tiada
pengkhususan. (dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari/1/hal. 272/Babul Ma).
Jika telah jelas yang demikian itu, maka kita katakan: Termasuk dari sunnah Rosululloh
adalah BOLEHNYA MENERIMA KHOBAR TSIQOH TANPA TABAYYUN.
Jika para hizbiyyun menganggap bahwasanya Umar ibnul Khoththob
MENGHARUSKAN TABAYYUN TERHADAP KABAR TSIQOH, maka kita katakan pada mereka
sebagaimana ucapan Ibnu Umar :
( ( 1233 .))
Maka sunnah Alloh dan sunnah Rosul-Nya lebih berhak untuk diikuti daripada sunnah
si fulan, jika engkau itu jujur. (HR. Muslim (1233)).
~ ISNAD.NET ~

21 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

Jawaban ketiga: para shohabat yang lain juga mau menerima berita tsiqoh tanpa
mengharuskan tabayyun. Di antaranya adalah:
Sikap Ibnu Abbas :


Sa'id bin Jubair -rahimahulloh- berkata,"Aku berkata kepada Ibnu Abbas : "Sungguhnya Nauf Al
Bikali menyangka bahwasanya Musa - yang bersama Khidhr- bukanlah Musa Bani Isroil, akan tetapi
hanya dia itu Musa yang lain." Maka beliau berkata,"Musuh Alloh itu bohong." (HSR Al Bukhori/ 112
dan Muslim/ 6313)
Sikap Ibnu Umar :
:





Yahya bin Yamar berkata: Dulu yang pertama kali berbicara tentang taqdir di Bashroh adalah
Mabad Al Juhaniy. Maka berangkatlah aku dan Humaid bin Abdirrohman Al Himyariy untuk berhaji
atau berumroh. Kami berkata: Andaikata kita berjumpa dengan salah seorang dari shohabat
Rosululloh untuk kita tanyai tentang apa yang dikatakan oleh orang-orang itu tentang
taqdir. Maka kami dipertemukan dengan Abdulloh bin Umar ibnul Khoththob saat masuk masjid.
Maka aku dan sahabatku mengiringinya, yang satu di sebelah kanan, yang lain di sebelah kiri. Aku
mengira bahwasanya sahabatku mewakilkan pembicaraan kepadaku. Kukatakan: Wahai Abu
Abdirrohman, sesungguhnya telah muncul dari arah wilayah kami sekelompok orang yang membaca
Al Quran, memperdalam ilmu, -dan menyebutkan beberapa keadaan mereka- dan mereka
~ ISNAD.NET ~

22 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

menyatakan bahwasanya taqdir itu tidak ada, dan bahwasanya perkara ini baru. Maka beliau
menjawab: Jika engkau berjumpa dengan mereka maka kabari mereka bahwasanya aku berlepas diri
dari mereka, dan merekapun berlepas diri dariku. Demi Dzat yang dengan-Nya Abdulloh bin Umar
bersumpah, andaikata salah seorang dari mereka punya semisal gunung Uhud emas lalu dia
menginfaqkannya, Alloh tak akan menerima darinya sampai dia beriman kepada taqdir. (HR. Muslim
(8)).
Jika para hizbiyyun menganggap bahwasanya perbuatan Umar menyelisihi
perbuatan para shohabat ini, maka ketahuilah bahwasanya perbuatan Umar bukanlah
hujjah. Yang jadi hujjah adalah Al Quran dan As Sunnah serta Ijma.
Syaikhul Islam berkata:
: -
( . / 1 / 283 - 284 .)
Dan barangsiapa berkata dari kalangan ulama bahwasanya perkataan shohabi adalah hujjah maka
dia mengucapkan itu hanyalah jika ucapan shohabi itu tidak diselisihi oleh Shohabat yang lain, dan
tidak diketahui adanya nash yang menyelisihinya sampai dengan ucapan beliau:- adapun jika
diketahui bahwasanya ada shohabat yang menyelisihi ucapan shohabat tadi, maka perkataannya itu
bukanlah hujjah, berdasarkan kesepakatan ulama. (Majmuul Fatawa/1/hal. 283-284).
Jawaban keempat: Umar ibnul Khoththob sendiri mau menerima berita tsiqoh
tanpa tatsabbut. Misalnya adalah kisah pengambilan jizyah majusi.
:



Amr bin Dinar berkata: Aku pernah duduk di bersama Jabir bin Zaid dan Amr bin Aus, lalu
Bujalah menceritakan hadits pada keduanya pada tahun tujuh puluh, tahun hajinya Mushab ibnuz
Zubair dengan memimpin ahlul Bashroh, di samping tangga Zamzam. Beliau berkata: Dulu aku adalah
~ ISNAD.NET ~

23 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

juru tulis Juz bin Muawiyah, paman Al Ahnaf, lalu datanglah surat dari Umar ibnul Khoththob
setahun sebelum wafatnya beliau. Isinya adalah: Pisahkanlah di antara mahrom-mahrom dari
majusi. Sebelumnya Umar tidak mengambil jizyah dari Majusi sampai Abdurrohman bin Auf bersaksi
bahwasanya Rosululloh mengambil jizyah dari majusi Hajar. (HR. Al Bukhoriy (3156)).
Contoh yang lain adalah: hadits Ibnu Abbas dalam kasus wabah di Syam:
...

lalu datanglah Abdurrohman bin Auf, semula menghilang karena sedang mengurusi sebagian
hajatnya, seraya berkata: Sesungguhnya saya memiliki ilmu dalam masalah ini. Saya mendengar
Rosululloh bersabda: Jika kalian mendengar wabah di suatu negri, maka janganlah
kalian masuk ke dalamnya. Dan jika wabah tadi ada di negri yang kalian ada di dalamnya, maka
janganlah kalian keluar darinya karena lari darinya. Maka Umar memuji Alloh kemudian berangkat
pulang. (HR. Al Bukhoriy (5729) dan Muslim (2219)).
Al Imam Ibnu Abdil Barr rohimahulloh dalam menjelaskan kisah penerimaan Umar hadits
Abdurrohman bin 'Auf rodhiyallohu 'anhuma tentang tho'un berkata:

(
) :

: "( " 14 / 347 )
"Dan di dalam hadits ini ada dalil penggunaan kabar satu orang, penerimaannya dan pengharusan
amal dengannya. Dan ini adalah hadits yang paling jelas dan paling kuat yang kami lihat dari sisi atsar-
atsar dalam menerima kabar satu orang. Hal itu dikarenakan pada saat itu kejadiannya di kalangan
sekumpulan para shahabat dan di kehadiran mereka dalam suatu perkara yang membuahkan isykal
bagi mereka. Maka Umar tidak berkata pada Abdurrohman bin 'Auf "Engkau cuma satu orang. Dan
satu orang itu kabarnya tidak wajib diterima. Yang wajib diterima hanyalah kabar keseluruhan orang".
~ ISNAD.NET ~

24 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah

Alangkah besarnya kesesatan orang yang mengatakannya. Padahal Alloh 'Azza Wajalla berfirman:


"Wahai orang-orang yang beriman jika datang kepada kalian seorang fasiq dengan suatu berita,
maka carilah kejelasan." (QS Al Hujurot)
dibaca juga: ()
Maka jika ada seorang adil datang dengan suatu berita lalu ditatsabbuti dan tidak dilaksanakan,
niscaya menjadi samalah antara orang fasiq dan orang adil. Dan ini menyelisihi Al Qur'an. Padahal
Alloh 'Azza wajalla berfirman:

"Apakah Kami jadikan orang-orang yang bertaqwa seperti orang-orang yang jahat?"
("At Tamhid" 14/347).
Dan akan datang tambahan contoh-contoh penerimaan Umar berita tsiqoh tanpa harus tsabbut.
Jawaban keenam: bukanlah Umar menuntut Abu Musa mendatangkan bayyinah dikarenakan
Umar meyakini HARUSNYA Tabayyun terhadap kabar tsiqoh. Hanya saja saat itu ada beberapa
pegawai di dekat Umar, dan beliau ingin mendidik orang-orang di sampingnya itu untuk berhati-hati
terhadap hadits Rosululloh . Ibnu Hajar berkata:






.
~ ISNAD.NET ~

25 Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa | Tabayyun Menurut
Ahlussunnah




( . " " / 11 / 30 .)
Dan berdalilkan dengan ini orang yang menyatakan bahwasanya berita orang yang adil tapi sendirian
itu tidak diterima sampai bergabung dengannya orang lain, sebagaimana dalam persaksian. Ibnu
Baththol berkata: ini adalah perkataan yang salah dari orang yang mengucapkannya, dan tidak tahu
madzhab Umar. Telah datang pada sebagian jalur bahwasanya Umar berkata pada Abu Musa:
Sesungguhnya aku tidak menuduhmu, tapi aku ingin manusia tidak bersikap lancang terhadap hadits
dari Rosululloh .
Kukatakan: tambahan ini ada di Muwaththo dari Robiah dari beberapa ulama mereka bahwasanya
Abu Musa dan menyebutkan kisah- dan di akhirnya: maka Umar berkata kepada Abu Musa:
Sesungguhnya aku tidak menuduhmu, tapi aku takut manusia asal bicara atas nama Rosululloh
.
Dan di dalam riwayat Ubaid bin Hunain yang barusan aku isyaratkan: pada Abu Musa: Demi Alloh
Sesungguhnya engkau benar-benar terpercaya terhadap hadits dari Rosululloh . Tapi
aku ingin untuk tatsabbut. Dan seperti itu riwayat dari Abu Burdah ketika Ubai bin Kab berkata pada
Umar: Janganlah engkau menjadi siksaan terhadap para Shohabat Rosululloh . Maka
Umar menjawab: Subhanalloh, aku hanyalah mendengar sesuatu lalu aku ingin mencari ketetapan.
Ibnu Baththol berkata: Maka diambil dari kisah ini tatsabbut dalam berita satu orang yang bisa saja
dia itu lupa dan sebagainya. Dan Umar telah menerima berita satu orang adil sendirian dalam masalah
pewarisan wanita dari diyat suaminya, dan pengambilan jizyah dari majusi, dan kisah-kisah yang lain.
Akan tetapi Umar itu biasa mencari ketetapan jika ada sesuatu yang mengharuskannya untuk bersikap
demikian.
Ibnu Abdil Barr berkata: Bisa jadi hadir di sisi Umar orang yang belum lama masuk Islam sehingga
beliau takut bahwasanya salah seorang dari mereka nantinya membikin-bikin hadits dari Rosululloh
dalam masalah roghbah (minat dan harapan kuat) dan rohbah (rasa takut) dalam
rangka mencari jalan keluar dari masalah yang dia masuki. Maka Umar ingin mengajari mereka
~ ISNAD.NET ~

26 Bab Empat: Bantahan Syubuhat Orang Tsiqoh juga Bisa Salah | Tabayyun Menurut Ahlussunnah

bahwasanya barangsiapa berbuat sedikit saja dari yang demikian itu harus diingkari sampai
mendatangkan jalan keluar. (Fathul Bari/11/hal. 30/Babut Taslim Wal Isti`dzan).

Bab Empat: Bantahan Syubuhat Orang Tsiqoh juga Bisa Salah

Sebagian hizbiyyun saat ditanya: Kenapa engkau mengharuskan tabayyun terhadap kabar
tsiqoh? dia menjawab: Dia bisa keliru dalam menyampaikan berita.
Maka jawaban kami adalah: memang benar bahwasanya manusia itu bisa keliru. Orang tsiqoh
juga bisa salah dalam menyampaikan berita. Dan bukanlah definisi orang tsiqoh itu: orang yang tak
pernah keliru, hanya saja dia itu adalah orang yang jujur, dan kebenaran beritanya itu jauh lebih
dominan daripada kekeliruannya. Al Imam Adz Dzahabiy berkata:

( . "
" / 17 )
Bukanlah definisi orang tsiqoh itu adalah bahwasanya dirinya itu tak pernah keliru ataupun tak
pernah salah.siapakah yang selamat dari yang demikian itu kecuali orang yang mashum yang tidak
dibiarkan di atas kesalahan? (Al Muqizhoh/hal. 17).
Maka jika orang itu lurus agamanya, dan kebenaran beritanya jauh lebih banyak daripada
kekeliruannya, maka dia adalah tsiqoh. Adapun kekeliruannya yang jarang saat dibandingkan dengan
kebenarannya, maka hukum itu dibangun di atas perkara yang dominan. Al Imam Ibnul Qoyyim
berkata: Hukum-hukum itu hanyalah untuk perkara yang dominan dan banyak, sementara perkara
yang jarang itu dihukumi tidak ada. (Zadul Maad/5/hal. 374).
Maka jika tiada dalil yang menunjukkan kesalahan seorang tsiqoh dalam beritanya, maka pada
asalnya adalah diterimanya beritanya, dan tidak boleh ditolak atau disalahkan tanpa hujjah. Al
Qurthubiy berkata:

. ( " " / 15 / 99 ) .
Yang lebih utama adalah: sang rowi yang adil dan bersikap pasti dalam riwayatnya, tidak boleh
dirinya itu dianggap keliru selama masih memungkinkan. (Al Mufhim/15/hal. 99).
~ ISNAD.NET ~

27 Bab Lima: Bukan Berarti Kita Dianjurkan Untuk Bermudah-mudah Menerima Berita | Tabayyun
Menurut Ahlussunnah


Bab Lima: Bukan Berarti Kita Dianjurkan Untuk Bermudah-mudah Menerima
Berita

Seluruh penjelasan di atas bukanlah bermakna kita asal-asalan menerima berita, karena
urusannya tidaklah ringan. Alloh taala berfirman:
1. !. _,l ,l ., 'l. | _..l .,l :l _ ,.l` l .s :`.. __
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (QS. Al Isro: 36).
Abdulloh bin Umar -semoga Alloh meridhoi keduanya- berkata: Aku mendengar Rosululloh -
shollallohu 'alaihi wasallam- bersabda:
...

.
" dan barangsiapa berkata tentang seorang mukmin dengan suatu perkara yang tidak ada pada
dirinya, maka Alloh akan menjadikan dia tinggal di dalam rodghotul khobal (perasan penduduk
neraka) sampai dia keluar dari apa yang diucapkannya." (HR. Abu Dawud (3592) dan dishohihkan
Imam Al Wadi'y -semoga Alloh merohmatinya- dalam "Ash Shohihul Musnad" (755)).
Hanya saja jika yang datang membawa berita adalah orang tsiqoh, maka pada asalnya berita
adalah jujur dan benar, dan kita tidak diwajibkan untuk tabayyun terhadapnya. Dan tidak ada yang
memindahkan dari asal kecuali dengan dalil yang kuat. Walid bin Rosyid Suaidan berkata:
- - ( : ) ( "
" / 3 .)
Para ulama menetapkan kaidah yang berkata: Dalil itu dituntut dari pihak yang
memindahkan sesuatu dari asalnya, dan bukan dituntut dari pihak yang kokoh di atas asalnya.
(Tahqiqul Mamul Fi Dhobth Qoidatil Ushul/hal. 3).
~ ISNAD.NET ~

28 Bab Lima: Bukan Berarti Kita Dianjurkan Untuk Bermudah-mudah Menerima Berita | Tabayyun
Menurut Ahlussunnah

Hukum ini berdasarkan lahiriyyahnya. Al Imam Asy Syafiiy berkata:
( . " " / 1 / 423 )
Dan hanyalah para hamba itu dibebani berhukum dengan lahiriyyah dari perkataan dan perbuatan.
(Al Umm/1/hal. 423).
Dan lahiriyyah dari berita orang tsiqoh adalah kebenaran (kesesuaian dengan kenyataan),
maka kita terima berita tadi, sampai benar-benar ada hujjah yang menunjukkan bahwasanya dalam
hal ini yang betul adalah demikian dan demikian.
Adapun barangsiapa setelah itu ingin memastikan kebenaran berita, maka hal itu bagus, tanpa
mewajibkan apa yang tidak diwajibkan oleh syariah, dan tanpa mencela orang yang mencukupkan diri
dengan apa yang dianggap cukup oleh syariah. kata Syaikhul Islam : Hanyalah yang diikuti
dalam penetapan hukum-hukum Alloh adalah: Kitabulloh, sunnah Rosul-Nya dan
jalan As Sabiqunal Awwalun. Tidak boleh menetapkan hukum syariy tanpa ketiga prinsip ini, baik
secara nash ataupun istimbath sama sekali. (Iqtidhoush Shirothil Mustaqim/2/hal. 171).
Adapun jika dalam suatu kasus terbukti dengan dalil yang kuat akan terjadinya kesalahan dari
sang pembawa berita padahal dia itu tsiqoh tapi tidak mashum- maka kewajiban kita adalah
mengikuti apa yang lebih kuat dalilnya tersebut, tanpa menyalahkan kaidah yang tegak di atas
Kitabulloh, sunnah Rosul-Nya dan jalan As Salafush Sholih.
.
Malam Rabu, tanggal 11 Shofar 1433 H
Darul hadits Salafiyyah di Dammaj Yaman
Semoga Alloh menjaganya





~ ISNAD.NET ~

29 Daftar Isi | Tabayyun Menurut Ahlussunnah













Daftar Isi

Table of Contents
Pembukaan ............................................................................................................................................... 2
Bab Satu: Dalil Yang Dipakai Ahlul Ahwa Dalam Mengharuskan Adanya Tabayyun Terhadap Berita
Orang Yang Terpercaya ............................................................................................................................. 5
Bab Dua: Bantahan Terhadap Pendalilan Ahlul Ahwa dengan Ayat Tabayyun ..................................... 6
Bab Tiga: Bantahan Terhadap Pendalilan Dengan Kisah Umar dan Abu Musa ...................................... 16
Bab Empat: Bantahan Syubuhat Orang Tsiqoh juga Bisa Salah ........................................................... 26
Bab Lima: Bukan Berarti Kita Dianjurkan Untuk Bermudah-mudah Menerima Berita .......................... 27
Daftar Isi .................................................................................................................................................. 29
~ ISNAD.NET ~

30 Daftar Isi | Tabayyun Menurut Ahlussunnah

Anda mungkin juga menyukai