Anda di halaman 1dari 26

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN

3.1. Spesifikasi Administrasi Sebelum pemilik bangunan mendirikan bangunan harus terlebih dahulu mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin ini dikeluarkan oleh bagian/jabatan teknik dilingkungan Pemerintah Tingkat I. Perizinan pendirian bangunan ini diperlukan atau tergantung kepada halhal berikut ini : 1. Perizinan bangunan diperlukan untuk : Mendirikan bangunan sementara dalam pelaksanaan suatu pembangunan. Memperluas bangunan yang sudah ada. Undang Undang atau Peraturan Daerah Tingkat I tentang bangunan dan peraturan Pelaksanaannya. Mendirikan bangunan yang tidak permanen. Mengadakan penyimpanganpenyimpangan yang tidak begitu penting. 2. Perizinan bangunan tidak diperlukan untuk : 3. Mendirikan bangunan yang tidak permanen untuk keperluan pemeliharaan binatang atau tanaman. Pemeliharaan bangunan yang tidak merubah denah, konstruksi serta arsitektonis. Membongkar bangunan yang menurut pertimbangan Kepala Bagian Teknik tidak membahayakan. Membuat pagar yang tingginya tidak lebih dari 1,2 m. Membuat kolam, patung ,taman dan lain-lain.

Larangan mendirikan/ mengubah bangunan bila : Mendirikan bangunan diatas tanah orang lain tanpa izin dari pemilik / kuasanya.

LAPORAN KERJA PRAKTEK

19

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Tidak memiliki izin tertulis dari jabatan berwenang. Menyimpang dari ketentuan, syarat serta rencana yang sudah diizinkan. Permohonan izin bangunan ini dapat dilakukan oleh pemilik bangunan atau kuasannya, dan dapat bersifat perorangan, badan hukum, yayasan dan lain-lain dengan cara mengisi formulir yang sudah disediakan oleh Dinas Tata Kota Bagian Administrasi, dengan menjelaskan halhal sebagai berikut: a. b. c. Nama dan alamat pemohon Sifat dan fungsi bangunan Letak tanah/ bangunan, nomor pajak bumi atau nomor registrasi. Khusus untuk gambar rencana, pemohon harus mencantumkan perencana/Biro perencana yang membuat gambar tersebut, hal ini dimaksudkan agar gambar tersebut secara teknis dapat

dipertanggungjawabkan. Bila pemohon sudah melengkapi semua persyaratan diatas, maka dalam jangka waktu 14 hari Kepala Bagian Teknik akan mengambil keputusan terhadap terhadap permohonan izin tersebut, yang pada

prinsipnya masih bisa diperpanjang selama 2 x 14 hari. Bila permohonan ini ditolak atau diterima dengan beberapa persyaratan, maka perlu dilengkapi kembali serta dengan alasan-alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Biasanya suatu permohonan izin bangunan ditolak bila terjadi dua hal, yaitu: a. Bertentangan dengan Undang-Undang atau PeraturanPeraturan yang sudah berlaku. b. Bertentangan dengan rencana perluasan kota. Izin bangunan yang sudah dikeluarkan tidak tertutup kemungkinan untuk dibatalkan atau dicabut kembali, ini bisa terjadi apabila ditemukan hal-hal seperti berikut: a. b. Pemegang izin tidak menjadi yang berkepentingan lagi. Pekerjaan belum dimulai dalam jangka waktu 6 bulan setelah surat izin dikeluarkan. LAPORAN KERJA PRAKTEK 20

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN c. Pekerjaan tidak dilanjutkan kembali setelah dihentikan selama 3 bulan. d. Pemberian izin dikeluarkan ternyata didasarkan kepada keteranganketerangan yang keliru. e. Pelaksanaan pembangunan menyimpang dari rencana yang disahkan. Untuk permohonan izin bangunan dan pemeriksaan/pengawasan yang dilakukan oleh Daerah Tingkat I, kepada pemohon izin bangunan dikenakan Uang Bangunan. Pembayaran uang bangunan ini diluar pembayaran yang dipungut berdasarkan peraturanperaturan lainnya. Besarnya uang bangunan ini ditetapkan maksimal satu perseribu dari seluruh biaya pembangunan, sedangkan untuk pekerjaan yang bersifat perbaikanperbaikan berat besarnya uang bangunan sebanyakbanyaknya satu perseratus (1%) dari keseluruhan biaya. Bila bangunan tersebut bertingkat ,maka besarnya uang bangunan sama dengan bangunan yang tidak bertingkat ditambah dengan 2/3nya untuk setiap tingkat. Disamping adanya pekerjaan pembangunan yang dikenai uang bangunan, ada juga pekerjaanpekerjaan tertentu yang tidak dikenai uang bangunan pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. Membongkar bangunan yang bersifat tidak permanen. Mendirikan bangunan yang bersifat sementara. Mendirikan perlengkapan bantuan. Mengerjakan pekerjaan yang bersifat kepentingan umum. Mendirikan bangunan pemerintah. Pada syarat-syarat umum pihak-pihak yang terlibat dalam lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Kantor SAMSAT Jayapura, berikut pengertian fungsi dan tugas bagian-bagian lainnya dari dokumen kontrak, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut ini : a. Pemberi Tugas Pemberi Tugas adalah Pemimpin Proyek Pembangunan Kantor SAMSAT yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura.

LAPORAN KERJA PRAKTEK

21

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN b. Pekerjaan yang dilaksanakan: Nama proyek Lokasi proyek : Pembangunan Kantor SAMSAT Jayapura : Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Kota Jayapura c. Panitia Panitia adalah Panitia Pelelangan yang dibentuk oleh Pemberi Tugas melalui Surat Keputusan untuk melaksanakan pemilihan langsung sesuai dengan peraturan yang berlaku. d. Perencana Perencana adalah PT. PANGGRIPTA WANUA KONSULINDO yang ditunjuk Pemberi Tugas berdasarkan surat keputusan yang mempunyai tugas perencanaan Pembangunan Kantor SAMSAT Jayapura. e. Pengawas Pengawas adalah CV. DESIGN CONSULTANT JAYAPURA yang akan ditunjuk Pemberi Tugas untuk melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan. f. Kontraktor Pelaksana Kontraktor pelaksana adalah PT. HANDAYANI BUDI ARTHA JAYAPURA 1. Laporan Kegiatan Kontraktor pelaksana harus menyediakan dan mengisi catatan harian di tempat pekerjaan selama kegiatan berlangsung. Buku catatan harian harus berisikan : Jumlah pekerja dengan keahliannya masing-masing yang bekerja setiap harinya. Uraian dari setiap jenis pekerjaan yang

dilaksanakan. Bahan yang masuk, yang ditolak maupun yang dipakai. Jam kerja dan keadaan cuaca. 22

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Peralatan kerja yang digunakan. Adanya kejadian khusus. Kunjungan tamu yang ada hubungannya dengan kegiatan/proyek. Instruksi dari Pengawas/Direksi ataupun Pemberi Tugas. Pencatatan harus dilakukan setiap hari, ditandatangani oleh Pelaksana dan Pengawas Lapangan. Tiap akhir pekan, Pemborong harus mencatat dalam buku catatan kegiatan/proyek atas bobot prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan, berikut jumlah tenaga serta catatan lainnya selama seminggu sebagai Laporan Mingguan. Setiap bulannya Pemborong harus membuat evaluasi tentang kemajuan pekerjaan yang telah dicapai maupun permasalahan yang ada. Catatan evaluasi tersebut sebagai Laporan Bulanan. Laporan Harian tersebut diatas harus ditandatangani oleh Pelaksana Lapangan dan Pengawas Lapangan, sedangkan untuk laporan Mingguan dan Bulanan harus diketahui oleh Direksi Teknis/Pengelola Teknis Proyek. 2. Foto Dokumentasi Kontraktor pelaksana harus membuat foto dokumentasi

pelaksanaan pekerjaan pada tahapan : keadaan awal lokasi pekerjaan, sampai dengan pelaksanaan pekerjaan fisik mencapai bobot prestasi atau penyerahan pertama, yang diambil dari titik/sudut pemotretan yang sama/tetap, dimana harus nampak Papan Nama Proyek. Foto dokumentasi dicetak ukuran post card dan dibuat dalam empat rangkap masing-masing untuk Pemberi Tugas, Direksi Teknis, Konsultan Pengawas dan untuk arsip Pemborong.

LAPORAN KERJA PRAKTEK

23

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN g. Pekerjaan Pekerjaan adalah seluruh kegiatan penyelenggaraan pekerjaan baik mendatangkan bahan, peralatan tenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaan.

3.2. Spesifikasi Teknis 3.2.1. Tangggung Jawab Kontraktor a. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas semua hasil pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah ditanda tangani. b. Kehadiran direksi selaku wakil dari pemberi tugas untuk melihat, mengawasi, menegur atau memberi nasihat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas. c. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerusakan

lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena itu, kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan

tersebut dengan biaya kontraktor sendiri. d. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib memberikan saransaran perbaikan kepada pemberi tugas melalui direksi. Apabila hal ini tidak dilakukan, kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul. e. Kontraktor bertanggung jawab menanggung biaya yang timbul akibat kelalaian kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan. f. Kontraktor harus menjaga keamanan baik material, barang milik proyek, direksi, pihak ketiga yang ada di lapangan

maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Apabila terjadi kehilangan atas semua itu, kontraktor harus bertanggung jawab, dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah. g. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan tenaga

kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. LAPORAN KERJA PRAKTEK 24

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN h. Kontraktor bertanggung jawab bila terjadi kebakaran, dan

menanggung segala akibatnya baik yang berupa barang maupun keselamatan jiwa. i. Apabila pekerjaan telah selesai, kontraktor bertanggung jawab atas biaya pengangkutan bahan bongkaran dan sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.

3.2.2. Kuasa Kontraktor Di Lapangan a. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas semua hasil pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah ditanda tangani. b. Kehadiran direksi selaku wakil dari pemberi tugas untuk melihat, mengawasi, menegur atau memberi nasihat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas. c. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerusakan

lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena itu, kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan

tersebut dengan biaya kontraktor sendiri. d. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib memberikan saransaran perbaikan kepada pemberi tugas melalui direksi. Apabila hal ini tidak dilakukan, kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul. e. Kontraktor timbul bertanggung jawab menanggung biaya yang

akibat kelalaian

kontraktor dalam melaksanakan

pekerjaan.

3.2.3. Penjagaan Keamanan Lapangan Pekerjaan a. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan terhadap barangbarang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan; LAPORAN KERJA PRAKTEK 25

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN b. Untuk maksud tersebut, maka Kontraktor harus membuat pagar pengaman dari konstruksi kayu dan seng gelombang atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan Kontraktor; c. Bila terjadi kehilangan bahan/material bangunan yang telah disetujui Konsultan Pengawas, baik yang telah terpasang ataupun belum, tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan; d. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa bahan-bahan maupun berupa jiwa. Untuk maksud tersebut, maka Kontraktor wajib menyediakan alat-alat pemadam kebakaran di lokasi pekerjaan; e. Kontraktor wajib menyediakan obat-obatan menurut syaratsyarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang selalu dalam keadaan siap digunakan, dimaksudkan untuk mencegah segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja di lapangan.

3.2.4. Bangunan Sementara a. Direksi Keet Pemborong sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan harus membuat bangunan sementara untuk Direksi Lapangan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : Luas bangunan tidak boleh kurang dari 12 m Rangka kayu matoa Lantai kayu Dilengkapi jendela-jendela dan pintu sesuai dengan permintaan Direksi Atap dari seng

LAPORAN KERJA PRAKTEK

26

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Ruangan dilengkapi dengan meja multiplek ukuran 1,3 x 2 m, 10 kursi duduk, satu mesin ketik, satu set peralatan gambar dan satu almari yang dapat dikunci. Pemborong harus memelihara kebersihan bangunan Direksi Keet serta alat invertarisnya. b. Gudang dan Barak Kerja Pemborongan harus mengusahakan agar bahan-bahan yang tersimpan dalam gudang dan dalam kerja terjaga dari gangguan iklim dan pencuri. Barak kerja dan gudang harus didirikan atas petunjuk Direksi.

3.2.5. Ukuran-Ukuran a. Pada dasarnya ukuran utama yang tertera dalam gambar kerja dan gambar pelengkap meliputi : b. As Luar As Luar Dalam Dalam

Dalam Luar -

Ukuran-ukuran yang digunakan semuanya dinyatakan dalam m (meter) dan cm (centimeter).

c.

Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, maka kontraktor wajib meneliti terlebih dahulu Ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar arsitektur maupun gambar-gambar kerja

lainnya yang dimuat dalam dokumen lelang/kontrak, terutama untuk peil, ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lain. d. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuranukuran yang tercantum di dalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan direksi. Segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab kontraktor dari segi waktu maupun biaya. LAPORAN KERJA PRAKTEK 27

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN e. Khusus ukuran-ukuran dalam gambar arsitektur, pada

dasarnya adalah gambar jadi seperti dalam keadaan selesai.

3.2.6. Bahan a. Semen Semen dimana dipakai harus Portland Cement (PC) dimana telah disahkan/ disetujui oleh pihak berwenang dan dalam segala hal memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki oleh Peraturan Beton bertulang Indonesia, dalam hal ini dipakai Portland Cement (PC) Klas I produksi PT. Semen Tonasa yaitu semen Tonasa (1 zak = 50 kg) yang sesuai dengan pengarahan dan ditetapkan dalam Standar Indonesia NI-8 atau ASTM C 150 type I, untuk ini dapat memakai seluruh Portland Cement (PC) produksi dalam Negeri. b. Agregat Agregat harus keras, bersifat kekal, bersih, dan tidak mengandung lumpur serta tidak boleh mengandung bahan-bahan yang merusak, juga tidak bersifat reaktif terhadap alkali. Untuk mencapai kuat beton perlu diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena umumnya semakin padat dan keras agregatnya akan semakin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan terhadap penurunan mutu akibat pengaruh cuaca). Nilai kuat beton yang dicapai sangat ditentukan oleh mutu bahan agregat ini, dan dalam penggunaannya ditetapkan memakai batu pecah mesin. Pasir Beton Pasir kasar terdiri dari butir-butir yang baik dan bebas dari bahan-bahan organik, lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang

dicantumkan dalam SNI 03-2847-2002 yaitu mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. LAPORAN KERJA PRAKTEK 28

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Pasir sungai yang berbutir tajam, keras dan kekal, bukan diambil dari hasil galian permukaan tanah. Kadar lumpur atau humus yang terkandung di dalam pasir tidak boleh lebih dari 2% Koral beton/ split Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syaratsyarat SNI 03-2847-2002, yaitu mempunyai ukuran butir antara 5,0 mm sampai 40 mm. Penyimpanan atau penimbunan koral beton dipisahkan satu dari yang lain hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat. c. Air Air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, zat organik atau bahan yang bersifat merusak beton dan baja tulangan juga yang mempengaruhi daya lekat semen. Sebaiknya dipakai air tawar bersih yang dapat diminum. Apabila memakai air tanah (sumur bor) maka air/sumbernya harus diperiksa dan diuji di laboratorium untuk memastikan

bisa/tidaknya dipakai sebagai bahan campuran, dan apabila air tanah tidak ada yang memenuhi syarat sebagai bahan campuran, maka kebutuhan air harus disediakan air bersih dari PAH atau air rawa yang tawar. Air yang digunakan merupakan air tanah berasal dari sumur bor di lokasi Batching Plants dan menggunakan air PDAM di lokasi proyek. d. Baja Tulangan Digunakan mutu U 37. Baja tulangan harus bulat serta harus memenuhi persyaratan SNI 03-2847-2002 Bila dipandang perlu Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa LAPORAN KERJA PRAKTEK 29

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN mutu beton di Laboratorium Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan Perencana atau Pengawas Baja tulangan beton harus disusun/disimpan dengan caracara sedemikian rupa sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah, aspal, oli, dan minyak. Juga besi tulangan beton disimpan

berkelompok berdasarkan ukuran masing-masing, besi tulangan harus sesuai dengan persyaratan dalam NI -2. Bahan-bahan baja tulangan harus bebas dari karat, kotoran, cat, atau bahan-bahan lain yang merugikan sebelum dilakukan pemasangan. Diameter baja harus sesuai dengan yang tertera dalam gambar. e. Admixture Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan admixture yang dipakai adalah Plastimen VZ produk dari SIKA atau yang setaraf, dengan takaran 0.8 % dari berat semen.

3.2.7. Jenis dan Mutu Beton a. Bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini harus buatan dalam negeri, dan mengutamakan penggunaan bahan setempat/lokal tanpa mengurangi kualitas maupun kekuatan bangunan yang dikerjakan. Hal tersebut sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Bersama antara Menteri

Perdagangan & Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menpan,

LAPORAN KERJA PRAKTEK

30

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Nomor : 472/Kpb/ XII/80, Nomor : 813/MENPAN/1980 dan Nomor : 64/MENPAN/1980, Tanggal 23 Desember 1980; b. Semua bahan yang akan dipergunakan terlebih dahulu contohnya mendapatkan harus diperlihatkan dan kepada Direksi untuk harus

persetujuan

Pemborong

memakai/menggunakan bahan sesuai contoh yang telah disetujui tersebut; c. Bahan yang diapkir oleh Direksi harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selambat-lambatnya 2x24 jam sejak diputuskan; d. Apabila bahan yang diapkir oleh Direksi tetap dipakai, maka Direksi berhak memerintahkan Pemborong untuk membongkar tanpa alasan kerugian materi maupun waktu pelaksanaan; e. Jika terdapat perbedaan pendapat mengenai mutu bahan, maka Pemborong berkewajiban memeriksakan bahan tersebut ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan Bangunan dengan semua biaya menjadi tanggungan Pemborong. Sebelum ada kepastian dari Laboratorium, Pemborong tidak boleh melanjutkan pekerjaan yang mempergunakan bahan tersebut.

3.2.8. Pemeriksaan Pekerjaan a. Setiap bagian/jenis pekerjaan yang selesai dikerjakan harus diketahui oleh Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan baik secara tertulis maupun lisan. Sebelum mendapat persetujuan, maka Kontraktor tidak dapat melanjutkan pekerjaan berikutnya; b. Jika dapat jangka waktu 2x24 jam sejak diterimanya permohonan pemeriksaan pekerjaan, dan tidak mendapat jawaban dari Konsultan Pengawas, maka Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Konsultan Pengawas;

LAPORAN KERJA PRAKTEK

31

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN c. Apabila ketentuan tersebut di atas telah dilanggar oleh Kontraktor, maka Konsultan Pengawas berhak memerintahkan Kontraktor untuk membongkar bagian pekerjaan tersebut untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan perbaikan menjadi tanggungan Kontraktor.

3.2.9. Pekerjaan dan Pelaksanaan Struktur 3.2.9.1. a. Pekerjaan Beton Bertulang Umum Ruang Lingkup. Semua pemasangan kawat beton, kaki ayam untuk penyanggah, dan segala hal yang perlu untuk menghasilkan pekerjaan beton sesuai daengan pengalaman teknik yang terbaik. Gambar Kerja. Sebelum pekerjaan pembengkokan besi beton, Kontraktor harus terlebih dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembengkokan besi dan menyerahkannya pada Konsultan Pengawas. Persetujuan atas Gambar Kerja oleh Direksi Lapangan terbatas pada pelaksanaan secara umum sesuai dengan gambar sebagai lampiran Surat Perjanjian. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya akan ketelitian ukuran dan detail, ukuran dan detail akan diperiksa di lapangan oleh Konsultan Pengawas pada waktu pemasangan pembesian. Standard. Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan atau standar yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. LAPORAN KERJA PRAKTEK 32

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN b. Besi Beton Khusus untuk beton struktural (kolom dan balok), besi beton yang dipakai adalah besi beton sesuai dengan ditunjukkan dalam gambar. c. Pekerjaan Pembengkokan Besi Beton. Pekerjaan pembengkokan besi beton harus

dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar dan atau sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Harus diperhatikan khusus pada pembuatan beugel sehingga diperoleh ukuran yang sesuai. Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau

diluruskan sedemikian rupa sehingga rusak atau cacat. Dilarang membengkokkan besi beton dengan cara pemanasan. Bengkokan atau haak harus dibengkokan melingkari sebuah pasak dengan diameter tidak kurang dari 5 kali diameter besi beton, kecuali pula bila ditentukan lain. Beugel dan batang pengikat harus dibengkokkan melingkari sebuah pasak dengan diameter tidak kurang dari 2 kali diameter minimum besi beton. Semua pembesian harus mempunyai haak pada kedua ujungnya, bilamana tidak ditentukan lain. d. Pemasangan. Pembersihan Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran beton

LAPORAN KERJA PRAKTEK

33

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN ditunda, besi beton harus dibersihkan. Pemasangan. Pembesian harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang oleh penumpu beton atau logam, dan penggantung. Sambungan Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan overlap minimum 40 kali diameter penulangan. Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada diameter yang besar. (panjang penyambungan sesuai pedoman yang berlaku). Persetujuan dari Direksi Lapangan. Pemasangan penulangan harus diperiksa oleh diperiksa kembali dan

Direksi Lapangan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran, untuk itu perlu pemberitahuan bila penulangan sudah siap untuk diperiksa.

3.2.9.2.

Pekerjaan Beton Bertulang Mutu beton Mutu beton yang dipakai dalam pekerjaan kolom dan balok adalah K-225 dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan SNI 03-2847-2002.

Cara pengadukan Cara pengadukan harus menggunakan beton molen dan speed mix (mobil molen), takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh

LAPORAN KERJA PRAKTEK

34

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Direksi/ Pengawas Lapangan. Selama pengadukan,

kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memerikasa slump pada setiap campuran baru, pengujian slump rata-rata maksimum dan minimum 10 sampai 14 cm. Faktor Air Semen Agar dihasilkan suatu konstruksi beban yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut : Faktor air semen untuk balok maksimum 0,58. Faktor air semen untuk kolom maksimum 0,58.

Tes Kubus/Silinder Beton Pengawas berhak meminta setiap saat kepada kontraktor unuk membuat kubus/silinder coba dari adukan beton yang dibuat. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji, dengan nomor urut yang menerus. Cetakan kubus/silinder coba harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah, dan memenuhi syaratsyarat dalam peraturan beton Indonesia. Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15x15x15 cm3. Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah pengawasan yang dilakukan pada lokasi proyek. Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam peraturan beton Indonesia. Kubus/silinder coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu code yang dapat menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang

bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat.

LAPORAN KERJA PRAKTEK

35

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Termasuk juga pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan kontraktor harus

menyingkirkannya dari tempat pekerjaan. Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan harus dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur PBI, untuk perbaikan.Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab kontraktor. Semua kubus/silinder coba jika perlu akan dicoba dalam laboratorium yang berwenang, dan disetujui Pengawas. Laporan hasil percobaan harus disertakan kepada Pengawas segera sesudah selesai percobaan, paling lambat 7 hari sesudah pengecoran, dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran adukan berat kubus benda uji tersebut dan data-data lain yang

diperlukan. Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa mutu beton yang dibuat seperti yang ditunjukkan oleh kubus cobanya maka supaya gagal memenuhi berhak syarat

spesifikasi, kontraktor

Pengawas

meminta percobaan-

mengadakan

percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan destruktif. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syaratsyarat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonsesia. Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus

LAPORAN KERJA PRAKTEK

36

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk Pengawas. Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibatakibat gagalnya jawab pekerjaan kontraktor. tersebut menjadi juga

tanggung

Kontraktor

diharuskan mengadakan slump test menurut syarasyarat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Slump beton berkisar antar 10 cm sampai 14 cm.

3.2.9.3.

Pekerjaan Bekesting/ acuan Persyaratan Penggunaan Bahan. Tidak mengalami deformasi. Bekisting harus cukup tebal ( tripleks tebal min. 10 mm) dan terikat kuat menahan beton dan beban sementara lainnya. Bahan untuk rangka bekisting menggunakan balok kayu matoa 5/10. Paku, angkur dan sekrup-sekrup ukuran sesuai dengan keperluan dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran. Kedap air, dengan metutup semua celah sehingga dijamin tidak timbul sirip atau adukan keluar pada sambungan atau cairan keluar dari cetakan beton.Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.

Syarat Pelaksanaan Pemasangan. Tentukan jarak, level dan ukuran sebelum memulai pekerjaan. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai design dan standard yang telah ditentukan, sehingga bisa dipastikan akan 37

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhankebutuhan akan bentuk, kelurusan dan dimensi. Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus, dan harus dibuat kedap air untuk mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi bentuk beton. Hubungan-hubungan ini harus

diusahakan seminimal mungkin. Perkuatan pada bukaan di bagian-bagian yang struktural yang tidak diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi. Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pingulan-pingulan (chamfer strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horisontal) dari balok dan kolom. Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits, sleeves dan pekerjaan lain yang akan merekat pada atau melalui / merembes beton. Koordinasi bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika membentuk / menyediakan bukaan, angkur dan sisipansisipan lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara jelas / khusus ditunjukkan pada gambar yang berhubungan. Sediakan bukaan sementara pada cetakan beton dimana diperlukan guna pembersihan dan inspeksi. Tempatkan bukaan di bagian bawah bekisting guna memungkinkan air pembersih keluar dari bekisting. Penutup bukaan sementara ini harus dengan bahan yang memungkinkan merekat rapat, rata dengan permukaaan dalam bekisiting, sehingga sambungannya tidak akan tampak pada permukaan beton ekspose.

LAPORAN KERJA PRAKTEK

38

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN

Kualitas Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatannya guna memastikan

bahwa pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekisting, dan bagian-bagian lainnya aman. Informasikan pada Direksi Lapangan jika bekisting telah dilaksanakan, dan telah dibersihkan, guna pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan persetujuan Direksi terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum dilaksanakan pengecoran beton. Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian

bekisting kayu lebih dari 2 (dua) kali tidak diperkenankan. Penambahan diperkenankan pada kecuali bekisting, pada juga tidak

bukaan-bukaan

sementara yang diperlukan. Bekisting yang akan dipakai ulang harus

mendapatkan persetujuan sebelumnya dari Direksi Lapangan. Pembersihan Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang tidak perlu. Buang bekasbekas potongan, kupasan dan puing dari bagian dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan puing-puing tersebut telah mengalir.

LAPORAN KERJA PRAKTEK

39

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Buka bekisting secara kontinyu dan sesuai dengan standar yang berlaku sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau ketidakseimbangan beban yang terjadi pada struktur. Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hatihati, agar peralatan-peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton. Untuk yang akan dipakai kembali, bekistingbekisting yang telah dibuka harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terhadap permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan. Dimana diperlukan perkuatan-perkuatan struktur yang pada telah

komponen-komponen

dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan

konstruksi di lantai-lantai diatasnya bisa dilanjutkan. Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa

dilakukan setelah beton mempunyai 75% dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength) yang diperlukan. Bekisting-bekisting yang dipakai untuk

mematangkan (curing) beton, tidak boleh dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh direksi.

3.2.9.4.

Pengecoran beton Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan Pengawas dan mendapatkan persetujuan. Jika tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat

LAPORAN KERJA PRAKTEK

40

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN diperintahkan untuk menyingkirkan/membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terkumpul pada permukaan dalam molen atau speed mix (mobil molen). Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan beton yang sebagian telah mengeras. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan mendapat alat-alat persetujuan pengangkutan Pengawas, mesin sebelum haruslah alat-alat

tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkutan yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan Pengawas. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan dibasahi dengan air semen. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian, yang akan menyebabkan pengendapan agregat.

LAPORAN KERJA PRAKTEK

41

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran digunakan fibrator (beton triller), pemadatan dengan tongkat atau jika perlu dengan tangan untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi kantong udara dan sarang koral. Ujung beton triller tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun pembesian. Harus pula diperhatikan jangan sampai terjadi penggetaran berlebihan ataupun dikerjakan sedemikian rupa sehingga menyebabkan pemisahan bahan beton ataupun permukaan beton. Pengecoran dilakukan secara terus menerus gejala timbulnya banyak air pada

(kontinyu/tanpa berhenti). Adukan yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai lagi. Pada penyambungan beton lama dan baru, maka permukaan beton lama terlebih dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan. Apabila perbedaan waktu pengecoran kurang atau sama dengan 1 (satu) hari maka harus digunakan bahan additive untuk penyambungan beton lama dan beton baru. Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat persetujuan Pengawas.

3.2.9.5.

Pekerjaan Perawatan

Proses perawatan dengan pembasahan : a. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan LAPORAN KERJA PRAKTEK 42

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton. b. Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara. c. Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah additive harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

3.2.9.6. a.

Pembongkaran Cetakan Beton Pembongkaran dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton bertulang Indonesia, dimana bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.

b.

Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya oleh Pengawas.

c.

Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang kropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada

Pengawas, untuk meminta persetujuan mengenai cara pengisian, perbaikan atau menutupnya. LAPORAN KERJA PRAKTEK 43

BAB III SPESIFIKASI PEKERJAAN Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya pengisian dan perbaikan atau penutupan bagian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. d. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas mempunyai wewenang untuk menolak

konstruksi beton yang cacat seperti berikut : Konstruksi beton sangat kropos. Konstruksi beton yang sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisi-posisinya tidak seperti yang ditunjuk gambar. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya. Konstruksi beton retak, pecah

LAPORAN KERJA PRAKTEK

44

Anda mungkin juga menyukai

  • Buku Manual Program EPANET
    Buku Manual Program EPANET
    Dokumen229 halaman
    Buku Manual Program EPANET
    Koran Anak
    100% (14)
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Persetujuan
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen10 halaman
    Daftar Isi
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesahan
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen8 halaman
    Bab V
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen29 halaman
    Bab Iv
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Jamal Mahmud
    Belum ada peringkat