Anda di halaman 1dari 2

Abi 'abdillah bin al-khawwash adalah sahabat dekat dari hatim al-ashim,dan ia pernah mengisahkan pengalamannya bersama hatim.

suatu hari,aku bersama Hatim dan tiga ratus dua puluh calon haji lainnya berencana mengadakan perjalanan ke Makkah al-Mukarramah.masing2 dari kami hanya membawa sedikit perbekalan makanan dan minuman,karena kami termasuk yang miskin harta.Sesampai di wilayah Al-Rayi (Al-Rayi merupakan wilayah yang saat ini berada di negeri iran),kami berpapasan dengan seorang pedagang yang terkenal karena kecintaannya terhadap orang2 miskin.Kami pun di sambut sebagai tamu nya,dan di izinkan menginap di kediamannya pada malam hari. Keesokan harinya,tuan rumah bertanya kepada hatim,"apakah saudara2 mempunyai keperluan lainnya terhadap diriku sebagai tuan rumah yang harus melayani tamu2 nya ?? sebab,saat ini aku berencana hendak mengunjungi seorang ahli fiqih diantara kami yang sedang menderita sakit." Hatim pun berkata,"menjenguk saudara yang sedang sakit sudah tentu merupakan kebajikan yang utama dan sangat mulia,sedangkan menyantuni orang miskin menjadi bagian dari ibadah yang di wajibkan.Kalau begitu,aku ikut pergi bersamamu menjenguknya." Orang yang sedang sakit itu bernama Muhammad bin Muqatil,seorang Qadhi (hakim) di wilayah alRayi.ketika kami sampai di depan pintu gerbang rumah sang qadhi,aku mengamati rumah yang mirip istana indah nan megah. Hatim berpikir sejenak,lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri,"beginikah keadaan rumah seorang ulama?" setelah meminta izin,kami pun memaasuki ruang dalam dari rumah sang qadhi,yang ternyata juga indah dan sangat luas,dengan permadani yang menutupi seluruh permukaan lantainya.Pada seluruh jendela rumah sang qadhi berhiaskan tirai menjuntai dari kain yang berwarna-warni.Sementara sang qadhi sendiri saat itu tengah terbaring di atas tempat tidur yang sangat empuk didalam ruangan kamarnya yang mewah,dan di sisi kanan kirinya berdiri masingmasing seorang pelayan yang bertugas mengipasi kepala maupun tubuh sang qadhi. saudagar yang datang bersama Hatim menanyakan kondisi terakhir dari kesehatan sang qadhi.sedangkan hatim sendiri hanya berdiri dan tidak mengatakan apa-apa. meskipun di persilahkan duduk,Hatim tetap berdiri,tidak mau duduk. Ia bahkan segera mengajukan pertanyaan kepada sang qadhi,"dari siapakah engkau mendapatkan ilmu ?" Muhammad bin Muqatil menjawab,"dari para ulama yang dapat di percaya." Hatim bertanya lagi,"Dari siapakah para ulama yang dapat engkau percaya atas keilmuan mereka itu mendapatkan ilmu ? Muhammad bin Muqatil menjawab,mereka mendapatkan langsung dari para sahabat Rosulullah.Hatim bertanya kembali,Dari siapakah sahabat rosulullah itu belajar ? Muhammad bin Muqatil menjawab,para sahabat itu mendapatkan bimbingan langsung dari rasulullah.lalu,Dari siapakah Rasulullah mendapatkan ilmu ? tanya Hatim selanjutnya,Muhammad bin Muqatil menjawab,Dari malaikat jibril as.,dan Jibril mendapatkannya langsung dari wahyu Alloh SWT.turunkan melalui dirinya.Hatim bertanya lagi,pernahkah engkau menjumpai didalam ilmu dari mereka yang engkau sebutkan tadi pelajaran bahwa Alloh akan meninggikan derajat orang yang rumahnya laksana istana nan megah dan sangat luas ? sang qadhi pun menjawab,Tidak. Hatim bertanya kembali,jika begitu,pelajaran apa yang engkau dapatkan dari mereka ? Muhammad bin Muqatil menjawab,Aku menemukan dalam pelajaran yang mereka sampaikan,bahwa seorang yang bersikap zuhud terhadap urusan dunia,mengarahkan perhatian kepada urusan akhirat ,mengasihi orang miskin dan mendahulukan urusan akhirat,niscaya ia akan memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Alloh SWT.. Kemudian Hatim bertanya kepada sang Qadhi,Jika demikian,siapakah yang engkau teladani ; apakah Rasulullah SAW.,para sahabat beliau Ra,orang2 shalihsemoga Alloh

merahmati mereka semua-- ,atau justru Firaun dan Namrudz yang mendirikan bangunan serta gedung megah terbuat dari marmer dan batu merah ? wahai ulama dunia,orang berilmu yang seperti engkau ini jika di saksikan oleh orang2 yang jahil,niscaya mereka akan berpikiran,bahwa semua yang engkau miliki ini sebagai pemicu bagi mereka dalam berlomba-lomba memburu kesenangan duniawi . setelah menyampaikan semua itu,Hatim segera pergi meninggalkan kediaman sang Qadhi..... [berhubung aga panjang,jadi kami bagi kisah Hatim bin Ashim menjadi dua bagian,..terima kasih]

Anda mungkin juga menyukai