Mulanya adalah tabu Yang ia temukan dalam buku-buku, Di atas meja makan, Dalam cinta, memanjat Pohon, main bola, dan Ranjang yang dikonstruksikan---dimitosKan yang kemudian Ia ingkari Ia pun melangkah makin jauh Menembus belantara Pohon-pohon kota yang berpagar CO2 Dan terus makin jauh Menembus belantara Peradaban Menjauhi kaki Hawa, ibunya Sendiri Sesekali aku melihat Ia memetik mawar Kemudian ia sembunyikan Di belakang pepohonan atau Ia buang entah kemana Agar selamat dari durinya Lalu ia terus melangkah Makin jauh Menenun cemas Membayangkan luka-luka Pada wajah para Hawa Hingga tiba ia pada sebuah lembah Yang lebih dalam Dari daratan biasa Di sana sungai-sungai tak lagi riak Angin hanyalah nada-nada Kepasrahan Yang tak lagi mengusik limbik Lalu ia berhenti Sejenak Mengusap keringat Yang mengucur dari lubangLubang yang tak pernah diKancing rapat-rapat Di sanalah ia kembali
Membayangkan, "Apakah ketakutanketakuatanku hanyalah dongeng?" Di sanalah, di ruang yang statis itu Bertaut dengan waktu yang berlalu Ia membiarkan, Mempersilahkan apa saja di luar egonya Untuk merayakan kegaiban Pukau anak-anak Adam Dalam mimpinya Ia tak mengalahkan waktu Ia tak hendak menentukan Ia ditentukan :"Lalu waktu, bukan giliranku..." Kota M, 2012
bertahun-tahun. kembangnya mekar, seolah tak mengenal musim yang berubah-ubah atau badai yang menerpanya. sementara bibirnya berkata suatu kali; perempuan adalah baja, siap jadi apa saja. seperti keris, pantang menangis. tidak seperti iklan televisi atau jalanan remang penuh dada membuncah. tak tahu milik siapa. O, rahasia mawar senja hari belum terungkap di sini. meski udang-udang di otak ini tak sabar menari-nari sepotong cinta. meski di bawah sana jalan tawarkan berlembar kemungkinan, tapi bintang-bintang di langit akan slalu kerdap kerdip. Tuhan, demi wanita-wanita yang melewati harinya kemarin pagi membelai dalam-rindu dendam alam. inilah wanita pagar nafasku hari ini.
[4] Janin
Plato: janin itu merangkak ke-luar-vagina tangannya menggenggam amplop lidahnya kaku punggungnya luka ketika diselimuti kain jarah orang-orang menyambutnya dengan bendera dan senyum merekah apakah itu yang kau genggam? tapi ia hanya membungkam lalu jawabnya hanyalah amplop milikmu tibalah janin itu di beranda dipangku ibunya yang renta beruban apa sebenarnya yang kau bawa, nak? dan terasa terpaksa ia membuka amplop itu hanya berisi tulisan : lupa VK, 2012 Haz Algebra tinggal di Manado. Bergiat di Komunitas Bibir Pena, Komunitas Walek@fiESA, LNous Institute (Philosophy, Art & Science), Komunitas ArtCtext, dan Paradokstra (Pararelis Dokter Sastra). Karya-karyanya telah dimuat di Koran Nasional, berbagai buletin dan jurnal sastra, serta telah dibukukan dalam beberapa antologi bersama.