Dewisp Filosofi Teknologi Pendidikan
Dewisp Filosofi Teknologi Pendidikan
secara sederhana.
landasan berpikir yang stabil dan menjadi ciri khas dari seseorang
DSP/1999.
makalahTP2\DSP. 3
Pengantar hal. 2
Daftar Isi hal. 3
I. Landasan Berpikir hal. 4
Pengertian hal. 4
Proses Belajar hal. 4
Analisis Siswa hal. 7
Persepsi hal. 9
II. Sistem hal. 11
Ruang Lingkup Sistem hal. 11
Pendekatan Sistem hal. 14
III. Interaksi Belajar-Mengajar hal. 18
* Interaksi Belajar-Mengajar hal. 18
* Model Interaksi Belajar-Mengajar hal. 19
* Peran Guru hal. 21
IV. Media Instruksional dan Sumber Belajar hal. 24
Media Instruksional hal. 24
Peran Sumber Belajar hal. 25
Bacaan hal. 27
makalahTP2\DSP. 4
Pengertian
Teknologi pendidikan memandang proses belajar sebagai suatu peristiwa
internal. Proses belajar disebut internal karena terjadi dalam diri siswa. Sejauh
ini sudah banyak sekali teori belajar yang dirumuskan oleh para pakar dengan
berbagai pendekatan ilmu. Proses belajar dapat ditinjau dari berbagai disiplin
ilmu. Sebagai contoh, psikolog beranggapan bahwa proses belajar sebagai suatu
proses kognitif, sedangkan pakar komunikasi beranggapan bahwa proses belajar
adalah suatu pemrosesan informasi dalam diri seseorang.
Proses Belajar
Perhatian teknologi pendidikan terhadap proses belajar dikemukakan oleh
Percival dan Ellington, 1984 dalam rumusan konsep orientasi siswa (student-
oriented) sebagai suatu pendekatan dalam mengatasi kesulitan proses belajar-
mengajar. Keduanya berpendapat bahwa kebutuhan setiap individu siswa
makalahTP2\DSP. 5
a. Definisi Belajar
Bagi Kemp & Dayton, 1985, belajar “sebagai suatu proses terjadi pada
seseorang sebagai suatu pengalaman. Belajar berlangsung manakala
perilaku seseorang dimodifikasi – atau terjadi jika seseorang berpikir atau
bertindak berbeda”. Heinich, et al, 1993 menganggap belajar sebagai
pengembangan pengetahuan, keahlian, atau sikap ketika seseorang
berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Bagi mereka, waktu dan
tempat belajar tidak tertentu, belajar bisa terjadi kapan saja. Bagi Ellington
& Haris, 1986, proses belajar adalah perubahan perilaku menetap (permanen)
akibat pengalaman dan instruksional terarah.
b. Peristiwa Belajar
(1). Belajar sebagai suatu pemrosesan informasi
Gagne, Briggs, dan Wager menjabarkan peristiwa belajar berdasarkan pola
pemrosesan informasi seperti berikut ini.
KONTROL
PELAKSANA HARAPAN/
KEINGINAN
P PENGHASIL
E RESPON
L M E
B F
I
E E
N R K
G I
K
U P
E
N P
N M I MEMORI
G E
E E N MEMORI JANGKA
N
A R L D JANGKA PANJANG
E
N I A E PENDEK
R
M L R
I
A U A
M
A I
A
N
Kegiatan belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi mengandung arti luas.
Belajar dapat multidimensi, tidak tergantung usia dan jadwal atau bisa
terjadi di mana saja selama situasi memungkinkan. Plomp & Ely, 1996 dalam
International Encyclopedia of Educational Technology berhasil merumuskan
beberapa model belajar.
Analisis Siswa
Seperti tersebut tadi, peristiwa belajar merupakan proses internal. Pengamatan
terhadap siswa sebaiknya dilakukan sejak dini, karena siswa memerlukan
kesiapan mental dan akademik. Pengamatan diprioritaskan pada aspek :
a. Karakteristik umum
Kondisi fisik sejak lahir, merupakan karakteristik umum siswa yang tidak
dapat diubah. Sebagai contoh, kondisi indera penglihatan siswa, yaitu
mengenai ketajaman visual. Setiap individu siswa memiliki ketajaman visual
berbeda. Bagi siswa yang memiliki ketajaman visual kurang dari rata-rata,
maka ia dapat dibantu dengan penggunaan kacamata. Siswa juga memiliki
makalahTP2\DSP. 8
sifat dan karakter tertentu yang tidak atau belum tentu dapat diubah melalui
proses belajar.
b. Karakteristik Akademik
Karakteristik akademik berkaitan dengan kemampuan prasyarat siswa.
Kemampuan prasyarat merupakan kemampuan yang menjadi landasan bagi
penguasaan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Kemampuan prasyarat
bisa bersifat inti (essential), yaitu kemampuan yang menjadi bagian dari
penguasaan materi atau keahlian yang akan dipelajari. Kemampuan
prasyarat bersifat pendukung (supportive) yaitu kemampuan prasyarat yang
membantu memperlancar penguasaan materi baru.
c. Tipe Belajar
Analisis siswa dapat dilakukan dengan menganalisis unsur psikologis serta
kebiasaan belajar. Unsur psikologis tersebut misalnya tentang
pengelompokkan tipe kecerdasan setiap individu siswa berdasarkan suatu
teori; misalnya teori Gardner tentang kecerdasan ganda. Gardner
berpendapat bahwa setiap individu memiliki lebih dari satu kemampuan.
Klasifikasi kemampuan menurutnya yaitu logika-matematis, kebahasaan,
kelenturan gerak, musik, ruang, hubungan antar manusia (interpersonal),
dan intra-diri (intrapersonal).
makalahTP2\DSP. 9
Persepsi
a. Konsep dasar persepsi
Satu hal yang perlu diwaspadai sehubungan dengan proses belajar adalah
persepsi. Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa
terjadi pada setiap kesempatan, disengaja atau tidak. Fleming & Levie
mempercayai persepsi sebagai “suatu proses penerimaan informasi yang
rumit, yang diterima atau diekstrasi manusia dari lingkungan …….. persepsi
termasuk penggunaan indera manusia”. Kemp & Dayton, 1985 menganggap
persepsi “sebagai suatu proses dimana seseoang menyadari keberadaan
lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya”. Persepsi terjadi karena
setiap manusia memiliki indera untuk menyerap obyek-obyek serta kejadian
di sekitarnya.
c. Persepsi visual
Secara khusus, Rieber, 1994 menyatakan pentingnya persepsi visual.
Persepsi visual sangat berperan karena proses ini menunjukkan kemampuan
seseorang untuk mengikuti, menyadari, menyerap arti atau makna dari
tampilan visual di sekitarnya secara selektif. Ia juga percaya bahwa manusia
terbiasa untuk berpikir secara visual atau memiliki gambaran visual dalam
otaknya, walau informasi yang diterima berbentuk verbal. Sebagai contoh, si
Ani membaca kata ‘kucing’. Pesan verbal yang diterima si Ani, selanjutnya
sudah diterima dalam bentuk visual. Ani dapat membayangkan wujud
kucing dalam pikirannya walaupun ia tidak melihat kucing melintas di
depannya. Persepsi visual tergantung atas pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya.
a. Jenis
Penjabaran sistem menurut kamus, seperti dikutip oleh Banathy, adalah “….
…. satu rangkaian obyek yang terintegrasi oleh interaksi atau unsure
ketergantungan reguler; keseluruhan yang terorganisasi, sebagaimana sistem
tatasurya atau sistem telegraf”. Banathy menggarisbawahi kedua contoh –
sistem tatasurya dan sistem telegraf. Pakar tersebut membedakan ada sistem
alam dan buatan manusia. Untuk teknologi pendidikan, maka yang dibahas
adalah sistem yang termasuk buatan manusia.
b. Jenjang
Kategorisasi sistem menurut jenjang meliputi :
(1). Sistem
Sistem menurut Banathy sendiri, yaitu “organisme sintetis yang sengaja
dirancang, terdiri atas komponen-komponen yang terkait dan tergantung
satu sama lain, dan bekerja sama secara terintegrasi untuk mencapai tujuan
belajar yang sudah ditetapkan “. AECT (1977) merangkum beberapa definisi
dari beberapa sumber. Definisi-definisi tersebut diantaranya berasal dari
Silvern, yang merumuskan sistem sebagai “struktur atau pengaturan dari
keseluruhan, menunjukkan keterkaitan antar bagian-bagiannya pada suatu
proses dalam satu kerangka berpikir”, menurut Kaufman, sistem itu,
makalahTP2\DSP. 12
(2). Subsistem
Sistem mempunyai bagian atau unsur di dalamnya. Unsur atau bagian yang
terlibat di dalam sistem disebut subsistem. Kutipan AECT atas pendapat
Silvern mengenai subsistem, yaitu “……ada dua atau lebih bagian yang
tertata rapih, …. bsa berbentuk komponen –komponen atau satu kelompok
komponen bersama-sama melaksanakan pekerjaan dalam suatu sistem yang
rumit”. Dalam satu sistem, biasanya setiap subsistem memiliki tata kerja
berbeda dari subsistem-subsistem lain. Koordinasi dan kerjasama diantara
komponen itu sendiri merupakan hal yang lebih penting.
(3). Suprasistem
Di lingkungan masyarakat banyak sekali sistem; selanjutnya sistem-sistem
tadi membentuk sistem lainyang jauh lebih besar, lebih rumit, dan lebih
canggih. Sistem terbesar disebut suprasistem. Ilustrasi pada halaman
berikut mewakili konsep sistem secara hierarkikal.
Sistem tertutup bekerja sebaliknya. Sistem jenis ini tidak dapat menerima
masukan dari luar tatakerjanya. Sistem tertutup bersifat baku. Proses
pencernaan makanan pada manusia, cara kerja komputer (dengan subsistem
keyboard, CPU, monitor, disk drive, serta printer) adalah dua contoh dari
sistem tertutup.
Subsistem
Sistem
Suprasistem
Sistem
Pendekatan Sistem
a. Pengertian Pendekatan sistem
(1). Rumusan konsep
Dalam buku mengenai definisi, AECT mengutip definisi pendekatan sistem.
Salah satu definisi tersebut dirumuskan oleh Kaufman. Ia menyatakan
“pendekatan sistem merupakan suatu proses pencapaian hasil atau tujuan
logis dari pemecahan masalah dengan cara efektif dan efisien, dan dianggap
sebagai suatu metode ilmiah”. Pakar ini menambahkan bahwa bisa saja
pendekatan sistem dianggap sebagai suatu proses yang harus
diidentifikasikan , kemudian masalahnya dipilih, persyaratan dan alternatif
pemecahan diatur dan dipilih. Setelah itu, ditentukan metode serta sarana
yang dibutuhkan. Pemecahan masalah terpilih perlu dievaluasi melalui
serangkaian ujicoba untuk mendapat masukan. Masukan tersebut kemudian
dijadikan bahan perbaikan atas alternatif terpilih tadi.
makalahTP2\DSP. 15
(2). Penerapan
Teknologi pendidikan menggunakan konsep pendekatan sistem sebagai pola
berpikir dalam menanggulangi kesulitan suatu proses belajar (dan
mengajar). Masalah yang timbul tidak hanya dipertanyakan dalam wujud
saja atau dengan kata tanya “apa?”, tetapi mengupayakan agar penyebab
serta alternatif bisa segera dirumuskan. Dalam hal ini, teknologi pendidikan
perlu mempertanyakan “mengapa?”, selain “bagaimana?”. Kedua kata
tanya tersebut perlu dijawab dan disusun jawabannya secara logis. Setelah
itu, masalah kembali dikaji ulang dengan baik sehingga tercapai suatu
struktur alternatif yang mampu menjawab seluruh pertanyaan tadi.
2. Pengalaman
Belajar
Tujuan khusus dan 3. Model
materi Mengajar - belajar
Siswa
4. Staf
7. Evaluasi dan 5. Bahan, peralatan,
revisi, dan perangkat keras
ubah total 6. Fasilitas fisik
D. Hasil C. Sumber
c. Pendapat Romiszowski
Romiszowski mengemukakan beberapa alasan mengenai alternatif proses
belajar tersebut. Alasan-alasan tersebut diantaranya adalah :
- alternatif tadi sebagai suatu contoh pola belajar yang memperhatikan
siswa
- perbedaan karakteristik siswa jauh lebih diperhatikan karena siswa tidak
perlu lagi menunggu teman lainnya untuk melanjutkan proses belajar
- model belajar tadi memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan rasa tanggung-jawab terhadap keberhasilan belajar
sendiri.
b. Kegiatan instruksional
Kegiatan instruksional dianggap sebagai faktor eksternal atau lingkungan
fisik harus dirancang agar bisa menjadi landasan situas interaktif tadi.
Gagne mengungkapkan pada pelaksanaannya kegiatan instruksional, atau
selama peristiwa belajar terjadi, berupa satu rangkaian kegiatan yang
memberi peluang untuk maju. Siswa perlu dilibatkan dalam kegiatan
instruksional.
BIDANG PENGALAMAN
BIDANG PENGALAMAN (Penerima)
(Penerima)
NOISE
UMPAN BALIK
karena ada pengiriman pesan atau informasi untuk penerima melalui metode
atau saluran tertentu.
Tugas utama pengirim secara aktif, merumuskan pesan dalam bentuk kode-
kode atau mengolah pesan sesuai dengan kebutuhan penerima. Kemudian,
pengirim menentukan saluran, metode tertentu disesuaikan dengan pesan
dan sifat penerima. Sebaliknya, tugas utama penerima yaitu mempersiapkan
diri untuk menerima dan mengolah pesan (dan kode-kode) tadi. Penerima,
setelah mencerna pesan, diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap
proses pengiriman pesan.
* Peran Guru
Di Indonesia, seorang guru memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Ia
bekerja dengan waktu yang tidak terbatas. Ia tidak hanya mengajar, namun
seringkali ia juga harus mengemban peran mendidik dalam arti yang luas.
Berikut penjelasan tentang profesi guru.
a. Guru sebagai penyaji materi
Fungsi guru yang utama selama ini adalah sebagai penyaji materi. Peran
guru ini menempatkan posisi guru bagi siswa sebagai narasumber. Ia harus
menjabarkan atau menjelaskan materi selama proses belajar berlangsung.
Peran ini terbagi dua, yakni sebagai guru kelas dan guru bidang studi.
makalahTP2\DSP. 22
instruksional bagi penciptaan proses belajar. Selain itu, guru dituntut harus
jeli untuk memanfaatkan lingkungan bagi kepentingan siswa.
Cangelosi & Ely mendeteksi perubahan peran guru sebagai perancang dan
pengelola seiring dengan tuntutan zaman. Menurutnya, ternyata kewajiban
guru itu multiperan. Ia dituntut harus mampu membina siswa untuk
bersikap kooperatif. Siswa memang perlu dipersiapkan untuk dilibatkan
dalam proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan belajar harus
didukung oleh sikap kooperatif seluruh siswa yang ada di kelas.
Abstrak
Simbol
Verbal
Simbol Visual
Gambar Gerak
Televisi
Pameran
Demonstrasi
Penggalan Pengalaman
(Penyerapan materi menurut Bruner & Dale, dikutip dari Heinich, et al, 1996).
* Sumber belajar
Sumber belajar merupakan upaya pelembagaan segala bentuk dan karakteristik
media instruksional. Pelembagaan tidak dimaksudkan untuk menunjuk satu
gedung atau satu atap. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan
materi belajar dan dimanfaatkan oleh lembaga penyelenggara pendidikan. Bagi
makalahTP2\DSP. 26
yang ada dapat terlaksana secara maksimal. Suatu pusat sumber belajar terdiri
atas sumber belajar nonmanusia dan manusia. Khusus sumber belajar
manusia adalah para tenaga ahli atau pakar yang dapat membantu dan
mendukung setiap pengguna atau peserta didik untuk memanfaatkan sumber
belajar dan mengatasi kesulitan belajar. Beberapa contoh tenaga ahli adalah
tenaga ahli bidang tertentu, misalnya ahli fisika, matematik, ilmu sosial serta
pakar untuk bidang proses belajar, pengembang instruksional serta ahli media
instruksional. Seluruh aspek pusat sumber belajar bersifat sistem, sehingga
setiap pihak memiliki peran penting terhadap proses belajar.
makalahTP2\DSP. 28
Heinich, Robert M.; Michael H Molenda & James D.Russell (1993). Instructional
Media and the New Technologies of Instruction (4th ed.). New York : MacMillan
Publishing, Co.
Kemp, Jerold E. & Diane K. Dayton (1985). Planning and Producing Instructional
Media (5th ed.). New York : Harper & Row, Publ.
Prawiradilaga, Dewi Salma, “Antara PSDM dan Teknologi Pendidikan : Suatu
Gagasan untuk Penerapan Teknologi Pendidikan di Dunia Bisnis”, Makalah.
Kongres II IPTPI di Malang, 1992.
-----------------, “Restrukturisasi Peran PSB bagi Masyarakat Akademik”, Makalah.
Temukarya LSB di IKIP Jakarta, 1993.
Fleming, Malcolm & W Howard Levie (1978). Instructional Message Design
Principles. Englewood Cliffs, NJ : Educational Technology Publ.
Gagne, Robert M & Leslie J. Briggs, Walter W. Wager (1992). Principles of
Instructional Design (4th ed.). Fort Wort, TX : Harcorut, Brace, Jovanovich.
Slavin, Robert E. (1993). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice.
Boston, MA : Allyn & Bacon.
Armstrong, Thomas (1994). Multiple Intelligences in the Classroom. Alexandria,
VA : Association for Curriculum Development.
Saettler, Paul (1990). The Evolution of American Educational Technology.
Englewood, COL. : Libraries Ltd.
Wittich, Walter A. & Charles F. Schuller (1973). Instructional Technology : Its
Nature and Use. New York : Harper & Row, Publ.
Gagne, Robert M. (Ed., 1987). Instructional Technology Foundations. Hillsdale, NJ :
Lawrence Erlbaum Assc., Publ.
Ellington, Hendry & Duncan Harris (1986). Dictionary of Instructional Technology.
London, UK : Kogan Page.
AECT (1977). The Definition of Educational Technology. Washington, DC : AECT.
NSPI (1986). Introduction to Performance Technology. Washington, DC : NSPI.
makalahTP2\DSP. 29
Seels, Barbara & Rita C. Richey (1994). Instructional Technology : The Definitions
and Domains of the Field. Washington, DC : AECT.
Ely, Donald P. & Tjeerd Plomp (1996). Classic Writings on Instructional Technology.
Englewood, COL. : Libraries Unlimited, Inc.