Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang Pada umumnya pembangunan di suatu daerah selalu diarahkan pada pembangunan ekonomi yang dapat dilihat melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara lain diukur dengan besaran yang disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah, sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono, 1999). Salah satu indikator yang digunakan dalam mengukur pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Walaupun indikator ini hanya mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian, namun juga memberikan indikasi tentang bagaimana aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu dapat menghasilkan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang-bidang lainnya, sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat yang ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembangunan tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi lebih berarti apabila diikuti oleh hasil-hasil pembangunan yang merata dinikmati oleh masyarakat, namun kenyataannya pembangunan dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

Universitas Sumatera Utara

seperti yang diharapkan, yaitu seimbang dan merata. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan yang cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami

pertumbuhan yang sebaliknya. Daerah-daerah tersebut tidak mengalami pertumbuhan yang tinggi disebabkan kurangnya sumber daya yang dimilikinya. Faktor lainnya adalah adanya kecenderungan peranan pemilik modal (investor) yang lebih memilih daerah perkotaan atau daerah yang memiliki fasilitas lengkap seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi, dan tenaga kerja yang terampil, selain itu adanya ketimpangan pembagian pendapatan dari pemerintah pusat kepada daerah (Sutarno, 2002). Lebih lanjut menurut Todaro (2008) tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain upaya menciptakan pertumbuhan yang setinggitingginya, pembangunan harus pula berupaya untuk menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran atau upaya untuk menciptakan kesempatan kerja baru bagi penduduk. Terciptanya kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat, maka akan memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejalan dengan itu, maka pembangunan ekonomi sebaiknya diarahkan kepada suatu proses yang menyebabkan adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita penduduk, dan ini terjadi terus menerus dalam jangka panjang (Asyad, 2004). Untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan kemelaratan sebahagian besar rakyat Indonesia maka dirumuskanlah suatu tujuan pembangunan, yang antara lain: (1) mengurangi tingkat ketimpangan pembagian

Universitas Sumatera Utara

pendapatan, (2) mengurangi kemiskinan, dan (3) memperluas dan menciptakan kesempatan kerja. Tujuan tersebut sejalan dengan yang digariskan di dalam GBHN, yang mengatakan bahwa disamping menaikkan pendapatan nasional, pembangunan harus sekaligus menjamin distribusi pendapatan yang seimbang bagi semua orang sesuai azas keadilan (GBHN TAP MPR RI No.IV/MPR/1973). Williamson (1965) menyatakan bahwa ketimpangan wilayah akan memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan antarwilayah karena akan mengakibatkan: Pertama, makin besarnya arus perpindahan penduduk desa terutama yang berketerampilan ke daerah perkotaan. Kedua, investasi cenderung mengarah kepada wilayahwilayah kota yang telah jauh berkembang dengan sarana dan prasarana yang mampu memberikan keuntungan aglomerasi yang lebih tinggi. Ketiga, pemerintah lebih cenderung melakukan investasi ke daerah-daerah yang telah lebih dulu berkembang. Keempat, tidak adanya keterkaitan (linkage) antardaerah yang lebih berkembang dengan daerah yang kurang berkembang. Kesemuanya ini akan memperburuk perbedaan kemajuan ekonomi yang dicapai antardaerah (dalam Sirojuzilam, 2010). Menghindari akibat yang terjadi tersebut di atas maka diperlukan suatu strategi pembangunan yang berorientasi pada pemerataan. Perlunya strategi pemerataan ini disebabkan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh hampir sebahagian besar negara-negara sedang berkembang di dunia, yang semata-mata berorientasi pada pertumbuhan yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan pembagian pendapatan.

Universitas Sumatera Utara

Berikut adalah grafik pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia dari tahun 2006 - 2010 (Kompas, 2011).

5.5

6.3 6.0 4.5 6.11

39.3

37.1

34.9

17

32.5

31.0

16

15
63
2008
PertumbuhanEkonomi(persen) PendudukMiskin Jumlah(Jutaorang) Persentase AnggaranKemiskinan(RpTriliun

14
66
2009

13.3

94.0
2010

42
2006

51
2007

Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia Dari Tahun 2006-2010 Dari gambar di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan dan penurunan jumlah penduduk yang miskin tetapi diikuti oleh jumlah anggaran untuk kemiskinan bertambah setiap tahunnya.

Universitas Sumatera Utara

Sejalan dengan uraian di atas, Kota Medan mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6,75% pada tahun 2008, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun yang sama dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara dan Nasional, maka pertumbuhan ekonomi Kota Medan lebih tinggi (Provinsi Sumatera Utara sebesar 6,39%, Nasional sebesar 6,06%). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini tidak terlepas dari pertumbuhan sektor ekonomi yang mendukungnya terutama dari pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3,61%, pertumbuhan sektor industri 3,91%, pertumbuhan sektor perdagangan sebesar 5,6% dan pertumbuhan sektor keuangan sebesar 9,50% pada tahun yang sama. Selanjutnya kontribusi masing-masing sektor di atas terhadap PDRB Kota Medan atas dasar harga konstan tahun 2000 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,34%, pertumbuhan sektor industri sebesar 14,41%, pertumbuhan sektor perdagangan sebesar 25,96% dan pertumbuhan sektor keuangan sebesar 14,53% pada tahun 2008. Dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Medan seperti yang dijelaskan di atas, dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 833.832 orang (tingkat pertumbuhan sebesar 14,24%). Pada tahun yang sama, pendapatan perkapita penduduk Kota Medan adalah sebesar Rp.31.030.000,- pertahun ADHB dibandingkan dengan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Utara dan Nasional jauh lebih tinggi, dimana Sumatera Utara pendapatan perkapita sebesar Rp.16.400.000,- dan Nasional sebesar Rp.21.170.000,- pertahun. Dengan kata lain kalaulah pendapatan perkapita ini yang menjadi tolok ukur kemakmuran, berarti masyarakat Kota Medan lebih makmur dibandingkan dengan masyarakat Provinsi Sumatera Utara ataupun masyarakat Indonesia (Nasional) secara keseluruhan.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya, kalau dilihat dari koefisien Gini yaitu salah satu tolok ukur untuk menentukan merata atau tidaknya pendapatan yang diterima oleh masyarakat, maka koefisien Gini Kota Medan pada tahun 2008 adalah sebesar 0,269. Berdasarkan kriteria yang berlaku, berarti nilai ini berada pada posisi ketimpangan rendah, artinya perbedaan pendapatan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya pada tahun yang sama tidak terlalu berbeda. Dari uraian di atas terlihat bahwa Kota Medan mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara ataupun pertumbuhan ekonomi nasional. Namun tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini mengakibatkan fenomenafenomena yang terjadi, diantaranya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum diikuti oleh tingkat pertumbuhan yang tinggi di sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, dan sektor keuangan. Kontribusi masingmasing sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan sektor keuangan terhadap perkembangan ekonomi juga menunjukkan kontribusi yang belum merata. Tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja belum menggambarkan penyerapan yang terjadi di sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan sektor keuangan. Pendapatan perkapita yang tinggi belum menggambarkan pendapatan perkapita untuk masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan sektor keuangan. Koefisien Gini yang terjadi belum menggambarkan Gini Ratio untuk masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan sektor keuangan.

Universitas Sumatera Utara

1.7 Identifikasi Permasalahan Dari fenomena-fenomena di atas dapat diidentifikasi permasalahan yang terjadi yaitu sebagai berikut : Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kota Medan belum tentu diikuti oleh pertumbuhan yang tinggi untuk sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Adanya perbedaan kontribusi masing-masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi terutama sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Penyerapan tenaga kerja yang tinggi belum tentu terdapat pada sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Pendapatan perkapita yang terjadi belum bisa menggambarkan pendapatan perkapita untuk sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Koefisien Gini yang terjadi di Kota Medan belum menggambarkan koefiesien Gini yang terjadi di sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Dari fenomena-fenomena dan identifikasi masalah di atas maka perlu dilakukan penelitian dan analisis yang mendalam tentang pembangunan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan antar sektor wilayah Kota Medan.

1.8 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan berpengaruh terhadap jumlah kesempatan kerja wilayah Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

2. Apakah pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan serta jumlah kesempatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Medan. 3. Apakah pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap indeks ketimpangan pembangunan wilayah Kota Medan. 4. Bagaimana tingkat pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor perdagangan, pertumbuhan sektor perindustrian, pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks ketimpangan pembangunan wilayah Kota Medan. 5. Kombinasi sektor ekonomi yang mana yang dapat menggambarkan model persamaan struktural, pertumbuhan ekonomi yang terbaik wilayah Kota Medan. 6. Bagaimana tingkat kemajuan pendapatan masyarakat antar sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, dan sektor keuangan dibandingkan dengan pendapatan masyarakat keseluruhan wilayah Kota Medan.

1.9 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan berpengaruh terhadap jumlah kesempatan kerja wilayah Kota Medan. 2. Untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan serta jumlah kesempatan kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Medan. 3. Untuk menganalisis pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor industri, pertumbuhan sektor perdagangan dan pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, dan pertumbuhan sektor pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap indeks ketimpangan pembangunan wilayah Kota Medan. 4. Untuk menganalisis tingkat pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total pertumbuhan sektor pertanian, pertumbuhan sektor perdagangan, pertumbuhan sektor perindustrian, pertumbuhan sektor keuangan, jumlah kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks ketimpangan pembangunan wilayah Kota Medan. 5. Untuk menganalisis kombinasi sektor ekonomi yang mana yang dapat menggambarkan persamaan struktural, pertumbuhan ekonomi yang terbaik wilayah Kota Medan. 6. Untuk menganalisis tingkat kemajuan pendapatan masyarakat antar sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, dan sektor keuangan

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan pendapatan masyarakat keseluruhan wilayah Kota Medan.

1.10

Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini terdiri dari :

1. Kegunaan teoritis yakni diharapkan akan memberikan sumbangan pemikiran dan upaya penajaman konsep tentang pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan yang terjadi di suatu daerah. 2. Kegunaan praktis, yaitu bagi pemerintah Kota Medan mengambil kebijakan mengenai pengalokasian dana pembangunan kepada masing-masing sektor ekonomi sesuai dengan potensi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai