Anda di halaman 1dari 9

AMIRAH BINTI DAHALAN, 11 2011 151 PEMBIMBING : Dr Sonny KY. SpA PENYAKIT MORBILI 1. 2. 3. 4.

Etiologi- virus RNA termasuk family Paromyxovirus Cara infeksi : Droplet infeksius Masa inkubasi: sekitar 10-12 hari Gejala klinis Stadium prodromal (2-4 hari) 3C : batuk, pilek, konjungtivitis Bercak Koplik : Timbul 2 hari sebelum timbul rash Cepat hilangbeerapa jam-hari Lokasi: mukosa pipi berhadapan dengan molar 3 Bentuk : bintik-bintik putih dengan dasar kemerahan Stadium erupsi Muncul rash akuopapular berthana 5-6 hari Khas: mulai batas rambut belakang telinga -> wajah -> leher->dada -> ekstremitas Stadium penyembuhan Panas hilang Ruam : hilang sesuai urutan, hiperpigmentasi dan deskuamasi (1-2 minggu) 5. Terapi a) Simptomatik Panas: Parasetamol, 10-15 mg/Kgbb/Hari b) Vitamin A < 6 bulan : 50 000 IU, >6 bulan 11 bulan : 100 000 IU 12 bulan 5 tahun : 200 000 IU c) Suportif : Dukungan nutrisi dan cairan PERTUSSIS 1. Etiologi Bordatella pertussis Bordatelal parapertussis Mycoplasma pneumoniae Adenovirus 2. Cara infeksi: Droplet 3. Masa inkubasi : 6-12 hari (rata-rata 7 hari)

4. Gejala klinis Stadium kataral (1-2 minggu) Menyerupai gejala ISPA: rinore, injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk, panas subfebris Stadium parosismal/spasmodic (2-4 minggu) Batuk keras terus menerus Diawali batuk 5-10x selama ekspirasi diikuti inspirasi mendadak dan panjang (whoop)-> muntah Selama serangan : mukam erah sianosis, lakrimasi, petechiae terutama konjungtiva Bayi: apnoe, sianosis, kejang Stadium konvalesens (1-2 minggu) Batuk berkurang secara bertahap Serangan parosismal bisa berulang akibat infeksi sekunder 5. Terapi Rawat untuk bayi < 6 bulan Antibiotik Eritromisin:30-50 mg/kgBB/hari, PO, 4 dosis(max : 2 g), selama 14 hari Alternatif: Trimetoprim-sulfametoksazol: 6-8 mg/lgBB/hari, PO, 2 dosis (max:8 mg) Suportif : Atasi dehidrasi, berikan nutrisi, O2 HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE (HFMD) 1. Etiologi Virus RNA Family Picornavirus Genus Enterovirus: Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Enterovirus Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus 2. Cara infeksi Fekal-oral Droplet Kontak tidak langsung 3. Gejala klinis Mulai demam subfebris (2-3 hari) Diikuti : faringitis, anoreksia, gejala flu Timbul vesikel -> pecah, 3-10 ulkus di mulut (lidah, gusi, pipi sebelah dalam0 Timbul ruam atau vesikel, papulovesikel di telapak tangan dan kaki Membaik sendiri dalam 7- 10 hari 4. Terapi Simptomatik paracetamol: 10-15 mg/kgBB/hari Antiseptik mulut

Suportif : nutrisi dan cairan yang cukup

SINDROM REYE 1. Etiologi Penggunaan aspirin atau obat-obat yang mengandung salicylate untuk merawat penyakit virus 2. Gejala klinis Gejala-gejala dari Reye syndrome termasuk:

muntah yang gigih atau berulang kelesuan perubahan-perubahan kepribadian termasuk sifat lekas marah atau menyerang disorientasi atau kebingungan delirium (mengigau) convulsions kehilangan kesadaran.

Jika gejala-gejala ini hadir selama atau segera setelah penyakit virus, perhatian medis harus segera dicari. Gejala-gejala dari RS pada bayi-bayi tidak mengikuti pola yang khas; contohnya, muntah tidak selalu terjadi. 3. Terapi Tidak ada pengobatan khusus yang dapatm menghentikan sindroma Reye. a) Suportif: cairan , elektrolit dan glukosa b) Cegah perdarahan- Vitamin K: Dosis anak: 1-10 mg, PO/IV secara perlahan Dosis bayi : 0,5- 1 mg/kali, IM/PO/SQ c) Mengurangi pembengkakan otak Mannitol:0, 25- 1,5 g/kgBB/kali, IV > 30 menit Kortikosteroid: 1-2 mg/kgBB/hari d) Alat bantu pernapasan mekanik

e) Monitor TTv dan gas darah f) Pemasangan kateter

KASUS SOAL 1: ANAK PANAS 10 HARI, U: 10 TAHUN, BB: 20 KG. DIAGNOSIS?, TERAPI? 1. DEMAM TIFOID Terapi medika mentosa a) Kloramfenikol PO: 40-50 mg.kgBB/hari IV; 50-80 mg/kgBB.hari b) Tiamfenikol 30-50 mg/kgBB/hari c) Kotrimoksazol Trometoprim : 4 mg Sulfametosazol: 20 mg/kgBB/hari, 2 dosis d) Sefalosporin gen -3 Seftriakson: 25-50 mg/kgBB/hari e) Siprofloksasin 10-20 mg/kgBB/hari f) Kortikosteroid Untuk kasus berat dengan delirium, spoor, koma, syok karena meningitis bacterial Initial : 3 mg/kgBB/hari Lanjuntan: 1 mg/kgBB/hari Terapi non medika mentosa Rehidrasi cairan dan elektrolit Diet : makanan lunak

2. TUBERKULOSIS Dosis (mg/kgBB) 5-15 10-20 15-30 15-30 15-40 Dosis max (mg/hari) 300 600 2000 1250 1000

Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol Streptomisin

Pengobatan TB 2 TAHAP 1. Tahap awal/intensif (2 bulan pertama) MIN 3 MACAM OBAT 2. Tahap lanjutan DILANJUTKAN DENGAN 2 MACAM OBAT KECUALI: pada TB berat Tahap intensif: min 4 macam obat Tahap lanjutan : INH + rifampisin selama 10 bulan Kasus Tb tertentu Contoh: TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endotrakial, meningitis TB, peritonitis TB Diberikan: kortikosteroid: 1-2 mg/kgBB/hari, 3 dosis selam 3-4 minggu tapering off dalam jangka waku 2-6 minggu

SOAL 2: ANAK PANAS 3 HARI, U: 4 TAHUN, BB: 15 KG, NYERI PERUT, TIDAK ADA BATUK PILEK 1. DEMAM BERDARAH DENGUE DBD dengan peningkatan hematokrit >20 % Terapi

SOAL 3: ANAK PANAS 5 HARI, U: 5 TAHUN, MENGIGIL, BERKERINGAT, BADAN SAKIT, BARU PULANG DARI LAMPUNG. DIAGNOSA? TERAPI? Penatalaksanaan Malaria Ringan Tanpa Komplikasi Sesuaikan dosis/tabel Depkes dengan dosis Artesunate 4 mg/kgBB 3 hari. Amodiaquin 10 mg/kgBB 3 hari. Bila gagal pengobatan ACT (Artemisinin Combination Theraphy) sesuai tabel 1, berikan pengobatan lini 2 (tabel 2) Tabel 1: dosis pemakaian Artesdiakuin berdasarkan umur Hari 1-5 5-10 15 10-15 >15 H1 1 2 3 4 H2 1 2 3 4 H3 1 2 3 4 Total tablet 3 6 9 12 Amiodiaquin (200 mg) H1 1 1 2 3 H2 1 2 3 H3 1 1 1 Total tablet 2 4 6 7 Obat/umur Artesunat (50 mg)

Tabel 2: pengobatan lini II (bila gagal pengobatan lini I) Jenis obat Hari 1 Dosis tunggal Kina Doksisiklin Primakuin Kina Doksisiklin Jumlah tablet menurut kelompok umur 0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn * 3 3x1 3x 2 x 50 mg 1 2 * 3x 3x1 3x 2 x 50 mg 4 x 4 mg/kgBB 2 x 19 mg/kgBB

2-7 Dosis TETRASIKLIN Dosis KLINDAMISIN

>15 3 x (2-3) 2 x 100 mg 3 3x2 2 x 100 mg 4 x 250 mg 2 x 10 mg

*Doksiklin dapat diganti dengan tetrasiklin atau Clindamisin (baris warna biru) Untuk wanita hamil dan anak, jangan diberikan doksiklin/tetrasiklin, diganti dengan klindamisin (10 mg/kgBB 2x sehari selama 7 hari) Pemakaian obat golongan artemisinin harus disertai/buktikan dengan pemeriksaan parasit yang positif, setidak-tidaknya dengan tes cepat antigen yang posirif. Bila malaria klinis atau tidak ada hasil pemeriksaan parasitologik, tetap gunakan obat non-ACT. Untuk malaria klinis atau malaria tanpa hasil pemeriksaan parasitologik, obat yang dianjurkan adalah non-ACT :

Kombinasi Klorokuin + Doksisiklin/Tetrasiklin

Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin Kombinasi SP + Doksisiklin/Tetrasiklin Kina + Klindamisin Kombinasi Klorokuin + Sulfadoksin-Primetamin

Klorokuin dosis 25-30 mg/kgBB untuk 3 hari. SP 3 tablet dosis tunggal untuk orang dewasa, atau 25 mg/kgBB. Penatalaksanaan Malaria Berat Malaria dikatakan berat jika infeksi plasmodium falsiparum dengan parasitemi >5%, Malaria Cerebral, Anemia berat (Hb<5gr% atau hematokrit <15%), hiperparasitemia (parasit> 10.000/uL), gagal ginjal akut (kreatinin> 3mg % dan urine kurang dari 400 ml/24 jam (dewasa) atau 12 ml/kgBB (anak), edema paru/ARDS, hipoglikemi: gula darah< 40 mg%, gagal sirkulasi: tekanan sistolik < 70 mmHg (anak <50 mmHg). Hipertermi: >40 derajat Celcius, DIC (pendarahan/gangguan koagulasi) kejang lebih dari 2 kali/24 jam, Asidosis dengan PH < 7,25/plasma bikarbonat < 15 mmol/L, Hemoglobinuri (bukan karena obat anti malaria pada kekurangan G-6-PD). Beberapa keadaan lain yang digolongkan malaria berat; Gangguan kesadaran ringan (obtumdasi yang tak bisa dibangunkan): kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan); hiperparasitemia>5% pada nonimmune (>20% pada semua orang); ikterik (bilirubin > 3 mg% bila disertai gagal organ lain/hiperparasitemia); hiperpireksia (temperatur rectal >40%). Malaria Berat VIVAX: Malaria berat karena plasmodium vivax dapat memberi gejala berupa malaria selebral, anemia berat, trombositopenia berat, pansitopenia, ikterus, rupture limpa, gagal ginjal akut dan acute respiratory distrees syndrome. Tindakan Umum Awasi fungsi vital (sirkulasi, respirasi, kebutuhan cairan dan nutrisi), hindarkan trauma (dekubitus, jatuh dari tempat tidur), monitoring (suhu, nadi, tensi, respirasi tiap 1/.2 jam), perhatikan timbulnya ikterus dan pendarahan, monitoring ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot, cegah hiperpireksi. Diet porsi kecil dan sering, cukup kalori, karbohidrat dan garam, kebersihan mulut, diuresis dan defekasi, aseptik kateterisasi, kebersahan kulit dan mata. Anak: hati-hati aspirasi, hisap lendir sesering mungkin. Posisi kepala sedikit rendah, ubah posisi cukup sering, pemberian cairan dan obat harus hati-hati.

Antimalaria Pada Derivat Artemisinin

Malaria

Berat

(Falsiparum

dan

Vivax)

1. Artesunate IV/IM. Dosis 2,4 mg/kgBB hari pertama/12 jam (jam 0 dan jam 12), dilanjutkan dosis 2,4 mg/kgBB/hari pada hari ke-2 (mulai jam ke 24). Bila sadar, parenteral diganti oral, dosis 2 mg/kgBB sampai hari ke 7 untuk mencetah recrudensi tambahan doksisiklin 2 x 100 mg per hari atau tetrasiklin 2 x 500 mg/hari 7 hari, Ibu hamil dan anak-anak < 8 tahun: Clindamycin 2 x 150 mg/hari, selama 7 hari. 2. Artemeter IM. Dosis 3,2 mg/kgBB IM sebagai dosis loading dibagi 2 dosis (tiap 12 jam), diikuti dengan 1,6 mg/kgBB/24 jam selama 4 hari. Kina (Kina HCL/kinin Antipirin) Loading dose : 20 mg/kgBB dalam 100-200 cc 5% Dextrose dalam 4 jam, selanjutnya dosis yang sama tiap 8 jam, Bila sadar, peroral 3 x 10 mg/kgBB/8 jam selama 7 hari sejak I parenteral. Loading tidak dianjurkan bagi yang telah mendapat kina atau meflokuin 24 jam sebelumnya, tidak diberikan pada usia lanjut atau penderita dengan IKG pemanjangan Q-Tc interval ataupun aritmia. Dosis tetap 500 mg kina HCL (dihitung BB rata-rata 50 kg) dalam 5% dextrose selama 6-8 jam berkesinambungan, tergantung kebutuhan cairan tubuh. Diberikan secara IM, bila melalui infus tidak memungkinkan. Loading dose 20 mg/kgBB diberikan intramuscular pada 2 lokasi suntuikan, diikuti dosis 10 mg/kgBB/8 jam sampai bisa minum peroral. Tidak diberikan intra-vena (IV) bolus.

Anda mungkin juga menyukai