L I V I N G
Dalam berbagai iklan dengan anak-anak sebagai bintangnya, Anda akan melihat gambaran kehidupan anak yang sempurna. Mereka bermain di taman, berlari, berkejaran, serta sibuk mengamati kupu-kupu dan tanaman. Sungguh sebuah kehidupan yang sempurna!
enyataannya tidaklah demikian. Kebanyakan anak sekarang dijejali dengan berbagai kursus dan aktivitas. Perhatikan aktivitas anak seorang rekan saya, Anak saya pulang sekolah sekitar pukul 3 sore. Setelah itu, ia masih les matematika dan ada les Inggris di waktu lain. Setiap Sabtu diisi dengan les piano dan bahasa Mandarin. Tampaknya gambaran anak yang sukses saat ini tengah bergeser. Anak yang sukses adalah anak yang hebat dengan berbagai prestasi. Dengan demikian, orangtua merasa perlu membekali anak-anaknya dengan berbagai aktivitas untuk mencapai sukses tersebut. Apa hasilnya? Salah satunya dari mereka, bernama Jerry, berusia 9 tahun, mulai mengeluh kelelahan. Ia tidak bisa tidur lelap dan konsentrasi belajarnya pun mulai bermasalah. Di sekolah, gurunya memergoki Jerry seringkali mengantuk. Akhirnya Jerry dibawa ke psikolog anak. Setelah memeriksa jadwal Jerry yang super padat, sang psikolog menasihati ibunya untuk mencabut beberapa aktivitas Jerry yang tidak penting. Namun, si ibu berkelit, Jerry senang kok dengan aktivitasnya dan dia kelihatannya enjoy. Selama ini, saya yang menemaninya tahu bahwa Jerry kelihatan senang. Hasil wawancara dengan Jerry tidaklah demikian hasilnya. Jerry dengan polosnya berkata, Mama memaksa saya mengikuti les ini dan itu. Daripada dimarahi, saya ikut saja. Mama tidak suka dibantah.
Gejala Stres
Ada beberapa gejala stres yang muncul pada anak super sibuk, ditandai dengan berbagai simtom yang mulai harus Anda waspadai.
Memang selalu dikatakan bahwa pada level tertentu, stres sebenarnya berguna bagi setiap orang. Anakanak pun demikian. Ketika tanpa tekanan dan tidak ada tantangan sama sekali, seorang anak bisa tumbuh menjadi orang yang pasif serta tidak siap dengan berbagai tantangan di kemudian hari. Namun, hati-hati pula. Ketika stres dan berbagai tuntutan menjadi terlalu berlebihan, kondisi anak pun menjadi rentan. Rentan dengan berbagai kondisi fisik dan psikologis yang bisa menganggu dirinya. Alihalih membuat anak makin berprestasi dan makin maju, justru mereka mengalami kemunduran. Sayangnya, banyak orangtua tidak menyadari hal itu. Yang jauh lebih buruk, ketika prestasi anak mulai menurun karena stres yang berlebihan, anak tidak diberi kesempatan untuk istirahat. Justru yang dilakukan oleh orangtua adalah sebaliknya. Anak-anaknya dipaksa untuk les dan mengambil kursus yang lebih banyak lagi!
Mengapa anak jadi super sibuk? Salah satu kesalahannya sebenarnya bisa ditimpakan pada orangtua. Alasan pertama, seringkali karena obsesi orangtuanya yang tidak tercapai. Biasanya kita akan mendengar orangtua yang mengatakan, Dulu saya ingin les piano, tetapi tidak diberi izin karena tidak ada biaya. Sekarang saya ingin anak saya bisa les piano. Alasan kedua adalah karena orangtuanya sendiri sibuk dan tak punya waktu. Akibatnya, untuk memastikan anak juga sibuk, sang anak pun diberi banyak les. Alasan ketiga, karena tidak mampu menciptakan acara yang positif bagi si anak. Salah satu komentar yang muncul, Daripada anak saya hanya nonton TV dan main game, lebih baik saya ikutkan les saja. Sebenarnya, dapat dikatakan, anak-anak tidak akan terlalu banyak nonton TV jika orangtua punya banyak alternatif kegiatan bersama dengan mereka. Jadi, anak super sibuk sebenarnya hasil kesalahan orangtua.
SHUTTERSTOCK
12