Anda di halaman 1dari 12

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Produktivitas1

2.1.1. Definisi Produktivitas Menurut Heizer dan Render (2005) bahwa, Produktivitas adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi input (sumber daya, seperti tenaga kerja dan modal). Menurut Chase, Aquilano & Jacobs (2001) menyatakan bahwa Productivity is a common measure of how well a country, industry, or business unit is using its resources or factors of production). Produktivitas adalah satu ukuran umum suatu negara, industri, atau unit usaha yang menggunakan sumber dayanya atau faktor produksi. Ukuran keberhasilan produksi dipandang dari sisi output, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi output dan input. Sehingga mendefinisikan produktivitas dari berbagai segi yaitu : a) Secara filosofi / psikologi Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini. Maka dalam filosofi produktivitas dikehendaki adanya perubahan berupa perbaikan dari apa yang telah ada sebelumnya. b) Secara ekonomis produktivitas merupakan usaha memperoleh hasil sebesarbesarnya dengan pengorbanan sumber daya yang sekecilkecilnya. c) Secara teknis produktivitas diformulasikan sebagai rasio output terhadap input.
1

Riani Nurdin.2006. Pengukuran dan Analisis Produktivitas Lini PT. XYZ dengan Menggunakan Metode OMAX

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output, produktivitas merupakan perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi dengan satu atau lebih input (seperti tenaga kerja, modal, atau manajemen). Menurut Waters, (2001) bahwa, Produktivitas parsial pada empat tipe sumber daya yaitu: 1) Produktivitas peralatan, seperti unitunit yang dihasilkan oleh per jam mesin, atau mil jarak yang ditempuh per mobil 2) Produktivitas buruh, seperti unitunit yang dihasilkan oleh setiap orang atau jumlah ton yang dihasilkan per shift 3) Produktivitas modal, seperti unitunit yang dihasilkan per 1 yang diinvestasikan atau penjualan per unit modal 4) Produktivitas energi seperti unitunit output yang dihasilkan per kwh listrik, atau unit yang dihasilkan setiap 1 yang dibelanjakan untuk energi.

2.1.2. Jenis-jenis Produktivitas Dengan membandingkan jumlah serta jenis masukan dan keluaran yang dilibatkan, jenis produktivitas menurut David J. Summanth (1985:7) dibedakan sebagai berikut: 1. Produktivitas Parsial Merupakan perbandingan antara keluaran dengan salah satu faktor masukan. Misal produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara keluaran dengan masukan tenaga kerja.

2. Produktivitas Faktor Total

Merupakan perbandingan antara keluaran bersih dengan masukan tenaga kerja dan masukan kapital, di mana keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah nilai barang dan jasa yang dibeli. 3. Produktivitas Total Merupakan perbandingan antara keluaran total terhadap masukan total. Berdasarkan definisi ini tampak bahwa pengukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersama dalam menghasilkan suatu output.

2.1.3. Pengukuran Produktivitas Menurut Heizer dan Render (2005), Pengukuran produktivitas dapat dilakukan secara produktivitas faktor tunggal dan produktivitas secara multifactor. Produktivitas faktor tunggal menggambarkan perbandingan satu sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan. Produktivitas multifactor menggambarkan perbandingan banyak atau seluruh sumber daya (input terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (output). Menurut Bambang (1996), Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas adalah : a) Manusia. Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat, struktur pekerjaan, umur, jenis kelamin b) Modal. Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi, bahan baku c) Faktor metode (proses). Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui pencegahan, teknologi yang memakai, cara alternatif

d) Faktor produksi. Meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran, spesialisasi produksi e) Faktor lingkungan organisasi. Meliputi organisasi dan perencanaan, kebijaksanaan personalia, sistem manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran perusahaan, iklim kerja, sistem intensif f) Faktor lingkungan negara. Meliputi struktur sosial politik, struktur industri, pengesahan, tujuan pengembangan jangka panjang dan lain-lain g) Faktor lingkungan internasional. Meliputi kondisi perdagangan dunia, masalahmasalah perdagangan internasional, kebijakan migrasi tenaga kerja h) Umpan balik. Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan kualitas produksi berapa banyak uang yang harus dibayarkan untuk masukanmasukan utamanya (tenaga kerja dan modal) dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan.

2.1.4. Peningkatan Produktivitas Berdasarkan definisi produktivitas yang merupakan sebagai rasio output terhadap input, maka dapat dilihat bahwa untuk peningkatan produktivitas, perlu dilakukan tindakantindakan meningkatkan output dan/atau menurunkan input. Maka dapat dinyatakan produktivitas akan naik bila : 1) 2) 3) 4) 5) Output mengalami kenaikan sedangkan input konstan. Output konstan sedangkan input mengalami penurunan. Output mengalami kenaikan sedangkan input mengalami penurunan. Output mengalami kenaikan 2 kali lipat sedangkan input mengalami penurunan. Output mengalami penurunan sedangkan input mengalami penurunan 2 kali lipat.

6)

Output mengalami kenaikan 2 kali lipat sedangkan input mengalami kenaikan 1 kali lipat. Perubahan tata letak mesinmesin produksi merupakan salah satu contoh strategi

meningkatkan produktivitas pabrik dengan model pada point 6 yaitu meningkatkan input yang tentunya akan menjadi layak jika kenaikan output yang diperoleh lebih besar dari kenaikan input tersebut sesuai dengan formulasi produktivitas sebagai rasio output terhadapat input. Menurut Kussriyanto dalam Nasution (2005), Peningkatan produktivitas pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat bentuk atau cara, yaitu sebagai berikut : 1) 2) Pengurangan sedikit sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama Pengurangan sumber daya sekedarnya untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar 3) Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar 4) Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih besar lagi. Menurut Ross dalam Nasution (2005), Paling sedikit terdapat lima cara untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, yaitu sebagai berikut : 1) Menerapkan program reduksi biaya. Reduksi biaya berarti dalam menghasilkan output dengan kuantitas yang sama menggunakan input dalam jumlah yang lebih sedikit, 2) Mengelola pertumbuhan. Meningkatkan output dalam kualitas yang lebih besar melalui peningkatan penggunaan input dalam kuantitas yang lebih kecil, 3) Bekerja lebih tangkas. Menggunakan input yang sama untuk meningkatkan output, sehingga akan diperoleh biaya produksi per unit output yang rendah. Meningkatkan

arus perputaran inventori dan memperbaiki desain produk merupakan aktivitas nyata dari jurus bekerja lebih tangkas, 4) Mengurangi aktivitas. Mengurangi aktivitas produksi serta menghilangkan atau membuang aset yang tidak produktif, 5) Bekerja lebih efektif. Meningkatkan output tetapi mengurangi penggunaan input. Caranya adalah dengan bekerja lebih efektif sehingga akan memperoleh output yang lebih banyak dengan menggunakan input yang lebih sedikit. Menurut Griffin (2002) bahwa Sebuah perusahaan atau industri meningkatkan produktivitasnya secara umum dapat dibagi kedalam dua katagori luas memperbaiki operasi dan meningkatkan keterlibatan karyawan.

2.2.

Objective Matrix (OMAX)2 Definisi Objective Matrix (OMAX)

2.2.1.

Objective Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objective). Metode ini dikembangkan oleh James L. Riggs, PE., seorang professor Departement Of Industrial Engineering Oregon State University pada tahun 1980-an di Amerika Serikat. Konsep pengukuran ini adalah menggabungkan beberapa kriteria kinerja dalam sebuah matrix. Masing-masing indikator kinerja memiliki bobot sesuai dengan tingkat kepentingan terhadap tujuan
2

M. Kholil dan Yogi Yogaswara. 2009. Analisa Pengukuran Produktivitas Model Objective Matrix Pada Departemen Produksi Pabrik Furniture Garden PT Quartindo Sejati Furnitama

produktifitas perusahaan secara keseluruhan. Hasil dari pengukuran kinerja OMAX adalah nilai indeks kinerja tunggal.

Kebaikan model OMAX dalam pengukuran produktivitas perusahaan antara lain : 1. Relatif sederhana dan mudah dipahami. 2. Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus. 3. Datanya mudah diperoleh. 4. Lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi. Bentuk dan susunan dari pengukuran produktivitas model OMAX berupa matrix, yang terdiri dari : 1. Kriteria Produktivitas. Menyatakan kegiatan dan faktor-faktor yang akan diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan ratio dari rpoduktivitas yang diukur. 2. Performance / nilai pencapaian. Setelah dilakukan pengukuran maka kita dapat mengetahui tingkat produktivitas perusahaan tersebut. Hasilnya ini yang akan dicantumkan pada baris performance untuk kriteria yang diukur. 3. Butir-butir matrix Terdapat dalam badan matrix yang disusun oleh besaran-besaran pencapaian mulai dari tingkat 0 (hasil yang terjelek) smpai dengan tingkat 10 (hasil yang terbaik). Pengukuran dimulai dari tingkat normal yaitu tingkat 3.

4. Skor (score) Hasil dari pengukuran (performance) yang diubah ke dalam skor yang sesuai. 5. Bobot (weight) Setiap kriteria yang diukur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Kriteria yang akan diberi bobot berdasarkan derajat kepentingannya. Total dari bobot bisa bernilai 100 atau 100% atau 1. 6. Nilai (value) Nilai merupakan hasil perkalian dari skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut. 7. Performance Indicator Merupakan jumlah nilai (6) dari semua kriteria pengukuran yang dilakukan.

2.2.2.Perhitungan Produktivitas dengan OMAX3 1. Pendefinisian (Defining) Pada bagian atas matrix terdapat kriteria produktivitas berupa

perbandingan yang merupakan unjuk kerja produktif dari suatu unit kerja serta berpengaruh pada tingkat produktivitas. Satuan untuk tiap-tiap kriteria ditentukan terlebih dahulu. Pemilihan kriteria tersebut selain karena pengaruhnya juga sebagai faktor yang akan diteliti dan

dikembangkan.
3

Moses.2009. Model Produktivitas Omax

2. Pengukuran (Quantifying) Pada badan matrix ditunjukkan tingkat pencapaian unjuk kerja untuk kriteria produktivitas. Tingkatan tersebut dibagi dalam sepuluh tingkat. Nilai-nilai menunjukkan tingkat dimana matrix pengukuran dimulai. Jika kurang dari hasil minimum yang dapat diterima dianggap nol. Jika kurang dari hasil minimum yang dapat diterima, dinggap nol. Hasil dari pengukuran untuk setiap unit kerja yang akan dikembangkan harus disertakan dalam masukan yang dicatat pada baris nilai 0,3 dan 10. Selanjutnya semua masukan yang lain merupakan hasil interpolasi dari ketiga baris tersebut untuk masing-masing kriteria. Kenaikan level 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu :

Kenaikan level 4 sampai dengan 9 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu:

3. Pencatatan (Monitoring) Dasar dari matrix adalah perhitungan dari performance indikator (indikasi unjuk kerja). Hasil perbandingan dari ooperasi yang berlangsung

ditempatkan di bagian atas matrix, kemudian disesuaikan dengan tingkatan pada badan matrix, lalu dicatat dalam baris nilai setelah diubah menurut nilai yang ada. Bila ada hasil perbandingan yang terletak di

antara 2 (dua) level, maka dipilih kemungkinan terjelek. Angka pada baris bobot menunjukkan derajat kepentingan dari masing-masing kriteria tersebut dikalikan dengan nilai atasnya lalu dicatat dalam baris nilai x bobot (value), penjumlahan dari value ini adalah performance indikator (penunjuk unjuk kerja) dari suatu periode tertentu.

Pembagian skala terdiri atas 3 (tiga) tingkat, yaitu : 1. Tingkat 0 Merupakan tingkat rasio terendah yang dicatat pada akhir periode. Dengan kata lain merupakan hasil terjelek atau kemungkinan hasil terjelek yang dicapai tiap kriteria pada periode tersebut.

2. Tingkat 3 Adalah hasil-hasil yang ingin dicapai dalam kondisi normal selama proses pengukuran berlangsung. 3. Tingkat 10 Berisi perkiraan realistis hasil terbaik yang mungkin dapat dicapai oleh perusahaan dalam suatu kurun waaktu tertentu atau dalam suatu periode tertentu.Model ini berupa matrix, sebuah tabel yang butir-butirnya disusun menurut kolom dan baris sehingga dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri kekanan. Sebagaimana yang terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1. Matriks Struktur OMAX

2.2.3. Perhitungan Indeks Produktivitas Setelah diperoleh nilai indikator pencapaian pada tiap bulan selama periode pengukuran, selanjutnya nilai-nilai indikator pencapaian tersebut digunakan untuk menghitung indeks produktivitas perusahaan setiap bulan selama periode pengukuran. Hasil perhitungan indeks produktivitas setiap periode menggambarkan penurunan ataupun peningkatan dari produktivitas perusahaan. Adapun tujuan dari perhitungan indeks produktivitas adalah sebagai alat untuk menganalisa perubahan produktivitas perusahaan. Rumus indeks produktivitas perusahaan adalah sebagai berikut:

Indeks Produktivitas = dimana: IPi = Nilai indikator pencapaian di satu periode

IPi-1 = Nilai indikator pencapaian awal Contoh perhitungan indeks produktivitas untuk bagian produksi pada Bulan Februari 2010 adalah sebagai berikut: Indeks Produktivitas Februari 2010 = = -23,84%

Anda mungkin juga menyukai