Anda di halaman 1dari 2

Cara para ulama dalam memanfaatkan waktu 24 Agustus 2009 pada 18:41 Nikmat waktu adalah nikmat yang

sangat besar, akan tetapi banyak orang yang meny ia-nyiakannya dengan menghabiskan untuk keperluan yang kurang penting atau bahka n sia-sia. Menyia-nyiakan waktu sangat bertolakbelakang dengan memanfaatkan deti k demi detik yang dilakukan para ulama soleh terdahulu, seperti contoh berikut i ni. Ibnu Mas ud Beliau salah seorang shahabat Nabi yang mulia, beliau pernah berkata, Aku belum p ernah menyesali sesuatu seperti halnya aku menyesali tenggelamnya matahari, dima na usiaku berkurang, namun amal perbuatanku tidak juga bertambah Amir bin Abdi Qais Beliau seorang tabi in yang zuhud. Ada seorang pria berkata kepadanya, Mari berbinc ang-bincang denganku . Amir bin Abdi Qais menjawab, Tahanlah matahari (Cobalah hent ikan perputaran matahari), jangan biarkan ia berputar, baru aku akan berbincangbincang denganmu. Karena sesungguhnya waktu ini senantiasa merayap dan bergerak maju, dan setelah berlalu ia tak akan kembali lagi. Maka kerugian akibat tak mem anfaatkan waktu adalah jenis kerugian yang tidak dapat diganti atau dicarikan ko mpensasinya. Karena setiap waktu membutuhkan amal perbuatan sebagai isinya Hammad bin Salamah (91 H 167 H) Musa bin Isma il At-Tabudzaki pernah menuturkan, Kalau aku mengatakan kepada kalian bahwa Hammad bin Salamah tak pernah tertawa, niscaya aku tidak berdusta. Beliau itu memang orang yang sangat sibuk. Kegiatannya hanya meriwayatkan hadits, mem baca, bertasbih atau shalat. Beliau membagi-bagi waktu siangnya hanya untuk itu saja Muridnya sendiri, Abdurrahman bin Mahdi, pernah menuturkan, Kalau ada orang yang berkata kepada Hammad bin Salamah, Engkau akan meninggal besok , niscaya beliau tid ak akan mampu lagi untuk menambah sedikitpun dalam amalnya (maksudnya, ia pasti s egera memaksimalkan amalnya di detik-detik terakhir hidupnya, red). Yunus bin Al-Mu addab menegaskan, Hammad bin Salamah meninggal dunia saat beliau sh alat . Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya Muhammad bin Suhnun (202 H-256 H) Al-Maliki menuturkan, Suatu hari Muhammad bin Suhnun sedang sibuk menulis buku di malam hari. Datanglah saat santap malam. Ia memiliki budak sariyyah, yang memin ta ijin masuk kamarnya, namun Muhammad menjawab, Saya sedang sibuk . Karena terlalu lama menunggu, maka sang budak menyuapkan makanan itu ke mulut be liau sampai beliau mengunyahnya. Hal itu berlangsung lama, dan beliau tetap dala m kondisi demikian. Ketika datang waktu subuh, Muhammad berkata, Maaf, aku sangat sibuk sehingga melu pakanmu tadi malam.Tolong berikan makanan yang engkau tawarkan tadi malam! Tuanku , demi Allah, aku sudah menyuapkannya ke mulutmu , ujar budak itu heran. Sungguh ak u tidak menyadarinya , jawab Muhammad dengan heran. Ibnul Khayyath An-Nahwi (Wafat tahun 320) Konon beliau belajar di sepanjang waktu, hingga saat beliau sedang berada di jal anan. Sehingga terkadang beliau terjatuh ke selokan atau tertabrak binatang. Al-Hakim (Wafat 334 H) Abu Abdillah bin Al-Hakim Asy-Syahid, putra beliau menuturkan tentang Bapaknya, B eliau adalah orang yang gemar berpuasa Senin dan Kamis, dan tidak pernah meningg alkan shalat malam saat bepergian dan saat tidak bepergian. Bila duduk, maka pen a, buku dan tinta selalu berada ditangannya. Beliau adalah menteri pembantu Sult han. Ia bisa memberikan izin bertemu Sulthan bila orang itu belum mendapatkan iz in. Kemudian beliau sibuk menyusun tulisan ilmiah. Bila sudah demikian, maka ora ng yang masuk menemuinya pasti hanya berdiri saja. Hal itu dikeluhkan oleh Abul

Abbas bin Hammuyah, Kami biasa masuk menemui beliau, tapi beliau tidak menyapa ka mi sedikitpun. Beliau hanya mengambil pena dengan tangannya sendiri, dan membiar kan kami berdiri di pojok rumahnya . Begitulah sebagian potret kehidupan ulama dalam memanfaatkan waktu, bagaimana de ngan kita? Sumber (kutipan/ringkasan) : Sungguh Mengagumkan Manajemen Waktu Para Ulama , Syai kh Abdul Fattah. Penerbit: Zam-Zam

Anda mungkin juga menyukai