Anda di halaman 1dari 46

Tugas Teknologi Produksi Bersih

Disusun oleh : Yuriska Andiri Teknik Kimia 114.08.2007

Institut Teknologi Indonesia 2012

Sekilas Mengenai Wilayah Perairan di Indonesia

Tidak ada negara bila tidak ada wilayah. Ini berarti eksistensi wilayah sangat penting bagi suatu negara sebagaimana juga halnya dengan Negara Indonesia. Secara fisikal wilayah suatu negara dapat hanya berupa daratan saja atau berupa daratan dan lautan (perairan). Sehingga dalam dalam perkembangannya kemudian dikenal negara-negara kepulauan dan negara pantai. Indonesia adalah negara kepulauan yang besar dan penting. Sebagai negara kepulauan, maka jelas Negara Indonesia memiliki wilayah daratan dan lautan (perairan). Wilayah perairan Indonesia berada diantara dan sekitar pulau-pulaunya, dengan luas kurang lebih 5.193.250 km2 terletak pada posisi silang antara dua benua, Asia dan Australia, dan antara dua samudra Hindia dan Pasifik.
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang dari 608' LU hingga 1115' LS, dan dari 9445' BT hingga 14105' BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2 (DEPLU 2005). Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350 mil dari garis pantai.

Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional 1982, wilayah laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 7.9 juta km2 terdiri dari 1.8 juta km2 daratan, 3.2 juta km2 laut teritorial dan 2.9 juta km2 perairan ZEE. Wilayah perairan 6.1 juta km2 tersebut adalah 77% dari seluruh luas Indonesia, dengan kata lain luas laut Indonesia adalah tiga kali luas daratannya.

Wilayah Daratan dan Lautan Indonesia Daratan Perairan Laut Laut teroterial Zona Ekonomi Eksklusif Total

Luas Km2 % Km2


1,826,440 6,120,673 3,205,695 2,914,978 40 37 7,947,113 100

%
23 77

Berikut ini adalah data-data geografis Indonesia Lokasi :Sebelah tenggara Asia, di Kepulauan Melayu antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Koordinat geografis Referensi peta Wilayah : 6LU - 1108'LS dan dari 95'BT - 14145'BT : Asia Tenggara : total darat: 1.922.570 km daratan non-air: 1.829.570 km daratan berair: 93.000 km lautan: 3.257.483 km Garis batas Negara : SQZ total: 2.830 km: Malaysia 1.782 km, Papua Nugini 820 km, Timor Leste 228 km Negara tetangga yang tidak berbatasan darat: India di barat laut

Aceh, Australia, Singapura, Filipina, Vietnam, Thail and, Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand, Birma, Palau Garis pantai Klaim kelautan zona ekonomi khusus : 54.716 km : diukur dari garis dasar kepulauan yang diklaim : 200 mil laut

laut yang merupakan wilayah negara: 12 mil laut Cuaca : tropis; panas, lembap; sedikit lebih sejuk di dataran tinggi Dataran : kebanyakan dataran rendah di pesisir; pulau-pulau yang lebih besar mempunyai pegunungan di pedalaman Tertinggi & terendah :titik terendah: Samudra Hindia 0 m titik tertinggi: Puncak Jaya 5.030 m Sumber daya alam : minyak, tanah, kayu, gas alam, kuningan, timah, bauksit, tembaga, tanah yang subur, batubara, emas, perak Kegunaan tanah :tanah yang subur: 9,9% tanaman permanen: 7,2% lainnya: 82,9% (perk. 1998) Wilayah yang diairi : 48.150 km (perk. 1998)

I.

Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-

proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi, wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator. Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa. Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan keanekaragaman hayati. Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang rumit. Proses evolusi memiliki arti bahwa kolam keragaman hidup bersifat dinamis, akan meningkat ketika varian genetik baru dihasilkan, spesies atau ekosistem baru terbentuk; akan menurun ketika varian genetik dalam salah satu spesies berkurang, salah satu spesies punah atau sebuah ekosistem yang kompleks menghilang. Konsep ini meliputi hubungan antar makhluk hidup dan proses-prosesnya.

Peringkat negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia

Negara Brazil Indonesia Kolombia Australia Mexico Madagaskar Peru Cina Filipina India Ekuador Venezuela

Nilai 30 18 26 5 8 2 9 7 0 4 5 3

Nilai 18 22 10 16 7 12 3 2 8 4 0 0

Keanekaragaman Endemisme

Nilai Total 48 40 36 21 15 14 12 9 8 8 5 3

A. Tingkatan Keanekaragaman hayati Keanekaragaman hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan: keragaman genetik, keragaman spesies dan keragaman ekosistem.

Keragaman genetik merujuk kepada perbedaan informasi genetik yang terkandung dalam setiap individu tanaman, hewan dan mikroorganisme. Keragaman genetik terdapat di dalam dan antara satu populasi spesies maupun spesies yang berbeda.

Keragaman spesies merujuk pada berbedanya spesies-spesies yang hidup. Keragaman ekosistem berkaitan dengan perbedaan dari habitat, komunitas biotik, dan proses ekologi, termasuk juga tingginya keragaman yang terdapat pada ekosistem dengan perbedaan habitat dan berbagai jenis proses ekologi.

1. Keragaman Genetik Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi variasi genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis rosella pipi putih, Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi

variasi genetik dalam populasi yang sama, dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E. delegatensis, dan E. saligna. Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan variasi berdasarkan DNA dan tehnik lainnya. Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gengen pada kumpulan tersebut. Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitathabitat yang ada, serta berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup. Jumlah yang diperkirakan adalah terdapat kurang lebih 10,000,000,000 gen berbeda yang tersebar pada biota-biota di dunia, walaupun tidak semuanya memberikan kontribusi yang sama pada keragaman genetik. Secara khusus, gen-gen yang mengontrol dasar proses biokimia dipertahankan secara kuat oleh berbagai kelompok spesies (atau taksa) dan umumnya memperlihatkan perbedaan yang kecil. Gen lain yang lebih terspesialisasi meperlihatkan tingkat variasi yang lebih besar. 2. Keragaman Spesies Keragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspekaspek keragaman spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok pengukuran: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik. Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari

spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui. Pengukuran keragaman spesies yang menyederhanakan informasi dari kekayaan dan kelimpahan relatif spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering didunakan. Pendekatan lainnya adalah dengan mengukur keragaman taksonomi atau filogenetik, yang mempertimbangkan hubungan genetik antara kelompok-kelompok spesies. Pengukuran yang didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis ini pada umumnya ditampilkan dalam bentuk pohon yang mengesampingkan pola percabangan agar dapat mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait. Pengukuran keragaman taksonomi yang berbeda-beda berhubungan dengan bermacam-macamnya karakteristik taksa dan hubungan yang ada. Tingkat spesies pada umumnya dinilai sebagai yang paling sesuai untuk memperkirakan keragaman antara organisme. Hal ini disebabkan karena spesies merupakan fokus utama dari mekanisme evolusi sehingga terjabarkan dengan baik. Pada tingkat global, diperkirakan 1.7 juta spesies telah dijelaskan; saat ini diperkirakan jumlah total spesies yang ada berkisar antara lima juta hingga hampir mencapai 100 juta spesies. Di Australia, dengan perkiraan jumlah total spesies lokal (kecuali bakteri dan virus) 475,000, kira-kira setengahnya telah diketahui, hanya seperempatnya telah dijelaskan secara formal. Estimasi jumlah spesies ini diharapkan dapat meningkat melalui studi terhadap beberapa kelompok yang jarang diperhatikan; seperti mikroorganisme, fungi, nematoda, hama dan serangga. Pada skala yang lebih besar keragaman spesies tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Satu pola yang paling jelas dalam penyebaran spesies di dunia adalah sebagian besar kekayaan spesies terpusat pada wilayah katulistiwa dan cenderung menurun ke arah kutub. Secara umum, terdapat lebih banyak spesies per unit area di wilayah tropis dibandingkan dengan wilayah sub-tropis dan lebih banyak spesies di wilayah sub-tropis dibandingkan wilayah di daerah kutub. Sebagai tambahan, keragaman di ekosistem darat pada umumnya berkurang sengan bertambahnya ketinggian. Faktor lain yang dipercaya mempengaruhi keragaman di

darat adalah curah hujan dan tingkat nutrien. Pada ekosistem laut, kekayaan spesies cenderung terpusat pada lempeng benua, walaupun komunitas laut dalam juga cukup tinggi. 3. Keragaman Ekosistem Keragaman ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe ekosistem, keragaman habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap ekosistem. Lebih sulit untuk menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan dengan keragaman spesies atau genetik dikarenakan oleh batasan dari komunitas (hubungan antar spesies) dan karena ekosistem lebih mudah berubah. Karena konsep ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat diterapkan pada berbagai skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya dikelompokkan menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan subtropis atau terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan ekositem adalah pada kondisi alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan siklus air dipertahankan. Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem yang dapat dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah penting untuk mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian besar sistem klasifikasi telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara kerumitan ekologi dari komunitas dan sederhananya klasifikasi habitat yang umum. Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe habitat berdasarkan iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang rumput sub-tropis. Beberapa sistem juga menggunakan biogeografi global untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan biota antar wilayah dunia yang mungkin memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa. Australia dengan wilayah-wilayahnya memetakan sejumlah besar

lingkungan daratan dan perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang rumput subtropis dan hutan tropis, dari terumbu karang hingga laut dalam. Tiap-tiap

wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan interaksi yang besar antara maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai contoh, padang rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan maupun tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro. Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada penyebaran biji (contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang terdapat pada tiap habitat mikro. Pengukuran dari keragaman ekosistem masih berada pada tahap awal. Akan tetapi, keragaman ekosistem merupakan elemen penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati dan seharusnya dapat tercermin pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati.

II.

Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.

A. Keanekaragaman Hayati Indonesia berdasarkan Karkteristik Wilayahnya Secara astronomis indonesia berada pada 60 LU - 110 LS dan 950 BT - 1410 BT. artinya indonesia terletak didaerah iklim tropis (daerah tropis berada diantara 23 1/20 LU dan 23 1/20 LS). Ciri - ciri daerah tropis antara lain temperatur cukup tinggi (260C - 280C), curah hujan cukup banyak (700 - 7000mm/ tahun) dan tanahnya subur karena proses pelapukan batuan cukup cepat. Bila dilihat dari geografis , indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda, yakni sirkum pasifik dan rangkaian sirkum mediterania, sehingga

indonesia memiliki banyak pegunungan berapi. hal tersebut menyebabkan tanah menjadi subur. Di Indonesia terdapat 10% spesies tanaman, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amfibi , dan 17% dari spesies burung yang ada didunia. Sejumlah spesies tersebut bersifat endemik , yaitu hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan ditempat lain. Contohnya adalah sebagai berikut: 1. burung cendrawasih di papua, 2. burung maleo di sulawesi, 3. komodo di pulau komodo. 4. anoa di sulawesi 5. rafflesia arnoldii, terdapat dipulau sumatera dan penyebarannya disepanjang bukit barisan dari aceh sampai lampung. 6. Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) merupakan flora khas indonesia yang terdapat disumatra. Tumbuhan yang beraneka ragam dan bernilai ekonomi dapat dimanfaatkan. contohnya sebagai berikut: 1. macam - macam varietas durian (Duriozibethinus), antara lain , durian petruk dari randusaria jepara, durian sitokong dari 2. ragunan, durian sunan yang berasal dari boyolali, durian simas dari bogor. 3. Kedondong (Spondias cythrerea), misalnya kedondong karimunjawa berasal dari Karimunjawa. 4. Salak (Zalacca edulis), misalnya , salak pondoh berasal dari desa soka sleman dan salak bejalen dari ambarawa. B. Keanekaragaman Hayati Indonesia berdasarkan Persebarannya Persebaran organisme dimuka bumi dipelajari dalam cabang biologi yang disebut biogeografi . studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa spesies -

spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah . Organisme tersebut kemudian mengalami diferensiasi menjadi subspesies baru dan spesies baru yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya. Penghalang geografi atau barrier seperti gunung yang tinggi, sungai dan lautan dapat membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies (isolasi geografi). adanya isolasi geografi juga menyebabkan perbedaan susunan flora dan fauna diberbagai tempat. Berdasarkan adanya persamaan fauna didaerah - daera h tertentu , maka dapat dibedakan menjadi 6 daerah biogeografi dunia sebagai berikut: 1. Nearktik : Amerika utara 2. Palearktik : Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika , gurun sahara sebelah utara. 3. Neotropikal : Amerika Selatan bagian tengah. 4. Oriental: Asia, Himalaya bagian selatan. 5. Ethiopia : Afrika 6. Australian : Australia dan pulau - pulau sekitarnya.

C. Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Sekitar 12 % (515 spesies, 39 % endemik) dari total spesies binatang menyusui, urutan kedua di dunia 7,3 % (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia, urutan keempat didunia 17 % (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, urutan kelima 270 spesies amfibi, 100 endemik, urutan keenam didunia 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar 35 spesies primata (urutan keempat, 18 % endemik) 121 spesies kupu-kupu (44 % endemik)

Keanekaragaman ikan air tawar 1400 (urutan ke 3) Endemic Species 1,500 123 249 122 35 Percent Endemism 15 61.2 35.7 64.9 62.5

Taxonomic Group Species Plants Mammals Birds Reptiles Amphibians 10,000 201 697 188 56

III.

Keanekaragaman Hayati di Perairan Indonesia


Keanekaragaman hayati perairan merupakan semua keberagaman bentuk yang ada di permukaan dan laut/danau dalam, termasuk interaksi antar jenis, populasi maupun dengan habitat serta lingkungannya. Indonesia merupakan Negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia mendapatkan nilai total 40 dari nilai keanekaragaman 14 dan nilai endemis sawa sebesar 22. Indonesia berada di atas tingkat Kolombia, Australia, Meksiko, Madagaskar, Peru serta China. Keanekaragaman hayati ini terfokus pada variasi bentuk kehidupan seperti jenis tanaman air dan hewan air yang beraneka ragam, struktur genetis yang terkandung dalam masing-masing individu, serta interaksi antar spesies yang membentuk suatu ekosistem. Keanekaragaman hayati dapat dilihat dari macam-macam makhluk hidup yang terlibat dalam ekosistem tersebut. Dalam makalah ini hanya akan dibahas keanekaragaman hayati dalam ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut. A. Ekosistem Air Tawar Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua

filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut. 1. Adaptasi tumbuhan Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.

Teratai 2. Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.

1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan),

dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan

kebiasaan alas

hidup,

organisme

dibedakan dan

sebagai

berikut.

a. Plankton; terdiri b. Nekton; hewan c.Neuston; organisme bertempat pada endapan. yang pada tumbuhan Bentos mengapung tumbuhan atau atau berenang air, atau benda hewan lain, atau di permukaan air atau air. keong. bebas, permukaan misalnya yang serangga misalnya bergerak yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan. fitoplankton zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.

d. Perifiton; merupakan

melekat/bergantung

e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada dapat sessil (melekat) misalnya cacing dan remis. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai. 1. Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi

Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut. a. Daerah litoral Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi.Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

Contoh hewan penghuni danau :

Water strider

Angsa

b. Daerah limnetik Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kurakura, dan burung pemakan ikan.

Ganggang

Fitolankton

Fitolankton c. Daerah profundal Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba. d. Daerah bentik Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.

Bentos

Empat Daerah Utama Pada Danau Air Tawar Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut : a. Danau Oligotropik Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun. b. Danau Eutropik Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal. Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming,

sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau. 2. Sungai Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air. Berikut ini adalah beberapa contoh ikan air tawar yang hidup di danau dan/atau sungai : 1) Ikan yang hingga saat ini masih banyak terdapat di sungai dan danau Indonesia :

Glodok/Gelodok

Popular Name : Mudskipper, rockskipper, Mangrove Gobi Cientific Name: Blenniella periophthalmus Family: Gobiidae Environment: freshwater/warmwater (payau) Origin: Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to the Marquesas and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Adult Size: Max length : 15 cm, max weight : - kg Deept water: 1 - 3 m Lifespan: - years

Social: Territorial Feed: Feed on filamentous algae and associated small invertebrates, such as foraminiferans, ostracods, copepods, and gastropods. Breeding: Oviparous, Eggs are demersal and adhesive Care: pH range: Temperature: tropical, Distribution : Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to the Marquesas and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Nama lokal/daerah: Gobi, gelodok, puntang

Betutu

Popular Name : Marble Gobi Cientific Name: Oxyeleotris marmorata Family: Eleotridae Environment: freshwater Origin: Asia: Mekong and Chao Phraya basins, Malay Peninsula, Indochina, Philippines and Indonesia. Adult Size: Max length : 65 cm, max weight : - kg Deept water: 1 - 3 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter

Feed: Feeds on small fishes, shrimps, aquatic insects, mollusks and crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6.5 - 7.5 Temperature: tropical, 22C - 28C Distribution : Asia: Mekong and Chao Phraya basins, Malay Peninsula, Indochina, Philippines and Indonesia. Gabus

Nama lokal/daerah: betutu, Bloso, kembo, gabus males, gabus marles, ikan hantu, belantok, beluru Popular Name : Snakehead murrel Cientific Name: Channa striata Family: Channidae Environment: freshwater Origin: Asia: Pakistan to Thailand, south China to Indonesia. Adult Size: Max length : 100 cm, max weight : 30 kg Deept water: 1 - 10 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter Feed: Feeds on small fishes, shrimps, aquatic insects, mollusks and crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6.5 - 7.5 Temperature: tropical, 23C - 27C Distribution : It has a widespread range covering southern China, Pakistan,

most of India, southern Nepal, Bangladesh, Sri Lanka and most of Southeast Asia. It has more recently been introduced to the outmost parts of Indonesia, the Philippines, and Mauritius Nama lokal/daerah: gabus, kutuk, deleg, aruan, haruan

Gabus Toman

Popular Name : Giant Snakehead Cientific Name: Channa micropeltes Family: Channidae Environment: freshwater Origin: Malabar snakehead, Ikan toman (where ikan is "fish" in both Indonesian and Malay) Adult Size: Max length : 130 cm, max weight : 20 kg Deept water: up to 100 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter Feed: Feeds on birds, duck, fishes, shrimps, aquatic insects, mollusks and crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6.5 - 7.5 Temperature: tropical, 25C - 28C Distribution : The giant snakehead is found in Vietnam, Indonesia, Laos, Thailand, Malaysia, India, and possibly Myanmar. Nama lokal/daerah: Toman, tauman, malabar, taubang, aruan, haruan

Kotes

Popular Name : Gachua Cientific Name: Channa Gachua Family: Channidae Environment: freshwater Origin: Asian countries from Pakistan to Indonesia. Adult Size: Max length : 20 cm, max weight : -- kg Deept water: 100 m Lifespan: - years Social: Territorial and soliter Feed: Feeds on small fishes, frogs, shrimps, aquatic insects, mollusks and crabs. Breeding: Egglayer Care: pH range: 6 - 7 Temperature: tropical, 22C - 26C Distribution : Asia: Sri Lanka to the Mekong (Xe Bangfai and Nam Theun basins) and Indonesia. Also Maharashtra, India. Nama lokal/daerah: kotes, bogo, benguk, gabus kerdil.

Arowana/Arwana, Belut, Betok, Gabus, Gurami/Gurame/Gurameh,

Ikan Mas, Mujair, Lele, tawes, nilem, jelawat, semah, mola, kowan (grasscarp), hampal, patin, baung, lais, tambakan, bawal, sepat siam,

betutu, nila, sidat, papuyu, Paedocypris progenetica (ikan terkecil di dunia), ikan tapah, ikan toman, ikan puting beliung, Sepat, Terubuk, selinca, sepatung, sapel, serandang, bujuk.
2) Ikan-ikan yang terancam punah

Ikan Papar, Betutu, Jambal, Bloso, Murah Ginting, dan Ikan Ulo

B. Ekosistem air laut Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang. 1. Laut Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin. Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal. 1) Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut. a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari

sampai bagian dasar dalamnya 300 meter.

c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m

Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
2) Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi

laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.


a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air

sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman

200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.


c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500

m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.


d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m;

tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih

dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu. Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif. Berikut ini adalah contoh-contoh makhluk hidup yang hidup di laut :
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah:

Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan

Annelida. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm,

Decapoda

Fitoplankton

Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Banggai cardinalfish

Banggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) adalah cardinalfish tropis yang kecil ( familyApogonidae ) yang sangat populer dijadikan ornamental fish.

Dugong

Dugongs (Dugong dugon) adalah mamalia laut yang panjang tubuhnya dapat mencapai tiga meter dan beratnya dapat mencapai 400 Kg. Dugong juga sering dikenal sebagai 'sapi laut' karena memakan pada rumput laut dan akar tanaman air yang ada di perairan pantai. Dugong memiliki ekor fluked yang memungkinkan mereka untuk berenang.

Penyu

Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.

Rumput laut Bunga karang/spons Teripang Kuda laut Bintang laut Kepiting laut Kerang laut Spesies baru di Indonesia : hemiscyllium gallei, hemiscilium

henryi, melaotaenia synergos

Ikan-ikan laut : Barakuda, Baronang, Bawal, Blowfish, Buntal,

Coelacanth, Cucut, Haring, Hiu, Kerapu, Kakap, Kembung, Kue, Lion Fish,Layur, Pipis, Tenggiri, Terubuk, Teri, Tongkol, Tuna, Terbang.

Mamalia yang hidup di laut : Paus dan lumba-lumba

Hewan laut yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 MAMALIA

Suku

Nama Latin

Nama Lokal Paus biru Paus bersirip Paus bongkok

Nama Internasional blue Whale common-finback whale humpback whale

Balaenoptera musculus Balaenoptera Balaenopteridae physalus Megaptera novaeangliae Dugongidae Dugong dugon Cetacea Dolphiniidae

Ziphiidae

Duyung Dugon paus (semua jenis dariall of species in famili cetacea) the family lumba-lumba air laut all of species in (semua jenis dari the family famili ini) lumba-lumba air laut all of species in (semua jenis dari the family famili ini)

REPTIL

Suku Dermochelyidae

Nama Latin Dermochelys coriacea Caretta caretta Chelonia mydas Eretmochelys imbricata Lepidodhelys olivacea Natator depressa

Nama Lokal Penyu belimbing Penyu tempayan Penyu hijau Penyu sisik Penyu ridel Penyu pipih

Nama Internasional leatherback turtle loggerhead turtle green turtle hawksbill turtle olive / pacific ridley flatback turtle

Chelonidae

IKAN

Suku Latimeria chalumnae CNIDARIA Suku

Nama Latin Ikan raja laut

Nama Lokal coelacanth

Nama Internasional

Nama Latin

Nama Lokal

Nama Internasional

Anthozoa Antiphates spp.

akar bahar/koral hitam All of species in (semua jenis dari the genus marga ini)

MOLLUSCA

Suku

Nama Latin

Nama Lokal

Hippopus hippopus Kima tapak kuda Hippopus porcellanus Tridacna crocea Kima cina Kima kunia, Lubang

Nama Internasional horse's hoof, bear paw china clam

crocus, safron colored-giant clam Tridacnidae Tridacna derasa Kima selatan souther-giant clam Tridacna gigas Kima raksasa great clams Largest claw Tridacna maxima Kima kecil mussel Kima sisik, kima scaly, fluted-giant Tridacna squamosa seruling clam Ranellidae Charonia tritonis Triton terompet trumpet triton Cassidae Cassis cornuta Kepala kambing horned helmet Trochus niloticus Susu bunder top shell Trochidae green shell, turban Turbo marmoratus Batu laga, siput hijau shell Nautilidae Nautilus pompillus Nautilus berongga pearly-chambered

nautili ARTHROPODA

Suku

Nama Latin

Nama Lokal Ketam tapak kuda

Limulidae Tachypleus gigas

Nama Internasional horseshoe crab

Daftar Hewan Laut Terancam Punah Ikan / Hewan Laut yang terancam punah baik karena memang lambat perkembangbiakannya maupun rentan terhadap over-fishing : 1. Lumba-Lumba 2. Ketam Kelapa 3. Kerapu 4. Lobster 5. Pari Manta 6. Hiu (semua jenis) 7. Mola-Mola 8. Triton 9. Paus 10. Lencam 11. Ekor Kuning Daftar Ikan Berbahaya Untuk Dikonsumsi Beberapa hewan laut bisa jadi berbahaya untuk dikonsumsi karena mengandung berbagai unsur yang membahayakan kesehatan konsumen. 1. Barakuda 2. Layaran / Marlin 3. Todak 4. Kerapu 5. Kakap 6. Tenggiri

2. Ekosistem pantai Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut. a. Formasi pescaprae Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna,Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum dan Scaeuola asiaticum (bakung), Pandanus Fruescens (babakoan). tectorius (pandan),

b. Formasi baringtonia

Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnyaWedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus. C. Estuari Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air. Berikut ini adalah beberapa contoh ikan yang termasuk ikan air payau :
1)

Kakap Sungai / Mangar

Popular Name : Mangrove Jack Cientific Name: Lutjanus argentimaculatus Family: Lutjanidae Environment: saltwater-freshwater/warmwater (payau) Origin: known only from Papua New Guinea Adult Size: Max length : 150cm, max weight : 10kg Deept water: up to 40 m Lifespan: 30 years Social: Predator Feed: Carnivore feed as small fishes, worm, plankton; invertebrates such as pteropodsand crustaceans; and Breeding: Egglayer Care: pH range: Temperature: tropical, 15C - 28C Distribution : Indo-West Pacific: East Africa to Samoa and the Line Islands, north to the Ryukyu Islands, south to Australia. Nama lokal/daerah: kakap raja, kakap sungai, mangar, kakap bakau
2)

Bandeng

Popular Name : Milkfish Cientific Name: Chanos chanos Family: Chanidae Environment: saltwater/warmwater (payau) Origin: offshore marine waters and shallow coastal embayments Adult Size: Max length : 180 cm, max weight : 15kg Deept water: up to 30 m Lifespan: -Social: Schoolfish Feed: Spawn only in fully saline water. Larvae eat zooplankton; juveniles and adults eat cyanobacteria, soft algae, small benthic invertebrates, and even pelagic fish eggs and larvae. Breeding: Egglayer Care: pH range: Temperature: tropical, 15C - 43C Distribution : Indo-Pacific: along continental shelves and around islands, Red Sea and South Africa to Hawaii and the Marquesas, north to Japan, south to Victoria, Australia. Eastern Pacific: San Pedro, California to the Galapagos. Nama lokal/daerah: Bandeng, Bolu, Bandang, muloh, agam dll
3)

Payus (Bandeng Laki)

Popular Name : Hawaiian Giant Herring/ Hawaiian Ladyfish Cientific Name: Elops Hawaienensis Family: Elopidae Environment: saltwater/warmwater (payau)

Origin: A coastal fish, commonly entering lagoon, bays, and estuaries sometimes enters freshwater streams Adult Size: Max length : 120 cm, max weight : 10kg Deept water: up to 30 m Lifespan: -Social: Schoolfish Feed: Spawn only in fully saline water. Larvae eat zooplankton; juveniles and adults eat cyanobacteria, soft algae, small benthic invertebrates, and even pelagic fish eggs and larvae. Breeding: Egglayer Care: pH range: Temperature: tropical, 15C - 43C Distribution : Indo-Pacific: throughout the Western Central Pacific. Nama lokal/daerah: Payus, Bandeng laki, bandang

4)

Tarpon

Popular Name : Indo-Pasific Tarpon Cientific Name: Megalops cyprinoides Family: Megalopidae Environment: saltwater/freshwater/warmwater (payau) Origin: generally found at sea, but inhabit river mouths, inner bays, and mangrove forests. In freshwater, they occur in rivers, lagoons, lakes, and swampy backwaters. Adult Size: Max length : 150 cm, max weight : 18kg Deept water: 50 m Lifespan: 44 years Social: Schoolfish Feed: feeding mainly on fishes and crustaceans. Breeding: Egglayer Care: pH range: 5.2 - 9.1 Temperature: tropical, 22C - 24C Distribution : Indo-Pacific: Red Sea and Natal, South Africa to the Society Islands, north to southern Korea, south to the Arafura Sea and New South Wales. Restricted to high islands (Palau, Caroline and Mariana islands) in Micronesia. South China Sea, Taiwan Strait, and East China Sea Nama lokal/daerah: Bandeng laut, Bandeng Bulan, Bulan-bulan, bale hebo, cupang.
5)

Glodok/Gelodok

Popular Name : Mudskipper, rockskipper, Mangrove Gobi

Cientific Name: Blenniella periophthalmus Family: Gobiidae Environment: freshwater/warmwater (payau) Origin: Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to the Marquesas and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Adult Size: Max length : 15 cm, max weight : - kg Deept water: 1 - 3 m Lifespan: - years Social: Territorial Feed: Feed on filamentous algae and associated small invertebrates, such as foraminiferans, ostracods, copepods, and gastropods. Breeding: Oviparous, Eggs are demersal and adhesive Care: pH range: Temperature: tropical, Distribution : Indo-Pacific: Red Sea south to Durban, South Africa, east to the Marquesas and Tuamoto Islands, north to the Ryukyu Islands; throughout Micronesia. Nama lokal/daerah: Gobi, gelodok, puntang

D. Terumbu karang

Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora. Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Terumbu karang yang dalam kondisi baik hanya 6,2 %. Kerusakan ini pada umumnya disebabkan 3 faktor : 1. 2. 3. Keserakahan manusia Ketidaktahuan dan ketidakpedulian Penegakan hukum yang lemah

Terumbu karang di kepualauan seribu

Berikut ini adalah daftar terumbu karang yang ada di Indonesia :


Famili Astrocoeniidae (2 spesies) Famili Pocilloporidae (8 spesies) Famili Acroporidae (61 spesies) Famili Poritidae (21 spesies) Famili Siderastreidae (7 spesies) Famili Agariciidae (19 spesies) Famili Fungiidae (20 spesies) Famili Oculinidae (4 spesies) Famili Pectiniidae (9 spesies) Famili Mussidae (19 spesies) Famili Merulinidae (8 spesies) Famili Faviidae (62 spesies) Famili Trachyphyllidae (1 spesies) Famili Caryophyllidae (8 spesies) Famili Dendrophyllidae (6 spesies)

IV.

Tingkat Pencemaran Laut Indonesia


Banyak industri-industri yang berada di sekitar laut di Indonesia yang belum menerapkan teknik produksi bersih dalam menjalankan kebijakan-kebijakan perusahaannya baik dalam proses, produk, maupun pelayanan. Hal ini seringkali menyebabkan terjadi pencemaran di laut sekitar indutri tersebut. Tingkat pencemaran laut di Indonesia masih sangat tinggi. Pencemaran berat terutama terjadi di kawasan laut sekitar dekat muara sungai dan kota-kota besar. Tingkat pencemaran laut ini telah menjadi ancaman serius bagi laut Indonesia dengan segala potensinya. Pencemaran laut menurut PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah mempunyai pengertian atau definisi sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. Komponen-komponen yang menyebabkan pencemaran laut seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) di dalam laut yang berpotensi memberi efek berbahaya.

Beberapa contoh pencemaran laut yang terjadi di Indonesia seperti penangkapan ikan dengan cara pengeboman, peluruhan potasium yang dilakukan nelayan asal dalam maupun luar negeri yang selalu meninggalkan kerusakan dan pencemaran di lautan

Indonesia. Belum lagi pencemaran minyak dan pembuangan limbah berbahaya jenis lainnya. Pencemaran laut ini terjadi hampir di seluruh pesisir lautan di Indonesia. Teluk Jakarta salah satu kawasan dengan pencemaran laut terparah. Warna air laut di teluk ini semakin menghitam dan sampah yang rapat mengambang di permukaan air. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan pencemaran itu berasal dari limbah domestik dan industri yang dibawa 13 sungai bermuara di sana. Pencemaran juga terjadi di Taman Nasional Pulau Seribu. LSM Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bahkan menyebutkan telah menemukan gumpalan minyak di 78 pulau sejak 2003. Pencemaran juga terjadi di pantai utara Jawa Tengah. Perairan Kota Tegal, Pati, dan Semarang menjadi muara sungai-sungai yang tercemar logam berat. Di Pulau Lombok dan Sumbawa itu, sedikitnya 110 ribu ton tailing (limbah tambang) dibuang tiap harinya oleh sebuah perusahaan tambang multinasional. Di Kalimantan, pencemaran laut juga terjadi yang salah satunya terjadi di Pulau Sebuku. Di sana beroperasi perusahaan tambang batu bara. Air pencucian batu bara, tumpahan minyak, serta oli saat pengapalan mencemari sungai dan akhirnya ke laut. Catatan pencemaran akibat limbah tambang terus berlanjut hingga wilayah timur Indonesia. Dalam laporan lem-baga itu juga disebutkan sekitar 110 km2 wilayah Papua tercemar akibat pertambangan emas. Selain wilayah-wilayah ini, masih banyak lagi kasus pencemaran laut akibat aktivitas di darat.

Akibat Pencemaran Laut. Pencemaran laut telah mengakibatkan degradasi lingkungan dan kehidupan bawah laut. Apalagi mengingat Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia dengan luas perairan mencapai 93 ribu km2, 17.480 pulau, dan garis pantaisepanjang 95.000 km. Indonesia juga merupakan negara dengan terumbu karang terbaik dan paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia dengan luas terumbu karang mencapai 284,300 km2 atau setara dengan 18% total terumbu karang dunia. Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati laut tersebut terancam oleh pencemaran laut yang terus meningkat di Indonesia. Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran laut juga memberi akibat penurunan perekonomian nelayan. Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan hasil tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia. Sektor pariwisata pesisir dan laut Indonesia juga menerima dampak dari pencemaran laut ini. Sayangnya banyak diantara kita yang masih tidak peduli dengan pencemaran yang mengancam salah satu harta kita, laut Indonesia. Jika pencemaran laut terus berlangsung dan dibiarkan bukan tidak mungkin laut Indonesia yang kaya dan indah tinggal menjadi sepotong kenangan.

V.

Kesimpulan
Keanekaragaman hayati perairan merupakan semua keberagaman bentuk yang ada di permukaan dan laut/danau dalam, termasuk interaksi antar jenis, populasi maupun dengan habitat serta lingkungannya. Indonesia merupakan Negara dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Indonesia memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati dunia, tetapi dewasa ini laut dan wilayah perairan Indonesia telah banyak tercemar. Tanpa perlu mencari kambing hitam, sepertinya kita bersama harus mulai menanamkan kesadaran akan arti pentingnya laut dan daerah perairan lainnya yang kita punyai sehingga kita tergerak untuk menjaganya.

Anda mungkin juga menyukai