Anda di halaman 1dari 6

BAB VIII PENGELOLAAN KELAS

Pemakaian istilah-istilah dunia perusahaan di dalam bidang pendidikan telah meningkat. Istilah pengelolaan kelas jika dianggap sebagai eufemisme dari cara-cara menciptakan ketetiban, dapat dipandang sebagai buktinya. Guru-guru banyak cemas terhadap pengendalian situasi kelas. Di beberapa tempat ketakutan itu timbul karena alasan praktis (dan jasmaniah secara teoritis). Pada umumnya istilah disiplin mengandung arti hukuman. Pembicaraan ini bukan hanya berisi uraian tentang hukuman bagi mereka yang dianggap gagal, melainkan juga mengenai pencegahan timbulnya ketidaktertiban. Karena itu tepat jika disebut pengelolaan kelas. 1. Kebenaran-kebenaran Umum Beberapa di antara masalah kedisiplinan yang paling rumit akan timbul apabila guru tidak yakin akan kedudukannya. Kesulitan ini dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian guru terhadap siswa dan kurangnya pengetahuan guru tentang siswa. Guru harus berusaha mengenal siswa-siswanya. Jika guru dapat memahami masalah mereka masalah-masalah yang khas pada tingkatan umur mereka atau yang sering muncul di lingkungan mereka kemungkinan besar guru dapat menduga kesukaran manakah yang kiranya akan dihadapinya, dengan demikian guru dapat mengambil keputusan yang secara rasional paling baik, tidak secara defensif. Apa yang terjadi di kelas pada umumnya adalah soal gaya. Ini terutama berlaku dalam hal persepsi guru tentang kontrol/pengendalian. Bagi beberapa orang guru dianggap menguasai situasi kelas apabila mereka dapat mendominasi semua kegiatan di kelas itu. Siswa sama sekali tidak diperbolehkan saling memotong pembicaraan, bahkan dalam berdiskusi, dan kegiatan kelas sifatnya resmi sekali. Bagi guru-guru yang lain, dianggap benar-benar menguasai situasi kelasnya apabila di dalam kelas itu terdapat kebebasan bergerak dan berbicara. 2. Menerapkan Suatu Sistem Pendekatan terbaik dalam mengelola kelas berupa pembuatan keputusankeputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat. Jika seorang guru akan menggunakan pendekatan sistematis dalam hal disiplin atau pengendalian, maka kira-kira yang terbaik yang

dapat disajikan di sini bukan data yang jelas, melainkan suatu kerangka teoritis. Kerangka tersebut secara bebas didasarkan pada teori B.F. Skinner, yaitu teori reinforcement. Dalam bahasa non-teori B.F. Skinner, yaitu teori reinforcement. Dalam bahasa non-teknis dikatakan bahwa gurulah yang menguasai beberapa reinforcer atau ganjaran bagi siswa-siswanya. Reinforcer yang dikuasai guru biasanya lebih lemah daripada yang berasal dari keluarga atau teman sebaya. Dasar pendekatan ini yaitu bahwa perilaku yang baik di kelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau bahkan tidak. 3. Ganjaran yang Berarti Janji pemberian nilai A atau ancaman nilai E tidaklah begitu berarti bagi siswa yang menganggap nilai itu tidak penting. Sebaliknya, justru pemberian izin bercakap-cakap dengan teman selama lima menit di kelaslah yang memuaskan. Untuk mengetahui mana yang sungguh-sungguh memuaskan siswa, guru harus lebih mengenal siswa dengan baik. Dalam memilih reinforce itulah guru, mungkin tanpa kesengajaan, mengandaikan sistem nilainya dimiliki oleh siswa-siswanya. 4. Menjelaskan Peraturan Yang terbaik yaitu memberitahu siswa tentang perilaku manakah yang dipandang baik di kelas Anda. Beritahukan kepada siswa batas-batas yang Anda tentukan. Kadang-kadang secara tidak terduga siswa mau mematuhinya. 5. Menghindari Penilaian Watak Kaidah umum ialah dalam pengelolaan kelas dan dalam hubungan dengan siswa adalah jangan membuat penilaian negatif tentang watak siswa. Suatu kenakalan, bahkan serentetan kenakalan, tiada lain hanyalan suatu peristiwa. Seorang guru boleh berkata, Yon, kamu melanggar peraturan atau omonganmu mengganggu kelas, tetapi jangan sampai berkata, kamu anak nakal atau mengapa kamu selalu berbuat onar?. Kecenderungan mengumpat pada umumnya telah menjadi kebiasaan dan perlu dihilangkan. Guru jangan sampa meragukan nilai dari pribadi setiap siswanya. 6. Masalah-Masalah yang Ditimbulkan oleh Insiden Kadang-kadang timbul masalah karena tindakan seorang atau sekelompok siswa. Masalah-masalah semacam itu dapat digolongkan ke dalam insiden, sebab masalah-masalah itu mungkin secara relatif terpisah satu sama lain.

7. Mendekati Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif adalah mendekatinya. Kehadiran guru dapat membuatnya takut, karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang destruktif, tanpa perlu menegur. Andaikata siswa mulai menampakkan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya dekat meja guru dapat berefek preventif. (Tetapi, jika si siswa menyukai guru itu, penggunaan teknik reinforcement ini tidak tepat). 8. Memberikan Isyarat Apabila siswa berbuat kenakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi. Isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan. Isyarat-isyarat ini akan membantu si pelanggar mengendalikan dirinya. 9. Mengadakan Humor Jika insiden itu kecil, seyogianya guru memandang enteng saja. Dengan melihatnya secara humoristik guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi. Tetapi hendaknya leluconnya jangan terlalu tinggi, sebab kalau demikian reaksi kelas dapat lebih gaduh daripada perbuatan si nakal itu. 10. Tidak Mengacuhkan Tidak mengacuhkan jangan dikacaukan dengan tidak mengetahui. Sering dapat dengan sengaja digunakan di dalam situasi-situasi disipliner yang ringan. Untuk menerapkan cara ini guru harus luwes tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. 11. Menggunakan Teknik yang Keras Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila dihadapkan pada perilaku destruktif yang jelas tidak terkendalikan. Tindakan yang efektif kiranya dengan mempersilakan seorang siswa yang tak terkendalikan pergi ke luar. Tindakan ini sebaiknya diambil secara permisif, tidak secara keras. 12. Gangguan Terhadap Kelas pada Umumnya Masalah-masalah kedisiplinan yang lain dan pemecahannya dapat disajikan satu, sebab semuanya itu cenderung melibatkan kelas yang lebih besar, bukan hanya masalah insidental. 13. Mengadakan Diskusi secara Terbuka

Bila tingkat kenakalan di kelas bertambah, sering guru menjadi heran. Ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya, tetapi tidak dapat mengajukan hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan perbuatan siswa-siswanya. Kiranya

penggunaan diskusi yang bebas dan terbuka dengan para siswa akan sangat menolong. Jika dapat diselenggarakan, maka diskusi semacam itu dapat memberikan kesempatan baik bagi siswa-siswanya untuk menyampaikan keluhankeluhan mereka. Guru dapat membuka diskusi semacam itu dengan mengatakan secara jelas bahwa ia mengetahui adanya kesulitan-kesulitan di kelas, kemudian mengharapkan agar siswa dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Aturan penting yang harus diperhatikan adalah bahwa guru jangan sekali-sekali bersifat defensif bila siswa-siswanya mulai menginginkan perubahan. Jangan sampai guru mencoba menjelaskan mengapa ia menggunakan pendekatanpendekatan tertentu, karena mungkin mereka merasa bahwa pendapat mereka tidak berharga. Peranan guru yaitu mendengarkan dengan hati terbuka, apa yang dikemukakan para siswa. 14. Memberikan Penjelasan tentang Prosedur Kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya dengan

ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan semacam itu biasanya timbul apabila guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. Situasi semacam itu lazim timbul dalam diskusi atau tugas-tugas kelompok. Mereka membuat ribut terutama karena mereka tidak tahu bagaimana mengelola kerja kelompok yang produktif atau bagaimana benar-benar dapat berpartisipasi dalam suatu diskusi. Yang sering dilakukan guru yaitu memberikan beberapa petunjuk tentang apa yang diharapkan dari siswasiswanya. 15. Mengadakan Analisis Kadang-kadang terjadi suatu kelas hampir terus-menerus berbuat kenakalan, dan guru mengetahui penyebabnya. Barangkali mereka merindukan terjadinya sesuatu di sekolah. Atau barangkali mereka kena pengaruh dari kejadian dalam masyarakat atau dari pertentangan yang sedang berlangsung. Kadang-kadang dengan hanya mengatakan, Saya tahu bahwa X sedang mengganggu pikiranmu, tetapi berusahalah memusatkan pikiran. Guru dapat mengurangi masalah, sebab barangkali mereka sendiri mengetahui benar-benar penyebab keresahan mereka.

16. Mengadakan Perubahan Kegiatan Apabila gangguan di kelas meningkat jumlahnya, tindakan yang harus segera diambil selain mengadakan diskusi-diskusi, yaitu mengubah apa yang sedang Anda lakukan. Jika suatu diskusi sudah tidak terkendalikan lagi, gantilah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca, atau dengan dengan menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka sendiri, atau bermain-main, atau beristirahat selama lima menit. Guru seharusnya responsif terhadap ketidaktepatan rencana pelajarannya. Daripada mempertahankan rencana pelajaran yang membosankan, lebih baik merevisinya dengan segera. 17. Teknik-Teknik Terakhir Ada kalanya karena semua jalan lain sudah tidak berhasil guru harus mencoba prosedur-prosedur tertentu yang merupakan jalan terakhir. Teknik-teknik di bawah ini hendaknya digunakan secermat-cermatnya agar masih dapat efektif. 18. Menghimbau Kadang-kadang guru mengatakan, Harap tenang. Ucapan itu ada kalanya membawa hasil. Tetapi apabila imbauan itu sering digunakan mereka akan cenderung tidak menggubrisnya. 19. Mengungkung Apabila ada siswa yang mengganggu secara fisik atau membahayakan keselamatan anggota kelompok lain, maka ia harus dikungkung. Tindakan semacam ini sifatnya preventif dan seharusnya dibedakan secara tegas dari penggunaan hukuman badan. 20. Memberikan Hukuman Sedikit sekali buktinya bahwa hukuman itu efektif bagi manusia, baik itu berupa pencabutan hak-hak istimewanya, ataupun penambahan konsekuensikonsekuensi negatif. Tentang hukuman badan tidak ada yang pantas untuk dikatakan. Hukuman badan merupakan suatu tuduhan kejam atas kegagalan si guru. Guru-guru yang senang menggunakan hukuman badan sebaiknya merenungkan alasan mengapa mereka berbuat itu. Ketergantungan pada teknik-teknik semacam itu mungkin bersumber pada kelainan yang serius, keengganan memperbaiki program instruksionalnya sambil menyalahkan siswa-siswanya karena hasil tes yang jelek. Jenis hukuman lain yang sangat tidak dapat dipertanggungjawabkan yaitu usaha mengaitkan tambahan tugas dengan perilaku yang jelek. Tugas menulis

Saya akan selalu . . . . lima puluh atau seribu kali tidak mempunyai arti. Terusmenerus mengaitkan tambahan pekerjaan rumah atau panjang karangan dengan kenakalah adalah berbahaya. Tugas sekolah seharusnya diberikan dalam suasana yang positif, atau setidak-tidaknya netral, jangan sekali-kali diperlakukan sebagai hukuman.

Anda mungkin juga menyukai