Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Profesi guru sebagai satu jenis pekerjaan yang memiliki tujuan, merupakan suatu aktivitas yang menuntut beberapa peran dan fungsi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang maksimal. Menurut Davies (1971:71) peranan dan tugas guru dapat diidentifikasi dalam dua bagian pokok, yaitu guru sebagai pengelola (manajer), dan guru sebagai pelaksana operasional. Peran dan fungsi guru sebagai pengelola menuntut suatu kemampuan manajerial dalam rangka mengelola pendidikan dan pengajaran, dan sebagai pelaksana guru dituntut untuk memiliki kemampuan teknis dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa kinerja guru adalah proses dan hasil kerja guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Para ahli memiliki pandangan yang sama bahwa untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan tingkat kinerja yang baik dari para guru. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Seperti yang ditulis oleh Wahjosumidjo (1987:177) bahwa kinerja adalah fungsi dari faktor kemampuan, motivasi, dan prestasi. Dilihat dari sudut individu, faktor-faktor tersebut kemudian dapat digolongkan secara garis besar ke dalam dua golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk internal adalah motivasi, kemampuan dan persepsi. Yang masuk faktor eksternal adalah Kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan organisasi, lingkungan regional dan lain-lain. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah harus menjadi dinamisator dan komando dalam menggerakkan segenap potensi tenaga kependidikan khususnya guru dalam rangka mencapai tujuan dengan cara membantu guru-guru secara kooperatif untuk meningkatkan produktivitas kerja, karena para guru menginginkan Kepala Sekolah yang bukan saja teoritis memiliki syarat-syarat kepemimpinan umumnya, tetapi yang terpenting adalah penerapannya melalui kepemimpinan yang benar-benar dapat dirasakan dan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja guru.

Suatu kesalahan seringkali dilakukan Kepala Sekolah baik disengaja ataupun yang tidak disengaja dengan kepemimpinan yang kurang dapat dipercaya oleh para guru, yaitu dengan memberikan janji-janji kepada para guru namun sedikit sekali yang dapat terpenuhi, mungkin maksudnya baik akan tetapi akibat tidak terpenuhi janji tersebut melemahkan semangat kerja dan sedikit banyak menimbulkan unsur ketidakpercayaan para guru kepada Kepala Sekolah. Kepemimpinan Kepala Sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa, jika kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut benar-benar dapat dipertanggung jawabkan, karena tanggung jawab Kepala Sekolah sangat penting dan menentukan, sebab tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, produktivitas sejauh mana Kepala Sekolah mampu dan menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana Kepala Sekolah mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat. (A. Tabrani Rusyam : 1996 ; 75). Kutipan di atas, menunjukkan bahwa Kepala Sekolah yang dapat memimpin guru sebagai bawahan adalah Kepala Sekolah yang konsisten, bijaksana, tegas, pandai berkomunikasi, nyata dan memandang bawahannya sebagai manusia bukan sekedar alat serta dalam tindakan-tindakannya pandai menciptakan team work yang kompak, pandai menciptakan suasana kerja yang menggembirakan, mampu memberikan petunjuk-petunjuk atau jalan yang baik, bersikap benar, berbuat dan berbicara menarik dan memahami kesulitan-kesulitan (keluh kesah) para guru, dapat mengembangkan para guru yang benar-benar potensial yang dapat dipertanggung jawabkan, mengayomi/melindungi para guru yang sebaliknya dapat memberikan sangsi-sangsi kepada guru yang benar-benar bersalah.

B. Identifikasi Masalah Profesionalisme guru merupakan masalah yang dihadapi pendidikan saat ini. Hal ini diakui oleh Rahim (Kompas, 5 Peb. 2001) bahwa rendahnya kualitas pendidikan sekolah saat ini salah satu sebabnya adalah kurangnya guru berkualitas dan kreatifitas guru yang rendah. Sedangkan menurut Makmun (2001) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain, kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi guru dalam megajar, kemampuan guru, pendidikan guru, kesejahteraan guru, tanggung jawab, lingkungan kerja, dan keputusan kerja. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dari faktor-faktor yang lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru adalah ditentukan oleh kepemimpinan Kepala Sekolah, sehingga dapat dikatakan semakin berkualitas kepemimpinan Kepala Sekolah maka semakin baik kinerja guru di sekolah yang dipimpinnnya. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas kinerja guru agar berhasil dalam mencapai tujuan pendidikan yaitu mengantarkan siswa ke jenjang kesuksesan. Jika kepemimpinan Kepala Sekolah tersebut benar-benar dapat dipertanggung jawabkan, karena tanggung jawab Kepala Sekolah sangat penting dan menentukan, sebab tinggi rendahnya belajar para siswa, produktivitas dan semangat guru tergantung Kepala Sekolah dalam arti sejauh mana Kepala Sekolah mampu menciptakan kegairahan kerja dan sejauh mana Kepala Sekolah mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat Permasalahan yang penulis hadapi ketika dilantik menjadi Kepala Sekolah di SMA Negeri 4 Palembang adalah 1. Banyaknya guru yang lambat memasuki kelasnya ketika jam masuk atau pergantian kelas telah berbunyi 2. Sembilan dari 40 guru kehadirannya di dalam kelas bahkan kurang dari 60 % 3. Banyak guru yang hanya member tugas dari buku paket, kemudian kembali ngobrol di ruang guru atau di depan kelas

C. Batasan Masalah Mengingat luasnya pengertian dari kinerja guru, dalam penelitian ini pengertian kinerja guru kami batasi dalam konteks peningkatan kualitas pembelajaran dan kehadiran guru dikelas. Demikian juga kepemimpinan kepala sekolah kami batasi pada peran kepala Sekolah sebagai supervisor. Populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh guru SMAN 4 Palembang

D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada pelitian tindakan Sekolah ini adalah Apakah keteladanan kepala sekolah dan supervise klinis dapat meningkatkan kehadiran guru dalam tatap muka di kelasnya? E. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian tindakan sekolah ini adalah :
1.

Mendeskripsikan supervisi yang dilakkukan kepala sekolah pada guru-guru yang dipimpinnya. Meningkatkan kehadiran guru SMA Negeri 4 Palembang dalam tatap muka di kelasnya

2.

E. MANFAAT PENELITIAN Secara umum manfaat yang penulis harapkan dari hasil penelitian yang akan penulis lakukan antara lain. 1). Masukkan bagi Kepala Sekolah SMA dalam kepemimpinan untuk meningkatkan kinerja guru yang bermutu, demikian pun hasil penelitian ini menjadi acuan bagi para guru dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya. 2). Menjadi bahan masukkan bagi para guru dalam rangka meningkatkan kompetensi professional sehingga kinerjanya menjadi lebih baik. 3). Memberikan sumbangan kepada pendidikan berupa karya ilmiah, yang berkenaan dengan Supervisi Kepala Sekolah sebagai upaya meningkatkan kinerja guru di SMA Negeri 4 Palembang BAB II KERANGKA TEORI

A. Kepala sekolah sebagai supervisor Sebelum pembahasan kepala sekolah sebagai supervisor terlebih dahulu perlu diterangkan beberapa istilah supervisi. Istilah-istilah dimaksud adalah inspeksi, penilikan, pengawasan, monitoring dan penilaian atau evaluasi. Sesudah istilah tersebut dikaji, kemudian dikemukakan pengertian supervisi. Inspeksi berasal dari istilah bahasa belanda inspectice. Di dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah inspection. kedua kata tersebut berarti pengawasan, yang terbatas pada pengertian mengawasi bawahan apakah bawahan (dalam hal ini guru) menjalankan apa yang telah di instruksikan oleh atasannya, dan bukan berusaha membantu guru itu. (Ngalim Purwanto, 1990) dan pelakunya disebut inspektur. Inspektur pendidikan bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan sekolah, mulai dari keberhasilan sekolah, masalah ketatausahaan, masalah murid, keuangan dan sebagainya sampai kepada proses belajar mengajar. Pada saat melakukan inspeksi, kegiatan inspektur ditekankan kepada usaha melihat kelemahan pelaksanaan sekolah untuk memberikan kondite guru atau kepala sekolah. Dalam perkembangan supervisi selanjuitnya dikenal istilah penilikan dan pengawasan. Berbeda dengan inspeksi, penilikan dan pengawasan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang bukan hanya mencari kesalahan objek pengawasan itu semata-mata, tetapi juga mencari hal-hal yang sudah baik, untuk dikembangkan lebih lanjut. Pengawas bertugas melakukan pengawasan, dengan memperhatikan semua komponen sistem sekolah dan peristiwa yang terjadi di sekolah. Hal-hal yang kurang baik dicatat dan disampaikan kepada kepala sekolah atau guru, untuk mendapatkan perhatian penyempurnaannya sedang untuk hal-hal yang sudah baik perlu dipertahankan atau ditingkatkan lebih lanjut. Didalam peraturan pemerintah No. 38 Tahun 1992 Pasal 20, dibedakan istilah pengawas (yang dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan di luar sekolah). Supervisi pengajaran berbeda dengan administrasi pendidika. Administrasi pendidikan merupakan proses dan bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan. Di lain pihak supervisi atau pengajaran

mengkonsentrasikan kawasannya pada berbagai usaha untuk membantu guru dalam proses perbaikan pengajaran. Supervisi pengajaran seharusnya dilakukan oleh seseorang yang di didik khusus dan/atau ditugaskan untuk melakukan pekerjaan dengan menggunakan keahlian khusus. Oleh karena itu, supervisi pengajaran merupakan pekerjaan profesional yang menuntut persyaratan sebagaimana layaknya pekerjaan profesional yang lain. Tugas seorang supervisor bukanlah untuk mengadili tetapi untuk membantu, mendorong, dan memberikan keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar mengajar dapat dan harus diperbaiki. Pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan ketrampilan guru harus dibantu secara profesional sehingga guru tersebut dapat berkembang dalam pekerjaannya. Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Dengan demikian ciri utama supervisi adalah perubahan, dalam pengertian meningkatkan kearah efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar secara terus menerus. Program-program supervisi hendaknya memberikan rangsangan terhadap terjadinya perubahan dalam kegiatan pengajaran. Perubahan-perubahan ini dapat dilakukan antara lain melalui berbagai usaha inovasi dalam pengembangan kurikulum serta kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan untuk guru. Perubahan merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dilakukan, baik karena tuntutan dari dalam proses belajar mengajar itu sendiri, maupun karena adnya tuntutan lingkungan yang selalu berubah pula. Dilihat dari peranannya ada dua jenis supervisi, yaitu : 1. Supervisi interaktif , artinya supervisi yang hanya berusaha melakukan perubahann kecil karena menjaga kontinuiitas. Supervisi jenis ini, mislanya dapat dilihat dari kegiatan rutin seperti pertemuan rutin dengan guru-guruuntuk membicarakan kesulitan-kesulitan kecil, memberikan informasi tentang prosedur yang tidak disepakati dan memberikan arahan dalam prosedur standar operasi (PSO) dalam suatu kegiatan.

2. Supervisi dinamik , yaitu supervisi yang diarahkan untuk mengubah secara lebih intensif praktek-praktek pengajaran tertentu. Tekanan dalam perubahan ini diletakkan kepada diskonitinuitas, gangguan terhadap praktek yang ada sekarang diganti dengan yang baru. Program demikian merupakan program baru yang mempengaruhi perilaku murid, guru, dan semua personil sekolah.. Dalam usaha mempertinggi efisiensi dan efektivitas proses pelaksanaan supervisi pendidikan, kegiatan supervisi tersebut perlu dilandasi oleh hal-hal sebagai berikut : a.Kegiatan supervisi pendidikan harus dilandasi filsafat pancasila. Ini berarti bahwa dalam melaksanakan bantuan untuk perbaikan proses belajar mengajar , supervisor harus dijiwai oleh penghayatan terhadap nilai-nilai pancasila. b.Pemecahan masalah supervisi harus dilakukan pada pendekatan ilmiah dan dilakukan secara kreatif. Ini berarti bahwa di dalam memecahkan masalah, harus digunakan kaidah ilmiah seperti berpikir logis, objektif, berdasarkan data yang dapat diverifikasi dan terbuka terhadap kritik. c.Keberhasilan supervisi harus dinilai dari sejauh mana kegiatan tersebut menunjang prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. d.Supervisi harus dapat menjamin kontinuitas perbaikan dan perubahan program pengajaran. Jika supervisi dilaksanakan, maka hasilnya harus merupakan suatu peningkatan proses dan hasil belajar siswa . e.Supervisi favorable untuk bertujuan mengembangkan keadaan yang terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

Proses belajar mengajar yang efektif dan efisien hanya akan terjadi jika lingkungan proses itu mendukungnya. Oleh karena itu perlu diupayakan agar lingkungan memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar lebih baik.

Supervisor yang dimaksud dalam hal ini adalah kepala sekolah yang ada dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dalam kaitanya dengan perbaikan situasi belajar mengajar ini tugas supervisor (Haris, 1975) adalah membantu guru dalam hal : 1. Pengembangan Kurikulum. Kurikulum perlu diperbaiki dan dikembangkan secara terus menerus. 2. Pengorganisasian Pengajaran. 3. Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rancangan proses belajar mengajar. 4. Perancangan dan perolehan bahan pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum. 5. Perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan untuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran. 6. Pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar mengajar. 7. Pengkoordinasian antara kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan layanan lain yang diberikan sekolah lembaga pendidikan kepada siswa. 8. Pengembangan hubungan dengan masyarakat dengan mengusahakan lalu lintas informasi yang bebas tentang hal yang berhubungan dengan kegiatan pengajaran. 9. Pelaksanaan evaluasi pengajaran, terutama dalam perencanaan, pembuatan instrumen, pengorganisasian dan penetapan prosedur untuk pengumpulan data, analisis dan interpensi hasil pengumpulan data, serta pembuatan keputusan untuk perbaikan proses pengajaran. Kesembilan tugas itu apabila disusun berdasarkan urutannya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu tugas-tugas pendahuluan, tugas operasional, dan tugas pengembangan, sebagaimana pada gambar 2.3 berikut ini.

TUGAS PENDAHULUAN Mengembangkan Kurikulum Menyediakan fasilitas

TUGAS OPERASIONAL Mengorganisasikan pengajaran Memberikan orientasi kepada guru Mengusahakan bahan Menghubungkan layanan khusus Murid dengan layanan lain Mengembangkan hubungan masyarakat-guru Balikan

TUGAS PERKEMBANGAN Mengatur pendidikan dalam jabatan Melakukan evaluasi pengajaran

Gambar 2.1 Tugas Pendahuluan, Operasional dan Pengembangan

B. Kinerja Guru Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance yang berarti : 1. Melakukan, menjalankan dan melaksanakan 2. Memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu nazar 3. Melaksanakan dan menyempurnakan tanggung jawab 4. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang (Prawirosentono, 1992:2)

Lebih jauh Prawirosentono menjelaskan kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, sesuai dengan moral maupun etika. Sehubungan dengan hal itu Suyadi (1999:236) menyebutkan beberapa faktor yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan membuat perencanaan dan jadwal pekerjaan, pekerjaan teknis atas pekerjaan yang menjadi tanggungannnya, kemandirian kemampuan komunikasi, menyampaikan gagasan dan bekerjasama. Katsenbech (1998;34) menyamakan istilah dengan prestasi kerja atu performance. Dan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuai yang tercapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (Depdikbud, 1997:503), sedangkan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan/ dikerjakan. Menurut Hickman (1990:225) kinerja selalu merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi dan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut, hal ini diperkuat oleh Stoner dan Freeman (1994:249) mengemukakan bahwa kinerja adalah kunci yang berfungsi secara efektif agar organisasi secara keseluruhan dapat berhasil. Oleh karena itu kinerja baik dalam bentuk individual maupun dalam bentuk organisasi selayaknya terus dievaluasi untuk mendapatkan standar keberhasilan. Untuk mengukur kinerja seseorang dalam bidangnya, Robins (1986:410) mengungkapkan dengan cara membandingkan antara hasil evaluasi dengan pekerjaannya yang menggunakan kriteria seperti yang diungkapkan bersama. Dalam bidang administrasi, pengukuran kinerja pada umumnya telah ditetapkan beberapa indikator seperti Kesner (1992:457) mengemukakan indikator kinerja adalah pengwasan, perencanaan kerja, komunikasi, kerjasama, kebiasaan kerja dan keuntungan. Sementara Hodgetts dan Kuratko (1988:442) menyebutkan indikator kinerja yaitu kuantitas kerja, kualitas kerja, kebiasaan kerja, hubungan antar individu dan

kemampuan pengawasan. Lebih jauh Arnold dan Fildman (1996:309) mengukur kinerja dapat dilakukan berdasarkan graphic rating scale dengan indikatornya adalah kuantitas dan kualitas kerja, kerjasama dan keputusan. Manfaat pengukuran kinerja berdasarkan modul AKIP-LAN (2003:3) antara lain : 1. 2. 3. Memastikan pemahaman pada pelaksanaan akan ukuran yang digunakan untuk mencapai kinerja. Memastikan tecapainya rencana kerja yang telah disepakati. Memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja. 4. Memberikan pengharagaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksanaannya yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. 5. 6. 7. 8. 9. Mengidentifikasi apakah kepuasaan pelanggan telah dipenuhi. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. Memastikan bahwa pengambilan keputusaan dilakukan secara obyektif. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. Mengungkap permasalahan yang terjadi.

Profesi guru sebagai satu jenis pekerjaan yang memiliki tujuan, merupakan suatu aktivitas yang menuntut beberapa peran dan fungsi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang maksimal. Menurut Davies (1971:71) peranan dan tugas guru dapat diidentifikasi dalam dua bagian pokok, yaitu guru sebagai pengelola (manajer), dan guru sebagai pelaksana operasional. Peran dan fungsi guru sebagai pengelola menuntut suatu kemampuan manajerial dalam rangka mengelola pendidikan dan pengajaran, dan sebagai pelaksana guru dituntut untuk memiliki kemampuan teknis dalam melaksanakan kegiatan belajar di kelas. C. Efektifitas dan Indikator Keberhasilan Kinerja Guru a. Efektifitas Kinerja Guru

Untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari pekerjaan, para guru harus berja secara aktif sehingga tujuan kinerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik pula, sebab pada dasarnya guru yang produktif memiliki kemampuan kinerja yang sesuai dengan isi kerja, menciptakan lingkungan kinerja yang nyaman, menghasilkan sesuatu yang memenuhi kebutuhan dan mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis. Sasaran penelitian difokuskan kepada efektifitas kinerja guru SMAN4 Palembang. Istilah efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (J.S. Badudu, Jakarta 1994:371) adalah : Kegiatan yang memberikan hasil yang memuaskan dengan memanfaatkan waktu dan cara sebaik-baiknya. Dengan demikian efektifitas pada dasarnya menunjukkan kepada suatu ukuran tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan sebagimana telah terlebih dahulu ditetapkan. Efektifitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tapat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan, dalam konteks yang lebih luas, efektifitas dapat diartikan sampai seberapa jauh tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai. Dengan demikian efektifitas kerja guru SMA dapat dikatakan sebagai suatu keadaan atau kemampuan keberhasilan suatu kerja yang dilakukan oleh guru SMA untuk memberikan hasil guna yang dikehendaki. b. Indikator Keberhasilan Kinerja Guru Tabel 4 Indikator Keberhasilan Kinerja Guru
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR KINERJA GURU

1 uasaan Siswa Kualitas hasil kerja 2 mahaman Siswa 3 stasi Siswa 4 Kemampuan guasaan materi 5 guasaan metode pengajaran 6 KINERJA GURU Inisiatif ran untuk berbuat yang baik 7 wujudkan pikiran-pikiran yang

Kep Pe Pre

Pen Pen

Piki Me

mengarah pada pencapaian prestasi 8 Komunikasi litas penyampaian materi 9 gusaan keadaan kelas 10 Ketapatan waktu atangan 11 ulangan Kep Ked Pen Kua

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kehadiran Guru di Kelas Kehadiran guru (yang mejadi objek tindakan) sebelum dan selama penelitian tindakan sekolah dapat ditunjukan pada table di bawah ini No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B. Pembahasan Hasil refleksi dari dua siklus penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan menunjukkan bahwa :
1.

Nama Guru

Pra PTS (%)

Kehadiran di Kelas Agustus September Kehadiran (%) Kehadiran (%)

Sebelum penelitian tindakan sekolah, data menunjukkan kehadiran 9 dari 40 guru SMA Negeri 4 yang bermasalah kurang dari 60 % Kehadiran kepala sekolah lebih awal dan menyapa guru-guru yang datang mendorong guru guru untuk tidak terlambat datang. Demikian juga guruguru yang menjadi objek penelitian

2.

3.

Kegiatan kepala sekolah memonitor jadwal tatap muka guru, mendatangi kelas yang gurunya belum memasuki kelas, meminta siswa untuk memanggil guru yang bersangkutan mendorong guru untuk segera memasuki kelasnya.

4.

Keteladaan kepala sekolah memeriksa hasil pekerjan siswa mendorong guru-guru untuk mengikuti hal serupa.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kehadiran kepala sekolah lebih awal dan menyapa guru-guru yang datang mendorong guru guru untuk tidak terlambat datang.
2.

Kegiatan kepala sekolah memonitor jadwal tatap muka guru, mendatangi kelas yang gurunya belum memasuki kelas, meminta siswa untuk memanggil guru yang bersangkutan mendorong guru untuk segera memasuki kelasnya.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai