Anda di halaman 1dari 23

JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

1. UU NO. 3 THN 1992 jo. UU NO. 25 THN 1997 tentang JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA 2. PP NO. 14 THN 1993 jo. PP NO. 28 THN 2002 tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM JAM INAN SOSIAL TENAGA KERJA 3. PP NO. 28 THN 2002 tentang PERUBAHAN PASAL 22 PP NO. 14 THN 1993 perihal SANTUNAN KEMATIAN & BIAYA PEMAKAMAN 4. KEPPRES NO. 22 THN 1 993 tentang PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT HUBUNGAN KERJA 5. PERMENAKER NO. 05/ MEN / 1993 tentang PROGRAM MINIMAL JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

JAMSOSTEK ADALAH: suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan beru pa uang sebagai pengganti sebagian pengganti sebagian dari penghasilan yang hila ng atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang diala mi oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia Kriteria suatu perusahaan peserta jamsostek adalah: wajib menjadi 1. Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10 orang atau lebih; 2. Perusahaan yang membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) per bulan ( walaupun kenyataannya tenaga kerjanya kurang dari 10 orang)

PROGRAM JAM SOS TEK KAIDAH HUKUM YG MEMAKSA SETIAP BENTUK PELANGGARAN, DIANCAM DGN SANKSI : KURUNGAN PALING LAMA 6 (ENAM) BU LAN; DENDA PALING TINGGI RP. 50,000.000, PERINGATAN YG BERUJUNG PADA PENCABUTAN I JIN USAHA DENDA BUNGA 2% DARI TOTAL PREMI YG HARUSNYA DIBAYAR BILA TERJADI KETER LAMBATAN PEMBAYARAN PREMI SANTUNAN BERUPA UANG WUJUD PERLINDUNGAN PELAYANAN KESEHATAN

MAKSUD PENYELENGGARAAN PROG. JAMSOSTEK Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya; Merupakan penghargaan bagi tenaga kerja yang telah m enyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja Mekan isme penyelenggaraan jamsostek sampai saat ini dilakukan melalui program asurans i, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan melalui mekanisme lain yang mungkin lebih menguntungkan, semisal : program bagi hasil, dll.

PROGRAM MINIMAL JAMSOSTEK

Pada program pemeliharaan kesehatan, jika dalam perusahaan telah ada program yan g sama, maka perusahaan dapat terus memberlakukan program tersebut & tidak mengi kuti program pemeliharaan kesehatan pada Jamsostek, asalkan program tersebut leb ih baik dan lebih bermanfaat bagi tenaker (Pasal 2 ayat (4) PP No. 14 tahun 1993 ) Pelanggaran ketentuan program jamsostek yg dilakukan badan penyelenggara (PT JAM SOSTEK) diancam dengan sanksi, dalam hal: Badan Penyelenggara wajib membayar jam inan sosial tenaga kerja dalam waktu yang tidak lebih dari 1 (satu) bulan. Apabi la Badan Penyelenggara melanggar ketentuan ini maka pegawai yang bersangkutan da pat dikenai hukuman kurungan selamalamanya 6 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,(lima puluh juta rupiah) dan Badan Penyelenggara dikenakan ganti rugi sebesar 1% dari jumlah jaminan untuk setiap hari keterlambatan dan dibayark an kepada tenaga kerja yang bersangkutan (29 UU No. 3 tahun 1992 & pasal 47 sub c PP No. 14 tahun 1993)

JENIS PROGRAM JAMSOSTEK J K K: SEMENTARA TDK MAMPU BEKERJA RUMUS PERHITUNGAN HAK TENAKER PREMI JAMSOSTEK YG HARUS DIBAYAR Dengan tetap membayar upah (gaji) tenaker, PREMI DIBAYAR PERUSAHAAN (PENGUSAHA) yaitu: 4 Bln Pertama : 100% X gaji/bln Kelompok I : 0,24 % dari upah sebulan Kelo mpok II : 0,54 % dari upah sebulan 4 Bln Kedua : 75% X gaji / bln Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan Bulan berikutnya : 50% X gaji / bln % (prosentase) sesua i Tabel X 60 bulan gaji Santunan yg dibayar sekaligus: 70% X 60 Bln Gaji Santunan yg dibayar berkala : Rp. 25.000 X 24 Bln % Berkurangnya Fungsi X % Sesuai Tabel X 60 Bln Gaji Santunan yg dibayar sekaligus: 60% X 60 Bln Gaji Santunan yg dibayar berkala : Rp. 25.000 X 24 Bln Biaya Pemakaman : Rp. 1 juta Santunan Kematian : Rp . 5 juta Biaya Pemakaman : Rp. 1 juta Total iuran yg disetor + hasil pengembangan nya. Cara pembayaran: Sekaligus bila jumlah total JHT yg harus dibayar < Rp. 3 ju ta; (dilakukan juga thd tenaker yg meninggal dunia & tenaker penerima pembayaran berkala yg meninggal dunia sebesar sisa JHT yg belum dibayarkan). Secara berkala bila total JHT mencapai Rp. 3 juta atau lebih (berdasarkan pilihan tenaker ybs. ) PELAYANAN berlaku KESEHATAN sesuai aturan yg PREMI DIBAYAR PERUSAHAAN (PENGUSA HA) Kelompok IV : 1,27 % dari upah sebulan Kelompok V : 1,74 % dari upah sebulan CACAT SEBAGIAN UNTUK SELAMA-2 NYA CACAT TOTAL UNTUK SELAMA-2 NYA CACAT KEKURANGAN FUNGSI ORGAN MENINGGAL DUNIA JAMINAN KEMATIAN 0,30 % x upah sebulan PREMI DIBAYAR BERSAMA PERUSAHAAN & TENAKER JAMINAN HARI TUA Iuran JHT = 5,70% dari upah sebulan. 3,70% dibayar perusahaan 2% dibayar tenaga kerja. JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN TDK DIPUNGUT PREMI

JKK JK J HT J PK AHLI WARIS menurut JAMSOSTEK : 1. JANDA atau DUDA; 2. ANAK; 3. ORANG TUA; 4. CUC U; 5. KAKEK atau NENEK; 6. SAUDARA KANDUNG; 7. MERTUA

Jaminan yg diberikan pada tenaker yg mengalami kecelakaan dalam hubungan kerja ( terjadi sewaktu melakukan pekerjaan). WAJIB DILAKUKAN & PELAKSANAANNYA TIDAK BOL EH DGN PENTAHAPAN (DGN SYARAT-2 TERTENTU). PELANGGARAN THD KETENTUAN INI DIANCAM DGN SANKSI. RUANG LINGKUP JKK : 1. biaya pengangkutan 2. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan 3. bi aya rehabilitasi 4. santunan yang berupa uang meliputi : a. santunan sementara t idak mampu bekerja b. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya; c. santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; d. santunan kematian

KRITERIA BESARAN PREMI : 1. Kelompok I 2. Kelompok II : 0,24 % dari upah sebulan : 0,54 % dari upah sebulan 3. Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan 4. Kelompok IV : 1,27 % dari upah seb ulan 5. Kelompok V : 1,74 % dari upah sebulan TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN

CACAT SEBAGIAN UNTUK SELAMA-2 NYA TDK MAMPU BEKERJA UNTUK SEMENTARA CACAT TOTAL UNTUK SELAMA-2 NYA AKIBAT KECELAKAAN KERJA ATAU PENYAKIT AKIBAT KERJA (P A K) MENINGGAL DUNIA CACAT KEKURANGAN FUNGSI ORGAN BERHENTI BEKERJA UNTUK SELAMA-2 NYA

Bila terdapat pekerja tertimpa kecelakaan kerja, maka yang harus dilakukan oleh pengusaha ialah: 1. Pengusaha wajib memberikan P3K bagi tenaga kerja tersebut; 2. Pengusaha kemud ian melaporkan kecelakaan tsb pada kantor Depnaker dan Badan Penyelenggara setem pat atau terdekat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I, dalam waktu paling l ambat 2x24 jam (dua hari) setelah terjadinya kecelakaan; 3. Pengusaha wajib juga melaporkan akibat kecelakaan tersebut sesuai dengan surat keterangan Dokter pem eriksa atau Dokter penasehat yang menerangkan bahwa tenaga kerja tersebut: semen tara tidak mampu bekerja telah berakhir; cacat sebagian untuk selama-lamanya; ca cat total untuk selama-lamanya; meninggal dunia. 1. Laporan ini sekaligus merupakan pengajuan pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja kepada Badan Penyelenggara dengan melampirkan: foto copy kartu peserta; surat k eterangan Dokter tentang tingkat kecacatan yang diderita tenaga kerja tersebut; kuitansi biaya pengobatan dan pengangkutan; dokumen pendukung lain yang diperluk an oleh Badan Penyelenggara.

5. Sebelum Badan Penyelenggara memberikan biaya ganti rugi, Pengusaha harus memb ayarkan dahulu segala biaya yang diakibatkan oleh kecelakaan tersebut; 6. Pengus aha wajib membayar upah selama tenaga kerja tersebut tidak dapat bekerja, sampai penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima semua pihak atau dilaku kan oleh menteri, sehingga kemudian Badan Penyelenggara mengganti santunan semen tara tidak mampu bekerja kepada Pengusaha yang telah membayar upah tersebut. Apa bila santunan ini lebih besar dari jumlah upah maka sisanya diberikan kepada ten aga kerja tersebut. Tetapi apabila santunannya lebih kecil daripada upah, pengus aha tidak boleh meminta kekurangannya kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelaka an tersebut. Terhadap pekerja yang terkena penyakit akibat hubungan kerja, maka sama halnya d engan terjadinya kecelakaan kerja, Pengusaha wajib melaporkan penyakit yang timb ul karena hubungan kerja tersebut dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam (2 har i) setelah ada hasil diagnosis dari Dokter Pemeriksa. Proses selanjutnya sama de ngan proses kecelakaan kerja. Hak-hak yang didapat oleh tenaga kerja yang terken a penyakit dapat sama dengan akibat kecelakaan kerja (mis.: cacat sebagian atau total dan meninggal dunia) hanya dibatasi oleh waktu yaitu tidak boleh lebih dar i 3 tahun setelah berakhirnya hubungan kerja. (Pasal 19 PP No. 14 thn 1993, Pasa l 3 ayat (2) Keppres No. 22 thn 1993)

TENAKER yg mengalami kecelakaan kerja BERHAK ATAS: 1. Santunan 2. Pengobatan dan perawatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk: Dokter obat Mata * Operas i * Perawatan Puskesmas * Jasa tabib / sinshe / tradisional * Rontgen * Gigi Biaya untuk seluruh perawatan tersebut untuk satu peristiwa kecelakaan maksimum Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) 1. Biaya rehabilitasi harga berupa penggantia n pembelian alat bantu (orthese) dan atau alat pengganti (prothese) diberikan sa tu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehab ilitasi Profesor Dokter Suharso Surakarta dan ditambah 40% dari harga tersebut. 2. Ongkos pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan kerja ke Rum ah sakit diberikan penggantian biaya sebagai berikut: Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai maksimum sebesar Rp 100.000,Bilamana hanya menggunak an jasa angkutan laut maksimum sebesar Rp 200.000,Bilamana hanya menggunakan jas a angkutan udara maksimum sebesar Rp 250.000,-

Jaminan yg diberikan kepada Tenaker yg meninggal dunia bukan akibat kecelakaan k erja. SANTUNAN BERUPA UANG BIAYA PEMAKAMAN JAMINAN KEMATIAN diberikan dgn KETENTUAN sbb: Apabila Janda atau Duda atau Anak tidak ada maka Jaminan Kematian dibayar sekaligus kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja, menurut garis lurus ke bawah dan garis lurus ke atas dihi tung sampai derajat kedua Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai keturunan sedar ah sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, maka Jaminan Kematian dibayarkan sekaligu s kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga kerja dalam wasiatnya Dalam hal tidak a da wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain guna peng urusan pemakaman

Jaminan yg dibayar sekaligus atau berkala atau sebagian & berkala kepada TENAKER karena alasan-alasan: a. Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, atau b . cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter c. Dalam hal tenaga kerja ber henti bekerja dari perusahaan sebelum mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun n amun mempunyai masa kepesertaan serendah-rendahnya 5 (lima) tahun yg dibayarkan setelah melewati masa tunggu 6 (enam) bulan terhitung sejak TENAKER yang bersang kutan berhenti bekerja Dalam hal tenaga kerja dalam masa tunggu bekerja kembali, jumlah Jaminan Hari Tua pada saat dia bekerja di perusahaan sebelumnya diperhit ungkan dengan Jaminan Hari Tua di perusahaan berikutnya

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi : a. rawat jalan tingkat pertama; b. raw at jalan tingkat lanjutan; c. rawat inap; d. pemeriksaan kehamilan dan pertolong an persalinan; e. penunjang diagnostik; f. pelayanan khusus; g. pelayanan gawat darurat

Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta; memberikan ketera ngan yang perlu diketahui peserta mengenai paket pemeliharaan kesehatan yang dis elenggarakan Pelaksana Pelayanan Kesehatan dalam jaminan pelayanan kesehatan ial ah semua pihak yang ditunjuk Badan Penyelenggara yang meliputi: a. Balai Pengoba tan; b. Puskesmas; c. Dokter Praktek Swasta; d. Rumah sakit; e. Rumah Bersalin; f. Rumah sakit bersalin; g. apotik; h. optik; i. perusahaan alat-alat kesehatan;

Ketentuan pertolongan persalinan bagi tenaga kerja atau istri tenaga kerja dilak ukan pada pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama atau Rumah Bersalin meli puti: 1. Persalinan kesatu, kedua dan ketiga; 2. Tenaga kerja pada permulaan kep esertaan sudah mempunyai tiga anak atau lebih, tidak berhak mendapat pertolongan persalinan; 3. Untuk persalinan dengan penyulit yang memerlukan tindakan spesia listik maka berlaku ketentuan rawat inap di Rumah Sakit; 4. Rawat inap minimum 3 (tiga) hari dan maksimum 5 hari Biaya persalinan normal ditetapkan sebesar Rp 50.000,?

Anda mungkin juga menyukai