Outline
Markov Processes
Discrete Time Markov Chain Homogeneous, Irreducible, Transient/Recurrent,
Markov Processes
X(t) adalah suatu Markov Process jika memenuhi Markov
(Memoryless) Property
Perubahan state terjadi pd titik-titik integer Continuous Time Markov Process: Perubahan state terjadi pd sembarang waktu
Discrete State Space Markov Process Discrete Time Markov Chain: Perubahan state (discrete state) terjadi pd titik-titik integer Continuous Time Markov Chain Perubahan state (discrete state) terjadi pd sembarang waktu
maka disebut Homogeneous Markov Chain Let pij P[Xn = j | Xn-1= i ] Kita ada pada state i dan akan menuju pada state j pada langkah berikutnya State transition probabilitas Hanya akan tergantung pada initial probability dan transition probability, tidak tergantung pada transition time
dapat dicapai dari setiap state lain dlm jumlah step yang terbatas/finite
Jika A1 terdiri dari satu atau lebih state Ei dimana begitu berada
pada state Ei, proses tidak dapat bergerak ke state-state lain Ei disebut Absorbing State pii = 1
Jika fj = 1
State Ej disebut Recurrent State
Jika Mj = State Ej disebut Recurrent Null State Jika Mj < State Ej disebut Recurrent Nonnull State
kembali ke state Ei adalah , 2, 3, Jika > 1 dan adalah integer terbesar State Ei disebut Periodic Recurrence time untuk state Ej mempunyai period Jika = 1 State Ei disebut Aperiodic
Estu Sinduningrum, ST, MT
Ergodicity
Ej = Ergodic jika Ej = Aperiodic dan Recurrent Nonnull
fj = 1, Mj < , dan = 1 Suatu Markov Chain adalah ergodic jika semua states dari Markov Chain adalah
ergodic Jika jumlah states adalah terbatas/finite dan semua states dari Markov Chain adalah aperiodic, dan irreducible
Estu Sinduningrum, ST, MT
Teorema 1
States dari suatu irreducible Markov Chain adalah
semua transient atau semua recurrent non null atau
semua recurrent null Jika periodic, maka semua states mempunyai Perioda
sama
Definisi
Mis
= P[menemukan sistem pd state Ej pd step ke-n] (n) = P[X = j] j n Mis j = Stationary Probability = P[ada pd state j pd sembarang waktu] = limiting state probabilities
(n) j
Teorema 2
Pada suatu irreducible dan aperiodic, homogeneous Markov
Chain, Limiting state probabilities [ j] selalu eksis dan independent dari initial state probability distribution [ j(0)]
Teorema 2
Apakah
Kasus (a) Semua state adalah transient atau Semua state adalah recurrent null j=0 j Tdk ada stationary distribution eksis Atau kasus (b) Semua state adalah recurrent nonnull j>0 j Stationary distribution eksis j = 1/Mj
Solusi untuk
Transient Behavior
Transient Behavior
Transient / Steady State Transient behavior : Suatu tipikal kelakuan sistem
yang tergantung pada kondisi inisial (mis. booting up atau recovering dari suatu kegagalan komponen)
Steady state behavior : kelakuan operasi normal dari
terpenting untuk memahami perilaku trafik telekomunikasi, yaitu point process dan arrival process. Prinsip utama pemodelan trafik telekomunikasi adalah mengacu pada point process , dimana kedatangan atau selesai dilayaninya paket-paket digambarkan pada waktu yang berbeda. Konsep kedua dalam rekayasa trafik telekomunikasi adalah birth and death process yang sering dimanfaatkan untuk menurunkan persamaan fungsi distribusi trafik telekomunikasi. Birth and death process adalah Teknik penurunan persamaan fungsi densitas trafik telekomunikasi yang paling sederhana.
Estu Sinduningrum, ST, MT
Birth-Death Process
Suatu Markov Process
Homogeneous, aperiodic, dan irreducible Discrete time / Continuous time
Birth-Death Process
Ukuran populasi
Sistem ada dlm state Ek jika terdiri dari k anggota Perubahan dlm ukuran populasi terjadi paling banyak satu
Birth-Death Process
Birth-Death Process
= death (berkurang satu dlm ukuran populasi) 0 = 0 (tdk ada population no death) i = birth (bertambah satu dlm populasi) i > 0 (birth dibolehkan) Pure Birth = tdk ada pengurangan/ decrement, hanya penambahan/increment Pure Death = tdk ada penambahan/ increment, hanya pengurangan/ decrement
i
Matriks Transisi
didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan tertentu atau jalut, yang biasanya dinyatakan dalam satuan
kendaraan per kilometer (smp per kilometer per lajur.
Kepadatan sulit
diperlukan titik ketinggian yang cukup sehingga kendaraan dapat diamati dalam suatu ruas tentu. Namun demikian kepadatan dapat dihitung dari kecepatan dan volume.
Estu Sinduningrum, ST, MT
Adanya satu paket atau layanan yang selesai dilayani dianalogikan sebagai suatu kematian dengan rate sebesar koefisien kelahiran.
bertambahnya suatu paket atau layanan yang datang atau minta dilayani yang dianalogikan sebagai kelahiran, sementara selesai
dilayaninya oleh server, suatu paket atau layanan dianalogikan dengan kematian.
Global balance
Asumsi terjadi keseimbangan statistik terjadi , maka berlaku prinsip
global balance, berlaku 2 persamaan: 1. Node equations : Situasi yang terjadi pada saat awal kesetimbangan statistik, dimana kita hanya memperhatikan state 0, yang berarti belum ada paket atau layanan yang datang. Maka hanya ada dua kemungkinan yang terjadi: a. State 0 akan bertransisi menjadi state l dengan probabilitas sebesar probabilitas terjadinya state 0 {= p(0)} dikalikan koefisien kelahiran (0) = {bc(0) = birth coefficient (0)) , dan b. State 1 akan bertransisi menjadi state (0) dengan probabilitas sebesar probabilitas terjadinya state 1 {= p(1)} dikalikan koefisien kematian (1) {dc(1) = death coefficient (1)}. Dengan asumsi terjadi kesetimbangan statistik maka dua kemungkinan tersebut haruslah sama besar, sehingga bisa dituliskan dalam bentuk persamaan:
Estu Sinduningrum, ST, MT
Global balance
2. a.
Cut Equations; pengamatan pada node secara random, yaitu state (i). pada saat terjadi kesetimbangan statistic pada state (i), terdapat empat kemungkinan:
State (i) akan bertransisi menjadi state (i+1) dengan probabilitas sebesar probabilitas terjadinya state I {= p(i)} dikalikan koefisien kelahiran (i) = {bc(i) = birth coefficient (i)),
b.
c.
d.
state (i) akan bertransisi menjadi state (i-1)) dengan probabilitas sebesar probabilitas terjadinya state I {= p(i)} dikalikan koefisien kematian ke (i) {dc(i) = death coefficient (i)}, State (i-1) akan bertransisi menjadi state (i) dengan probabilitas sebesar probabilitas terjadinya state (i-1) {= p(i-1)} dikalikan koefisien kelahiran (i-1) = {bc(i-1) = birth coefficient (i-1)} dan state (i+1) akan bertransisi menjadi state (i)) dengan probabilitas sebesar probabilitas terjadinya state (i+1 {= p(i+1)) dikalikan koefisien kematian ke (i+1) {dc(i+1) = death coefficient (i+1)}.
Estu Sinduningrum, ST, MT
yang menunjukkan transisi dari state (i) harus sama dengan jumlah 2 buah
probabilitas yang menunjukkan transisi menuju sta (i) sehingga bisa dituliskan
bc = Birth Coeffisien
rekayasa trafik telekomunikasi yang paling pertama adalah dalam penurunan rumus atau formula Erlang B. Formula Erlang-B sangat terkenal di era telephony-circuit switching. selama hampir seratus tahun formula Erlang B telah digunakan dalam perhitungan rakayasa trafik di jaringan telekomunikasi. Hasil perhitungan menggunakan formula Erlang-B ternyata sangat akurat bila dibandingkan dengan hasil pengukuran secara nyata pada jaringan telepon berbasis loss-system atau yang dikenal juga sebagai/Loss call creared (LCC).
model trafik dijaringan telekomunikasi, secara ringkas adalah sebagai berikut: 1) Yang pertama adalah menentukan asumsi atas trafik yang datang. Formula Erlang-B yang digunakan pada jaringan telepon adalah mengacu trafik adalah call telepon yang datang mengikuti point process. Laju kedatangan call rata -rata adalah dan laju pelayanan rata - rata adalah . Trafik yang datang dan dilayani di system telekomunikasi diasumsikan merupakan suatu PCT-1 (Pure Chance Traffic Type 1). Pada trafik PCT-1 dapat dibenarkan untuk menggunakan nilai ratarata sebagai dasar perhitungan, atau yang sudah dikenal dengan istilah PASTA (Poisson Arrival See lime Arrival). Trafik yang datang bisa dinyatakan dengan satuan erlang dan ditulis dengan notasi A = /
Estu Sinduningrum, ST, MT
Yang kedua adalah kita harus mampu menggambarkan diagram transisi dari state. Untuk itu kita harus tahu berapa jumlah state dan berapa koefisien kelahiran maupun koefisien kelahiran di
setiap state.
Dua prinsip menggunakan konsep Birth and Death 1. Process Penentuan jumlah state
Untuk jaringan jaringan telepon berbasis circuit switching dan loss
system atau yang dikenal juga sebagai loss call cleared (LCC), maka jumlah state adalah sama dengan jumlah kanal telepon di jaringan tersebut. Ini bisa dimaklumi, karena titik perhatian kita pada jaringan tersebut adalah probabilitas sejumlah kanal sedang holded State 0 merepresentasikan tidak ada kanal yang sedang holded, State 1 menyatakan ada 1 kanal yang holded dan seterusnya. Mudah dimaklumi, bahwa pada situasi ini, jumlah state maksimum adalah sama dengan n, yaitu sebesar jumlah kanal di jaringan telekomunikasi yang sedang kita amati. Adanya sejumlah (i) call yang holded di kanal telepon direpresentasikan dengan state (il. Jadi n adalah terbatas.
Estu Sinduningrum, ST, MT
Dua prinsip menggunakan konsep Birth and Death 2. Penentuan koefisien kelahiran dan koefisien
Agar dapat menentukan koefisien kelahiran dan koefisien kematian
kita harus memahami terlebih dahulu mekanisme yang terjadi di jaringan ketika menangani trafik.
Jika kita Paham betul mekanisme yang terjadi, barulah kita bisa
menentukannya. Sangat penting untuk diingat, bahwa saat ini kita tergantung pada asumsi.
Asumsi Erlang
Asumsi Erlang ketika menurunkan formula Erlang B ada tiga,
yaitu: 1. Asumsi pertama: telephone call/ datang mengacu pada konsep point process dengan laju kedatangan call rata - rata adalah sama dengan 1. Dengan demikian koefisien kerahiran dari state 0 menuju state 1 adalah sama dengan . 2. Asumsi kedua: untuk telephone Call yang sedang holded di kanal telekomunikasi, keberadaannya di kanal diakhiri dengan laju layanan sebesar . Dengan demikian koefisien kematian dari state (1) menuju state (0) adalah sama dengan . 3. Asumsi ketiga: jumlah pelanggan sangat banyak dibandingkan dengan jumlah kanal di jaringan.
Estu Sinduningrum, ST, MT
Model Jaringan telepon yang berbasis circuit State Transition DiagramCall Cleared akan menjadi? untuk Kelahiran (probabilitas switching dan Loss pelanggan yg datang). Penurunan Formula Erlang-B
.p(0) = .p(1) State 1 : .p(1) + .p(1) = .p(0) + 2.p(2) .p(1) = 2.p(2) State 2 : .p(2) + 2.p(2) = .p(1) + 3.p(2) .p(2) = 3.p(2) .. State (i-1) .p(i-1) = (i).p(i) State (i) .p(i) = (i+1).p(i) State (i+1) .p(i+1) = (i+2).p(i+1)
Estu Sinduningrum, ST, MT
Pada Kondisi Jaringan telpon di circuit switched-loss call cleared : dimana / = Offered traffic =A
Maka Persamaan-persamaan bisa dituliskan menjadi
p(0) p(1)
p(2) = (A/2) p(1) ...
dengan cara mensubstitusikan p(0) ke dalam persamaan yang hanya melibatkan A dan i saja. Untuk itu , kita harus mengingat kembali prinsip teori probabilitas pada situasi ini : jumlah dari seluruh probabilitas p(0) + p(1) + p(2) + P(n) =1.
trafik yang tidak jadi hilang, seandainya jumlah saluran ditambah satu, dari semula = n ditambah menjadi (n+1).
Jadi Fn(A) = Y(n+1) Yn,dapat diturunkan dari trafik
c)
d)
Kedatangan trafik merupakan suatu Poisson arrival process yang memiliki rate kedatangan = = 500 call/detik, dan Waktu layanan terdistribusi eksonential yang memiliki intensitas = = 100 detik/call.
Hitunglah:
(c)Pendapatan pada satu hari bila rate kedatangan rata-rata selama 23 jam yang bukan jam sibuk = 0,75 rate kedatangan pada jam sibuk, dan jika setiap call rata-rata memberikan pemasukan sebesar Rp 500,(d)Utilisasi rata-rata jika pemilihan kanal menggunakan teknik Random hunting, dan jika menggunakan teknik Sequential hunting (e)Jika untuk menambah satu kanal, diperlukan biaya jaringan end-to-end sebesar 200 juta rupiah, apakah perlu ditambah satu kanal, jika trafik tetap seperti di soal? Jika jawabannya belum perlu, pada saat trafik meningkat menjadi berapa, penambahan satu kanal baru dilakukan?.
Estu Sinduningrum, ST, MT
Jawab
Ada kalanya kita mengalami kesulitan untuk mendefinisikan suatu obyek secara eksplisit.
Mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan obyek tersebut dengan menggunakan dirinya sendiri.
Jawab
Call congestion = B = 0,0184 dan l. = 500 call/detik ) jumlah call yang terlayani (carried-call) selama l jam (3600detik) sibuk=500*(1-B)x3600 = 1766908 Jumlah call carried selama satu hari =23*0.75*1766908+1766908 = 32246067 pendapatan satu hari = Rp16.123.033.432. d) Random hunting-utilisation =
c)
Utilisasi rata-rata jika pemilihan kanal menggunakan teknik
Random hunting =4,9081/10 = 0,49081erlang/kanal = Utilisasi rata-rata jika pemilihan kanal menggunakan teknik Sequential hunting
Estu Sinduningrum, ST, MT
Jawab
e) Jika jumlah kanal ditambah satu adalah Improvement factor E11(A)= 0,0083 ) pendapatan satu hari = Rp16.288.879.973
kenaikan pendapatan = Rp165.846.541 adalah lebih kecil dibanding biayanya belum perlu ditambah satu kanal.