Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYULUHAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI DESA LINGGASARI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS

DISUSUN OLEH: Kelompok B

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS PURWOKERTO 2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI DESA LINGGASARI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Hari/Tanggal Waktu Tempat : Kesehatan Ibu Hamil : Penyuluhan Hipertensi Pada Ibu Hamil : Peserta SHG RT02/RW03 Desa Linggasari, Kecamatan Kembaran : Kamis, 2 Agustus 2012 : 10.00 WIB : Rumah Bapak Dul Kholik RT02/RW03

A. LATAR BELAKANG Upaya meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) telah menjadi topik pembicaraan penting dalam konferensi internasional sejak tahun 1980. Salah satu dari delapan Millennium Development Goals (MDGs) adalah meningkatkan kesehatan ibu (MDG 5). Komunitas internasional telah berkomitmen untuk menurunkan AKI di negara masing-masing sebanyak 75% antara tahun 1999 sampai tahun 2015 (WHO, 2007). AKI adalah jumlah kematian ibu selama satu tahun dalam 100.000 kelahiran hidup (Setiyohadi, 2006). Kematian ibu diperkirakan sebesar 358.000 terjadi di seluruh dunia pada tahun 2008. Negara berkembang menyumbangkan 99% (355.000) dari kematian ibu tersebut di mana Afrika Sub-Sahara dan Asia Tenggara berkontribusi sebesar 87% (313.000) dari kematian ibu secara global (WHO, 2010). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target Indonesia Sehat 2010 sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup, angka tersebut masih tinggi.

Salah satu penyebab tertinggi kematian ibu adalah penyakit hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia/eklampsia) selain perdarahan dan infeksi. Menurut National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) Working Group Report on High Blood Pressure in Pregnancy (2000), hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi empat, yaitu (1) hipertensi kronik, (2) preeklampsia-eklampsia, (3) hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia, dan (4) hipertensi gestasional. Penyakit hipertensi adalah komplikasi paling umum dari kehamilan yang mempengaruhi 6-8% kehamilan di USA (Leeman, 2008). Penyakit hipertensi dalam kehamilan juga merupakan penyebab utama mortalitas serta morbiditas maternal dan perinatal di Kanada (JOGC, 2008). Prevalensi hipertensi dalam kehamilan di Los Angeles meningkat dari 40,5 kasus per 1.000 pada tahun 1991 menjadi 54,4 kasus per 1.000 pada tahun 2003 (Baraban, 2008). Preeklampsia-eklampsia sebagai salah satu penyakit hipertensi dalam kehamilan, adalah penyebab mortalitas dan morbiditas tertinggi pada ibu hamil. Angka kejadian preeklampsia berkisar antara 5-15% dari seluruh kehamilan di seluruh dunia. Di United Kingdom (UK), preeklampsia/eklampsia terhitung sebanyak 10-15% dari kematian obstetric langsung (Duley, 2003). Di Indonesia angka kejadian preeklampsia cukup tinggi, seperti di Ru mah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan 400 -500 kasus/4000-5000 persalinan per tahun (Dharma, 2005). Wanita dengan hipertensi dalam kehamilan berisiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada preeklampsia berat, perfusi uteroplasenta berkurang sehingga menyebabkan peningkatan insiden Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), hipoksia janin dan kematian perinatal (Gezginc, pada ibu dan janin. Insiden hipertensi dalam kehamilan pada nullipara 4-5 kali lebih besar daripada multipara. Sekitar 30-50% wanita yang memiliki hipertensi 2008). Oleh sebab itu, pengenalan awal faktor risiko hipertensi dalam kehamilan sangat penting untuk menghindari dampak buruk

dalam kehamilan pada kehamilan pertama berisiko untuk mengalami hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan selanjutnya (Zhang, 1997). Preeklampsia (penyakit hipertensi dalam kehamilan dengan mortalitas tertinggi) adalah penyakit utama pada primigravida. Preeklampsia dan eklampsia dapat terjadi pada 6-8% wanita hamil, di antaranya 3-7% pada nullipara dan 0,8-5% pada multipara (Roeshadi, 2006). Selain itu, faktor ri siko preeklampsia lainnya adalah mola hidatidosa, adanya riwayat preeklampsia sebelumnya, dan kehamilan multifetus (Wagner, 2004). B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan peduli dengan kesehatan ibu hamil dengan cara mengubah gaya hidup 2. Tujuan Khusus Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta :
a. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil di Desa

Linggasari
b. Memiliki pengetahuan yang bertambah tentang hipertensi pada ibu

hamil.
c. Memiliki pengetahuan tentang penyebab hipertensi pada ibu hamil. d. Memiliki pengetahuan tentang tanda dan gejala hipertensi pada ibu

hamil.
e. Memiliki pengetahuan tentang klasifikasi hipertensi pada ibu hamil. f. Memiliki pengetahuan tentang pencegahan hipertensi pada ibu hamil.

C. METODE a. Ceramah b. Diskusi

D. MEDIA a. Booklet b. Lembar balik (flip chart)


E. KISI KISI MATERI (terlampir) a. Definisi hipertensi pada ibu hamil b. Etiologi hipertensi pada ibu hamil c. Tanda dan Gejala pada ibu hamil

d. Klasifikasi pada ibu hamil e. Pencegahan pada ibu hamil

F. PENGORGANISASIAN No 1. Kegiatan Pendahuluan Mengucapkan salam Menjelaskan tujuan Apersepsi Penyampaian materi
a. Definisi hipertensi pada ibu Mendengarkan,

Respon peserta Membalas salam Mendengarkan dan mencatat Menjawab

Waktu 5 Menit

2.

15 Menit memperhatikan, dan mencatat memperhatikan, dan mencatat

hamil hamil
c. Tanda dan Gejala pada ibu

b. Etiologi hipertensi pada ibu Mendengarkan,

hamil d. Klasifikasi pada ibu hamil 4. e. Pencegahan pada ibu hamil Penutup Diskusi Kesimpulan Salam Mengajukan pertanyaan Menyimak Membalas salam 5 Menit

G. SETTING TEMPAT

Keterangan: Media lembar balik Fasilitator Observer Peserta Penyaji

H. METODE EVALUASI 1. Diskusi kelompok dengan pertanyaan:


a. Jelaskan yang anda tahu tentang hipertensi pada ibu hamil? b. Sebutkan kembali pencegahan hipertensi pada ibu hamil?

Lampiran. Materi.

HIPERTENSI KEHAMILAN A. Definisi Hingga saat ini hipertensi dalam kehamilan masih merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnva. Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal ini jarang terjadi. Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di saat hamil
B.

Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat terjadi jika si calon ibu membiasakan pola hidup yang salah misalnya, merokok, kelebihan kadar ragam, kelebihan berat badan, mengkonsumsi alkohol. Dengan begitu tekanan darah akan meningkat sehingga menyebabkan hipertensi. Masa kehamilan adalah masa yang sangat rumit dalam menjaganya, dimana si calon ibu harus benar-benar mengotrol kesehatannya dengan baik. Dari beberapa penyebab terjadinya hipertensi diatas tentu bisa menimbulkan efek atau dampak yang sangat buruk bagi kesehatan janin dan si calon ibu. Peran keluarga serta dokter juga snagat penting untuk mencegah penyebab terjadinya hipertensi pada masa kehamilan. Terdapat banyak resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut. 1. Primigravida, primipaternitas 2. Hiperplasentosis, misalanya molahidatidosa, kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis, bayi besar. 3. Umur yang ekstrim 4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia 5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil 6. Obesitas

C.

KLASIFIKASI Klasifikasi yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Edukation Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 ialah : 1 Hipertensi kronik Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan. 2 Preeklampsia Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. 3 Eklampsia Eklampsia adalah apabila ditemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga dapat disertai koma 4 Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria. 5 Hipertensi gestasional Hipertensi gestasional adalah hipetensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.

D.

PATOFISIOLOGI Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah : 1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. 2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamian disebut toxaemia. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi. Perksidan

lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak. Disfungsi sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel. 3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi. 4. Teori adaptasi kardiovaskular Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipert ensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. 5. Teori defisiensi gizi Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang

penting yang pernah dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termaksud minyak hati halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia. 6. Teori inflamasi Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana ada preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala pada preeklampsia pada ibu

E.

PENCEGAHAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN : 1. Istirahat


2. Pembatasan kalori, cairan, dan garam tidak dapat mencegah hipertensi

dalam kehamilan, bahkan dapat berbahaya bagi janin. 3. Manfaat aspirin, kalsium, dan obat-obatan pencegah hipertensi dalam kehamilan belum terbukti.

4. Deteksi dini dan penanganan ibu hamil dengan factor-faktor resiko sangat penting pada penanganan hipertensi dalam kehamilan dan pencegahan kejang follow up teratur dan nasihat yang jelas bilamana pasien harus kembali. Suami dan anggota keluarga lainnya harus diberi penjelasan tentang tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan dan perlunya dukungan social/moral kepada pasien F. PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1. 2. 3. 4. dokter) Beri Nifedipin 1 tablet Tiap 15 menit tensi ulang Bila tekanan darah masih tinggi bisa diulang sampai 4 kali Bila tekanan darah masih tinggi lapor dokter (kolaborasi dengan

pemberian tiap 15 menit

Anda mungkin juga menyukai