Trichinellosis 2009 B Kaha Nrawijaya
Trichinellosis 2009 B Kaha Nrawijaya
KELOMPOK VI
ROSITA ARVIANA IKA KUSNIA WIDYANTI FISMA EKA P IBNU RIFAI (0911313025) NOVIA RACHMAWATI SRI HELDA WULANDARI (0911310062) (0911311006) (0911313005)
(0911313032) (0911313035)
Keterangan : Gbr. 1 T. spiralis betina dewasa Gbr. 2 T. spiralis jantan dewasa Gbr. 3 Larva baru lahir T. Spiralis
Taksonomi
Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Nematoda : Enoplea : Trichurida : Trichinellidae : Trichinella : Trichinella spiralis
Trichinellosis disebabkan
adalah Penyakit yang oleh cacing nematoda, Trichinella spiralis, merupakan foodbornezoonosis yang mengkonsumsi daging babi kurang matang. Larva (trichinae) ditemukan dalam kista atau kapsul kecil di dalam daging. Larva kemudian migrasi dari pembuluh darah ke otot dan membentuk kista baru dimana encysted larva dapat tetap bertahan selama 10 tahun.
Gejala Klinis
Penyakit ini sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala sama sekali sampai kepada penyakit dengan gejala klinis yang berat dan fatal tergantung kepada jumlah larva yang ditelan. Gejala awal yang muncul berupa Kaku dan sakit pada otot, Demam disertai dengan oedem pada kelopak mata atas diikuti dengan perdarahan subkonjungtiva, subungual atau perdarahan pada retina, Sakit pad bola mata dan fotofobia. Diare muncul sebelum gejala pada mata muncul.
SIKLUS HIDUP
Distribusi Penyakit
Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dengan insidensi yang bervariasi.
Pasal 3: usaha pemotongan hewan Menurut SK Menteri Pertanian No 555/Kpts/TN 240/9/1986, bahwa RPH adalah unit/sarana pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging sehat Pasal 14 : pengawasan, pelaksanaan pengawasan, pengawasan kesmavet Tersedia rumah potong terhadap babi Terdapat perda tentang pemotongan babi
Pasal 4 : pemeriksaan kesehatan oleh petugas berwenang setelah dipotong 1. Pemeriksaan postmortem pada babi, meliputi : Pemeriksaan diafragma, otot, leher ,lidah 2. Trihinoscopy (menekan otot untuk melihat larva dengan mikroskop) Pasal 5 : Syarat-syarat pelaksanaan pemotongan,dan cara pemeriksaan kesehatan dan pemotongan Keputusan Menteri Pertanian No.295/1989 tentang Pemotongan Babi dan Penanganan Daging Babi serta Hasil Ikutannya
Keputusan Menteri Pertanian No.413/1992 tentang Pemotongan Hewan Potong dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya
Pasal 8. usaha peternakan babi sesuai kesmavet, syarat kesehatan lingkungan dan perkandangan Manajemen pemeliharaan
pembersihan dan pencucian kandang serta menyediakan desinfektan Membersihkan lingkungan sekitar kandang; desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama lainnya; Membakar atau mengubur bangkai babi yang mati karena penyakit hewan menular dibawah pengawasan Dokter Hewan Peternakan setempat; fasilitas desinfeksi untuk petugas dan tamu serta kendaraan di pintu masuk ke peternakan. Kandang ternak babi harus terpisah dengan kandang ternak lainnya. Pemberian pakan tambahan untuk menghilangkan bau kotoran dengan cara pemberian probiotik kedalam pakan babi
Kebersihan kandang
Kandang harus cukup luas, dibersihkan setiap hari dan didisinfeksi secara teratur ( 2 x dalam seminggu) serta memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup. Hindarkan/cegah dan bersihkan makanan yang berceceran di sekitar kandang.
a. Pemelihara ternak babi, perlu melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya dengan menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan atau teregestrasi. b. Kandang-kandang yang ada harus dibersihkan dan didesinfeksi secara berkala. c. Menjaga kebersihan lingkungan sehingga memenuhi syarat higiene yang dapat dipertanggung jawabkan; ternak babi sebaiknya dimandikan 1-2 kali sehari tergantung suhu udara. d. Ternak babi yang menderita penyakit menular atau bangkai babi dan bahan yang berasal dari kandang yang bersangkutan tidak diperbolehkan dibawa keluar melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur sesuai ketentuan yang berlaku;
Menteri
Pertanian
No.
Tentang pencegahan, pembrantasan dan pengobatan penyakit hewan menular, maka terdapat 43 jenis penyikat menular yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a) kelompok A yang terdiri dari 19 jenis penyakit hewan menular zoonosis sangat kontagius, dan sangat merugikan secara ekonomi, sehingga wajib dilaporkan dan menjadi tanggung jawab pemerintah dalam penganggulangannya, b) kelompok B terdiri dari 24 jenis penyakit yang relatif kurang berbahaya sehingga tidak wajib untuk dilaporkan yang apabila terjadi wabah, masyarakat diminta ikut serta menanganinya