Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

Rokok dan narkoba telah lama diketahui menyebabkan gangguan fungsi tubuh dalam jangka waktu tertentu sehingga berdampak buruk terhadap kesehatan. Rokok yang mengandung sekitar 2500 bahan aktif diantaranya menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan vasokonstriksi pembuluh darah. Narkotik dan obat-obat terlarang seperti kokain, heroin, amfetamin dan lain-lain mempengaruhi sistem saraf pusat dan pusat-pusat pengatur tanda vital tubuh. Pada akhirnya hal ini menimbulkan kesakitan dan kematian. Menurut suatu penelitian, Indonesia menempati urutan kelima di dunia dalam konsumsi rokok. Saat ini konsumsi rokok dan narkoba tidak hanya didominasi kaum pria. Wanita pun semakin banyak yang melakukannya. Hal ini dapat terus berlanjut hingga mereka mengandung kelak. Rokok maupun narkoba telah banyak dikaitkan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, keguguran, kelahiran mati, maupun sindroma kematian bayi mendadak (SIDS)1. Apakah yang akan terjadi bila wanita mangkonsumsi narkoba dan merokok selama kehamilan? Bagaimana dampaknya terhadap janin dan kelangsungan kehamilannya? Adakah perbedaan bayi yang lahir dari ibu pengguna narkoba atau perokok dengan bayi yang lahir dari ibu bukan pengguna? Dalam referat ini akan dibahas mengenai zat-zat yang terkandung dalam rokok dan narkoba, dampaknya terhadap janin dan plasenta, jenis-jenis kesakitan pada janin yang ditimbulkan oleh rokok dan narkoba beserta insidensinya

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Obat-obat terlarang dalam kehamilan 2.1.1. Farmakokinetika obat selama kehamilan Pemakaian obat pada kehamilan merupakan salah satu masalah pengobatan yang penting diketahui, mengingat bahwa dalam pemakaian obat selama kehamilan , tidak saja dihadapi berbagai kemungkinan pada ibu, tetapi juga pada janin. Hampir sebagian obat dapat melewati sawar plasenta, beberapa diantaranya dapat berpengaruh buruk, sedangkan lainnya tidak berpengaruh apapun2. .1. Absorpsi Pada awal kehamilan akan terjadi penurunan sekresi asam lambung hingga 30-40 %. Hal ini menyebabkan pH asam lambung sedikit meningkat, sehingga obat-obat yang bersifat asam lemah akan sedikit mengalami penurunan absorpsi. Sebaliknya untuk obat yang bersifat basa lemah absorpsi justru meningkat. Pada fase selanjutnya akan terjadi penurunan motilitas gastrointestinal sehingga absorpsi obat-obat yang sukar larut (misalnya digoksin) akan meningkat, sedang absorpsi obat-obat yang mengalami metabolisme di dinding usus, seperti misalnya klorpromazin akan menurun2. 2. Distribusi Pada keadaan kehamilan, volume plasma dan cairan ekstraselular ibu akan meningkat, dan mencapai 50% pada akhir kehamilan. Sebagai salah satu akibatnya obat-obat yang volume distribusinya kecil, misalnya ampisilin akan ditemukan dalam kadar yang rendah dalam darah, walaupun diberikan dalam dosis lazim. Di samping itu, selama masa akhir kehamilan akan terjadi perubahan kadar protein berupa penurunan kadar protein berupa penururnan albumin serum sampai 20 %. Perubahan ini semakin menyolok pada keadaan pre-eklamsia, di mana kadar albumin turun sampai 34 % dan glikoprotein meningkat hingga 100%. Telah diketahui, obat asam lemah terikat pada albumin, dan obat basa lemah terikat pada alfa-1 glikoprotein. Konsekuensi, fraksi bebas obat0obat yang bersifat asam akan meningkat dan fraksi bebas obat-obat yang bersifat basa akan menurun. Fraksi bebas obat-obat seperti diazepam, fenitoin dan natrium valproat terbutkti meningkat secara bermakna pada akhir kehamilan2. 2

.3. Eliminasi Pada akhir masa kehamilan akan terjadi peningkatan aliran darah ginjal sampai dua kali lipat. Sebagai akibatnya, akan terjadi peningkatan eliminasi obat-obat yang terutama mengalami ekskresi di ginjal. Dengan meningkatnya aktivitas mixed function oxidase, suatu sistem enzim yang paling berperan dalam metabolisme hepatal obat, maka metabolisme obat-obat tertentu yang mengalami oksidasi dengan cara ini (misalnya fenitoin, fenobarbital, dan karbamazepin) juga meningkat, sehingga kadar obat tersebut dalam darah akan menurun lebih cepat, terutama pada trimester kedua dan ketiga. Untuk itu, pada keadaan tertentu mungkin diperlukan menaikkan dosis agar diperoleh efek yang diharapkan2. 2.1.2. Pengaruh obat pada janin Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik maupun letal, tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau biokimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomik pada pertumbuhan organ janin. Sedangkan pengaruh obat bersifat letal bila mengakibatkan kematian janin dalam kandungan2. Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam, sesuai dengan fase-fase berikut, 1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus). 2. Fase embrional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 408 minggu. Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain, Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester pertama kehamilan terbutkti berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa) 3

pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus pengaruh sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ, seperti misalnya fokomelia karena thalidomide2

3. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi anatomik lagi. Tetapi mungkin dapat berupa gangguan pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organorgan. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula dialami janin, meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama masa akhir kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obatan seperti analgetika-narkotik; atau terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin.2 Semua analgetika-narkotika dapat melintasi plasenta dan dari berbagai penelitian pada hewan uji, secara konsisten obat ini menunjukkan adanya akumulasi pada jaringan otak janin. Terdapat bukti meningkatkan kejadian prematuritas, retardasi pertumbuhan intrauteri, gawat janin dan kematian perinatal pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sering mengkonsumsi analgetika-narkotik. Keadaan withdrawal pada bayi-bayi yang baru lahir tersebut biasanya manifes dalam bentuk tremor, iritabilitas, kejang, muntah, diare dan takipnoe. 2,3

2.1.3. Penggunaan obat-obat terlarang dalam kehamilan Wanita hamil harus memperhatikan apapun yang diasup olehnya. Konsumsi obat-obat terlarang berbahaya baik bagi ibu maupun bayi yang dikandungnya. Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan obat-obat terlarang selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi berat lahir rendah, kelahiran prematur, solusio plasenta, kematian fetus bahkan ibu.4 2.1.4. Insidensi Kejadian penyalahgunaan obat dalam kehidupan sosial meningkat secara keseluruhan. Penggunanya berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang. Saat ini penyalahgunaan obatobatan tidak hanya dilakukan oleh kaum pria, tetapi juga oleh kaum wanita, termasuk wanita 4

hamil. Menurut survei yang disponsori NIDA (the National Institute on Drug Abuse) di UK diperkirakan pada tahun 1992 dari 4 juta kehamilan lebih dari 5% wanita hamil memakai obat-obat terlarang. 4

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering 2.1.5. Obat-obat spesifik dan efeknya terhadap ibu dan fetus disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat Berikut ini penjelasan mengenai obat-obat dan zat tertentu yang sering disahgunakan berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang selama kehamilan dan berefek pada fetus. didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca, 1. Kokain yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan. Saat ini kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, juga karena efek Kokain vasokonstriksifnya membantu.

diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali. 5 5

Gbr.2 Kokain

Nama lain untuk Kokain: :Snow, coke, girl, lady dan crack (kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat).5,6,7,8,18 Kokain meningkatkan konsentrasi neurotransmitter di sinaps terminal dengan menghambat reuptake noerpinefrin, dopamin, dan serotonin, dan dengan meningkatkan pelepasan monoamin-monoamin tersebut. Reseptor-reseptor -adrenergik dan -adrenergik di dalam jantung mengalami stimulasi. 5,6,7,8 Efek yang ditimbulkan: Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif. Efek-efek subyektif tersebut dengan segera berubah menjadi putus asa dan euforia dapat timbul kembali dengan penambahan dosis. Euforia merupakan akibat dari aktivitas sistem limbik dan korteks. Kokain bersifat sangat adiktif. Gejala Intoksikasi Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti : agitasi, iritabilitas, gangguan dalam pertimbangan, perilaku seksual yang impulsif dan kemungkinan 6

berbahaya agresif, peningkatan aktifitas psikomoteor menyeluruh dan kemungkinan gejala mania, takikardia, hipertensi, midriasis. Gejala Putus Zat Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintoksikasi (crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi. Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari. Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam (Valium). 5,6,7,8 Indikasi Risiko janin : simpatomimetik :

menyeberangi sawar plasenta dan terjadilah peningkatan kadarnya di dalam aliran darah serebral fetus yang tampaknya berhubungan dengan efek-efek langsung kokain terhadap pembuluh-pembuluh darah otak fetus. menurunkan aliran darah uterus hipoksemia janin, hipertensi dan takikardi kemungkinan terdapat hubungan antara penggunaan kokain oleh ibu dengan kejadian kelahiran prematur (25% lebih tinggi), abortus, premature rupture of the membranes (PROM) dan hipertensi diinduksi kehamilan Penyalahgunaan kokain dalam risiko efek kehamilan berhubungan dengan meningkatnya dan yang solusio plasenta sebagai vasokonstriktif hipertensif ditimbulkannya. Shinoho et al (1995)

menemukan bahwa penggunaan kokain berhubungan dengan risiko ablatio placenta sebesar 4 kali lipat. Keterpaparan kokain in utero menyebabkan retardasi pertumbuhan, gawat janin, gangguan serebrovaskuler (infark hemoragi serebral) dan anomali kongenital (atresia ileal, malformasi genitourinarius, anomali jantung, enterokolitis nekrotikans, defek intestinal, defek pada ekstremitas dan defek pada wajah) Bayi yang terpapar kokain in utero dapat mengalami gangguan perkembangan dan perilaku, gangguan gastrointestinal dan gejala putus obat (withdrawal) dalam masa neonatal, biasanya 48 jam pertama setelah lahir Neonatal Abstinence Syndrome (NAS): sangat peka terhadap suara, sangat iritabel, daya konsentrasi rendah, dan gangguan perilaku lain Penggunaan kokain selama kehamilan dikaitkan dengan kejadian mortalitas perinatal (kematian intrauterin dan neonatal) yang tinggi, peningkatan risiko bayi mati mendadak (SIDS) dan peningkatan hospitalisasi neonatal. 5,6,7,8 Pemberian ASI : Diekskresikan ke dalam ASI, kontraindikasi untuk menyusui Menyebabkan iritabilitas, tremor, kejang-kejang, muntah dan diare pada bayi baru lahir5,6,7,8 2. Golongan opioid Opioid berasal dari kata Opium. Jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotika sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid). 5,6,7,8 Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut dalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis dan senyawa tersebut 8

adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Beberapa jenis opioid antara lain : Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai
Gbr. 4 Candu

aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap. 5,6,7,8

Kodein termasuk garam/turunan dari opium/candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

Gbr. 5 Kodein

Nama

lain

dari

Demerol

adalah

pethidina.

Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

Gbr.6 Pethidine

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir akhir ini . Heroin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia
Gbr. 7 Heroin

bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforiknya yang baik.

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

Gbr.8 Morfin

10

Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid.

Gbr.9 Methadone

Efek yang ditimbulkan: Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis

Gejala Intoksikasi (keracunan): Konstriksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu (atau lebih) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu : Mengantuk atau koma. Bicara cadel. Gangguan atensi atau daya ingat. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis (misalnya euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

Gejala Putus Obat: Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir, biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. 11

Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama. Gejala putus obat dari ketergantungan opioid adalah : Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea, lakrimasi, piloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi, takikardia, disregulasi temperatur, temasuk hipotermia dan hipertermia Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah. 5,6,7,8 Indikasi Risiko janin : analgesik narkotik :

Menyeberangi sawar plasenta Hasil dari sebagian besar penelitian menunjukkan tidak terdapatnya peningkatan kejadian anomali kongenital pada bayi-bayi yang lahir dari ibu yang kecanduan heroin. Pada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 830 bayi yang ibunya menggunakan heroin selama kehamilan, terdapat 2,4% yang menderita anomalianomali kongenital, sebuah presentase yang mirip dengan ibu hamil secara umum. Namun dilaporkan tingginya frekwnsi kematian bayi, gangguan pertumbuhan intrauterin, kematian perinatal, dan komplikasi-komplikasi perinatal lainnya pada bayi dari ibu yang kecanduan narkotika. Balum jelas apakah efek-efek ini merupakan akibat langsung penggunaan heroin dalam kehamilan ataukah merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang buruk. Tumbuh kembang selanjutnya dari sebagian besar bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang kecanduan heroin tampaknya normal, meskipun rata-rata lingkar kepalanya lebih kecil dibandingkan bayi yang tidak terpapar. Beberapa peneliti melaporkan terdapatnya keterlambatan pertumbuhan ringan atau gangguan-ganggauan tingkah laku pada anak-anak yang ibunya kecanduan heroin.Bayi yang lahir dari ibu pecandu berisiko tinggi abortus dalam mingguminggu pertama kehamilan 12

Kecanduan ibu dikaitkan pula dengan gejala putus obat neonatal, meconium staining cairan amnion, peningkatan mortalitas perinatal, dan berat badan lahir rendah Gejala Putus Obat (GPO): gangguan perut dan usus, gangguan pernafasan, gejalagejala fisik seperti menguap, bersin, timbul bintik-bintik di badan. Biasa juga ditemukan tremor, mudah terkejut, tangisan dengan suara tinggi melengking, peningkatan tonus otot, sangat mudah menangis. GPO dapat berlangsung lama, namun biasanya berlangsung selama kurang dari 10 hari. Setelah gejala-gejala putus obat tersebut mereda, bayi sering mengalami kelainan fungsi pernafasan saat tidur, dan mungkin merupakan satu faktor dalam dalam meningkatnya insidens sindroma kematian mendadak (Sudden Infant Death Syndrome) yang tampak pada bayi-bayi yang terpapar heroin. 5,6,7,8

Pemberian ASI kecanduan pada bayi

Diekskresikan ke dalam ASI hingga kadarnya dapat menyebabkan Menyusui dikontraindikasikan 5,6,7,8

3. Psikotropika (Amphetamine, Dextroamphetamine, Metamphetamine, Halusinogen, Sedatif-hipnotik)

Tablet amphetamine sulfate diperkenalkan untuk mengobati narkolepsi, parkinsonisme, pascaensefalitis, depresi, dan letargi. Sampai tahun 1970 amphetamine digunakan secara legal. Indikasi penggunaan amfetamin yang sekarang diajukan adalah Amphetamine tersedia. terbatas pada gangguan

Gbr.10

amphetamin

13

defisit atensi/hiperaktifitas, narkolepsi dan gangguan depresif. Amfetamin juga digunakan untuk mengobati obesitas (kelebihan berat badan/kegemukan), walaupun masih kontroversial.5,6,7 Zat yang berhubungan dengan amfetamin lain adalah ephedrine dan propranolamine. Selain obat-obatan ini amfetamin racikan telah dibuat dan mempunyai efek neurokimia pada sistem serotonergik dan dopaminergik dan efek perilaku yang mencerminkan suatu kombinasi aktifitas obat mirip amfetamin dan mirip halusinogen sehingga beberapa ahli farmakologi mengklasifikasikan amfetamin sebagai halusinogen. Amphetamine tipikal digunakan untuk meningkatkan daya kerja dan untuk menginduksi perasaan euforik. Pelajar yang belajar untuk ujian, pengendara truk jarak jauh, pekerja yang sering dituntut bekerja mengejar deadline, dan atlet. 5,6,7 Amphetamine merupakan zat yang adiktif. Jenis obat-obatan yang tergolong kelompok amphetamine adalah : dextroamphetamine (Dexedrin), methamphetamine dan methylphenidate (Ritalin). Obat tersebut beredar dengan nama jalanan : crack, ecstasy, ice, crystal meth, speed, shabu-shabu. 5,6,7u Indikasi : agen simpatomimetik, stimulansia

Risiko janin: Terjadi peningkatan tekanan darah janin, penurunan pH arterial dan saturasi oksihemoglobin Pada sejumlah hewan coba menimbulkan efek teratogenik (anomali jantung) Dikaitkan dengan anomali jantung pada keterpaparan in utero dalam trimester I Kemungkinan berkaitan dengan mikrosefal, retardasi mental, disfungsi motorik, atresia biliaris bila amfetamin digunakan dalam seluruh masa kehamilan Kecanduan ibu menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kematian intrauterin, gejala putus obat neonatal dan jejas serebral (perdarahan intraventrikuler, nekrosis jaringan otak) 5,6,7

Pemberian ASI

: Diekskresikan ke dalam ASI dengan konsentrasi tinggi 14

Menyusui dikontraindikasikan 5,6,7 Halusinogen disebut sebagai psikodelik atau

psikotomimetik karena disamping menyebabkan halusinasi juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas dan suatu perluasan serta peninggian kesadaran. Pemakaian jangka panjang jarang terjadi. Tidak terdapat adiksi fisik, namun demikian adiksi psikologis dapat terjadi walaupun jarang. Hal ini disebabkan karena pengalaman menggunakan LSD
Gbr.11 LSD

(lysergic acid diethylamide)

berbeda-beda dan karena tidak terdapat euforia seperti yang dibayangkan. 5

Phencyclidien arylcyclohexylamine disalahgunakan. PCP

adalah yang paling

golongan sering dan

dikembangkan

diklasifokasikan sebagai anestetik disosiatif; tetapi penggunaannya sebagai anestetik pada manusia disertai dengan disorientasi, agitasi, delirium dan halusinai yang tidak menyenangkan saat terbangun. Karena alasan tersebut PCP tidak lagi digunakan
Gbr.12 PCP (Phencyclidine)

sebagai anestetik pada manusia. Dibeberapa negara digunakan sebagai anestetik dalam kedokteran hewan. 5

l, dan horse tranquilizer. Nama populer dari PCP adalah : Angel dust, crystal, peace, supergrass (jika dibubuhi pada rokok ganja), hog, rocket fu Indikasi : halusinogen Risiko janin : 15

Ibu pengguna LSD atau PCP perilakunya merusak, yang dapat membahayakan bayinya bila si ibu menyakiti dirinya sendiri Menyebabkan bayi berat lahir rendah, kontrol otot yang lemah, kerusakan otak, dan sindrom putus obat bila digunakan secara berkala mencakup tremor dan iritabilitas. Sedatif adalah obat yang menurunkan ketegangan subyektif dan menginduksi ketenangan mental. Istilah "sedatif" sesungguhnya adalah sama dengan dengan istilah "ansiolitik", yaitu obat yang menurunkan kecemasan. Hipnotik adalah obat yang menginduksi tidur. 5

Gbr.13 Benzodiazepin

Jika sedatif dan ansiolitik diberikan dalam dosis tinggi, obat tersebut dapat menginduksi tidur seperti yang disebabkan oleh hipnotik. Sebaliknya jika hipnotik diberikan dalam dosis rendah , obat dapat menginduksi sedasi pada siang hari seperti yang disebabkan oleh sedatif atau ansiolitik. Di dalam literatur lama, sedatif, ansiolitik dan hipnotik dikelompokkan bersama sama sebagai tranquilizer minor. Indikasi : dedatif-hipnotik Risiko janin ekstremitas. Lorazepam dan Midazolam dapat menyebabkan depresi neonatal dan somnolen pada bayi sebagai gejala withdrawalnya. Lithium yang digunakan untuk gangguan manik depresif dan gangguan afektif lain dilaporkan meningkatkan kejadian dekek jantung yang disebaut anomali Ebsten . Lithium juga Kanabis adalah nama singkat untuk tanaman Cannabis memiliki efek toksik pada janin meliputi diabetes insipidus, sativa. Semua bagian dari tanaman mengandung hipotiriodime, dan hipoglikemi 5,17 kanabioid psikoaktif. Tanaman kanabis biasanya 4. Kanabis dipotong, dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan digulung menjadi rokok (disebut joints) . Bentuk yang paling poten berasal dari tanaman yang berbunga atau dari eksudat resin yang dikeringkan dan berwarna coklat-hitam yang berasal dari daun yang disebut hashish atau hash. 16 :

Benzodiazepin dikaitkan dengan peningkatan resiko cleft palate, malformasi

Gbr.14 Kanabis

Nama yang umum untuk Kanabis adalah, marijuana, grass, pot, weed, tea, Mary Jane. Nama lain untuk menggambarkan tipe Kanabis dalam berbagai kekuatan adalah hemp, chasra, bhang, dagga, dinsemilla, ganja, cimeng.5,6,7,10 Efek yang ditimbulkan: Efek euforia dari kanabis telah dikenali. Efek medis yang potensial adalah sebagai analgesik, antikonvulsan dan hipnotik. Belakangan ini juga telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder yang disebabkan terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan sindroma imunodefisiensi sindrom (AIDS). Kanabis juga digunakan untuk pengobatan glaukoma. Kanabis mempunyai efek aditif dengan efek alkohol, yang seringkali digunakan dalam kombinasi dengan Kanabis. Gejala Intoksikasi Kanabis: Intoksikasi Kanabis seringkali meninggikan kepekaan pemakai terhadap stimuli eksternal, membuat warna-warna tampak lebih terang, perlambatan waktu secara subjektif. Pada dosis tinggi pemakai mungkin juga merasakan depersonalisasi dan derealisasi. Keterampilan motorik terganggu oleh pemakaian Kanabis. Gangguan pada keterampilan motorik tetap ada setelah efek euforia dan persepsi subyektif menghilang. Selama 8 sampai 12 jam setelah menggunakan Kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan keterampilan motorik yang mengganggu kemampuan mengendarai mobil, motor, mesin berat. Gejala lain yang dapat ditimbulkan adalah delirium yang disebabkan karena intoksikasi Kanabis. Ditandai dengan adanya gangguan kognitif, kemampuan unjuk kerja, gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi, koordinasi motorik dan pemusatan perhatian. Dosis 17

tinggi juga mengganggu tingkat kesadaran pemakai. Juga dapat menyebabkan reaksi kecemasan singkat yang dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam keadaan tersebut dapat terjadi panik yang didasarkan karena rasa takut yang tidak jelas dan tidak terorganisir. Pemakai yang tidak pengalaman lebih mudah mengalami gejala kecemasan dari pada pemakai yang berpengalaman. 5,6,7,10 Indikasi : analgesik, antikonvulsan dan hipnotik Risiko janin :

Menghisap ganja selama kehamilan belum dikaitkan dengan peningkatan abnormalitas janin Pada abad ke 19 ganja dilaporkan merangsang aktivitas uterus yang menyebabkan kelahiran prematur (danfortrh) Menghisap ganja meningkatkan kadar karbon monooksida dan karbon dioksida dalam darah, yang menurunkan suplai oksigen terhadap bayi. Menghisap ganja meningkatkan kemungkinan keguguran, berat lahir rendah, kelahiran prematur, keterlambatan perkembangan, dan masalah tingkah laku dan belajar5,6,7,10

2.1.6. Bayi junkie Bayi junkie adalah bayi yang lahir dari ibu yang seorang pecandu aktif. Kebanyakan pecandu wanita yang hamil terus menggunakan tanpa memikirkan dampak obat-obatan itu sendiri untuk bayi atau janinnya.9 Efek penggunaan obat ibu pada otak bayi mungkin adalah dampak paling kritis dan paling banyak diteliti. Penggunaan terus menerus, terutama pada bulan-bulan awal masa kehamilan, sangat mungkin akan mengacaukan sistem syaraf yang rumit dan apapun yang berhubungan dengannya yang memungkinkan otak yang sedang berkembang untuk belajar dan tumbuh matang.9 Neonatal Withdrawal Syndome (kumpulan gejala putus obat pada bayi yang baru lahir) ditemukan di 60% dari seluruh jumlah bayi yang ibunya menggunakan drugs saat hamil. Gejala Putus Obat (GPO) dari heroin, kokain, dan amfetamin biasanya terjadi selama 48 jam pertama 18

setelah lahir. GPO dari Metadon dapat berlangsung sampai 2 minggu setelah kelahiran, tetapi biasanya terjadi selama 96 jam pertama setelah lahir.9 Parah atau tidaknya gejala putus obat yang dialami oleh bayi junkie tergantung pada jenis obat dan frekuensi pemakaian si ibu selama hamil. GPO obat-obatan non-opiat: GPO obat-obatan ini termasuk sulit diteliti, karena tingginya angka polydrug use (pemakaian lebih dari satu jenis obat secara bersamaan).

GPO Marijuana: Gejala-gejala yang muncul mirip dengan GPO opiat, tetapi lebih ringan. Tanda-tanda yang muncul dapat mencakup tremor, hyperacusis, Moro reflex yang mencolok; tetapi gejala-gejala ini jarang sekali memerlukan perawatan GPO narkotik akut: Gejala putus obat ini biasanya mulai 24-48 jam setelah lahir, tergantung dari waktu pemakaian yang terakhir. Tetapi, tanda-tanda mungkin baru muncul di bayi setelah 3-4 hari setelah kelahiran GPO Metadon: Gejala-gejala putus obat mungkin baru muncul saat bayi berusia 3 minggu. GPO Opiat: Tanda-tanda yang muncul mencakup gangguan perut dan usus, gangguan pernafasan, gejala-gejala fisik seperti menguap, bersin, muncul bintikbintik di badan. Biasanya juga ditemukan tremor, mudah terkejut, tangisan dengan suara tinggi melengking, increased muscle tone, dan sangat mudah menangis. Tanda-tanda yang mungkin muncul untuk jangka waktu yang lebih lama mencakup hyperphagia, dorongan oral yang meningkat, keringat, hyperacusis, pola tidur yang tidak teratur, toleransi yang rendah terhadap perubahan lingkungan, dan diare/feses yang cair.9

Semua penggunaan narkoba dapat menyebabkan perubahan sel dan molekul yang mengarah pada perubahan sistem syaraf, transmisi syaraf, dan perubahan formasi otak secara keseluruhan. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan perubahan perilaku dan cara pikir (kognitif).
9

19

Penggunaan polydrug (penggunaan lebih dari satu macam narkoba) oleh ibu akan lebih buruk dampaknya daripada pemakaian satu jenis obat saja. Hal-hal lain yang harus diperhatikan bila bayi akan menjalani tes laboratorium antara lain adalah tes HIV dan Hepatitis, karena kedua virus ini sangat umum diantara para pecandu, terutama para pengguna narkoba suntikan. Karena adanya periode jendela, maka biasanya hasil tes yang akurat baru dapat dilakukan setelah bayi berusia 18 bulan. Tes urine juga mungkin akan membantu untuk menentukan obat yang telah digunakan ibu. Tes urine ini akan menentukan jenis obat yang baru-baru ini digunakan atau yang penggunaannya banyak/parah. Biasanya jangka waktu lamanya drugs akan bertahan di urine setelah pemakaian adalah:

7 hari sampai 1 bulan pada orang dewasa, mungkin lebih lama pada bayi. Kokain: 72-96 jam di bayi. Heroin: 24-48 jam di bayi. Metadon: Sampai 10 hari di bayi9 Pemberian ASI juga harus diperhatikan. Biasanya bayi-bayi ini sulit minum ASI ataupun

susu botol. Terutama bila si Ibu positif mengidap HIV dan/atau Hepatitis, ia tidak boleh menyusui bayinya, karena salah satu cara penularan virus ini adalah melalui pemberian ASI dari Ibu ke bayi. Karena itu sebaiknya ibu menjalani tes HIV dan Hepatitis bahkan kalau bisa sebelum ia melahirkan.9 Bayi-bayi yang sedang dalam gejala putus obat memiliki kebutuhan kalori yang lebih tinggi, karena mereka biasanya kehilangan kalori karena muntah, mengeluarkan air liur berlebihan, dan diare. Jumlah kalori per hari seharusnya adalah 627.6-1046 J/kg/d. Pada bayi-bayi dengan gejala putus obat yang parah, cairan infus mungkin perlu diberikan, dan pemberian makan secara oral dapat ditunda. Bayi-bayi ini juga harus terus dimonitor terutama jantung dan pernafasannya. 9

40% dari bayi dengan gejala putus obat dapat dirawat gejala-gejalanya (tanpa obat). Metode-metode spesifik mencakup: Bayi dibedong dengan longgar, dan digendong serta ditimang-timang dengan lembut, 20

mungkin akan membantu. Lingkungan sebaiknya sepi/sunyi, pencahayaan remang-remang, dan penanganan bayi dengan lembut. Gunakan empeng untuk isapan yang berlebihan. Popok perlu sering diganti. Radang kulit di sekitar popok umum ditemukan di bayibayi yang sedang menderita GPO dari narkotik.

Posisikan bayi untuk mengurangi aspirasi. Beberapa bukti terbaru mengatakan bahwa membaringkan bayi dengan posisi miring di kiri lebih berguna untuk mengurangi gastroesophaegal reflux daripada posisi berbaring ke kanan atau terlentang. Posisi telungkup sama sekali tidak dianjurkan.9 Bayi-bayi opioid cenderung lebih sulit untuk ditenangkan. Peggunaan kokain dan

amfetamin menyebabkan retardasi pertumbuhan, tetapi biasanya bayi-bayi kokain dapat mengejar pertumbuhannya setelah usia 2 tahun. Yang lebih menyedihkan dari dampak-dampak fisik pada bayi-bayi junkie ini adalah aspek mental, emosional, dan spiritual. Bayi-bayi ini lahir dari ibu yang masih aktif memakai drugs, dan bukan tidak mungkin ayahnya juga. Mereka sudah terkena dampak drugs bahkan sebelum mereka dilahirkan. Kecenderungan mereka untuk juga menjadi junkie sangat besar, karena beberapa penelitian juga membuktikan bahwa penyakit adiksi ini juga marupakan penyakit keturunan. Bila orangtua mereka terus menerus menggunakan drugs tanpa merubah cara hidup mereka, kemungkinan mereka mengikuti jejak orangtuanya atau menderita suatu neurosis sangatlah besar, karena bagaimana mereka dapat tumbuh normal bila orangtua mereka sendiri memiliki keadaan fisik, mental, emosional, dan spiritual yang tidak stabil /terganggu?Selain itu kini angka penularan HIV dan Hepatitis semakin meningkat tajam di komunitas pecandu, terutama di kalangan pengguna narkoba suntikan. Bayi-bayi ini sangat rentan terhadap penularan virus-virus ini. Melihat bayi mengalami sakaw sudah mengenaskan, tetapi melihat mereka menderita karena virus yang mereka dapat dari ibunya sungguh menyedihkan.9

2.2. Rokok dalam kehamilan

21

Asap rokok mengandung sejumlah teratogen yang poten, antara lain nikotin, cotinine, cyanide, thiocyanate, carbon monooxide, cadmium, lead, dan berbagai macam hidrokarbon. Selain fetotoksik, kebanyakan substansi ini memiliki efek vasoaktif atau menurunkan kadar oksigen. Rokok melipatgandakan risiko bayi berat lahir rendah, dan meningkatkan risiko bayi kecil untuk masa kehamilan hingga 2,5 kali lipat. Rokok juga menyebabkan peningkatan insidensi subfertilitas, aborsi spontan, plasenta previa dan solusio plasenta, juga kelahiran prematur 17 Nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap). Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya
Gbr.15 Rokok

merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin5,11 adalah sangat kuat

2.2.1. Insidensi Di Amerika Serikat lebih dari 20 % wanita merokok. Menurut WHO, angka yang sama persis juga didapatkan pada negara-negara maju sementara di negara berkembang sekitar 9 %. Banyak dari mereka yang merokok selama hamil. Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena tidak hanya membahayakan kesehatan ibu tetapi juga menyebabkan komplikasi kehamilan dan masalah kesehatan serius pada bayi baru lahir. Menurut data statistik, bila semua wanita hamil berhenti merokok, diperkirakan akan mengurangi stillbirth hingga 11 % dan pengurangan kematian bayi baru lahir hingga 5 %. Saat ini sekitar 11 % wanita di AS merokok saat hamil.11,13 2.2.2. Pengaruh rokok terhadap kehamilan dan bayi Pengaruh langsung rokok adalah akibat nikotin yang terkandung di dalamnya. Nikotin ini menimbulkan kontraksi pembuluh darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusar janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat makanan yang diperlukan oleh 22

janin. Selain itu akibat karbonmonoksida yang terkandung dalam asap rokok akan mengikat hemoglobin dalam darah (seperti diketahui daya ikat CO terhadap hemoglobin jauh lebih besar dari daya ikat O2 terhadap hemoglobin). Akibatnya akan mengurangi kerja hemoglobin yang mestinya mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh. Sehingga rokok akan menganggu distribusi zat makanan serta oksigen ke janin. Ini meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan berat badan kurang, yaitu dibawah 2500 gram. Perlu diingat bahwa setiap isapan rokok akan mengakibatkan penderitaan kepada calon bayi. Berdasarkan penelitian, 1 dari wanita yang merokok lebih dari 20 batang sehari melahirkan bayi dengan berat badan kurang. Juga risiko kelahiran prematur meningkat, yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita bukan perokok. Lebih dari itu risiko keguguran pada usia kehamilan antara minggu ke 28 sampai 1 minggu sebelum persalinan empat kali lebih tinggi dari yang bukan perokok. Belum lagi peningkatan risiko terjadi pendarahan dan sebagainya.16 Dalam suatu penelitian lain yang mncari pengaruh keterpaparan rokok terhadap ibu hamil, disimpulkan bahwa 100% ibu yang terpapar rokok sebagai perokok pasif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok berpeluang melahirkan bayi prematur (43,6%) sehingga disimpulkan terdapat hubungan antara ibu hamil yang terpapar asap rokok dengan kejadian persalinan bayi prematur. Penurunan nafsu makan yang dialami oleh para perokok juga berpengaruh terhadap kurangnya penambahan berat badan ibu hamil dengan akibat berat badan lahir rendah pada bayi yang dikandungnya. 16 Menghentikan kebiasaan merokok sebelum usia kehamilan 16 minggu dapat menurunkan risiko terjadinya efek-efek yang merugikan terhadap janin. Dan wanita-wanita yang berhenti merokok segera pada awal kehamilannya akan mendapatkan bayi dengan berat badan lahir yang normal.16 Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC): Dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok: Wanita yang merokok selama hamil 2x lebih banyak mengalami penundaan konsepsi dan sekitar 30% kemungkinan menjadi infertil Wanita yang merokok selama hamil 2x lebih sering mengalami premature ruptur of membranes (PROM), solusio plasenta, dan plasenta previa selama kehamilan15 Bayi yang lahir dari wanita yang merokok selama kehamilan: Memiliki 30% kemungkinan lebih tinggi lahir prematur 23

Lebih sering lahir dengan berat badan kurang (<2500 gram atau 5,5 pon), yang meningkatkan resiko kesakitan atau kematian Beratnya 200 gram lebih rendah dari bayi-bayi yang lahir dari wanita tidak merokok 1,4-3 kali lebih sering mati karena Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)12,15

Prevalensi merokok selama kehamilan Menurut data Pregnancy Risk Asessement and Monitoring Systems (PRAMS) 2004 dari 26 negara: Sekitar 13% wanita dilaporkan merokok selama 3 bulan terakhir kehamilan Wanita non Hispanik berkulit putih yang muda dan kurang terpelajar, wanita kulit putih, dan wanita Amerika-Indian lebih sering merokok selama kehamilan dibandingkan dengan wanita yang sama yang lebih tua dan terpelajar Dari wanita yang merokok selama 3 bulan terakhir kehamilan, 52% dilaporkan merokok 5 atau kurang batang rokok perhari, 27% merokok 6-10 % batang rokok perhari, dan 21% dilaporkan merokok 11 atau lebih rokok perhari15 2.2.3. Perokok pasif Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban pertokok karena turut menghisap rokok sampingan (disamping asap utama yang dihembuskan balik oleh perokok). Terdapat 2 macam asap rokok yang mengganggu kesehatan: 1. asap utama (mainstream) adalah asap yang dihisap oleh si perokok 2.asap sampingan (sidestream) adalah asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara.11,15 Keterpaparan rokok pada perokok pasif menyebabkan kematian prematur dan penyakit pada anakanak dan orang dewasa yang tidak merokok Antara tahun 1988 2002 kadar cotinine, indikator biologis terhadap keterpaparan asap tembakau, menurun pada sekitar 70% anak-anak dan orang dewasa. Namun pada tahun 2002 sekitar 50% dari seluruh anak-anak dan orang dewasa non perokok masih memiliki kadar kotinin yang terdeteksi pada tubuhnya Wanita hamil yang terpapar asap rokok secara pasif 20% lebih sering melahirkan bayi Anak-anak lebih sering terpapar asam rokok secara pasif daripada orang dewasa berat lahir rendah dari[pada wanita yang tidak terpapar asap rokok secara pasif

24

Selama periode 1999 2002, sekitar 40 juta anak-anak berusaia antara 3-19 tahun, atau Bayi baru lahir yang terpapar asap rokok secara pasif lebih sering mengalami SIDS Anak-anak yang terpapar asap rokok secara pasif mengalami peningkatan risiko

sekitar 50% anak-anak dari kelompok umur ini, terpapar asap rokok secara pasif darri bayi lain yang tidak terpapar bronchitis, pneumonia., infeksi telinga, asma yang lebih berat, gejala-gejala respiratorik, dan pertumbuhan paru-paru yang lebih lambat.11,15

25

Gbr.16

dampak penghentian merokok terhadap ibu dan janin

BAB III KESIMPULAN


26

Angka kejadian penyalahgunaan zat/obat yang dapat menimbulkan ketergantungan dan kecanduan meningkat secara umum, terutama rokok dan narkotik serta obat-obat terlarang, sehingga makin meningkat pula angka kejadian penggunaan zat/obat tersebut di kalangan wanita hamil dan penggunanya yang menjadi hamil Telah diketahui bahwa penyalahgunaan zat/obat tersebut dalam kehamilan dapat menimbulkan kerugian-kerugian berupa komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun janin. Kebanyakan zat/obat tersebut dapat melewati sawar plasenta dan menimbulkan gangguan vaskularisasi dan sistem saraf janin sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan janin dalam perkembangannya baik pada fase implantasi, organogenesis, maupun fetal. Gejala putus obat ternyata dialami pula oleh bayi dari ibu pengguna zat/obat terlarang dan menimbulkan gangguan perkembangan dan perilaku dalam pertumbuhannya kelak. Mengingat bahaya dan komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh zat/obat terlarang terhadap ibu dan bayi, sangat dianjurkan untuk segera menghentikan penggunaanya segera sesudah, selama hamil dan seterusnya.

27

DAFTAR PUSTAKA

1.

Indonesia

termasuk

negara

dengan

konsumsi

rokok

terbesar

di

dunia.

http://grelovejogja.wordpress.com/2007/07/27/indonesia-termasuk-5-negara-dengan-konsumsirokok-terbesar-di-dunia/ 2. Farmakologi dalam kehamilan. /http://farklin.com/images/multirow3f1e0357a87ec.pdf 3. Obat-obatan Yg Digunakan Selama Kehamilan - Forum Nusaku.htm 4. Pregnancy and Illegal Drug Use American Pregnancy Helpline Pregnancy and Illegal Drug Use.htm 5. Sex and drugs. www_anti_or_id Just Say No To Drugs Narkoba, Narkotika, Napza__ Those All Shits!!.htm 6. Drug abuse in pregnant users .freespace.virgin.net/dat.worcs/preg.htm 7. Drug use and pregnancy http://www.acog.org/publications/patient_education/bp104.cfm 8. Heroin and Methadone in pregnancy. - Alcohol, Other Drugs and Pregnancy.htm 9. Bayi Junkie. http://www.yakita.or.id/bayi_junkie1.htm 10. Drug abuse and dependence. HTML document. Drug Abuse Statistics and Help.htm 11. Terry Martin. Smoking during pregnancy. Smoking Statistics Smoking During Pregnancy.htm 12. ADAM Health Care Center. Sudden Infant Death Syndrome. Sudden infant death syndrome.htm 13. Tobacco use and pregnancy. HTML Document. CDC Smoking and Pregnancy.htm

28

Anda mungkin juga menyukai