Anda di halaman 1dari 24

GEOSTRATEGI INDONESIA DENGAN STUDI KASUS IMPOR KACANG KEDELAI TERHADAP KETAHANAN PANGAN NASIONAL Pendidikan Kewarganegaraan

OLEH : Kelompok 7 Kelas B

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2012

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan karuniaNya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun judul dari makalah ini adalah Geosrategi Indonesia Dengan Studi Kasus Impor Kacang Kedelai Terhadap Ketahanan Pangan Nasional. Penulisan makalah ini ditujukan intuk memenuhi salah satu kriteria penilaian dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan semester genap di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Sam Ratulangi Sulut Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Namun, makalah ini mungkin memiliki kekurangan. Karena itu, sangat diperlukannya kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini sehingga menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan yang mungkin ada didalam makalah ini. Manado,Juni 2012

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. Latar Belakang ........................................................................................ 1 Rumusan Masalah .................................................................................. 3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 4 Metode dan Teknik Penulisan................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Geostrategi Indonesia 2.1.1 Pengertian Geostrategi ................................................................ 5 2.1.2. Sifat Geostrategi Indonesia .......................................................... 5 2.1.3. Ketahanan Nasional dan Ketahanan Pangan .............................. 6 2.2. 2.3. Faktor Penurunan Ketahanan Pangan Indonesia ................................... 10 Cara Mengurangi Ketergantungan Terhadap Impor Kedelai Serta Mewujudkan Swasembada Kedelai Nasional ......................................... 14 BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 18 Daftar Pustaka ............................................................................................................. 22

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu negara. Banyak negara dengan sumber ekonomi yang cukup memadai tetapi mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi

penduduknya. Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai pertahanan negara. Dengan adanya

ketergantungan pangan, suatu bangsa akan sulit lepas dari negara lain. Dengan demikian upaya untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi profit ekonomi saja harus disadari sebagai bagian yang mendasar bagi ketahanan nasional yang harus dilindungi. Di Indonesia kedelai merupakan komoditas pangan yang sangat strategis, mengingat kultur konsumsi masyarakat indonesia yang menggunakan kacang kedelai sebagai bahan baku produksi, sehingga usaha untuk memenuhi swasembada tidak hanya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri melainkan juga sebagai pendukung agroindustri nasional dan menghemat devisa yang dikeluarkan dalam rangka ketergantungan terhadap impor kacang kedelai serta mengurangi ketergantungan terhadap impor itu sendiri.

Ketergantungan terhadap bahan pangan dari luar negeri dalam jumlah yang cukup besar, dapat melumpuhkan ketahanan nasional dan mengganggu stabilitas sosial masyarakat, ekonomi serta politik. Ketahanan pangan dan kedaulatan pangan berpengaruh secara langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana di ketahui bahwa pemenuhan kebutuhan nasional terhadap kacang kedelai belum tercapai, dimana jumlah kebutuhan masih relatif besar

dibandingkan kapasitas produksi dalam negeri yang hanya dapat memenuhi sebagian kebutuhan kedelai nasional . Ketahanan pangan merupakan konsep yang dinamis dalam arti dapat digunakan mengukur secara langsung kualitas sumber daya manusia dengan cara mengukur kecukupan pangan dan gizinya. Ketahanan pangan disuatu negara sangat dipengaruhi tidak hanya dari produksi dan sistemnya melainkan juga oleh kondisi sosial dan ekonomi negara tersebut. Konsep ketahanan pangan dapat dilihat dari segi individu dan nasional. Konsep ketahanan pangan di tingkat individu mengacu pada suatu keadaan yang dapat menjamin setiap individu dimanapun, kapanpun untuk memperoleh pangan agar dapat mempertahankan hidup sehat. Sedangkan konsep ketahanan pangan nasional berarti adanya jaminan kecukupan pangan dan gizi di tingkat nasional dari waktu ke waktu. Untuk menjamin ketahanan pangan nasional sampai tingkat individu, ketersediaan pangan dan keterjangkauan aksesnya oleh semua orang merupakan dua syarat penting. Ketidakseimbangan antara ketersediaan akses dapat menyebabkan ancaman ketahanan pangan (food insecurity). Bukti empiris menunjukkan bahwa rapuhnya ketahanan pangan nasional suatu negara dapat memicu timbulnya goncangan ekonomi dan meningkatnya kriminalitas. Ketahanan pangan yang kokoh akan menciptakan suatu keadaan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan. Tanpa adanya ketahanan pangan, maka tidak mungkin tercipta sumber daya berkualitas tinggi yang diperlukan sebagai faktor pendorong penggerak pembangunan. Ketahanan pangan merupakan prasyarat bagi stabilitas sosial politik, sementara stabilitas sosial politik merupakan syarat mutlak bagi adanya pembangunan. Kedelai merupakan komoditas pangan yang terpenting ketiga setelah padi dan jagung yang mempunyai posisi strategis dalam seluruh kebijakan pangan nasional karena perannya yang sangat penting dalam menu pangan penduduk Indonesia. Hal inilah yang melatar belakangi pemilihan judul GEOSTRATEGI INDONESIA DENGAN STUDI KASUS IMPOR KACANG KEDELAI TERHADAP KETAHANAN PANGAN NASIONAL

1.2.

Rumusan Masalah Tingginya tingkat ketergantungan impor kacang kedelai Indonesia dan semakin dominannya kacang kedelai impor di pasaran domestik menimbulkan berbagai permasalahan. Pada tingkat petani, permasalahan timbul antara lain diakibatkan oleh harga kacang kedelai impor yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga kacang kedelai lokal. Akibatnya, dengan biaya produksi yang masih tinggi para petani tidak sanggup menetapkan harga yang sesuai agar dapat bersaing dengan kacang kedelai impor. Banyak diantaranya mengalami kerugian dan akhirnya lebih memilih menanam komoditas lain yang relatif dapat mendatangkan keuntungan. Di tingkat produktifitas pangan nasional, Indonesia rentan menghadapi permasalahan akibat krisis kacang kedelai yang dipicu oleh kelangkaan pasokan dan tingginya harga kacang kedelai dunia. Tingginya permintaan kacang kedelai dunia untuk pangan serta berkurangnya pasokan kacang kedelai dari negaranegara produsen utama. Konsekuensinya adalah semakin besar devisa negara yang harus dibelanjakan untuk membeli kacang kedelai dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional. Dari uraian di atas, penulis dapat mengemukakan Beberapa

permasalahan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan geostrategi dan geostrategi indonesia? 2. Bagaimanakah sifat-sifat geostrategi? 3. Apakah ketahanan nasional dan ketahanan pangan itu? 4. Apakah yang menjadi faktor lemahnya ketahanan pangan, khususnya terhadap kacang kedelai di Indonesia? 5. Bagaimana cara mengurangi ketergantungan terhadap impor kacang kedelai serta mewujudkan swasembada kedelai nasional? 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana ketahanan pangan Indonesia, khususnya komoditas pangan kedelai. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab belum tercapainya swasembada kedelai nasional. 3. Untuk mengetahui bagaimana mencapai swasembada kedelai nasional. 1.4. Metode dan Teknik Penulisan Metode dan teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data tersebut akan dijadikan dasar atau pedoman untuk melihat adanya ketidaksesuaian antara teori dengan kenyataan sebagai penyebab dari permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini. Sumber sumber yang dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari berbagai sumber bacaan. Baik itu buku maupun situs situs yang ada di internet.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Geostrategi Indonesia 2.1.1. Pengertian Geostrategi Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi

lingkungan didalam upaya mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia adalah merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untukmenetukan kebijakan,tujuan dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia. 2.1.2. Sifat Geostrategi Indonesia

Bersifat

daya

tangkal.

Dalam

kedudukannya

sebagai

konsepsi

penangkalan geostrategi Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa dan negara Indoesia. Bersifat developmental/pengembangan yaitu pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan sehingga tercapai kesejaheraan rakyat.

Geostrategi penunjang tugas Pemerintah : - Menegakkan hukum dan ketertiban (Law and Order) - Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (Welfare and Prosperity) - Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (Defense and Prosperity) - Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (Yuridical Justice and Social Justice) - Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (Freedom of the Act) 2.1.3. Ketahanan Nasional dan Ketahanan Pangan Ketahanan Nasional adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar

yang langsung maupun tidak langsung, membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangn nasional. Menurut RM Sunardi dalam Pengantar Teori Ketahanan Nasional, konsepsi analitik tentang Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik satu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional didalam mengatasi dan menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung akan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional. Dalam implementasinya untuk mewujudkan ketahanan nasional telah menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan dalam upaya melindungi eksistensi dan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika dalam wadah NKRI. Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan pancasila, UUD 1945, dan Wawasan nusantara. Dengan kata lain, konsepsi ketahanan nasional Indonesia merupakan sebuah pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bagi bangsa yang mengandung nilai kemampuan mengembangkan serta menghimpun kekuatan nasional dengan melakukansebuah pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa untuk melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam negeri. Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia :

Asas ketahanan nasional Indonesia adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari :

a) Asas kesejahteraan dan keamanan Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan sangat esensial. Dengan demikian, kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam system kehidupan nasional. Tanpa tercapainya sebuah taraf kesejahteraan dan keamanan, system kehidupan nasional, tidak akan dapat berlangsung. Kesejahteraan dan keamanan

merupakannilai intrinsik yang ada pada system kehidupan nasional itu sendiri. Kesejahteraan maupun keamanan harus selalu ada,

berdampingan pada kondisi apa pun. kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan keamanan nasional yang dicapai merupakan tolak ukur ketahanan nasional. b) Asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras pada seluruh aspek kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek

kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh, dan terpadu (komprehensif integral). c) Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar

System kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangs yang saling berinteraksi. Disamping itu, system kehidupan nasional juga berinteraksi dengan lingkungan sekelililngnya. Dalam proses interaksi tersebut dapat timbul berbagai dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke dalam maupun ke luar. Mawas ke dalam Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional itu untuk sendiri berdasarkan kulitas nilai-nilai derajat

kemandirianyang

proporsional

meningkatkan

kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh. Hal ini tidak berarti bahwa Ketahanan Nasional mengandung sikap isolasi atau nasionalisme sempit. Mawas ke luar Mawas ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia

internasional. Kehidupan nasional harus mampu mengembangkan kekuatan nasional untuk memberikan dampak ke luar dalam bentuk daya tangkal dan daya tawar. Interaksi dengan pihak lain diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

d) Asas kekeluargaan Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Asas ini mengakui adanya perbedaan . dan perbedaan tersebut harus dikembangkan secara

serasi dalam hubungan kemitraan agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat saling menghancurkan. Ketahanan pangan nasional merupakan suatu sistem pertahanan ideal yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan terhadap pangan seluruh penduduk Negara , baik dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya serta pemanfaatan bahan pangan secara efektif dan efisien.. 2.2. Faktor Penurunan Ketahanan Pangan Nasional 1. Potret Kebijakan Pertanian Indonesia Sangat disayangkan, Indonesia sebagai negara agraris (sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani) dengan tanah vulkanik yang sangat subur dan sebagai negara maritim dengan laut yang luas dan garis pantai terpanjang di dunia, belum mempunyai tekad seperti ditunjukkan oleh Cina, India, Thailand ataupun Malaysia. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan sumberdaya hayati terbesar di dunia, laut yang begitu luas, cahaya matahari yang berlimpah, tanah vulkanik yang sangat subur, sesungguhnya jika dikelola dengan baik tidak mungkin Indonesia kurang pangan, bahkan sangatlah layak menjadi lumbung pangan dunia. Membangun pertanian merupakan bagian penting dari pembangunan nasional. Pembangunan di sektor ini kenyataannya sangat memprihatinkan.

Sistem yang diciptakan lebih berpihak kepada para konglomerat dan memberikan keuntungan kepada produsen benih, pupuk dan pestisida (perusahaan raksasa negara maju bukan industri Nasional). Sebaliknya, kegiatan ini secara nyata telah memberikan kontribusi terhadap kerusakan alam pengkerdilan sistem dan budaya tradisional yang dikembangkan berdasarkan kearifan masyarakat tani secara turun menurun selama berabad-abad. Pertanian yang seharusnya menjadi sarana

mensejahterakan rakyat, justru menjadi objek segelintir orang untuk mengeruk keuntungan. Kehidupan dan kesejahteraan hidup petani merosot dan selalu bertambah miskin.

Petani kehilangan gairahnya untuk bertani dengan rumitnya prosedur tataniaga, akses permodalan dan sulitnya mendapatkan fasilitas pertanian. Akibatnya, impor pangan tidak dapat dihindarkan. Setiap tahun devisa negara hilang. Pengangguran tidak dapat diserap oleh sektor pertanian karena tidak ada dukungan kebijakan modal atau bank yang berpihak kepada petani untuk dapat membesarkan skala usaha dan pengembangan produksinya. Di sisi lain kebijakan harga dalam satu periode telah membunuh pasar petani dan petani selalu mendapatkan harga pasar produknya yang terus merugi sehingga berdampak nyata menurunnya minat petani untuk bertanam komoditas pangan. 2. Pergeseran Kultur Budaya Pangan Indonesia Bangsa Indonesia terdiri atas segala macam etnis, suku bangsa. Indonesia sangat kaya dengan adat istiadatnya termasuk adat istiadat makan dan cara membuat makanan. Jenis makanan mulai dari Sabang hingga Marauke

sangatlah beragam. Setiap daerah mempunyai keunikan resep memasaknya sehingga jenis masakan dari daerah ke daerah di seluruh nusantara ini sangat bervariasi. Jika kita berkeinginan agar kearifan masyarakat lokal tentang makanan khas dan asli Indonesia dengan segala jenis resep dan tata cara mengolah, memasak termasuk cara menyajikannya tidak terlindas lebih jauh

oleh makanan asing, bangsa ini masih harus bekerja keras. Salah satu upaya adalah dengan cara mengawinkan budaya dan kearifan leluhur bangsa ini dengan ilmu pengetahuan modern.

Dengan

melakukan

cara

ini,

tidak

mustahil

bangsa

ini

dapat

mengembangkan sebuah inovasi untuk mengantarkan berbagai jenis makanan asli Indonesia menjadi makanan yang dibanggakan oleh bangsanya sendiri dan tidak terus menerus terpinggirkan seperti saat ini tengah terjadi. Tidaklah mustahil, melalui kerja keras dan saling percaya, bangsa ini dapat menyodorkan berbagai jenis pangan yang mampu bersaing dengan produk impor. Melalui inovasi dan sentuhan teknologi, berbagai jenis makanan lokal dapat

dikembangkan menjadi berbagai jenis makanan generasi kedua, ketiga dan seterusnya. Pada saat ini, bangsa Indonesia sedang mengalami krisis kultural di bidang pangan. Kita cenderung lebih menghargai jenis makanan asing. Membeli dan mengkonsumsi makanan asing sekalipun belum tentu gizinya baik sudah merasakan lebih bergengsi dibandingkan mengkonsumsi makanan lokal. Sebagai akibat dari krisis ini, tercatat ada dua kelompok besar masyarakat Indonesia. Kelompok pertama adalah kelompok kekurangan gizi dan kelompok yang kedua adalah kelompok kelebihan gizi. Sementara itu kelompok dengan gizi seimbang adalah kelompok minoritas. Jika hal ini dibiarkan, maka tidak mustahil, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah, bangsa yang tidak produktif. Indikasi ini sudah dijelaskan oleh FAO bahwa kualitas sumber daya manusia balita Indonesia tercatat paling rendah di ASEAN. 3. Pengalihan Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan industri berdampak secara langsung mengurangi kapasitas produksi komoditas pangan khususnya kedelai. Dengan berkurangnya kapasitas produksi yang berbanding terbalik dengan kapasitas kosumsi kedelai yang semakin meningkat, mengingat kultur atau pola konsumsi pangan masyarakat indonesia yang masih menempatkan kedelai salah satu bahan pangan utama. Hal ini tentunya mempengaruhi tungkat

impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional yang belum dapat dipenuhi oleh produsen lokal.

4. Pembenihan Pangan yang Kurang Dikembangkan Sentra perbenihan pangan kurang di kembangkan sebagai industri benih Nasional yang utama dan berkelanjutan. Para produsen benih baik swasta maupun petani penangkar kuang mampu menghasilkan benih yang unggul dan berdaya hasil tinggi dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu perlu perhatian yang serius terhadap jaminan ketersediaan benih, pemberian insentif produsen benih, teknologi produksi, keterjaminan akan konsumsi benih dan tata

perbenihan komoditi pangan yang bermutu (pengadaan, persebaran dan ketersediaan, dll.) merupakan titik awal untuk memulai bangkit Pangan. 5. Lemahnya Permodalan Petani lemahnya permodalan petani untuk menanam dalam lahan yang lebih luas. Kredit yang dapat menjamin usaha di sektor ini tidak ada. Kalaupun ada hanya sebatas diwacanakan. Lemahnya modal untuk membiayai usaha tani

kedelai berdampak langsung pada rendahnya produktivitas dimana ketiadaan modal petani tidak melakukan budidaya dengan tepat seperti tidak dipupuk (tidak mampu beli benih unggul, pupuk dan pestisida), tidak diurus atau diberi air irigasi, tidak mampu menahan saat harga turun (stok gudang), bahkan petani terbelit sistem penjualan ijon (tanaman dijual atau digadai sebelum panen) dengan harga murah.

2.3.

Cara

Mengurangi

Ketergantungan

Terhadap

Impor

Kedelai

Serta

Mewujudkan Swasembada Kedelai Nasional Pembangunan pertanian Pangan harus dipandang dari sisi strategis dan politis yang menjadi bagian mendasar dari ketahanan dan kemandirian pangan nasional sebagai bagian dari Ketahanan Nasional dan jangan hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja. Belajar dari sukses negara-negara yang swasembada pangan yang pada umumnya memprioritaskan kebijakan perluasan lahan pertanian dan penerapan teknologi serta insentif sektor pertanian, maka

dengan paradigma baru program transmigrasi yang salah prioritasnya adalah mendukung revitalisasi ketahanan pangan, dengan pembukaan lahan pertanian baru (ekstensifikasi), penempatan tenaga kerja pertanian (lapangan kerja) dan penerapan teknologi pertanian (intensifikasi) sangatlah tepat. Melihat kondisi saat ini dan kecenderungan produksi pangan yang semakin menggantungkan diri kepada impor, maka yang perlu ditekankan adalah: perluasan areal pertanian pangan dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya pendukung lokalnya, kebijakan tataniaga kedelai dan pembatasan impor kedelai, pemberian kredit produksi dan subsidi bagi petani Kedelai, pemacuan kawasan sentra produksi dan fasilitas pasca panen serta ketersediaan stok pangan sampai tingkat terkecil. Untuk mewujudkan usaha ini, setiap daerah di Indonesia yang memungkinkan harus turut mendukung dan memfasilitasi pembukaan lahan pertanian melalui transmigrasi dengan kemudahan kebijakan di daerah. Untuk itu pemacuan peningkatan produksi pangan nasional harus ditunjang dengan kesiapan dana, penyediaan lahan, teknologi, masyarakat (petani) dan infrastrukturnya yang dijadikan sebagai kebijakan ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Kebijakan Makro Tata Niaga Pangan Nasional Fasilitasi kebijakan yang memberikan kemudahan patani pangan

untuk mendapatkan subsidi teknologi, mekanisasi dan fasilitas penunjang budidaya (seperti infrastruktur untuk pertanian seperti irigasi, transportasi, dan kredit produksi), perlindungan pasar serta kebijakan impor terbatas diperlukan untuk kembali menggairahkan pertanian pangan. Dalam hal ini perlu adanya rencana dan program yang jelas dan sistematis serta komitmen terhadapnya yang mengikat pihak-pihak yang berwenang khususnya dari pemerintah melalui Departemen Pertanian dan departemen terkait dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional yang tangguh sebagai keputusan nasional (presiden) yang didukung oleh pemerintah daerah sebagai pelaksana di lapangan.

Hadirnya

kelembagaan

seperti

Assosiasi

pengembang

dan

kelembagaan pertanian lain seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan lain-lain yang turut serta memperjuangkan dan mengawal program kedelai memegang peranan yang penting. Kebijakan tataniaga khususnya penerapan tarif bea masuk, pembatasan kuota impor, kebijakan harga panen di tingkat petani melalui mekanisme penyerapan program dan insentif harga panen di

konsumen dalam negeri perlu di atur sedemikian rupa untuk melindungi petani. Pencanangan Target Produksi Nasional Menuju Swasembada Menempatkan pangan sebagai bagian menempatkan kepentingan rakyat, bangsa dan negara serta rasa nasionalisme untuk melindungi, mencintai dan memperbaiki produksi pangan lokal harus terus dikembangkan menuju arah kemajuan. Pertanian pangan hendaknya jangan dipandang sebagai lahan untuk menyerap tenaga kerja atau petani dikondisikan untuk terus memberikan subsidia atau penopang bagi pertumbuhan ekonomi sektor lain. Seperti dengan kenyataan nilai jual hasil panen harus rendah dan biaya sarana produksi untuk tanam terus melambung. Tetapi seharusnya petani pangan juga mendapatkan beberapa prioritas perlindungan oleh pemerintah melalui harga jual yang layak dan mendapat subsidi produksi karena petani membawa kepercayaan dari

masyarakat dan negara bagi ketahanan pangan, serta petani perlu mendapatkan kesejahteraan yang layak. Dalam hal ini adalah wajar jika pemerintah berpihak kepada petani dan pelaku produksi pertanian pangan karena merupakan golongan terbesar dari masyarakat Indonesia, penyerap 45% lapangan kerja di Indonesia. Impor yang sangat menonjol sebagai solusi termudah untuk mengatasi kekurangan produksi pangan, justru membuat petani semakin terpuruk dalam produksi pangan dan tidak berdaya atas sistem pembangunan ketahanan pangan yang tidak tegas. Akibat kelebihan cadangan pangan dari impor seringkali memaksa harga jual hasil panen petani menjadi rendah tidak sebanding dengan biaya produksinya sehingga petani terus menanggung

kerugian. Oleh karena itu dalam kurun waktu satu dasa warsa ke depan Indonesia harus mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakatnya. Hanya dengan regulasi dan kebijakan yang tegas dan berani dari pemerintah dalam mengatur dorongan budidaya dan tataniaga kedelai, Indonesia dapat kecukupan pangan dan tidak perlu lagi Impor mengingat teknologi produktivitas yang tepat telah ada, ketersediaan lahan pengembangan dan pasar di dalam negeri berpotensi mendukung.

BAB III PENUTUP ketergantungan indonesia pada impor kedelai, yang meningkat baik volume mampu nilainya sangat membahayakan terhadap ketahanan pangan nasional. adanya kebijakan impor kedelai yang sebenarnya dapat diproduksi petani dalam negeri, membuat turunnya semangat petani untuk meningkatkan produksi. dalam hal ini pemerintah harus memiliki keberanian dan mampu memberikan perlindungan harga kepada petani, sehingga petani akan terdorong untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. peningkatan produksi kedelai dalam negeri menjadi amat penting guna memperkuat ketahanan pangan. terus menurunnya produksi kedelai dalam negeri dengan konsekuensi mengimpor kedelai dalam jumlah yang sangat besar telah mengancam ketahanan pangan nasional. diperlukan perluasan areal pertanian yang disertai peningkatan produktivitas, stabilitas hasil, pengurangan kehilangan hasil panen dan pasca panen. upaya lain yang perlu mendapat prioritas adalah perbaikan infrastruktur (fisik dan kelembagaan) dan mengefektifkan kerja penyuluahn yang dikaitkan dengan penelitian serta melibatkan pihak swasta untuk menjalin kemitraan dengan petani atau kelompok tani yang didukung kebijakan makro yang kondusif. langkah konkrit yang sangat penting dilakukan adalah penekanan terhadap tingkat

pertumbuhan penduduk dengan menggencarkan kembali program keluarga berencana. terjadinya lonjakan harga kedelai akhir-akhir ini memunculkan peluang untuk dihidupakannya kembali sebuah sistem tata niagayang ideal dan dikembalikannya fungsi bulog seperti masa lalu. pemulihan peran bulog tersebut hendaknya disertai dengan transparansi dan mekanisme kontrol yang ketat terhadap bulog. pemberian izin impor kepada swasta (importir umum) perlu dikaji ulang. impor kedelai hanya dilakukan pemerintah saja lewat bulog. denga kata lain dalam persoalan kedelai yang sangat strategis ini pemerintah harus melakukan pengendalaian agar masyarakat tidak menjadi objek mencari keuntungan. ditinjau dari semangat untuk membangun perekonomian Indonesia dengan kekuatan sendiri, terutama untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri, hal ini sangat

sejalan dengan catatan historis keberadaan dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia bukan semata-mata sebagai komoditas bernilai ekonomi juga sekaligus mengandung nilai sosial., psikologis, dan politik. dalam hal ini Indonesia tidak perlu memperluas dan memperdalam liberalisasi perdagangan pangan dunia, terutama untuk melindungi petani dari persaingan yang tidak adil dalam perdagangan kedelai dunia.

Berikut ini adalah Ancaman, Tantangan, Hambatan, serta Gangguan terhadap ketahanan pangan nasional. Ancaman Liberalisasi perdagangan pangan dunia yang dapat menyebabkan harga jual hasil panen petani menjadi rendah, maka tidak sebanding dengan biaya produksinya sehingga petani terus menanggung kerugian. Hal ini tentunya akan menimbulkan sebuah kondisi dimana komoditas lokal semakin terpuruk, sebagai akibat liberalisasi perdagangan pangan, dalam hal ini impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang berbanding terbalik dengan jumlah produksi dalam negeri. Tantangan Peran serta pemerintah dalam membatasi regulasi serta

menerapkan kuota terhadap impor kacang kedelai. Dan memberikan kemudahan petani pangan untuk mendapatkan subsidi teknologi,

mekanisasi dan fasilitas penunjang budidaya (seperti infrastruktur untuk pertanian seperti irigasi, transportasi, dan kredit produksi), perlindungan pasar serta kebijakan terhadap impor terbatas diperlukan untuk kembali meningkatkan pertanian pangan. Dalam hal ini perlu adanya sebuah

rencana dan program yang jelas, sistematis dan juga menyeluruh serta komitmen terhadapnya yang mengikat pihak berwenang yang terkait khususnya dari pemerintah melalui Departemen Pertanian dan

departemen-departemen terkait dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan nasional yang tangguh sebagai keputusan nasional yang didukung oleh pemerintah daerah sebagai pelaksana di lapangan. Hambatan

Pembenihan pangan kurang di kembangkan sebagai industri benih Nasional yang utama dan berkelanjutan. Para produsen benih baik swasta maupun petani penangkar kurang mampu menghasilkan benih yang unggul dan berdaya hasil tinggi dalam jumlah yang cukup. Serta lemahnya permodalan petani untuk menanam dalam lahan yang lebih luas. Gangguan Semakin gencarnya invasi produk-produk pangan dari luar negeri yang menyebabkan pergeseran kultur budaya pangan Indonesia yang lebih menghargai jenis makanan asing. Membeli dan mengkonsumsi makanan asing sekalipun belum tentu gizinya baik sudah merasakan lebih bergengsi dibandingkan mengkonsumsi makanan lokal. Sebagai akibat dari krisis ini, tercatat ada dua kelompok besar masyarakat Indonesia. Kelompok pertama adalah kelompok kekurangan gizi dan kelompok yang kedua adalah kelompok kelebihan gizi. Sementara itu kelompok dengan gizi seimbang adalah kelompok minoritas. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, maka tidak mustahil, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lemah, bangsa yang tidak produktif. Indikasi ini sudah dijelaskan oleh FAO bahwa kualitas sumber daya manusia balita Indonesia tercatat paling rendah di ASEAN.

Daftar Pustaka

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/03/02/pemerintah-impor-1-juta-ton-kedelai http://www.kabarbisnis.com/aneka-bisnis/perdagangan/289769 Pemerintah_Impor_kedelai_1_juta_ton_.html Irawatie,aniek.2010.Handout dan Evaluasi.Pendidikan kewarganegaraan.jakarta. Sumarmo.s,dkk.2008.PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN.Gramedia.Jakarta.

Pemerintah Impor 1 Juta Ton Kedelai JAKARTA (Pos Kota) -Tingginya tingkat konsumsi rakyat Indonesia terhadap kedelai seperti untuk pembuatan tahu dan tempe membuat produksi dalam negeri tidak mencukupi. Karenanya, pemerintah pada 2010 berencana mengimpor sekitar satu juta ton kedelai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sampai saat ini petani kita baru mampu memproduksi kedelai sekitar 1 juta ton. Padahal kebutuhan rata-rata per tahun sekitar 2 juta ton, kata Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Soetarto Alimoeso, kemarin. Diakui untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang cukup besar pemerintah tidak bisa menghindari impor kedelai. Hal ini diperlukan agar keseimbangan harga tetap terjaga dan kebutuhan rakyat tetap terpenuhi. Impor juga tidak akan dilakukan secara berlebihan sehingga harga kedelai dalam negeri tidak jatuh. Dengan cara ini diharapkan stabilitas harga terjaga dan petani tetap bergairah menanam komoditas ini. Negara yang menjadi asal impor kedelai selama ini antara lain China dan Amerika Serikat. Namun jumlah terbanyak tetap berasal dari Amerika Serikat. Ke depan pemerintah akan terus mendorong petani agar lebih tertarik menanam kedelai. Dengan cara ini diharapkan Indonesia tidak akan lagi tergantung dari kedelai impor. (faisal/B) http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/03/02/pemerintah-impor-1-juta-ton-kedelai

Anda mungkin juga menyukai