Anda di halaman 1dari 13

Persepsi tentang Pembelajaran Bahasa Arab Intensif Oleh : Muhammad Zeen, S.Ag, MA I.

Pendahuluan Banyak para siswa yang menganggap bahwa bahwa bahwa bahasa arab itu adalah pelajaran yang sulit, namun ada yang menilai malah sebaliknya semuanya tegantung daripada minat seseorang itu terhadap pembelajaran yang sedang ditekuninya. Namun semuanya tidak seharusnya menjadi penghalang jika sang guru mampu memotivasi siswa agar beruapaya untuk mencari solusi bagaimana ia dapat belajar dan memahami ilmu yang ada pada pembelajaran bahasa arab dalam hal harus pula dilakukan secara intensif agar para siswa dapat belajar bahasa arab dengan baik Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana persepsi tentang pembelajaran bahasa arab intensif II. Pembahasan A. Pengertian Persepsi Persepsi memiliki banyak pengertian yang dikemukakan para ahli, namun walaupun demikian tidak terdapat perbedaan yang kontras dari pengertian-pengertian tersebut. Thoha (1999:123) memandang bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penciuman, maupun perasaan. Lebih lanjut Krech (dalam Thoha, :1999)
1

The cognitive map of the individual is not then, photographic, representation of physical world; it is, rather, a partial, personal construction in which certain objects. Selected out by the individual for major role, are perceived in an individual manner. Every perceiver is, as it were, to some degrees a nonrepresentational artist, painting a picture of the world that expresses his individual view of reality. Adapun maksud dari pernyataan di atas bahwa peta kognitif individu itu bukanlah penyajian fotografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai obyek tertentu, diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaannya. Setiap pemahaman (perceivers) adalah pada tingkat tertentu bukanlah seniman yang representatif, karena lukisan gambar tentang gambar tentang kenyataan itu hanya menyatakan pandangan realitas individunya. Secara ringkas pendapar Krech tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar yang unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari apa yang ada sebenarnya. Sedangkan leavit (1986) memberikan pengertian persepsi sebagai pandangan atau pengertian yakni bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Di mana persepsi seseorang ditentukan oleh relevansinya

dengan kebutuhan, artinya seseorang akan mempunyai persepsi yang positif tentang sesuatu apabila hal itu sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Berdasarkan defenisi di atas, maka proses kognitif yang dialami oleh seseorang bisa saja berbeda karena berbedanya kebutuhan dan keinginan masing-masing individu. Begitu juga yang terjadi dalam lingkungan pendidikan, seorang pebelajar misalnya akan memberikan tanggapan yang berbeda-beda tentang pembelajaran bahasa Arab intensif, namun untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan sekali persepsi yang positif dari orang-orang yang mengikuti pembelajaran itu. Sarwono (1995) mengatakan persepsi adalah merupakan hasil perpaduan penginderaan manusia (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan perasaan) yang dikoordinasikan ke otak manusia sehingga manusia tersebut dapat menilai suatu objek. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Carterette dan Friedman yang dimuat dalam media internet dinyatakan bahwa persepsi merupakan segala proses yang berhubungan dengan

pengenalan, perubahan, atau transformasi dan cara mengorganisasikan sebuah informasi yang ditangkap atau diperoleh melalui pancaindera. Di dalamnya termasuk yang berhubungan dengan kemampuan fungsi-fungsi kognitif (cognitiv function) misalnya pemikiran (reasoning), pembentukan konsep (concept formation), penyelesaian masalah, daya ingat (memory) dan semua yang berhubungan dengan gerakan pancaindera.

Sejalan dengan pendapat tersebut Schermerhorn (1985:14) menyatakan persepsi sebagai proses dan seseorang dalam informasi menyeleksi, dalam menerima,

mengorganisasikan

menafsirkan

lingkungannya.

Selanjutnya Forgus (1976) mendefenisikan persepsi sebagai proses kognitif untuk menyerap informasi dari lingkungan. Senada dengan itu Duncan (1981) yang dikutip oleh Rosdiana merumuskan persepsi sebagai suatu perbuatan yang lebih dari sekedar mendengar, melihat dan merasakan sesuatu. Dengan persepsi orang akan mengindera sesuatu yang ada di sekitarnyadan ia akan memberi arti atau makna terhadap penginderaannya itu, makna ini akan berbeda bagi setiap orang dan akan membentuk sikap yang berbeda pula yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman pribadi seseorang. Slameto (1995:102) menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Sedangkan Kotler (1997:169) menyatakan persepsi adalah suatu proses di mana dengan proses itu orang-orang memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi untuk membentuk gambaran dunia yang penuh arti. Selain itu, Rahmat (1985) mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atu hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dari berbagai pengertian persepsi di atas, menurut penulis yang dimaksud dengan persepsi adalah tanggapan, pandangan, pendapat, penilaian atau reaksi seseorang terhadap objek yang menjadi perhatiannya. Persepsi
4

bukanlah sekedar penginderaan terhadap suatu objek, tetapi lebih luas dan kompleks dari yang dibayangkan. Dengan persepsi inilah seseorang dapat memberikan arti dan menafsirkan objek serta peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Adapun objek yang dimaksud dalam konteks ini adalah pembelajaran bahasa Arab intensif. B. Konsep Pembelajaran Johnson dalam Atwi Suparman (1997: 138) mengatakan bahwa pembelajaran sebagai interaksi antara pengajar dengan pelajar yang direncanakan sebelumnya dalam rangka untuk menumbuh kembangkan pengetahuan,keterampilan dan pengalaman belajar kepada peserta didik. Popham dan Baker(1970:48dalam atwi suparman) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah di rencanakan. Adapun Hamalik(1995) merinci makna pembelajaran sebagai suatu kombinasi tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Disamping itu Romiszowsky(1981) dan Kemp(1982 ) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses mengajar yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang direncanakan terlebih dahulu. Dari beberapa defenisi pembelaran yang telah dikemukakan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran adalah merupakan proses belajar mengajar yang interaktif antara pebelajar dengan guru dalam rangka
5

melakukan usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran ini seorang guru dituntut untuk mampu memotivasi dan menumbuhkan minat pebelajar, menyampaikan materi pelajaran dengan baik, mengelola kelas, menggunakan media dan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para pebelajar juga dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran dengan seksama dan motivasi yang tinggi, tanpa ada keseriusan siswa dalam belajar, maka mustahil tujuan pembelajaran akan dapat dicapai, karena sebagaiman sudah kita utarakan di atas, bahwa pembelajaran itu merupakan proses interaksi antara guru dan pebelajar. C. Komponen-komponen Pembelajaran Pembelajaran itu adalah merupakan sebuah sistem yang tidak berdiri sendiri. Suryosubroto (1982) mengatakan bahwa komponen pembelajaran itu terdiri dari lima bagian : 1) Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai mempengaruhi kurikulum dan isi pendidikan yang diberikan. 2). Pendidik, bertugas sebagai medium agar anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 3). Anak didik, merupakan suatu sebagai sasaran dari kegiatan pendidikan. 4). Sarana Pendidikan, segala sesuatu yang dapat dipergunakan pendidik dalam usahanya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
6

5). Lingkungan, kegiatan berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruangan maupun waktu. Disamping itu Djamarah (2000) juga mengemukakan bahwa komponen pembelajaran meliputi 1). Tujuan 2) Bahan Pelajaran .30 Kegiatan belajar mengajar. 4). Metode. 5). Alat 6). Evaluasi. Berikut ini penulis akan menjelaskan komponen-komponen tersebut : 1). Tujuan pembelajaran Dalam sebuah Proses pembelajaran perlu dirumuskan apa tujuan yang sebenarnya hendak dicapai. Dengan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas, baik guru maupun pebelajar dapat mem,peroleh yang jelas pula mengenai pemilihan bahan pelajaran. Secara garis besar Sudjana (1989), menyatakan bahwa tujuan merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran seorang guru harus menguasai taksonomi tujuan itu sendiri agar memudahkan dalam perancangannya (Muhammad Uzer Usman 1992:29). Juga harus mampu mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan itu berlangsung tidak siasia. (E. Mulyasa , 2003:130) 2). Materi Pembelajaran Menurut Paulina (1997), materi atau bahan ajar dalam suatu proses pembelajaran adalah bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis yang
7

digunakan

dalam belajar untuk mendapatkan pengetahuan. Sedangkan

menurut Sudjana (2002) bahan ajar adalah merupakan isi mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan. 3). Pengajar Menurut Sardiman (2000), pada prinsifnya guru sebagai pengajar memiliki tugas sebagai fasilitator yang menjadikan pebelajar sebagai subyek pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan bagi kegiatan belajar siswa. Sementara itu menurut Haydon (1997) , seorang guru perlu

memiliki keseimbangan keterampilan teknis mengelola keterampilan pembelajaran dan prilaku kepribadian yang bermoral, karena guru berperan sebagai sumber, panutan dan contoh moral, baik di lingkungan siswa maupun ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian seorang guru harus mampu menempatkan diri baik dalam pergaulan maupun dalam proses belajar mengajar, agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien. 4). Siswa Menurut Beane (1990) pembelajaran berkaitan dengan

perkembangan siswa yang mencakup pengetahuan, keterampilan, prilaku dan sikap yang dihubungkan dengan kepentingan pribadi, hubungan sosial
8

dan interaksi keduanya. Untuk dapat menumbuhkembangkan pengetahuan dan keterampilan pebelajar seorang guru harus menggunakan berbagai strategi mengajar dengan meransang seluruh alat indra belajar pebelajar serta memperhatikan gaya belajarnya. 5). Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan suatu elemen pendukung lainnya yang juga sangat memegang peranan penting dalam suatu proses

pembelajaran. Gagne (dalam Sadiman 1996) media adalah berbagai jenis alat pembelajarang dapat meransang pebelajar untuk belajar. 6). Metode pembelajaran Menurut Hamalik(1995) Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan. Dalam memilih metode Sudjana(2000) mengatakan sangat tergantung pada tujuan dan isi pelajaran serta stuasi kegitan belajar mengajar, oleh sebab itu alangkah lebih baiknya kalau guru dalam mengajar menggunakan metode yang bervariasi. 7). Media pembelajaran Gagne (dalam Sadiman,1996), mengatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat meransangnya untuk belajar. Disamping itu Dradjat (1995). Mengemukakan lebih rinci bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran adalah alat-alat audio-visual

seperti papan tulis, benda asli, benda tiruan, televisi, karikatur, lukisan dan lain sebagainya. Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui media pembelajaran itu sangat beragam. Adapun tujuan penggunaan media adalah untuk membantu siswa untuk menyerap dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 8). Evaluasi Evaluasi adalah merupakan kegiatan penutup dari sebuah program pembelajaran. Adapun fungsi evaluasi ini adalah untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan pebelajar dalam sebuah program pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam melaksanakan evaluasi ini dibutuh kan keahlian dari seorang evaluator dalam merancang sebuah instrumen yang baik. Adapun ciri-ciri alat evaluasi yang baik itu adalah sebagai berikut: a). Valid yaitu mampu mengukur apa yang semestinya diukur. b). Reliable yaitu memiliki konsistensi terhadap hasil pengukuran. c). Praktis yaitu Mudah digunakan dan dilakukan oleh siapa saja. d) Ekonomis yaitu pembuatannya tidak membutuhkan biaya yang besar.

10

DAFTAR PUSTAKA Amidjaya, D. Tisna. Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan dan Penilaian dalam Sistem SKS. Jakarta: Dirjend Dikti Depdikbud Beem, JA. (1990), Affect in The Curriculum: Toward Democracy, Dignity and Diversity. New York: Teacher College, Columbia University Cochran, WB. (1977) Sampling Tehniques Willy and Sons Inc. Cronbach, L. E (1982). Educational Psychology. New York: American Book Company Crow Lester and Alice Crow (1958). Educational Psychology. New York: American Book Djamarah, (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta -----------, (1984). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional Drajat, Zakiah, (1995). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara Duncan, J.W (1981). Organizational Behavior 2 nd, Ed Boston: Houhton Mifflin Co Forgus, R.H (1984). Perception. New York: Mc Graw-Hill Gagne, R.M, Brigg Leslie (1987). Principles instructional design. New York: Holt Rinehart and Winston Hamalik, Oemar (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Nasrun Harahap, dkk. (1979). Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan Bintang Haydon, Graham (1997). Teaching about values: a new approach. London: Cassel Studies in Pastoral Care and Personal and social education Hilgard, E. (1962). Introduction to psychology. New York: Harcourt Brace and Wordl inc. Hurlock, E.B (1996). Perkembangan Anak. Terj. Meitasari Tjendrasa, Judul Asli Child Development. Jakarta: Erlangga Kemp, J.E (1994). Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB Kotler, P dan Amstrony,G (1997). Prinsip-prinsip Pemasaran 3 rd ed. Jakarta: Erlangga Leavit, H (1986). Psikologi Manajemen, Sebuah Pengantar bagi Individual dan Kelompok dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga

11

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Paulina dan Purwanto (1997). Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjed Dikti Depdikbud Rahmat, Jalaluddin (1985). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Karya Romiozowski, A. J (1981). Designing Intructional System. London: Kogan Page Sadiman, Arief, S. dkk. (1996). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Sardiman, Am.(1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Sarwono, Sarlito, W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo Schemerhon, John. R. (1985). Managing Organizational Behavior. New York: John Willey and Sons Skinner, Carles. E. (1974). Educational Psychology. New Delhi: Frenthical Slameto. (1988). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara ----------. (1990). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bandung: Rosdakarya Snelbecker, Glenn E. (1974). Learning Theory: Instructional theory and psychoeducational design. New York: Ang-Hill inc. Sudjana, Nana. (2000). Dasar Proses Belajar Mengajar Masyarakat. Bandung: Sinar Baru Algesindo Suryo Subroto, B. (1982) Beberapa Aspek Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Thoha, Raiftah. (1999). Prilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada Thornburg, H. D. (1988). Introductional to educational psychology. New York: West Publishing Company Traver, R. MW. (1967). Essensial of Learning an Overview for Education. New York: Mac Milan Company Tuckman, B. W. (1972). Coditioning Educational Research. New York: Harcourt Brace Javanivic inc. Usman, Muhammad Uzer. (1996). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Utomo, Thijto Ruijter Kess. (1991). Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia Walgito, Bimo. (1997). Psikologi umum. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Fakultas Psikologi UGM. Winkel. Ws. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

12

Yuprapti. (1989). Minat Baca dan Hubungannya dengan Hasil Belajar pada Mahasiswa FIP IKIP Padang. Padang : Puslit IKIP Padang

13

Anda mungkin juga menyukai