Anda di halaman 1dari 16

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Preeklampsia (penyakit dengan gejala peningkatan tekanan darah disertai dengan dijumpainya protein dalam urin dalam kadar berlebih, dan pembengkakan tubuh akibat penimbunan cairan setelah kahamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan), terbagi dua, yaitu bentuk ringan dan bentuk berat. Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Sampai sekarang etiologi pre-eklampsia belum diketahui. Membicarakan patofisiologinya tidak lebih dari "mengumpulkan" temuantemuan fenomena yang beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah kunci utama suksesnya penangaan pre-eklampsia. Tanda-tanda Pre-Eklamsi biasanya timbul dalam urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti oedema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada Pre-Eklamsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif, pada Pre-Eklamsia ditemukan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diploma, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrum, mual dan muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering di temukan pada Pre-Eklamsi yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa Eklamsi akan timbul. Eklampsi merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada kehamilan, tetapi tidak selalu komplikasi dari pre eklampsia. Dalam sebuah konduksi studi nasional di UK pada tahun 1992, 38% dsari kasus eklampsi tidak disertai dengan hipertensi dan protein urin (Douglas dan Redman 1994). Ini terjadi di UK sekitar 2000 kelahiran dan beresiko tinggi untuk ibu dan janin. Douglas dan Redman (1994) menemukan bahwa satu dari 50 wanita dengan eklampsia meninggal dan satu dari 14 bayi mereka juga meninggal. Di dunia luas, 50.000 wanita meninggal setelah menderita konvulsi eklampsia (Duley 1994) dan berbagai pusat penelitian sekarang ini sedang berlangsung untuk mengetahui obat yang cocok untuk mencegah dan mengatasi konvulsi. Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Jika ANC dan Inc mempunyai standar yang tinggi, konvulsi postpartum akan lebih sering terhindar. Ini terjadi lebih dari 48-72 jam setelahnya. Monitor tekanan darah dan urin untuk proteinuria harus dilakukan dan dilanjutkan selama periode postpartum. Kematian karena eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan pada tingkat pre-eklampsia berat. Oleh karena itu, menegakkan diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan. Diperkirakan pre-eklampsia terjadi 5% kehamilan, lebih sering ditemukan pada kehamilan pertama. Juga pada wanita yang sebelumnya menderita tekanan darah tinggi atau menderita penyakit pembuluh darah. Karena itu kejadian kejang ini harus dihindarkan. Maka apabila pre eklampsia tidak diobat secara tepat bisa berakibat fatal, yaitu kematian bayi yang dikandung, bahkan termasuk ibunya sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan membahas mengenai prinsip diet pada ibu hamil penderita pre eklamsia dan eklamsia dalam bentuk makalah. B. Perumusan Masalah Makalah ini akan membahas permasalahan yang telah penulis rumuskan, yaitu : Bagaimana prinsip diet pada ibu hamil yang mengalami pre eklamsia dan eklamsia?.

C. Tujuan 1. Tujuan umun Untuk memenuhi tugas mata kuliah dan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang prinsip diet ibu hamil dengan pre eklamsia dan eklamsia. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui bagaimanakah diet komplikasi kehamilan berupa pre elamsia dan eklamsia. D. Sistematika Penulisan Sebagai langkah akhir dalam penulisan makalah ini, maka klasifikasi sistem penulisannya meliputi Bab I pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan, Bab II pembahasan di dalamnya dibahas mengenai diet komplikasi kehamilan pada pre eklamsia dan eklamsia. Bab III merupakan bab terakhir dalam penulisan makalah ini yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.

BAB II PEMBAHASAN A. Pre Eklampsia 1. Pengertian 1. Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. (Manuaba, 1998). 2. Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklamsia adalah pre eklamsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed pre-eklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik. Menurut (Mansjoer et.al 2000) 3. Pre ekalmpsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Sumperimposed preeklampsia-ekklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik. 4. Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria. Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria. 2. Etiologi Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu : 1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa. 2. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan 3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus 4. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilankehamilan berikutnya 5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma 3. Manifestasi klinik Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu pemambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat > 30

mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2; atau kadar protein > 1g /l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg b. Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup. c. sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan. d. Nyeri epigastrium dan ikterus. e. Edema paru atau sianosis. f. Trombositopenia. g. Pertumbuhan janin terhambat Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani dengan kasus eklampsia. 4. Patofisiologi Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid (kotak 21-1). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah pre eklampsia dan rasio untungrugi pada ibu dan janin. Peneliti lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan. Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru.

Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan pre eklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan pre eklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut. 5. Klasifikasi Pre eklampsia Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut: 1. Pre eklampsia Ringan a. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam. b. Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam. c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka. d. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan. 2. Pre eklampsia Berat Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/lebih gejala/tanda di bawah ini: a. Tekanan darah 160/110 mmHg a) Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah istirahat 10 menit) b) Ibu hamil tidak dalam keadaan his. Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam. Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif. Terdapat edema paru dan sianosis. Gangguan visus dan serebral. Keluhan subjektif c) Nyeri epigastrium d) Gangguan penglihatan e) Nyeri kepala f) Gangguan pertumbuhan janin intrauteri. g) Pemeriksaan trombosit (Manuaba, 1998) B. Eklampsia Eklampsi merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada kehamilan, tetapi tidak selalu komplikasi dari pre eklampsi. Dalam sebuah konduksi studi nasional di UK pada tahun 1992, 38% dsari kasus eklampsi tidak disertai dengan hipertensi dan protein urin (Douglas dan Redman 1994). Ini terjadi di Inggris sekitar 2000 kelahiran dan beresiko tinggi

untuk ibu dan janin. Douglas dan Redman (1994) menemukan bahwa satu dari 50 wanita dengan eklampsi meninggal dan satu dari 14 bayi mereka juga meninggal. Di dunia luas, 50.000 wanita meninggal setelah menderita konvulsi eklampsi (Duley 1994) dan berbagai pusat penelitian sekarang ini sedang berlangsung untuk mengetahui obat yang cocok untuk mencegah dan mengatasi konvulsi. Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Jika ANC dan Inc mempunyai standar yang tinggi, konvulsi postpartum akan lebih sering terhindar. Ini terjadi lebih dari 48-72 jam setelahnya. Monitor tekanan darah dan urin untuk proteinuria harus dilakukan dan dilanjutkan selama periode postpartum. 1. Etiologi Dalam eklampsi berat terdapat hipoksia serebral yang disebabkan karena spasme kuat dan oedem. Hipoksia serebral menunjukkan kenaikan dysrhytmia serebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi. Beberapa pasien ada yang mempunyai dasar dysrhytmia serebral dan oleh karena itu konvulsi terjadi mengikuti bentuk yang lebih kuat dari pre eklampsi. Ada satu tanda eklampsi, bernama konvulsi eklampsi. Empat fasenya antara lain: a) Tahap premonitory. Pada tahap ini dapat terjadi kesalahan jika observasi pada ibu tidak tetap. Mata dibuka, ketika wajah dan otot tangannya sementara kejang. b) Tahap Tonic. Hampir seluruh otot-otot wanita segera menjadi serangan spasme. Genggamannya mengepal dan tangan dan lengannya kaku. Dia menyatukan gigi dan bisa saja dia menggigit lidahnya. Kemudian otot respirasinya dalam spasme, dia berhenti bernafas dan warnanya berubah sianosis. Spasme ini berlangsung sekitar 30 detik. c) Tahap klonik. Spasme berhenti, pergerakkan otot menjadi tersendatsendat dan serangan menjadi meningkat. Seluruh tubuhnya bergerakgerak dari satu sisi ke sisi yang lain, sementara terbiasa, sering saliva blood-strained terlihat pada bibirnya. d) Tahap Comatose. Wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya berbunyi. Sianosis memudar, tapi wajahnya tetap bengkak. Kadangkadang sadar dalam beberapa menit atau koma untuk beberapa jam. 2. Bahaya-Bahaya Eklampsi a) Bagi ibu Perbedaan konvulsi dan kelelahan, jika frekuensi berulang hati gagal berkembang. Jika kenaikan hipertensi banyak, pada ibu dapat terjadi cerebral hemorrhage. Pasien dengan oedem dan oliguria perkembangan paru-paru dapat bengkak atau gagal ginjal. Inhalasi darah atau mucus dapat menunjukkan asfiksia atau pneumonia. Dapat terjadi kegagalan hepar. Dari komplikasi-komplikasi ini dapat terjadi kefatalan. Angka kematian ibu dari eklampsi di UK pada tahun 1991-1993 adalah 11. Dalam lebih dari setengah terdapat kematian ibu dan hanya satu atau dua yang selamat. b) Bagi janin Dalam eklampsi antenatal janin dapat terpengaruh dengan ketidakutuhan plasenta. Ini menunjukkan retardasi pertumbuhan intrauterine dan hipoksia. Selama sehat ketika ibu berhenti bernafas

supply oksigen ke janin terganggu, selanjutnya berkurang. Angka kematian perinatal sebanyak 15%. Konvulsi intrapartum sangat berbahaya untuk janin karena kenaikan hipoksia intra uterin yang disebabkan karena kontraksi uterus. c) Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin: 1) Solusio plasenta 2) Hipofibrinogen 3) Hemolisis 4) Perdarahan otak 5) Kelainan mata 6) Edema paru-paru 7) Nekrosis hati 8) Kelainan ginjal 9) Prematuritas 10) Komplikasi lain (lidah tergigit, trauma, dan fraktur karena jatuh dan DIC) d) Gejala Dan Tanda Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklamsi dengan gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak segera diobati, akan timbul kejangan, konvulsi eklamsi dibagi 4 tingkat yaitu : Tingkat awal atau aura Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 menit. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepala diputar ke kanan dan ke kiri. Tingkat kejangan tonik Berlangsung lebih 30 menit, dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit. Tingkat kejangan klonik Berlangsung 1-2 menit, spasmus tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi, bola mata menonjol, dari mulut keluar ludah yang berbusa aka menunjukan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar, kejadian kronik ini a demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur. Tingkat koma Lamanya koma tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma. 3. Penatalaksanaan Eklamsi Jika pre eklampsi diketahui lebih awal dan ditangani lebih cepat, eklampsiakan lebih sulit terjadi. Sangat jarang dimulai dan proses cepat

terjadi eklampsi diantara pemeriksaan antenatal yang biasa dan sering. Jika wanita berada di luar rumah sakit saat terjadi konvulsi, paramedis harus segera dipanggil untuk memberikan pertolongan pertama sebelum dibawa ke rumah sakit. 4. Penatalaksanaan selama konvulsi antara lain: a. Memelihara kebersihan jalan nafas b. Melindungi wanita dari luka-luka Ibu harus miring ke satu sisi dan pergerakkan konvulsinya dapat ditekan dari semua ini harus dilakukan sepelan mungkin dan tidak tergesa-gesa. Mulut dibersihkan dari mucus dan darah dengan suction. Oksigen diberikan untuk kepentingan keduanya ibu dan janin. Untuk pertolongan awal bantuan medis harus dipanggil.

5.

Penatalaksanaan Selanjutnya Prinsip- prinsip pelaksanaan: a. Mengontrol konvulsi Ini sangat penting untuk mengontrol konvulsi, terlebih lagi konvulsi pada wanita memiliki resiko tinggi untuk hidupnya dan janinnya. Obat diberikan dengan segera untuk mengurangi rangsangan sistem saraf. Obat yang dipilih untuk pengobatan eklampsi adalah Magnesium Sulfat (Neilsen 1995;Lucas 1995) (1) Magnesium Sulfat Antikonvulsi yang efektif dan bereaksi cepat. Penemuan Collaborative Eclampsi Trial, dipublikasikan pada tahun 1995, terbukti Magnesium Sulfat lebih efektif mengurangi dan mencegah konvulsi eklampsi dibandingkan dengan diazepam dab phenytoin (Eclampsia Collaborative Trial Group, 1995). Wanita yang menerima Magnesium Sulfat memiliki resiko 52% lebih rendah dari konvulsi dibandingkan diberi diazepam, dan 67% resiko lebih rendah dibandingkan dengan phenytoin. Magnesium Sulfat direkomendasikan untuk pengobatan untuk eklampsi.WHO sekarang merekomendasikan penggunaan Magnesium Sulfat untuk pengobatan eklampsi dan memasukkannya ke dalam Daftar Obat Esensial (WHO, 1995). Injeksi intravena 4-5 gr dalam 20% pemberian, diikuti dengan infus 1-2 gr/jam. (2) Injeksi intravena diazepam 1040 mg diikuti dengan infus 20-80 mg dalam 500 ml dari 5% dextrose dengan rata-rata 30 tetes/menit Obat lain yang digunakan seperti morfin, tribromoethanol (Avertin), paraldehyde dan lytic cocktail (kombinasi dari pethidine, promethozin dan chlorpromazine dalam infus intravena dextrose 5%) sekarang tidak direkomendasikan phenytoine digunakan untuk mengobati epilepsy dan saat ini ada pembaharuan pada penatalaksanaan pre eklampsi. Walaupuntidak efektif dalam mengontrol eklampsi (The eclampsia Collaborative Trial Group, 1995) dan dianggap sebagai prophylactic dari pada metode pengobatan (Howard 1993). Mengontrol tekanan darah

b.

Tekanan darah dikontrol oleh sedatif dan menggunakan obat anti hipertensi seperti hydralazine, hydrochloride (apresoline) 20 mg dengan injeksi intravena diikuti oleh 20-40 mg sebagai injeksi intravena, laju teratur menurut aliran darah. Pengobatan diuretic diindikasikan ketika urin yang keluar kurang dari 20 ml/jam. Antibiotik mungkin untuk mencegah infeksi paru-paru. Tes biokimia untuk mengetahui fungsi ginjal, trombositopenia, enzim dalam hati dapat dimonitor dengan memberi informasi tentang: 1) Penanganan a. Rujukan Kriteria rujukan eklamsi harus ditangani di Rumah Sakit, jika semua kasus eklamsi harus segera di rujuk. (1) Proses rujukan Jelaskan bahaya / komplikasi eklamsi kepada kelurga pasien. Rujuk pasien ke RS di sertai perawat yang mengantar dan surat rujukan Sebelum merujuk dapat diberikan pengobatan awal sesuai dengan diagnosis kasus, baik untuk mengatasi kejang ataupun untuk memberi obat anti hipertensi. Beri O2 Pasang infus dengan cairan dekstrose 5% dengan kecepatan 20 tetes / menit. Pasang kateter urine yang dipertahankan dan kantong urine. Pasang goedel atau sudip yang dilapisi kain kasa untuk melindungi gigi tergigit lidah. Keempat ekstrimitas di ikat tidak terlalu ketat agar pasien tidak terjatuh. C. Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan: 1. Diet-makanan Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari. 2. Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 3. Pengawasan antenatal (hamil)

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: a. Uji kemungkinan Pre eklampsia: a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema d) Pemeriksaan protein dalam urin e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata. b. Penilaian kondisi janin dalam rahim. a) Pemantauan tinggi fundus uteri b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban. D. Penanganan Pre eklampsia 1. Penanganan Pre eklampsia Ringan Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pre-eklampsi dan eklampsi tidak memberikan respon terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan cairan) dan diet rendah garam. Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah normal dan minum air lebih banyak. sangat penting untuk menjalani tirah baring. Penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar. Untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang, bisa diberikan magnesium sulfat intravena (melalui pembuluh darah). Jika pre-eklamsinya bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan sesegera mungkin. Penderita preeklamsi berat dirawat di rumah sakit dan menjalani tirah baring. Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan memberikan: 1. Sedativa ringan 2. Obat penunjang 3. Nasehat Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar. Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin sesak, nyeri pada epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang.

10

Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut: 1) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih 2) Protein dalam urin 1 plus atau lebih 3) Kenaikan berat badan kg atau lebih dalam seminggu 4) Edema bertambah dengan mendadak 5) Terdapat gejala dan keluhan subjektif. Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria (3). Pada kehamilan >37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan atau dipercepat dengan ekstraksi. 2. Penanganan Pre eklampsia Berat Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita Pre eklampsia berat untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga penderita mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya. Penderita diusahakan agar: a) Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar. b) Dipasang infus glukosa 5% c) Dilakukan pemeriksaan: Pemeriksaan umum: pemeriksaan tiap jam; tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan. Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit, pemeriksaan dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim). Pemasangan dower kateter Evaluasi keseimbangan cairan Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit d) Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan: Kehamilan cukup bulan Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan Kegagalan pengobatan Pre eklampsia berat kehamilan diakhiri tanpa memandang umur. Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat. Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan Pre eklampsia menjadi eklampsia. Dengan perawatan sementara di Polindes, maka melakukan rujukan penderita merupakan sikap yang paling tepat.

11

E. Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia 1. Tujuan Diet a. Mencapai dan mempertahankan status gizi normal b. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal c. Mencegah atau mengurangi tekanan darah normal d. Mencapai keseimbangan nitrogen e. Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal f. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan 2. Syarat Diet Syarat-syarat diet preeklampsia adalah: a. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil. b. Garam diberikan rendah sesuai dengan beratringannya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu. c. Protein tinggi (1 g/kg berat badan) d. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda e. Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi f. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium g. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien h. Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan. 3. Macam diet dan indikasi pemberian a. Diet preeklampsia I Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya. b. Diet preeklampsia II Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya. c. Diet preeklampsia III Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini

12

mengandung protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan. 4. Bahan Makanan Sehari Diet Pre-eklamsia Diet Pre-eklamsia I Diet Pre-eklamsia III II Bahan Makanan Berat Berat Berat Jumlah Jumlah Jumlah (g) (g) (g) Beras 150 3 gls tim 200 4 gls tim Telur 50 1 btr 50 1 btr Daging 100 2 ptg 100 2 ptg sdg Tempe 50 2 ptg 100 4 ptg sdg Sayuran 200 2 gls 200 2 gls Sari 4 ptg sdg 1000 5 400 4 ptg sdg 400 buah/buah pepaya Gula pasir 80 8 30 3 sdm 30 3 sdm Minyak 15 1 sdm 25 2 sdm nabati Susu 75 15 25 5 sdm 50 10 sdm bubuk * *) Susu khusus ibu hamil. Bila diberikan susu biasa, energi hanya sebagian yang terpenuhi 5. Nilai gizi Diet Pre eklamsia I 1032 20 19 211 600 6,9 750 0,5 246 228 Diet Pre eklamsia II 1604 56 44 261 500 17,3 2796 0,8 212 248 Diet Pre eklamsia III 2128 80 63 305 800 24,2 3035 1,0 213

Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin A (RE) Tiamin (mg) Vitamin C (mg) Natrium (mg) . 6. Waktu Pukul 06.00 Pukul 08.00 Pukul 10.00 Pukul 13.00 lPukul 16.00

Pembagian bahan makanan sehari Bahan Makanan Teh Sari tomat Susu Sari jeruk Sari alpokat Susu Sari tomat susu

Jumlah 1 gls 1 gls 1 gls 1 gls 1 gls 1 gls 1 gls 1 gls

13

Pukul 18.00 Pukul 20.00

Sari pepaya Sari jeruk Teh Susu

1 gls 1 gls 1 gls 1 gls

7. III Waktu

Pembagian bahan makanan sehari diet pre eklamsia II & Bahan makanan Beras Telur ayam Sayuran Minyak Susu bubuk Gula pasir Buah Gula pasir Beras Daging Tahu Sayuran Buah Minyak Buah Gula pasir Susu bubuk Beras Ikan Tempe Sayuran Buah Minyak Diet pre eklamsia II Berat (g) urt 50 1 gls tim 50 1 btr 5 sdm 5 5 sdm 25 1 sdm 10 1 sdm 1 ptg sdg 100 pepaya 10 1 sdm 50 1 gls nasi 50 1 ptg sdg 50 bh besar 75 gls 1 ptg sdg 100 papaya 5 sdm 100 1 ptg sdg 10 1 sdm 50 1 gls nasi 50 1 ptg sdg 25 1 ptg dg 75 gls 1 ptg sdg 100 papaya 5 sdm Diet pre eklamsia III Berat(g) urt 50 1 gls tim 50 1 btr 50 sdm 5 sdm 25 5 sdm 10 1 sdm 1 ptg sdg 100 pepaya 10 1 sdm 75 1 gls nasi 50 1 ptg sdg 100 1 bh besar 100 1 bh besar 1 ptg sdg 100 papaya 10 1 sdm 100 1 ptg sdg 10 1 sdm 25 5 sdm 75 1 gls nasi 50 1 ptg sdg 50 2 ptg sdg 75 gls 1 ptg sdg 100 papaya 10 1 sdm

Pagi

Pukul 10.00

Siang

Pukul 16.00

Malam

8. Contoh menu sehari Pagi Siang Nasi tim Nasi tim Telur ceplok air Daging bumbu terik Tumis kacang panjang Tahu bacam toge Susu pisang Pukul 10.00 Pukul 16.00 Selada buah Jeruk

Malam Nasi tim Ikan bumbu kuning Gandong tahu Jeruk Pukul 20.00 Teh

14

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. 2. Tujuan diet preeklampsia adalah mencapai dan mempertahankan status gizi normal, mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal, mencegah atau mengurangi tekanan darah normal, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal, mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan Saran 1. Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan bagi ibu hamil mengenai dampak yang dapat terjadi dari komplikasi pada masa kehamilan. 2. Bagi ibu hamil agar rajin dan memeriksakan kehamilannya secara rutin (setidaknya 1 kali setiap bulannya) dengan harapan dapat mengurangi risiko komplikasi pada kehamilan. 3. Ibu hamil sebaiknya selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi selama kehamilanya agar terhindar dari bahaya komplikasi kehamilan. 4. Sebaiknya ibu hamil segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat jika terjadi tanda-tanda komplikasi kehamilan agar dapat segera memperoleh penanganan.

B.

15

DAFTAR PUSTAKA DeCherney AH, Nathan L. In 2003. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, 9th Ed. McGraw-Hill. Hanifa W. 2005. Ilmu Kebidanan Ed. 3. Cetakan 7. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo;.h281-300 3. Website :

a. http://911medical.blogspot.com/2010/05/askep-preeklamsia-makalah-dietibu.html

b. http://info.g-excess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan
%29/Kehamilan_Hipertensi_Esensial.info

c. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/01/ilmu-bedah-obstetri/ d. http://www.slideshare.net/ajiandi/tata-laksana-preeklamsia-resentation/ e. http://www.wartamedika.com/2006/09/macam-preeklampsia.html

16

Anda mungkin juga menyukai