Anda di halaman 1dari 11

Konsep dan Tujuan CBSA Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Olehkarenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung pada pendekatan tertentu. Strategi pembelajaran merujuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanaan strategi. (Sanjaya, 2008) Pendekatan dalam pembelajaran dapat merujuk pada pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student- centered approach). Berdasarkan perkembangan kurikulum di Indonesia sejak tahun........ kurikulum yang digunakan adalah menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan gagasan, menyusun rancangan dan sebagainya (Hamalik, 2001). A. Yasin (1984) dalam Hamalik (2001) menyatakan bahwa pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar yang menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, metal, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Dimyati (1994), pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajaran yang mengarah pada pengoptimalisasian pelibatan interlektualemosional siswa dalam proses pembelajaaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional fisik siswa secara optimal dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan keterampilan sikap dan nilai. Sanjaya (2008), menyatakan bahwa konsep pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang.

Berdasarkan konsep tersebut, proses pembelajaran siswa aktif menekankan pada aktifitas siswa secara optimal, artinya dalam pembelajaran tersebut terdapat keseimbangan antara aktifitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktifitas intelektual. Dipandang dari sisi hasil belajar, pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Artinya dalam pembelajaran siswa aktif ini menghendaki pembentukan siswa secara utuh. Pembelajaran siswa aktif bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil, misalnya kemampuan menggeneralisasi, kemampuan mengamati, kemampuan mencari data, kemampuan untuk menemukan, menganalisis dan mengkomunikasikan hasil penemuan dan sebagainya (Sanjaya, 2008). Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, mejelajah, mencari dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya (Raka joni, 1992 dalam Dimyati, 1994). Sedangkan jika dipandang dari sisi penerapan CBSA bagi guru, berdasarkan sumber yang sama menyatakan bahwa guru diharpkan bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip didaktik metodik yang berdayaguna dan berhasil guna (efisien dan efektif). Peran guru dan siswa dalam penerapan CBSA Penerapan CBSA dalam pembelajaran merupakan suatu upaya untuk merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Dalam penerapan CBSA, siswa/ peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan, harapan dan tujuan hidup,

aspirasi dan motivasi dan berbagai keinginan potensial lainnya. Siswa sebagai objek dipandang sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Dalam CBSA peran guru bukanlah sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa, melainkan bertindak sebagai orang yang memfasilitasi belajar siswa (fasilitaor), membantu dan melayaninya (Hamalik, 2001). Dalam pelakasanaan CBSA tidak berarti menjadikan guru bersikap pasif, melainan tetap harus aktif namun tidak mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, dalam penerapanya CBSA menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar siswanya. Oleh karena itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam menjalankan peranya sebagai fasilaitator siswa, diantaranya adalah: a. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Artinya, tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan guru akan tetapi diharapkan siswa pun ikut terlibat dalam membuat dan merumuskanya. b. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru akan tetapi melibatkan siswa. Hal ini penting dilakukan untuk memupuk tanggung jawab siswa. c. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan memberitahuakan rencana pembelajaran, maka siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan. Hal ini dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif. d. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya. Guru perlu menyadari bahwa siswa memiliki kemampuan yang sangat beragam. Oleh karena keragamnnya itu guru perlu melakukan kontrol kepada siswa untuk melayani setiap siswa terutama siswa yang dianggap lambat dalam belajar. e. Memberi motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing, dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Melalui pertanyaan,

guru dapat mendorong agar siswa termotivasi untuk belajar, atau melalui pertanyaan guru dapat membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif. f. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam implemantasi pembelajaran siswa aktif, guru tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya. Proses dan kesimpulan apa yang dapat ditarik sebaiknya diserahkan kepada siswa. Guru berperan hanya sebagai pembantu dan pengarah dalam merumuskan ksimpulan (Sanjaya, 2008). Penerapan CBSA dalam Proses Pembelajaran Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran, dapat ditandai dengan banyaknya dan bervariasinya aktivitas siswa di dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak aktivitas siswa maka dapat dikatakan kadar CBSAnya semakin tinggi. Kadar CBSA dalam suatu proses pembelajaran dapat dikategorikan tinggi, sedang atau lemah tergantung pada keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Untuk menentukan kadar CBSA dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari 3 aspek yakni dari proses perencanaan, proses pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Menurut Hamalik (2001), penjabaran aspek untuk melihat kadar CBSA adalah sebagai berikut: a. Kadar CBSA dilihat dari proses perencanaan Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimilikinya sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan belajar. b. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi siswa maupun bagi guru. Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran. Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar. Kadar CBSA dilihat dari proses pembelajaran

Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual dan personal dalam proses belajar. Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengendung unsur kemandirian yang cukup tinggi.

Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasan belajar yang serasi, selarans dan seimbang. Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman belajar. Keterlibatan siswa dalam mencari informasi dan berbagai sumber belajar yang sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dirumuskan. Keterlibtan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan/masalah dan upaya menjawabnya, menilai jawaban dari rekannya, dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya proses belajar mengajar.

c.

Kadar CBSA dilihat dari evalusi hasil pembelajaran

Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri, menilai teman sekelas. Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas, mejawab tes dan mengisi instrumen penilaian lainnya yang diajukan oleh guru. Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil belajar. Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagai hasil belajar dan pembelajaran. Raka Joni dalam Dimyati (1994) menyatakan bahwa pembelajaran yang br CBSA baik memiliki ciri sebgai berikut: (i) pembelajaran berpusat pada siswa, (ii) guru bertindak sebagai pembimbing pengelaman belajar, (iii) orientasi tujuan pada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang, dan (iv) pengelolaan pembelajaran menekankan pada kreativitas siswa, (v) pelaksanaan penilaian tertuju pada kegiatan dan kemajuan siswa. Kelebihan dan Kelemahan CBSA

Kelebihan CBSA yang dikemukakan Raka Joni dalam Hamalik (2001) adalah sebagai berikut: 1. prakarsa siswa/mahasiswa dalam kegiatan belajar yang ditujukan melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara ekslusif diminta. 2. keterlibatan mental siswa/mahasiswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri kepada tugas yang diberikan. 3. peranan guru yang lebih banyak sebagai fasiltator merupkan hal yang menunjukan bahwa adanya rasa tanggung jawab siswa yang tinggi terhadap kegiatan belajar. 4. belajar dengan pengalaman langsung (experiment learning). 5. adanya kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar. 6. meningkatkan kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial. Ada beberapa kelemahan CBSA, yang menurut Hamalik (2001) adalah sebagai berikut: 1. tidak menjamin dalam melaksanaan keputusan. Kendatipun telah tercapai persetujuan atau konsensus, namun keputusan-keputusan itu belum tentu dapat dilaksanakan. 2. 3. 4. 5. 6. diskusi tidak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi diorganisaisi dengan baik tetapi selanjutnya mungkin saja mengarah ke tujuan yang lain. memasyarakatkan agar semua siswa memiliki keterampilan berdiskusi yang diperlkan untuk berpartisipsi aktif. membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal kegiatan secara luwes. ketika diskusi berlangsung dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga ada kemungkinan untuk menolak pendapat peserta lain. siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan siswa yang bodoh akan tertinggal.

Konsep dan Tujuan Pendekatan Keterampilan Proses.

Pendekatan keterampilen proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelaktual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya sudah ada dalam diri siswa (Dimyati, 1994). Sedangkan menurut Hamalik (2001) pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar menunjukkan jati dirinya. Pada dasarnya penerapan pendekatan keterampilan proses dapat dikatakan menggali kemampuan siswa yang lebih tinggi karena: 1. pendekatan keterampilan proses memberikan pengertian pada siswa tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. 2. mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan ilmu pengetahuan. Disisi lain siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi pebelajar yang pasif. 3. menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. (Dimyati, 1994). Berdasarkan konsep yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat diartikan bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas intelektual, fisik dan mental siswa sehingga dapat dikatakan pendekatan ini erat hubungan dengan pendekatan CBSA. Prinsip-prinsip penting dalan CBSA merupakan landasan dasar bagi pengembangan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran. Menurut Dimyati (1994), dalam penerapan Pendekatan Keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut: 1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Percepatan perubahan IPTEK ini, tidak memungkinkan bagi guru untuk bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan fakta dan teoriteori. Olehkarena itu untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep dan prinsip pada diri siswa. 2. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar Hal ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip sangat dibutuhkan. 3. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara pemrosesan dan pemerolehan kebenaran ilmu. Hal ini mengarahkan siswa pada kesadaran memandang adanya keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jenis-jenis Kemampuan dalam Keterampilan Proses. Ada berbagai kemampuan dalam pendekatan keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan dasar (Basic skills) dan keterampilan terintegrasi (Integrated skills). Menurut Funk (1985) dalam Dimyati (2001) ada 6 keterampilan dasar yaitu: 1. Mengamati Merupakan keterampilan paling dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal yang terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses lainnya. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indera. Dengan kata lain, melalui observasi kita mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan kita (Funk, 1985 dalam Dimyati 1994) 2. Mengklasifikasikan kebenaran ilmu. didapatkan hasil belajar yang optimal.

Merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khusus sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek atau peristiwa yang dimaksud. Ketika kita melakukan klasifikasi maka kita akan mengamati adanya persamaan dan perbedaan, dan hubungan sehingga kita akan mengkelompkkan objek yang disesuaikan degan berbagai tujuan. 3. Mengkomunikasikan Mengkomunkasikan dapat diartikan sebagai upaya menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual ataupun audiovisual. Contoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta dan kegiatan sejenis lainnya. 4. Mengukur Mengukur dapat diartikan sebagai kegiatan membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh kegiatan yang menunjukkan keterampilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur dsb. 5. Memprediksi Memprediksi dapat diartikan sebagai kegiatan mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu atau hubungan antara fakta, konsep dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. Contoh, memprediksi waktu untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan dengan kecepatan tertentu. 6. Menyimpulkan Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Keenam keterampilan dasar pada pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses tersebut merupakan landasan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks. Pada hakikatnya

keterampilan proses terintegrasi merupakan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Menurut Dimyati (1994) terdapat sepuluh kereterampilan terintergrasi, yang masing-masing akan diuraikan sebagai berikut: 1. Mengenali variabel Dalam melakukan penelitian siswa perlu diajari untuk mengenali dan membedakan variabel-variabel penelitian. Pada umumnya ada 3 variabel dalam penelitian yakni variabel bebas, variabel terikat dan kontrol. Pengenalan variabel ini akan membatu siswa merumuskan hipotesis penelitian. 2. Membuat tabel data Keterampilan membuat tabel perlu dibelajarkan kepada siswa karena fungsinya yang penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. 3. Membuat grafik Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal. 4. Menghubungkan Hubungan antar variabel Keterampilan menggambarkan hubungan antara variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan variabel hasil/ hubungan antara variabel-variabel yang sama. 5. Mengumpulkan dan mengolah data Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis maupun pengamatan dan menyajikannya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis dan penyimpulan. 6. Menganalisis Penelitian Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian.

7.

Menyusun Hipotesis Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul.

8.

Mendefinisikan variabel Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda.

9.

Merancang Penelitian Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel, hipotesisi diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian akan dilaksanakan.

10.

Bereksperimen Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. Daftar Rujukan: Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek pembinaan dan peningkatan pendidikan mutu tenaga kependidikan Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana.

Anda mungkin juga menyukai