Anda di halaman 1dari 10

KARL MARX Tugas untuk memenuhi mata kuliah Teori Sosiologi Klasik

Oleh : RE Bhisma W. P. W. D0310057

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

A. Dialektika Teori dialektika dengan tesis, antitesis, dan sintesis dapat diharapkan baik dalam hubungan dengan kelas-kelas itu, maupun pada tingkat-tingkat produksi itu sendiri. Demikian tesis golongan bangsawan (di Abad Tengah) menimbulkan antitesis golongan peminjam tanah, tetapi keduanya ini menumbuhkan sintesis golongan borjuis. Ini merupakan tesis kembali dan antitesisnya ialah golongan pekerja, sintesisnya ialah manusia komunis yang terdapat dalam masyarakat komunisme. Dengan demikian maka Marx melihat negara sebagai alat belaka dari kelas penguasa (berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasa (tidak berpunya). Negara dan pemerintahan identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya, berturut-turut dalam sejarah umat manusia dikenal kelas pemilik budak, kelas bangsawan (atau tuan tanah), kelas borjuasi. Soal hak dan keadilan, oleh sebab itu adalah sekedar ucapan penghias bibir dari pihak yang berkuasa. Dialektika Marx sebenarnya mengemukakan bahwa perkembangan masyarakat feodalisme ke masyarakat borjuasi atau kapitalisme dan seterusnya ke msyarakat sosialisme merupakan suatu kelanjutan yang tidak dapat dielakkan. Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia berdiam diri saja dengan menanti perkembangan itu berjalan sebagaimana maunya. Kelas-kelas itu sendiri adalah kelas-kelas yang berjuang untuk kelasnya, jadi manusia yang dilihat Marx adalah manusia yang berbuat. Bagi Marx masalah pokok bukanlah memahami sejarah atau dunia ini, melainkan bagaimana mengubahnya. manusia membuat sejarahnya sendiri. Oleh sebab itu, maka revolusi yang digambarkan oleh Marx itu terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah revolusi yang dipelopori oleh golongan Borjuis yang hendak menghancurkan feodal. Tahap kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam menghancurkan golongan borjuis. Dengan lenyapnya kelas borjuis, fungsi

pemerintahan tidak lagi mempunyai sifat politik. Kelas pekerja yang memegang kekuasaan itu pun tidak lagi merupakan kelas, sehingga tidak ada kelas yang ditindas dan negara akan lenyap. Masing-masing orang akan melakukan kewajibannya sesuai dengan kesanggupannya. Orang bekerja bukan karena ingin mencukupi nafkah tapi karena panggilan hati. Oleh karena itu tiap orang memberikan sumbangan sesuai dengan kesanggupannya. Pada saat ini tingkat produksi menjadi berlimpah, dan pendapatan tidak lagi berupa upah, melainkan bergantung pada keperluan manusia yang bersangkutan. B. Pandangan Materialisme Sejarah Materialisme dalam Marx berarti bahwa kegiatan dasar manusia adalah kerja sosial. Di sini dia menerima pengandaian Feuerbach bahwa kenyataan akhir adalah obyek indrawi, dan dalam Marx objek indrawi itu harus dipahami sebagai kerja atau produksi. Istilah sejarah mengacu pada Hegel yang pengandaian-pengandaiannya tentang sejarah diterima oleh Marx. Tetapi, sejarah di sini bukan menyangkut perwujudan diri Roh, melainkan perjuangan kelas-kelas untuk mewujudkan dirinya mencapai kebebasan/emansipasi. Sosialisme Marx berdasarkan pada penelitian syarat-syarat obyektif

perkembangan masyarakat. Marx menolak pendasaran sosialisme pada pertimbanganpertimbangan moral. Menurutnya sosialisme terwujud bila syarat-syarat obyektif penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi terpenuhi dan keadaan tersebut harus diciptakan. Hukum dasar perkembangan masyarakat ialah bahwa produksi kebutuhankebutuhan material manusia menentukan bentuk masyarakat dan pengembangannya. Fakta sederhana itu ialah bahwa manusia pertama-tama harus makan, minum, bertempat tinggal, dan berpakaian. Setelah itu baru mereka melakukan kegiatan politik, ilmu pengetahuan, seni, agama, dan seterusnya. Jadi, produksi nafkah hidup

material bersifat langsung. Dengan demikian tingkat perkembangan ekonomis sebuah masyarakat atau jaman menjadi dasar dari bentuk-bentuk kenegaraan, pandanganpandangan hukum, seni, dan bahkan perkembangan pandangan-pandangan religius orang-orang yang bersangkutan. Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka. Pemikiran ini tidak bertolak dari apa yang dikatakan orang, tidak dari bayangan dan cita-cita orang, juga tidak dari yang dipikirkan orang, melainkan dari manusia yang nyata dan aktif. Dari proses hidup nyata merekalah perkembangan refleks-refleks serta gema-gema ideologis tentang proses hidup itu dijelaskan. Keadaan sosial menyangkut produksi masyarakat, pekerjaan masyarakat. Manusia ditentukan oleh produksi mereka: apa yang mereka produksi dan cara mereka berproduksi. Pandangan ini disebut materialis. Disebut materialis karena sejarah manusia dianggap ditentukan oleh syarat-syarat produksi material. Jadi Marx memakai kata materialisme bukan dalam arti filosofis, yakni sebagai

pandangan/kepercayaan bahwa seluruh realitas adalah materi, melainkan ia ingin menunjuk pada faktor-faktor yang menentukan sejarah. Faktor-faktor tersebut bukanlah pikiran melainkan keadaan material manusia dan keadaan material adalah produksi kebutuhan material manusia. Cara manusia menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk hidup itulah yang disebut keadaan manusia dan cara itulah yang menentukan kesadaran manusia. Cara manusia berpikir ditentukan oleh cara ia bekerja. Jadi, untuk memahami sejarah dan arah perubahannya, manusia tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia, melainkan bagaimana ia bekerja dan bagaimana ia berproduksi. Kualitas hidup ditentukan oleh kedudukannya dalam masyarakat dan keanggotaan dalam kelas sosial tertentu sangat menentukan cara seseorang

memandang dunia. Maka kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh kedudukannya dalam kelas sosial. Demikian juga cara berproduksi menentukan adanya kelas-kelas sosial; keanggotaan menentukan kepentingan orang, dan kepentingan menentukan apa yang dicita-citakan. Maka, hidup rohani masyarakat, kesadarannya, agamanya, moralitasnya, nilai-nilai budaya, dan seterusnya bersifat sekunder. Sekunder karena hanya mengungkapkan keadaan primer, struktur kelas masyarakat, dan pola produksi. Sejarah tidak ditentukan oleh pikiran manusia, melainkan oleh cara ia menjalankan produksinya. Maka, perubahan masyarakat tidak dapat dihasilkan oleh perubahan pikiran, melainkan oleh perubahan dalam cara produksi. C. Empat Faktor Hidup Manusia Ada empat faktor pokok hidup manusia, antara lain sebagai berikut ; 1. Tenaga produktif Tenaga produktif menurut Marx memuat tiga faktor, antara lain : Alat-alat kerja Orang yang bekerja Pengalaman-pengalaman produksi atau teknologi Susunan diatas sangat logis, karena menurut Marx manusia baru menjadi manusia asal ia mulai menciptakan alat-alat sehingga alat-alat di tempatkan pada tempat pertama. Hubungan produksi

Yaitu hubungan-hubungan tertentu yang tidak boleh tidak dan yang tidak tergantung pada kemauan manusia, hubungan-hubungan produksi ini sesuai dengan tingkat perkembangan(tertentu) tenaga-tenaga produksi materiilnya. Jadi hubunganhubungan ini adalah hubungan-hubungan antara manusia yang bekerja. Hubunganhubungan sebagai akibat dari cara-cara kerja tadi. Contohnya, ada sekelompok orang menangkap ikan dengan perahu dilaut dengan alat-alat tertentu. Dalam proses ini ada orang yang memberi komando, ada yang memegang kemudi, dan seterusnya. Apabila sudah ada alat kerja dan cara produksi yang tertentu, hubungan-hubungan antara orang yang bekerja terjadi dengan sendirinya, dan tidak lagi tergantung dari kemauan individu-individu yang bekerja. Inilah tahap yang kedua, hubungan-hubungan produksi ini bersama alat-alat produktif tadi merupakan basis atau dasar. Bangunan atas hukum atau politik

Yang dimaksud bukanlah pikiran-pikiran hukum dan politik, melainkan keadaankeadaan yang nyata, hubungan-hubungan real, lembaga-lembaga. Menurut Marx lembaga-lembaga itu secara tidak bisa tidak diakibatkan oleh hubungan-hubungan produksi. Contohnya, hukum feodal yang mengikat petani pada tanah-tanahnya merupakan akibat dari tenaga-tenaga dan hubungan-hubungan produksi yang waktu itu berlaku di masyarakat. Bentuk-bentuk kesadaran sosial

Akhirnya tingkat keempat dan terakhir ialah apa yang disebut bentuk-bentuk kesadaran sosial, segala macam agama, filsafat, moral, seni, ajaran-ajaran sosial dan sebagainya yang merupakan isi dari kesadaran masyarakat.

D. Mekanisme Perubahan Masyarakat Kemunculan kelas-kelas sosial baru dapat terjadi dengan adanya dukungan perubahan modal produksi sehingga menimbulkan pembagian dan spesialisasi kerja serta hadirnya organisasi modern yang bersifat kompleks. Perubahan tatanan masyarakat dari yang semula tradisional agraris bercirikan feodal menuju masyarakat industri modern memungkinkan timbulnya kelas-kelas baru. Kelas merupakan perwujudan sekelompok individu dengan persamaan status. Status sosial pada masyarakat tradisional seringkali hanya berupa ascribed status seperti gelar kebangsawanan atau penguasaan tanah secara turun temurun. Seiring dengan lahirnya industri modern, pembagian kerja dan organisasi modern turut menyumbangkan adanya achieved status, seperti pekerjaan, pendapatan hingga pendidikan. Teori inkonsistensi status telah mencoba menelaah tentang adanya inkonsistensi dalam individu sebagai akibat berbagai status yang diperolehnya. Konsep ini memberikan gambaran bagaimana tentang proses kemunculan kelas-kelas baru dalam masyarakat sehingga menimbulkan perubahan stratifikasi sosial yang tentu saja mempengaruhi struktur sosial yang telah ada. Apabila dilihat lebih jauh, kemunculan kelas baru ini akan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi antar individu dalam masyarakat baik dalam perebutan kekuasaan atau upaya melanggengkan status yang telah diraih. Fenomena kompetisi dan konflik yang muncul dapat dipahami sebagai sebuah mekanisme interaksional yang memunculkan perubahan sosial dalam masyarakat. E. Peranan Perjuangan Kelas Menurut Marx, ketegangan antara tenaga-tenaga produktif dan hubungan produktif terungkap dalam ketegangan antara kelas dalam masyarakat. Marx memang tidak pernah memberi suatu definisi tentang kelas. Tetapi kelas dapat diartikan sebagai golongan dalam masyarakat yang cara hidupnya kurang lebih sama dari yang

mempunyai peranan terhadap masyarakat seluruhnya, dalam paham ini Marx menentukan sifat kelas melalui dari kedudukan suatu golongan dalam proses produksi. 1. Individu dan Kelas Menurut Marx, sejarah manusia atau masyarakat yang ada sekarang ini adalah perjuangan kelas.Sejarah adalah sebagai akibat keputusan-keputusan dan tindakantindakan orang orang besar.Tapi menurut Marx itu hanya lahiriah saja. Sebenarnya orang-orang yang besar itu hanya melakukan apa yang menjadi kepentingankepentingan kelas mereka masing-masing. Dalam pendapat itu terkandung anggapan bahwa, individu tidak berdiri didalam dunia, dan bertindak hanya menurut cita-citanya serta tujuan-tujuan subyektifnya, melainkan bahwa mereka didalam tindakannya menyesuaikan diri dengan peranan yang diharapkan oleh kelas/golongannya. Itu tidak mesti harus berarti bahwa masingmasing individu tidak mempunyai pemikiran dan cita-citanya sendiri, tetapi pemikiran dan cita-cita mereka selalu sudah bergerak didalam kerangka pikiran golongannya atau kelasnya. Contohnya, seorang tentara yang mendapat pendidikan di akademi tentara, tetap merupakan individu dan menpunyai pendapat sendiri-sendiri yang tidak jarang berlainan dengan tentara-tentara lainnya, tetapi bila tentara bertentangan dengan orang luar segara mengetahui bahwa cara tentara itu berfikir dan menilai keadaan masyarakat adalah tipe berfikir seorang tentara, itu berlaku untuk semua golongan. Selain itu ada contoh lain, misalnya putra seorang raja misalnya, tentu saja bisa memikirkan apa saja, tetapi pikiran-pikirannya itu selalu akan bergerak didalam cara berpikir feodal dunia istana.

Jadi, Marx beranggapan bahwa masing-masing individu berfikir, menilai dan bertindak sesuai dengan pendapat-pendapat, tujuan dan penilaian-penilaian kelas mereka masing-masing. 1. Kelas dan Kepentingan Menurut Marx, kelas-kelas itu selalu bertindak menurut kepentingan kelas mereka, meskipun terkadang mereka rela mengorbankan kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain atau demi cita-cita mereka. Tetapi mereka tidak selalu dapat berbuat demikian, apalagi sampai mengorbankan kepentingan golongan. Suatu golongan selalu bertindak menurut kepentingan obyektifnya. Apabila kita mengetahui kepentingan-kepentingan obyektif suatu kelas, kita juga akan tahu bagaimana kelas itu akan bertindak dan manakah politik yang akan dilakukan. Sejarah ditentukan oleh tindakan-tindakan masing-masing kelas masyarakat. Masing-masing kelas selalu bertindak menurut kepentingan kelas mereka masingmasing. Kepentingan mereka adalah obyektif, maka dari itu dapat diketahui secara ilmiah. Dengan demikian pula dapat diketahui pula secara ilmiah bagaimana masingmasing kelas akan bertindak didalam sejarah. Pengertian itulah yang mendorong Marx untuk menerangkan perkembangan masyarakat secara ilmiah, bahkan ia merasa dapat meramalkan perkembangannya dimasa depan. Marx hanya melihat dua kelas pokok pada masyarakat kapitalis. Kelas proletar hidup dari pekerjaannya, maka dari itu mereka tidak hanya mempunyai kepentingan akan dinaikan gajinya, tetapi juga berkepentingan menguasai kemungkinankemungkinan kerjanya, untuk itu ia harus menguasai aparatur produksi. Oleh karena itu, prolerariat secara obyektif berkepentingan untuk menghapus hak milik pribadi terhadap alat-alat produksi.

Sebaliknya kaum borjuis atau kaum kapitalis menguasai alat-alat produksi penguasaan itu terungkap dalam kekuasaan politik mereka. Keuntungan mereka ialah bahwa mereka melakukan penghisapan terhadap tenaga kerja proletariat. Untuk mempertahankan keadaan itu, mereka harus terus menguatkan untung atau profit yang sebesar-besarnya. Karena kaum kapitalis bersaing dengan kapitalis lainnya, maka hanya profit itulah yang dapat membuat mereka bertahan. Itulah sebabnya para kapitalis berkepentingan untuk terus menambah pemerasan terhadap proletariat, dan untuk mempertahankan kontrol mereka terhadap kekuasaan politik untuk menjamin kedudukan mereka terhadap ancaman-ancaman dari fihak proletariat. Jadi, menurut Marx kelas-kelas yang terdapat dalam masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelas-kelas atas yang pada prinsipnya hidup dari penghisapan tenaga kerja kelas-kelas lain, serta menguasai alat-alat negara, dan kelas bawah yang dihisap dalam berbagai bentuk. Daftar Pustaka Ritzer, George, dan Douglas J. Goodman, 2008. Teori Sosiologi, Kreasi Wacana Offset, Yogyakarta. Campbell, Tom, 1994. Tujuh Teori Sosial, Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai